Laporan KULTUR JARINGAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MENUNJANG SAUDARA SAUDARA DALAM MEMBUAT LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Citation preview

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    1/51

    1

    I PENDAHULUANA Latar Belakang

    Bioteknologi di bidang pertanian telah berkembang pesat, salah satu

    contohnya adalah kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan

    teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ

    tanaman dalam kondisi aseptis secara in vitro. Ciri teknik ini adalah kondisi kultur

    yang aseptis, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap, dan

    kondisi lingkungan kultur yang sesuai. Lingkungan yang sesuai dapat dipenuhi

    dengan menentukan media tumbuh yang sesuai dan penempatan pada kondisi yang

    terkendali berkaitan dengan intensitas dan periodisitas, cahaya, temperatur, dan

    kelembaban serta keharusan sterilisasi.

    Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari

    tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan maupun organ , serta

    menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat

    memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Sany, 2007).

    Konsep awal dari kultur jarngan adalah diketahuinya kemempuan totipotensi dari sel

    tumbuhan. Totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki

    potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi

    menjadi tanaman lengkap.

    Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus

    dilakukan ditempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang

    juga steril. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa kondisi yang aseptic merupakan

    syarat yang mutlak dalam tahapan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan.

    Lingkungan aseptic sebagai salah satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur

    jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha

    sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    2/51

    2

    Tidak hanya terbatas pada peralatan, namun ruangan yang akan digunakan

    pun harus dalam kondisi aseptic. Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun

    peralatan kultur pada dasarnya untuk menghindari kontaminasi oleh mikro organisme

    yang ada di peralatan maupun di udara bebas sekitar ruangan. Perlakuan tersebut

    mutlak dilakukan terutama pada ruang penabur atau tempat yang digunakan untuk

    penanaman eksplan.

    B TujuanTujuan dari acara ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan mahasiswa

    dalam melakukan sterilisasi peralatan dengan menggunakan autoklaf.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    3/51

    3

    II TINJAUAN PRAKTIKUMSterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang

    terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat digunakanuntuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat tembus uap air dan tidak rusak bila

    dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110-121. Sterilisasi yang umum

    dilakukan dapat berupa:

    a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang

    dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah

    atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas,

    dipergunakan alat bejana/ruang panas (oven dengan temperatur 170180dan

    waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).

    b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan

    alkohol,larutan formalin).

    c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat

    pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah

    dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalahmelakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah

    mikroba).

    Sterilisasi dengan autoklaf adalah salah satu metode sterilisasi dengan uap

    air di bawah tekanan. Kapas penyumbat, kasa, perlatan laboratorium, plastik

    penutup, peralatan gelas, penyaring, air, dan media nutrisi dapat disterilisasi dengan

    autoklaf. Hampir semua mikroba mati bila terkena uap yang sangat panas dari

    autoklaf selama 10-15 menit/ semua obyek hendaknya disterilisasi pada suhu 121C

    dan tekanan 15 Psiselama 15-20 menit. (Torres, 1989).

    Sebagai syarat mutlak suksesnya kultur jaringan tanaman, biasanya sterilisasi

    dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Bahkan autoklaf juga dapat digunakan

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    4/51

    4

    untuk sterilisasi media tumbuh kultur jaringan. Tipe autoklaf yang dapat

    digunakan untuk sterilisasi sangatlah beragam macamnya, mulai dari yang sederhana

    sampai digital (terprogram) (Gunawan, 1988).

    Autoklaf yang sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan air yang

    ditambahkan ke dalam autoklaf. Pemanasan air dapat menggunakan kompor atau api

    Bunsen. Dengan autoklaf sederhana ini, tekanan dan temperatur diatur dengan jumlah

    panas dari api. Kelemahan dari autoklaf ini adalah bahwa perlu adanya penjagaan dan

    pengaturan panas secara manual dan terkontrol, selama masa sterilisasi dilakukan.

    Tetapi autoklaf ini mempunyai keuntungan, yaitu: lebih sederhana sederhana, harga

    relatif murah, tidak tergantung dari aliran listrik yang sering merupakan problema

    untuk negara-negara yang sedang berkembang, serta lebih cepat dari autoklaf listrik

    yang seukuran dan setaraf.

    Autoklaf yang lebih komplit menggunakan sumber energi dari listrik. Alatnya

    dilengkapi dengan timer dan thermostat. Bila pengatur automatis ini berjalan dengan

    baik. Maka autoklaf dapat dijalankan sambil mengerjakan pekerjaan lain.

    Kelemahannya adalah bila salah satu pengatur tidak bekerja, maka pekerjaan

    persiapan media menjadi sia-sia dan kemungkinan menyebabkan kerusakkan totalpada autoklaf. Sebagai sumber uap, juga berasal dari air yang ditambahkan ke dalam

    autoklaf dan didihkan.

    Biasanya untuk laboratorium komersial, menurut Gunawan (1988), diperlukan

    autoklaf dengan kapasitas besar dan sumber uap biasanya dari boiler yang terpisah.

