44
PRODUKSI BIBIT TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Oleh: IR. ARIS TEGUH SANTOSO

Kultur Jaringan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kultur jaringanKultur jaringan adalah suatu teknik dalam pengembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman yang berukuran kecil sampai sangat kecil baik berupa organ, jaringan, maupun sel-sel tanaman dalam kondisi yang aseptis secara in vitro. Berdasarkan bagian-bagian tanaman yang dikulturkan secara spesifik terdapat beberapa macam kultur:1. Kultur organ, yaitu kultur yang diinisiasi dari organ-organ tanaman seperti: pucuk terminal dan aksilar, meristem, daun, batang, ujung akar, bunga, buah muda, embrio, dan sebagainya.2. Kultur kalus, yaitu kultur sekumpulan sel yang tidak terorganisir, hanya sel-sel parenkim yang berasal dari bahan awal3. Kultur suspensi, yaitu kultur sel bebas atau agregat sel kecil dalam media cair. Pada umumnya kultur suspensi diinisiasi dari kalus.4. Kultur protoplas, yaitu kultur sel-sel muda yang diinisiasi dalam media cair yang dihilangkan dinding selnya. Kultur protoplas digunakan untuk hibrididasi somatik (fusi dua protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).5. Kultur haploid (kultur mikrospora/ anther), yaitu kultur dari kepala sari (kultur anther) atau tepung sari (kultur mikrospora)Perkembangan kultur jaringan dimulai dari pembuktian sifat totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden (1838). Gothlieb Haberlandt (1902) seorang botanis yang dipandang sebagai pelopor kultur jaringan, mengemukakan hipotesis bahwa sel tanaman Disusun Oleh: Ir. Atat Budiarta, MP Edisi: A No. Modul:Tanggal: 10 Juni 2006 Status Revisi: 0 Halaman: 2 dari 20yang diisolasi dan dikondisikan pada lingkungan yang sesuai akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Folke dan Skoog pada 1940-an menemukan bahwa zat pengatur tumbuh auksin, yaitu IAA dan NAA yang sebelumnya diketahui dapat merangsang pertumbuhan akar, ternyata dapat merangsang pertumbuhan in-vitro tetapi menghambat pertumbuhan mata tunas. Pada 1951 Skoog dkk menemukan bahwa senyawa fosfat anorganik dan senyawa organik adenin atau adenosin dapat merangsang pertumbuhan mata tunas. Pada 1955 Carlos Miller dkk (juga bekerjasama dengan Skoog) menemukan kinetin, satu penemuan pertama hormon sitokinin. Pada 1957 Skoog dan Miller mempublikasikan penemuannya tentang hubungan antara sitokinin dan auksin dalam mengontrol pembentukan akar dan tunas dalam kultur jaringan tanaman. Tosshio Murashige dan Skoog (1962) mempublikasikan formulasi media MS yang sampai sekarang cocok untuk kulturjaringan banyak tanaman dan digunakan secara luas di alboratorium kultur jaringan di dunia. Penggunaan teknik kultur jaringanuntuk memproduksi tanaman bebas virus bermula dari penemuan Morel dan Martin (1952) yang memperoleh tanaman dahlia bebas virus dengan mengkulturkan meristem pucuk tanaman yang terinfeksi virus.B. Kelebihan, Kelemahan, dan Manfaat 1. Kelebihana. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau lambat diperbanyak secara konvensionalb. Tidak memerlukan tempat yang luasc. Dapat dilakukan sepanjang tahun tidak mengenal musimd. Bibit yang dihasilkan lebih sehat dan seragame. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetikf. Stokt tanaman dapat disimpad dalam waktu lama

Citation preview

Page 1: Kultur Jaringan

PRODUKSI BIBIT TANAMAN

DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KULTUR JARINGAN

Oleh:

IR. ARIS TEGUH SANTOSO

Page 2: Kultur Jaringan

suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti sel, sekelompok sel, jaringan atau organ, .

KULTUR JARINGAN TANAMAN

serta menumbuhkannya secara in vitro, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. .

berkembang dari adanya teori Totipotensi sel yang menyatakan bahwa didalam masing-masing sel tumbuhan mengandung informasi genetik dan sarana fisiologis tertentu yang mampu membentuk tanaman lengkap bila ditempatkan dalam lingkungan yang sesuai.