    Autoklaf ini sangat cepat dan dapat diprogam waktu sterilisasi serta waktu

    pendinginan. Setelah sterilisasi bahan atau alat selesai, temperatur dan tekanan

    autoklaf diturunkan secara perlahan-lahan dalam waktu 15-20 menit. Pada autoklaf

    yang programmable (memiliki program yang dapat diatur), panas ini diatur secara

    atomatis. Tetapi pada autoklaf yang sederhana hal ini harus diatur secara manual.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    5/51

    5

    III MATERI PRAKTIKUM

    A Alat dan BahanBahan dan peralatan yang digunakan pada acara praktikum ini antara

    lain autoklaf, kompor serta gas, peralatan kaca/Glass ware (seperti botol

    kultur, Erlenmeyer, petridish, gelas piala), peralatan penanaman /Dissecting

    kit (seperti pinset, scalpel), aluminium foil, kertas paying, karet gelang, kertas

    merang, kertas pembungkus,plastic seal.

    B Prosedur Kerja1. Glass ware dandissesting kitdicuci bersih dengan sabun, dibilas dengan air

    lalu dikeringkan. Setel;ah kering mulut botol ditutup dengan aluminium foil

    dan dieratkan dengan plastic seal (segel plastik). Pinset dan scalpel dibungkus

    dengan kertas aluminium foil.

    2. Glass ware dandissesting kit disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 120oCpada tekanan 17,5 psi selama 30 menit.

    3. Selama proses sterilisasi berlangsung, autoklaf ditutup rapat sehingga tekanandidalam autoklaf naik. Tekanan tinggi tersebut dipertahankan selama 30 menit

    dengan mengecilkan api, dilakukan selama tiga kali.

    4. Kompor dimatikan setelah proses sterilisasi selesai katup dibuka untukmembuang uap air hingga tekanan 0 psi.

    5. Autoklaf dibuka dan peralatan yang disterilisasi diambil.6. Peralatan disimpan di tempat yang bersih.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    6/51

    6

    IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A HasilNo. Nama Alat Gambar Keterangan

    1 Autoclave Alat sterilisasi

    peralatan dan media

    kultur jaringan

    2 TimbanganAnalitik

    Untuk menimbangbahan dalampembuatan media

    kultur jaringan

    3 pH Meter Untuk mengukurpH media kultur

    jaringan

    4 Magnetik Stirer Untuk mengaduk

    larutan dan

    memanaskanlarutan

    5 Botol Kultur Untuk tempat

    menanam eksplan

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    7/51

    7

    6 LAF Untuk tempat

    penanaman eksplan

    7 Gelas ukur Untuk mengukursuatu larutan

    8 Erlenmeyer Untuk menampung

    larutan

    9 Seal Untuk merekatkan

    alumunium foilpada botol kultur

    10 Pipet Untukmemindahkanlarutan

    11 Suntikan Untukmemindahkan

    larutan dengan

    skala yang kecildan terukur

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    8/51

    8

    12 Pembakar Bunsen Untuk sterilisasi

    eksplan dan alat

    13 Petridish Untuk meletakaneksplan yang akar

    di kultur

    14 Pinset Untuk mengambil

    eksplan

    15 Pengaduk Kaca Untuk mengaduk

    larutan dalampembuatan media

    kultur

    16 Sarung Tangan(Gloves)

    Untuk melindungitangan dari panas

    17 Karet Gelang Unttuk mengikatalat-alat yang akan

    disterilkan

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    9/51

    9

    18 Aluminium foil Untuk menutup

    botol kultur

    19 Beker Glass Untuk tempat

    membuat

    media/tempat

    melarutkan larutan

    20 Kertas Payung Untukmembungkus alat-alat yang akan di

    sterilisasi

    B PembahasanSterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus

    dilakukan ditempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yangjuga steril. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa kondisi yang aseptic merupakan

    syarat yang mutlak dalam tahapan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan.

    Lingkungan aseptic sebagai salah satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur

    jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha

    sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur.

    Autoclave adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi,

    peralatan gelas laboratorium dan dekontaminasi atau membunuh bakteri. Pada

    prinsipnya, sterilisasi autoclave menggunakan panas dan tekanan dari uap air.

    Temperature sterilasi biasanya 1210C, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5

    psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    10/51

    10

    dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit

    tergantung dari volume bahan yang disterilkan.

    Prinsip kerja autocalve:

    oProses Sterilisasi pada Autoclave adalah memanfaatkan panas dan tekananuap dalam chamber.

    oPanas dan tekanan tersebut dihasilkan oleh pemanasan elemen di dalamchamber yang dikondisikan menjadi hampa udara.

    osemakin besar setting waktu dan suhu yang digunakan maka semakin besartekanan yang dihasilkan dalam chamber sehingga proses sterilisasi akan lebih

    cepat selesai.

    oTetapi dalam proses sterilisasi sudah ditentukan besarnya suhu dan lamanyawaktu sterilisasi, tergantung pada hasil kualifikasi nya dan dari setiap bahan /

    alat yang akan disterilkan.

    Adapun cara kerja yang baik dalam menggunakan autocalve antara lain,

    sebagai berikut :

    oSebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jikaair kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas

    tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya

    kerak dan karat.

    oMasukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, makatutup harus dikendorkan.

    oTutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak adauap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkanterlebih dahulu.

    oNyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu121oC.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    11/51

    11

    oTunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemenautoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman

    ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu

    15dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.

    oJika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartementurun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure

    gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan

    keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

    Bagian-bagian autoklaf :

    1. Panci luar.

    2. Panci dalam tempat meletakkan botol dengan alur tempat saluran uap.

    3. Tutup beserta penunjuk tekanan dan saluran uap.

    4. Katup pengeluaran uap.

    5. Pengunci atau klem.

    Komponen-komponen utama autoclave :

    1. Pressure Gauge (Pengukur Tekanan Gas/Uap) ; tekanan yang disarankan

    1,05-1,2 kg/cm2

    2. Thermometer (Pengukur Suhu) ; suhu yang disarankan 121o-125

    oC

    3. Exhaust Valve

    a. Saat sterilisasi dimulai, valve dinuka sampai ada uap air yang keluar danmenetes kemudian valve ditutup, tujuannya untuk kesempurnaan

    sterilisasi (pada saat velve dibuka gas/udara yang tidak steril keluar)

    b. Setelah sterilisasi selesai (tekanan menunjukan angka 0), valve dibukakembali untuk mengeluarkan gas/uap yang tersisa

    4. Automatic Pressure Regulating Valve (Sefety Valve) ; menjaga tekanan

    uap/gas tetap pada tekanan yang disarankan

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    12/51

    12

    Alat-alat logam dan gelas yang digunakan pada saat penanaman dapat

    disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset dan gunting dapat juga

    disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam bacticinerator ataupun

    pembakar bunsen.

    Menurut Anonim (2009), khusus untuk skalpel, gagangnya dapat disterilkan

    dengan pemanasan, namun mata pisaunya (blade) dapat menjadi tumpul bila

    dipanaskan dalam temperature tinggi. Oleh karena itu untuk mata pisaunya

    dianjurkan cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan kaporit.

    Sebelum dimasukkan petridish, pisau scalpel , pinset, dan alat-alat yang lain

    (alat-alat logam dan gelas) terlebih dahulu dibungkus dengan kertas agar tidak kontak

    langsung dengan uap air autocalve. Petridish akan mudah rusak (pecah) jika

    mengalami kontak langsung dengan uap air yang panas. Sedangkan alat-alat seperti

    pisau scalpel dan pinset akan mudah berkarat jika berkontak langsung dengan uap air.

    Bagian yang ada tulisan dari kertas pembungkus harus diletakkan di bagian luar agar

    tinta yang larut nanti tidak mengotori alat yang ada di dalamnya.

    Peralatan Kultur Jaringan

    o Cawan petri: Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi)mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan

    bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran,

    diameter cawanyang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak

    15-20 ml,sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media

    sebanyak 10 ml.

    o Botol kul tur: Umumnya botol-botol kultur terbuat dari bahan yang tahan panas. Syaratbotol kultur adalah dasarnya lebar dan mulutnya kecil, karena mulut botol yang lebar

    memungkinkan kontaminasi yang lebih besar. Sama seperti glassware yang lain

    sterilisasi botol kultur dengan autoclave tetapi sebelumnya dicuci bersih dengan deterjen

    dan dikeringkan. Ketika dimasukkan ke dalam autoclave mulut botol kultur ditutup

    dengan plastik dan diikat dengan karet gelang.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    13/51

    13

    o Alumunium foil: adalah Alumunium foil lembaran aluminium tipis yang dapatdipakai untuk berbagai macam aplikasi memasak ataupun lainnya. Salah satu

    keuntungan dari menggunakan aluminium foil adalah karena sifatnya yang dapat

    digunakan kembali hingga beberapa kali. Di dalam kultur jaringan aluminium foil

    berfungsi untuk menutup botol kultur.

    o Seal : Seal digunakan untuk menutup botol kultur atau botol ukur. Tujuannyaadalah untuk meminimalisir masuknya kontaminan ke dalam botol kultur atau

    bisa juga untuk mencegah bahan-bahan atau larutan dalam botol tumpah.

    o Kertas payung: Kertas ini digunakan untuk membungkus alat alat kultur danpetridish sebelum disterillisasikan.

    oKaret gelang: Karet gelang digunakan sebagai pengikat penutup botol yakniplastik atau juga untuk mengikat kertas pembungkus petridish dan dissecting kit

    selama proses sterilisasi dengan autoclave.

    o Suntikan: Jarum injeksi digunakan untuk mengambil larutan stok dalampembuatan media atau untuk memasukkan larutan (enzim) dalam pekerjaan

    isolasi protoplas ataupun untuk keperluan lain. Jarum injeksi ada dua macam

    yaitu yang terbuat dari plastik dan yang terbuat dari kaca. Jarum injeksi ada yang

    dapat disterilisasi dengan autoclave ada juga yang dengan mengganti jarum

    suntiknya.

    o Scalpel:scalpel atau pisau dalam kultur jaringan digunakan untuk mengiris ataumemotong eksplan. Scalpel ada dua macam yaitu scalpel biasa yang dapat dipakai

    seterusnya (selalu disterilkan dengan autoclave) dan scalpel blits. Scalpel jenis

    blits mata pisaunya dapat dipasang menurut ukuran yang dikehendaki.

    Tangkainya dapat disterilkan dengan autoclave sedangkan mata pisaunya hanya

    sekali dipakai. Scalpel blits digunakan untuk mengiris bahan isolasi protoplas

    karena membutuhkan irisan yang sangat tipis (Daisy dan Ari, 2002).

    o pH meter : pH meter yang dipakai pada praktikum kali ini menggunakan pHmeter otomatis. Pengukuran pH media, ujung sensor dimasukkan ke dalam

    larutan media, pada monitor akan muncul nilai pH media. Tinggal kita tambahkan

    NaOH jika terlalu asam dan HCl jika terlalu basa.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    14/51

    14

    o Gelas ukur:Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labuerlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya.

    Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan

    berdasarkan meniskus cekung larutan.

    o Er lenmeyer :Alat ini digunakan dalam kultur jaringan tanaman sebagai saranamenuangkan air suling maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan.

    o Laminar Ai r F low Cabinet (LAFC): Alat ini letaknya di ruang penabur, yaituruang yang selalu harus dalam keadaan steril. Alat ini digunakan sebagai tahap

    perlakuan penanaman.

    o Shaker (penggojok) : Merupakan alat penggojok yang putarannya dapat diaturmenurut kemauan kita.

    o Sarung tangan: Sarung tangan adalah sejenispakaian yang menutupitangan,baik secara sebagian ataupun secara keseluruhan. Fungsi sarung tangan ialah

    untuk melindungi sang pemakai dari pengaruh lingkungan sekitarnya atau

    melindungi lingkungan sekitar dari tangan sang pemakai.

    o Timbangan Analitik :jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalahtimbangan yang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat

    keil. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang

    digunakan untuk kultur jaringan.

    o Stirer : Alat ini berfungsi untuk menggojok dengan pemanas. Denganmenggunakan listrik, alat ini berfungsi sebagai kompor di samping sebagai

    penggojok.

    o Pembakar spir itus: Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisiyang steril adalah pembakar spiritus. Api yang menyala dapat membuat aliran

    udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut

    terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang

    lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang

    berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar

    gas atau metanol.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian
  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    15/51

    15

    o Tabung Reaksi: Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-ujibiokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat

    maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik

    atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur

    menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak ( deep tube agar )

    dan agar miring(slants agar ). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan

    tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak

    terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat

    dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alas an

    efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.

    oPipet Tetes: Fungsinya sama dengan pipet ukur yaitu digunakan untukmemindahkan suatu cairan atau larutan, namun volume yang dipindahkan tidak

    diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan HCl / NaOH

    saat mengatur pH media, penambahan reagen ada uji biokimia, dll.

    o Autoclave: Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat danbahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air

    panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 psi atau sekitar 2

    atm dandengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh

    permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi 2(15 psi = 15 pounds per square inch).

    Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.

    1. Botol bersih diberi beberapa tetes aquadest dan tutup dengan kertas atau

    aluminium foil (jangan terlalu kencang bila menggunakan aluminium foil).

    Untuk botol-botol yang mempunyai tutup yang autoclave, jangan tutup terlalu

    kencang, karena selama pemanasan terjadi pemuaian.

    2. Alat-alat yang perlu disterilkan sebelum penanaman adalah: pinset, gunting,

    gagang skalpel, kertas saring, petri-dish, botol-botol kosong, jarum dan pipet.

    3. Alat-alat dan kertas saring dibungkus rapi dengan kertas tebal atau ditaruh

    dalam baki stainless steel dan bakinya dibungkus dengan kain tebal sebelum

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    16/51

    16

    dimasukkan dalam autoklaf. Alumunium foil tidak direkomendasikan sebagai

    pembungkus, karena uap tidak dapat masuk ke dalam bungkusan. Alat-alat

    sektio seperti pinset, gunting, gagang skalpel, dan jarum, dibungkus dengan

    kertas kopi atau kertas merang. Hindarkan penggunaan Al-foil karena uap

    sukar masuk kedalam bungkusan sehingga sterilisasi kurang efektif.

    4. Petri-dish akan disterilkan, juga dibungkus dengan kertas kopi atau kertas

    merang.

    5. Temperatur yang digunakan untuk sterilisasi botol kultur kosong dan alat-alat

    yang akan digunakan untuk menanam eksplan, adalah 121pada tekanan 15

    psi (pound per square inch) atau 1 atm selama 30-60 menit. Penghitungan

    waktu sterilisasi dimulai setelah tekanan dan temperatur yang diinginkan

    tercapai.

    Pada prinsipnya, sterilisasi autoclave menggunakan panas dan tekanan dari

    uap air. Temperature sterilasi biasanya 121, tekanan yang biasa digunakan antara

    15-17,5 psi( pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari

    volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-

    40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang

    terlalu lama menyebabkan :

    1. Penguraian gula.

    2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino.

    3. Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.

    4. Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.

    ( Lydiane Kyte & John Kleyn. 1996 : 169).

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    17/51

    17

    Suhu sterilisasi yang disarankan adalah 121C, hal ini dikarenakan suhu

    tersebut merupakan suhu kritis, dimana seluruh bentuk kontaminan tidak dapat

    bertahan hidup/mati. Sedangkan khusus untuk lama sterilisasi sifatnya disesuaikan

    dengan volume media yang disterilisasi dan besarnya suhu yang diinginkan,

    Semakin banyak volume media maka semakin lama masa sterilisasinya. Biasanya

    untuk lama sterilisasi 20 menit, volume media yang digunakan berkisar 20-30

    ml/botol atau 70-100ml/cup plastik atau 1 liter botol Schoolt atau 4 liter botol

    Erlenmeyer.