Page 3: Kultur Jaringan

TEKNIK-TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN:• Teknik Mikropropagasi = Perangsangan tunas

aksiler dalam jumlah yang melebihi pertumbuhan normal,

• Teknik Organogenesis = Pembentukan tunas atau akar adventif baik inisiasi langsung dari eksplan maupun inisiasi dari jaringan kalus.

• Teknik Somatik embriogenesis. = Pembentukan embrio dari sel-sel somatik baik inisiasi langsung dari organ maupun inisiasi dari jaringan kalus.

Page 4: Kultur Jaringan

KEGUNAAN KULTUR JARINGAN:

• Produksi bibit dalam skala besar.• Produksi bibit tanaman yang mempunyai sifat

unggul • Produksi bibit tanaman yang bebas virus• Produksi metabolit sekunder • Pelestarian Plasma nutfah yang hampir punah• Membantu mempercepat Pemuliaan tanaman• Rekayasa genetik tanaman

Page 5: Kultur Jaringan

TAHAPAN TEKNIK MIKROPROPAGASI

1. Tahap Isolasi dan sterilisasi eksplan, yaitu tahap pembersihan eksplan (pucuk, mata tunas, embrio) dari kotoran, kotaminan seperti bakteri dan jamur dengan menggunakan fungisida, bakterisida dan desinfektan, kemudian menanamnya dalam botol kultur.

Tahap Isolasi eksplan

Page 6: Kultur Jaringan

Tahap sterilisasi eksplan

Fungisida Benlate 2 gr/l, 1-2 jam

Bakterisida Agrimicin 2 gr/l,

1-2 jam

NaOCl (Bayclin) 10-40%, 10-30

menit

Larutan antiseptik 0.5 – 1 jam

Penanaman di media inisiasi

Page 7: Kultur Jaringan

2. Tahap Inisiasi Tunas, yaitu tahap dimana bahan tanaman yang sudah disterilisasi ditanam di media yang mengandung Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Sitokinin (Benzylamino purin, Kinetin) yang dapat merangsang tumbuhnya tunas in vitro pertama.

Page 8: Kultur Jaringan

3. Tahap multiplikasi tunas, yaitu tahap dimana tunas yang terbentuk pada tahap inisiasi tunas, dirangsang untuk menggandakan diri dengan menggunakan kombinasi ZPT Sitokinin dan Auksin (NAA, IBA, IAA).

PisangGaharu

Page 9: Kultur Jaringan

5. Tahap aklimatisasi, yaitu tahap pemindahan tunas yang sudah berakar ke media tanah steril di rumah kaca.

4. Tahap pembentukan akar, yaitu tahap dimana tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap penggandaan tunas, ditumbuhkan di media yang mengandung ZPT Auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar.

Jati

Page 10: Kultur Jaringan

FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN KULTUR JARINGAN:

1. Eksplan atau bagian tanaman induk yang digunakan untuk inisiasi kultur secara in vitro.

Pemilihan eksplan yang akan digunakan tergantung pada: a. Tipe kultur, b. tujuan pengkulturan dan c. jenis tanaman yang dikulturkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan eksplan, yaitu a. Bagian tanaman mana yang akan digunakan, b. Umur eksplan, c. Waktu pengambilan eksplan.

Page 11: Kultur Jaringan

Botol kultur disimpan pada rak kultur yang di beri cahaya lampu TL dengan intensitas cahaya 1000-4000 lux

Temperatur ruangan dipelihara pada 25– 28°C dengan menggunakan AC

Lama penyinaran lampu TL diatur 16 jam menyala dan 8 jam padam

Secara berkala ruang kultur disterilisasi dengan menggunakan Formalin.

2. Lingkungan kultur

Eksplan kultur jaringan ditumbuhkan dalam lingkungan aseptik dan terkontrol.

Page 12: Kultur Jaringan

3. Media kulturTerdiri dari:

a. Garam-garam anorganik

Kebutuhan garam anorganik untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan garam anorganik tanaman yang tumbuh normal dilingkungan alaminya

Garam anorganik yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah takaran banyak dikenal dengan unsur makro, meliputi : Unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S.

Garam anorganik yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil dikenal dengan unsur mikro, meliputi : Unsur Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo dan Co.

Page 13: Kultur Jaringan

b. Vitamin, dan bahan organik lainnya

• Kultur tanaman in vitro memerlukan penambahan vitamin yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan sel tanaman.

• Vitamin yang sering digunakan dari kelompok vitamin B, yaitu Thiamin-HCl (Vitamin B1), piridoksin-HCl (Vitamin B6), asam nikotinat, riboflavin (Vitamin B2).