    V SIMPULAN DAN SARAN

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    18/51

    18

    A SIMPULAN Berdasarkan data hasil pengamatan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

    sterilisasi peralatan kultur dilakukan sebagai salah satu syarat utama

    suksesnya kegiatan kultur jaringan yang perlu diterapkan dengan sungguh-

    sungguh, salah satunya dengan menggunakan autoclave pada suhu 1210C

    pada tekanan 15-17,5 psi. selama 30 menit. Beberapa peralatan yang di

    sterilisasi menggunakan autoklaf antara lain botol kultur, petridish,

    Erlenmeyer, aluminium foil, scalpel, dan pinset.

    Bagian-bagian autoklaf :1. Panci luar.

    2. Panci dalam tempat meletakkan botol dengan alur tempat saluran uap.

    3. Tutup beserta penunjuk tekanan dan saluran uap.

    4. Katup pengeluaran uap.

    5. Pengunci atau klem.

    Alat-alat logam dan gelas yang digunakan pada saat penanaman dapatdisterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset dan gunting dapat jugadisterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam bacticinerator

    ataupun pembakar bunsen. Khusus untuk skalpel, gagangnya dapat disterilkan

    dengan pemanasan, namun mata pisaunya (blade) dapat menjadi tumpul bila

    dipanaskan dalam temperature tinggi. Oleh karena itu untuk mata pisaunya

    dianjurkan cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan

    kaporit.

    B SARANSterilisasi alat harus dilakukan sesuai prosedur dan teliti agar tidak terjadi

    kontaminasi

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    19/51

    19

    I PENDAHULUAN

    A Latar BelakangKultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan

    vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik

    perbanyakan vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang

    berbeda. Penerapan teknikkultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam

    ruangan (laboratorium) dan sifatnyaaseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam

    kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitandengan jaringan harus dalam kondisi aseptik. Kondisi ini dimulai dari cara:

    1. Penyiapan peralatan (alat tanam berbahan logam ataupun gelas).

    2. Pembuatan media penanaman.

    3. Penanaman (inisiasi dan pemilihan: a. perbanyakan; b.perakaran).

    Selain peralatan kultur jaringan, media merupakan salah satu factor utama

    dalam keberhasilan kultur. Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat

    yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media kultur

    jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya tidak semua media dapat

    digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa media yang ada memiliki

    perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang diperlukan atau digunakan pada

    kultur.

    Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

    Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur

    jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur

    jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan

    serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai komposisi media kultur

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    20/51

    20

    telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

    tanaman yang dikulturkan. Media kultur fisiknya dapat berbentuk padat atau cair.

    Media berbentuk padat menggunakan pemadat media seperti agar. Media kultur

    yang memenuhi syarat adalah yang mengandung nutrient makro dan mikro dalam

    kadar dan perbandingan tertentu, sumber energi (sukrosa), serta mengandung

    berbagai macam vitamin dan ZPT.

    B TujuanPraktikum ini bertujaun untuk:

    1.

    Mengetahi dan mempraktikan cara membuat larutan stok2. Mengetahui dan mempraktikan cara membuat medium MS (Murashige &

    Skoog)

    3. Melakukan sterilisasi medium

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    21/51

    21

    II TINJAUAN PRAKTIKUMMedia kultur jaringan merupakan faktor penting penentu

    keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Media tanam harus berisisemua zat yang diperlukan untuk menjamin kebutuhan eksplan. Bahan-bahan yang

    diramu berisi campuran garam mineral sumber unsur makro dan unsur mikro, gula,

    protein, vitamin, dan hormon tumbuhan. Berhasilnya kultur jaringan banyak

    ditentukan selain kondisi aseptic juga oleh media tanam. Campuran media yang satu,

    dapat cocok untuk jenis tanaman tertentu, tetapi dapat kurang cocok untuk jenis

    tanaman yang lain.

    Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure

    murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam

    media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulu dilarutkan dalam

    konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar

    sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Rahardja, 1995)

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur jaringan yaitu

    bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan,

    substansi organik yang ditambahkan dan terang atau gelapnya saat inkubasi. Dari

    sekian banyak permasalahan yang harus diteliti dan diperhatikan adalah komposisi

    media tumbuh pada kultur jaringan karena sangat besar pengaruhnya terhadap

    pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Daisy 1994).

    Teknik aseptik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam kutur jaringan.

    Keaseptikan harus dijaga dalam proses pengkulturan, selain itu juga termasuk

    sterilisasi bahan tanaman (eksplan). Pada tahap ini dilakukan berbagai perlakuan

    untuk membersihkan kotoran yang ada di permukaan bahan tanaman (disinfestasi).

    Selain itu, zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara yang dalam

    jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi

    tanaman. (Prawitasari 2005)

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    22/51

    22

    III MATERI PRAKTIKUM

    A Alat dan Bahan1 Bahan: Media MS

    a. Unsur hara makro :

    - KNO3 = 1.900 mg/l

    - NH4NO3 = 1.650 mg/l

    - CaCl2.2H2O = 440 mg/l

    - MgSO4.7H2O = 370 mg/l- KH2PO4 = 170 mg/l

    b. Unsur hara mikro :

    - MnSO4.4H2O = 22,3 mg/l

    - ZnSO4.7H2O = 8,6 mg/l

    - MoBO3 = 6,2 mg/l

    - KI = 0,83 mg/l

    - Na2MoO4.2 H2O = 0,25 mg/l

    - CuSO4.5H2O = 0,025 mg/l

    c. Besi :

    - FeSO4.7H2O = 27,8 mg/l

    - Na2-EDTA.2H2O = 37,3 mg/l

    d. Vitamin :

    - Mio-inositol = 100 mg/l

    - Thiamin HCl = 0,1 mg/l

    - Asam nikotinat = 0,5 mg/l

    - Piridoksin HCl = 0,5 mg/l

    - Glisin = 2 mg/l

    e. ZPT :

    - Sitokinin = 1 mg/l

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    23/51

    23

    - Auksin = 1 mg/l

    f. Bahan pemadat : agar = 7 g/l

    g. Sukrosa = 30 g/l

    h. KOH atau NaOH = 1 M

    i. HCl = 1 M

    2 Alat:a. Tabung erlenmeyer h. Timbangan analitik

    b. Gelas ukur i. Botol kultur

    c. Pipet j. Otoklaf (autoclave)

    d. Pengaduk kaca k. Aluminium foil

    e. Magnetic stirrer l. Karet gelangf. Kompor m. Kertas payung

    g. pH meter

    B. Cara Kerja

    1 Pembuatan larutan stoka. Larutan stok A, merupakan larutan unsur hara makro, dibuat 10 kali dilarutkan

    dalam 1000 ml aquades.

    b. Larutan stok B, merupakan larutan hara mikro, dibuat 1000 kali dalam 100 ml

    aquades.

    c. Larutan stok C, merupakan campuaran FeSO4.7H2O dan Na-EDTA, dibuat 100

    kali dan dilarutkan ke dalam 200 ml aquades.

    d. Larutan stok D, merupakan larutan vitamin kecuali mio-inositol, dibuat 100 kali

    ke dalam 200 ml aquades.

    e. Larutan stok E, merupakan larutan mio-inositol, dibuat 100 kali dan dilarutkan

    ke dalam 100 ml aquades.

    f. Larutan Stok F, merupakan larutan ZPT, dibuat 100 kali dilarutkan ke dalam

    500 ml aquades.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    24/51

    24

    2 Pembuatan Medium Kultura. Aquades sebanyak 500 ml disiapkan di dalam erlenmeyer berukuran 1000 ml.

    Untuk pembuatan 1 liter medium, ditambahkan stok A 100 ml, stok B 5 ml,

    stok C 50 ml, stok D 50 ml, stok E 2 ml dan stok F : IAA (air kelapa) 15 ml.

    b. Sukrosa ditimbang sebanyak 30 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

    sambil diaduk.

    c. Aquades ditambahkan samapai volumenya 1000 ml.

    d. pH larutan diukur menggunakan pH meter elektrik hingga mencapai pH yang

    dibutuhkan yaitu 5,75,8. Jika terlalu asam tambahkan NaOH atau KOH 1 M,

    dan jika terlalu basa tambahkan HCl 1 M.e. Sebanyak 7 gram agar-agar ditambahkan ke dalam larutan, lalu dpanaskan

    sampai mendidih sambil diaduk-aduk.

    f. Medium dituangkan ke dalam botol sekitar 20 ml.

    g. Botol ditutup menggunakan aluminium foil dan seal.

    3 Sterilisasi Mediaa. Botol kultur yang sudah berisi medium dimasukkan ke dalam autoclavedengan

    tekanan 15 - 17,5 psi pada suhu 120oC selama 20 menit, sampai tiga kali.

    b. Botol diangkat dan disimpan dalam ruang inkubasi sampai siap digunakan.

    c. Medium siap digunakan.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    25/51

    25

    IV HASIL DAN PEMBAHASANA HasilMedia MS

    B PembahasanPembuatan media harus berdasarkan perhitungan konsentrasi yang tepat.

    Karena akan mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan. Media yang digunakan

    merupakan media Ms (Murashige dan Skoog). Pada proses pembuatannya, unsure

    makro diencerkan sebanyak 5 kali, unsure mikro 100 kali, stok Fe 200 kali, vitamin

    10 kali, ZPT 100 kali. Ditambakan pula sukrosa yang bertujuan untuk memberikan

    bahan baku metabolisme eksplan karena eksplan beum mampu menghasilkan asimilat

    seperti tumbuhan pada umumnya. Selanjutnya ditambahkan pemadat berupa agar

    swallow untuk memadatkan media.

    Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari

    hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam

    tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil yang lebih

    baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan vitamin,

    asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam bentuk gula

    maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan (Gunawan,

    1988).

    o Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnyabagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai

    laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan

    membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi. Menurut

    Gautheret dalam Gunawan (1992), sukrosa adalah sumber karbohidrat

    penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun

    jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    26/51

    26

    dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung

    pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi

    sebagai tekanan osmotik media.

    o Asam amino merupakan sumber N organik. Asam amino yang seringdigunakan adalah glutamine, asparagin, sistein, dan glisin.

    o Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam system enzim dan diperlukandalam jumlah kecil. Vitamin yang dibutuhkan pada sebagian besar kultur

    jaringan tumbuhanadalah thiamin, yang diberikan dalam bentuk Thiamin-

    HCl. Vitamin lain yang biasa digunakan adalah asam nikotinat dan piridoksin

    HCl (vitamin B6).