• Bahan organik yang sering digunakan adalah glutamin, asam aspartat, arginin, myo inositol, adenin sulfat, casein hydrolisat, dll.

Page 14: Kultur Jaringan

c. Gula Gula digunakan sebagai sumber energi dalam

media kultur, karena umumnya tanaman yang dikulturkan secara in vitro umumnya tidak melakukan fotosintesis yang sempurna, sehingga memerlukan karbon hidrat yang sudah jadi.

d. Agar, bahan pemadat media

Berfungsi untuk memadatkan larutan media supaya eksplan dapat ditanam pada media dan dapat menyerap unsur-unsur hara yang terkandung dalam media dengan baik.

Page 15: Kultur Jaringan

e. Zat Pengatur tumbuh (ZPT)

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi tanaman, yang aktif dalam jumlah kecil (10-6- 10-5), dan disintesa pada bagian tertentu tanaman dan pada umumnya ditranslokasi kebagian lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan respon biokimia, fisiologi dan morfologi. Sitokinin dan auksin adalah dua kelompok ZPT yang sering digunakan dalam kultur jaringan.

PERANAN SITOKININ

1) dalam memacu pembentangan sel, pembesaran dan pembelahan sel.

2) menunda penuaan sel.

3) mendorong proses morfogenesis, pertunasan, pembentukan umbi, bunga , buah, akar, dll.

4) Jenis-jenis Sitokinin yaitu BAP, Kinetin, Thidiazuron.

Page 16: Kultur Jaringan

Secara luas digunakan dalam perbanyakan mikro dan makro bersama media hara merangsang pertumbuhan kalus, suspesi sel atau organ (seperti meristem, pucuk atau akar) dan mengatur morfogenesis khususnya dalam interaksinya dengan sitokinin.

Auksin merupakan senyawa organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pemanjangan sel pada konsentrasi yang rendah (< 0.001 M). Jenis Auksin yang sering digunakan dalam kultur jaringan adalah 1-Naphtalene Acetic Acid (NAA) dan Indole-3-Acetic Acid (IAA), Indole-3-Butiric Acid (IBA) dan 2,4-Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D).

Pemilihan konsentrasi auksin bedasarkan:1. Jenis pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan2. Kandungan endogen eksplan3. Kemampuan jaringan yang dikulturkan menghasilkan auksin secara alami

AUKSIN

Page 17: Kultur Jaringan

Di dalam kultur jaringan morfogenesis eksplan selalu tergantung dari interaksi antara auksin dan sitokinin

Prinsip keseimbangan auksin dan sitokinin dari Skoog dan Miller (1957) tetap dipergunakan sampai saat ini.

Pembentukan akar pada stek in vitroEmbryogenesis

Pembentukan tunas adventif dari kalus

Inisiasi kalus tanaman dikotilPembentukan tunas adventif

Prolifrasi tunas aksiler

Auksin Sitokinin

Page 18: Kultur Jaringan

PROSES PEMBUATAN MEDIA KULTUR

Bahan kimia ditimbang

Dilarutkan dalam air destilasi

pH larutan diukur, campurkan agar

kemudian dimasak hingga mendidih

Page 19: Kultur Jaringan

PROSES PEMBUATAN MEDIA KULTUR

Media dituangkan kedalam botol

kultur

Diberi label media

Disterilisasi dengan autoclave

Page 20: Kultur Jaringan

PROSES KULTUR JARINGAN TANAMAN

JATI (Tectona grandis)

Page 21: Kultur Jaringan

STERILISASI EKSPLAN JATI

Sumber

eksplan

Pucuk tunas muda dipotong dari sumber eksplan

Dicuci di air mengalir hingga bersih

Direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida

Direndam dalam larutan desinfektan (Clorox/ Bayclin)

Dicuci dengan air steril hingga bersih dari desinfektan

Ditanam di media inisiasi tunas invitro

Page 22: Kultur Jaringan

INISIASI TUNAS IN VITRO PERTAMA

Induksi tunas 3-4 minggu

Pemanjangan tunas 3-4 minggu

Page 23: Kultur Jaringan

PEMOTONGAN TUNAS IN VITRO DALAM LINGKUNGAN STERIL

Page 24: Kultur Jaringan

PENGGANDAAN TUNAS IN VITRO

Induksi tunas 3 minggu

Pemanjangan tunas

3 minggu

Page 25: Kultur Jaringan

AKLIMATISASI

Plantlet

Ditanam dalam media tanah: pasir: kompos yang sudah disterilkan

Disungkup plastik selama 4 minggu

Plantlet Pasca aklimatisasi

Page 26: Kultur Jaringan

Pembesaran bibit setelah aklimatisasi hingga bibit siap tanam dilapangan membutuhkan waktu 2-3 bulan

PEMBESARAN BIBIT DI POLIBAG

3 BULAN

1 BULAN

Page 27: Kultur Jaringan

PEMBUATAN STUMP JATI

Bibit dikeluarkan dari polibag dan

dibersihkan dari media

Akar serabut dipotong dan dibuang sehingga tersisa akar tunggang 8

cm dan pangkal batang 2 cm

Ujung pangkal batang diberi cat hijau sedangkan ujung akar diberi cat

merah untuk mengurangi penguapan air

Stump siap dikirim

Page 28: Kultur Jaringan

PERTUMBUHAN BIBIT JATI

HASIL KULTUR JARINGAN DI LAPANGAN

Page 29: Kultur Jaringan

PERTUMBUHAN TINGGI

0.5 m

1 bulan

1.7 m

3 bulan

3 m

5 bulan

Page 30: Kultur Jaringan

7 m

10 bulan

10 m

1.5 tahun

PERTUMBUHAN TINGGI

13 m

4 tahun

Page 31: Kultur Jaringan

PERTUMBUHAN DIAMETER

6 bulan

4 cm

11 bulan

7 cm

2 tahun

10 cm

4 tahun

12 cm

Page 32: Kultur Jaringan

Diameter 24 cmTinggi 15 m

Page 33: Kultur Jaringan

PROSES KULTUR JARINGAN TANAMAN

SATOIMO/ TALAS JEPANG

(Colocasia esculenta var antiquorum)

Page 34: Kultur Jaringan

PERSIAPAN SUMBER EKSPLAN

Page 35: Kultur Jaringan

STERILISASI EKSPLAN

Sumber eksplan

Dibilas dengan air steril

Dicuci dengan air steril

Ditanam pada medium induksi

Tunas in vitro pertama

Perendaman fungisida, bakterisida dan desinfektan

Page 36: Kultur Jaringan

TAHAP PENGGANDAAN TUNAS

Induksi tunas 3 minggu

Pemanjangan tunas

2 minggu

Page 37: Kultur Jaringan

TAHAP AKLIMATISASIPlantlet

Dibersihkan dengan air mengalir

Diberi hormon penumbuh akar

Direndam dalam fungisida dan bakterisida

Ditanam dalam media steril

Disungkup selama 4 minggu

Page 38: Kultur Jaringan

TAHAP PEMBESARAN BIBIT DI POLIBAG

Setelah diaklimatisasi plantlet ditanam pada polibag selama 1 –2 bulan hingga siap ditanam di lapangan

Plantlet pasca aklimatisasi

1 bulan

Page 39: Kultur Jaringan

PERTUMBUHAN SATOIMO HASIL KULTUR JARINGAN DILAPANGAN

2 bulan0 bulan

1 bulan

Page 40: Kultur Jaringan

UMBI SATOIMO

Umbi satoimo yang dihasilkan dari bibit

umbi

Umbi satoimo yang dihasilkan dari bibit

kultur jaringan

Page 41: Kultur Jaringan

UMBI SATOIMO

Siap ekspor ke Jepang

Page 42: Kultur Jaringan

KELEBIHAN BIBIT HASIL KULTUR JARINGAN DIBANDINGKAN DENGAN BIBIT DARI BIJI /STEK

Kontinuitas ketersediaan bibit dalam jumlah besar akan terjaga sepanjang waktu, tanpa harus menunggu musim berbuah.

Bibit yang dihasilkan akan sama dengan induknya, sehingga tingkat keseragaman pertumbuhan bibit di lapangan tinggi.

Bibit yang dihasilkan bebas dari virus penyakit, karena ditumbuhkan dalam kondisi aseptik.

Page 43: Kultur Jaringan

KELEMAHAN BIBIT HASIL KULTUR JARINGAN DIBANDINGKAN DENGAN BIBIT DARI BIJI /STEK

Dibutuhkan biaya relatif tinggi untuk membangun laboratorium beserta peralatannya.

Biaya produksi yang tinggi, meliputi biaya bahan kimia dan biaya tenaga kerja yang harus mempunyai keahlian khusus.

Page 44: Kultur Jaringan

TERIMA KASIH