    Pembuatan larutan stok pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan bahan-

    bahan yang diperlukan pada pembuatan media dengan konsentrasi yang tepat. Karena

    media-media yang digunakan pada kultur jaringan diperlukan unsure-unsur dengan

    konsentrasi yang sangat kecil. Karena tidak dimungkinkan menimbang unsure dengan

    konsentrasi yang sangat kecil, maka dibuat lah larutan stok dengan menggunakan

    konsep kalibrasi, sehingga pada pembuatan media, unsure-unsur tersebut dapat

    digunakan seusia dengan konsentrasi yang diinginkan (Sriyanti, 2002).

    Selain media MS yang digunakan, terdapat pula beberapa jenis media lain,

    diantaranya (Raharja, 1995):

    1. Heler2. White3. Nitsch & Nitsch4. Hildebrandt, Riker dan Duggar5. Gautheret6. Knudson7. VAcin dan Went8. Miller9. Linsmaier & Skoog

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    27/51

    27

    10.Gamborg11.Murashige & Skoog12.White, diperkaya dengan fosfat dan diperkuat dengan senyawa organic

    seumber N serta asam amino.

    Media nomor 1 sampai dengan nomor 5 adalah media dasar yang hanya berisi

    unsure makro dan unsure mikro. Untuk keperluan kultur jarigan, media tersebut

    masih perlu ditambahkan bahan pelengkap berupa asam amino, vitamin, gula dan

    hormone tumbuhan. pH disesuaikan sehingga nilainya berkisar sekitar 5,6. Bahan-

    bahan lain yang dapat ditambahkan sebagai pelengkap misalnya ekstrak tauge,

    ekstrak ujunga kecambah jagung dan air kelapa muda (Raharja, 1995).

    Beberapa media dasar yang banyak digunakan antara lain media dasar

    Murashige dan Skoog (1962) yang dapat digunakan untuk hampir semua jenis kultur,

    media dasar B5 untuk kultur sel kedelai dan legume lainnya, media dasar White

    (1934) sangat cocok untuk kultur akar tanaman tomat, media dasar Vacin dan Went

    (1949) digunakan untuk kultur jaringan anggrek, media dasar Nitsch dan Nitsch

    (1969) digunakan dalam kultur tepung sari (pollen) dan kultur sel, media

    dasar Schenk dan Hildebrandt (1972) untuk kultur jaringan tanaman monokotil,

    media dasar WPM (Woody Plant Medium, 1981) khusus untuk tanaman berkayu,

    media dasar N6(1975) untuk serealia terutama padi. Untuk eksplan dari tanaman

    keras sering menggunakan medium WPM, sedangkan untuk tanaman semusim

    (sayuran dan tanaman hias) sering menggunakan medium MS. Medium Kundson C

    cocok untuk menanam eksplan kelapa kopyor dan anggrek. Dari sekian banyak media

    dasar di atas, yang paling banyak digunakan adalah media Murashige dan Skoog

    (MS).

    Keasaman pH adalah nilai derajat keasaman atau kebasaan dari larutan dalam

    air. Keasaman (pH) suatu larutan menyatakan kadar dari ion H dalam larutan. Nilai di

    dalam pH berkisar antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat basa), sedangkan titk

    netral adalah pH pada 7. Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    28/51

    28

    jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif sempit dengan titik optimal antara pH

    5,0-6,0. Bila eksplan mulai tumbuh, pH dalam lingkungan kultur jaringan tanaman

    umumnya akan naik apabila nutrein habis terpakai. Pengukuran pH dapat dilakukan

    dengan menggunakan pH meter, atau bila menginginkan yang lebih praktis dan

    murah dapat digunakan kertas pH. Bila ternyata pH medium masih kurang normal,

    maka dapat ditambah KOH 1-2 tetes. Sedangkan apabila pH melampaui batas normal

    dinetralkan dengan penambahan HCL.

    Menurut Gamborg dan Shyluk (1981) dalam Gunawan (1988), sel-sel

    tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5,55,8. Pengaturan pH,

    biasa dilakukan dengan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-kadang KOH)

    atau HCL pada waktu semua komponen sudah dicampurkan .

    Faktor pH dalam media juga perlu mendapat perhatian khusus. pH tesebut

    harus diatur sedemikian rupa, hal ini ditujukan agar tidak mengganggu fungsi

    membran sel dan pH dari sitoplasma, sehingga media yang dibuat sesuai dengan

    kondisi yang menjadi syarat untuk tumbuhnya eksplan dalam kultur jaringan. Selain

    itu, jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH

    kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat. Pengaturan pH selain memperhatikan

    kepentingan beberapa fisiologi sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor:

    o Kelarutan dari garam-garam penyusun media.o Pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garamgaram lain.o Efisiensi pembekuan agar-agar.

    Bahan pemadat media yang paling banyak digunakan adalah agar-agar. Agar-

    agar adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam

    analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K,

    dan Na (Debergh, 1982 dalam Gunawan, 1992). Keuntungan dari pemakaian agar-

    agar adalah :

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    29/51

    29

    o Agar-agar membeku pada suhu 45 C dan mencair pada suhu 100C sehinggadalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang

    stabil.

    o Tidak dicerna oleh enzim tanaman.o Tidak bereaksi dengan persenyawaan - persenyawaan penyusun media.

    Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

    perbanyakantanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah

    diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

    yang dikulturkan. Contohnya komposisi Knudson C (1946), Heller (1953), Nitsch

    dan Nitsch (1972),Gamborg dkk B5 (1976), Linsmaier dan Skoog-LS (1965),

    Murashige dan Skoog MS(1962) serta woody plant medium-WPM (Lloyd dan Mc

    Known, 1980). Komponen media kultur yang lengkap dan yang harus diperhatikan

    dalam pembuatan media kultur adalah sebagai berikut :

    o Air distilata (akuades) atau air bebas ion sebagai pelarut atau solven.o Hara-hara makro dan mikro.o Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energy.o Vitamin, asam amino dan bahan organic lain.o Zat pengatur tumbuh.o Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan.o Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media.( Endang Yuniastuti. 2008: 5)

    Untuk memenuhi factor pertumbuhan tanaman, maka factor factor yang

    harus diperhatikan dalam pembuatan media kultur jaringan yang baik adalah media

    yang mengandung:

    1. Hara anorganik. Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan

    tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in

    vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur unsur

    penting ini harus dimasukkan dalam media kultur. Perbandingan 5 media pada

    Tabel 12.1 memperlihatkan bahwa unsur esensial ini dimasukkan pada masing

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    30/51

    30

    masing media tapi konsentrasinya berbeda karena diberikan dalam bentuk

    yang berbeda.

    2. Hara organic. Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrofdan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman

    in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak

    menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang

    sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin

    merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan

    inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut, bahan

    kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate,

    air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain lain. Penambahan bahan

    kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian

    yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu,

    mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino.

    3. Sumber karbon. Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan

    karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa

    harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energybagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk

    memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh.

    Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 5% digunakan sebagai sumber karbon

    tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga

    digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan

    glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam

    kultur.

    4. Agar. Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel

    dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel.

    Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.71.0%. Pada konsentrasi

    tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    31/51

    31

    difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti

    Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain

    yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin

    kadang kadang digunakan pada lab komersial. Gel sintetis diketahui dapat

    menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis

    yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru bernaman

    Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran agar

    dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus

    mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan

    mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental

    untuk 1 L media.

    5. pH. media biasanya diatur pada kisaran 5.6 5.8 tapi tanaman yang berbeda

    mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH

    lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang

    dari 5.2, agar tidak dapat memadat.

    6. Zat Pengatur Tumbuh. Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur

    tumbuh. Zat pengatur tumbuh akan dibahas tersendiri pada minggu 13.

    7. Air. distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab

    menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan

    ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol

    kandungan bahan organik dan non-organik pada media.

    8. Pemilihan Media. Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media

    MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garamdan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses

    digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D

    ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 5 mgL-1. Untuk multiplikasi

    tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    32/51

    32

    pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 12

    mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur

    jaringan adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian

    kecil untuk menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2

    pendekatan: Pendekatan pertaman adalah dengan menggunakan media dasar

    MS dan meneliti kisaran dua zat pengatur tumbuh yang berbeda pada media

    tersebut. (Anonimous, 2009).

    Seperti halnya peralatan kultur, media yang digunakan juga perlu dilakukan

    sterilisasi untuk menciptakan kondisi lingkungan yang aseptic bagi eksplan. Untuk

    media kultur yang tidak mengandung bahan-bahan yang Heat-labile, sterilisasi

    dilakukan dengan autoklaf pada temperature 121Oc, tekanan antara 15 psi atau 1 atm

    dengan waktu antara 20-25 menit tergantung dari volume wadah dan volume media.

    Untuk 15-50 ml media dalam tabung reaksi atau botol kecil berukuran 50-100 ml,

    sterilisasi dilakukan pada tekanan 15 psi dengan waktu 20 menit. Untuk 20 botol

    volume 1 liter membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 34 menit, 10 botol volume

    2 liter memerlukan waktu 37 menit, 5 botol 4 liter waktu yang digunakan 52 menit.

    Dengan waktu yang lebih lama.

    Dalam sterilisasi aquadest dan media, setelah waktu sterilisasi yang

    diinginkan sudah tercapai, autoklaf tidak boleh diturunkan tekanannya secara

    mendadak. Bila tekanan diturunkan mendadak, cairan didalamnya mendidih dan

    meluap (bubbled up). Untuk bahan-bahan yang heat-labile dalam bentuk larutan,

    sterilisasi dilakukan dengan menyaring larutan melalui filter yang mempunyai ukuran

    pori 0.20-0.22 um. Diameter filter yang bermacam-macam tergantung dari volume

    larutan yang ingin disterilkan. Untuk volume larutan 10 ml, dipergunakan filter yang

    dipasang di ujung jarum suntik. Bahan yang heat labile antara lain : GA3, Thiamin-

    HCL, Ca-panthothenate, Antibiotik: carbenocilin (Anonimous, 2009).

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    33/51

    33

    V SIMPULAN DAN SARAN

    A SIMPILANBerdasarkan hasil pengamatan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

    1. Media kultur jaringan merupakan faktor penting penentukeberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Media tanam harus

    berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin kebutuhan eksplan. Bahan-

    bahan yang diramu berisi campuran garam mineral sumber unsur makro dan

    unsur mikro, gula, protein, vitamin, dan hormon tumbuhan. Berhasilnya kulturjaringan banyak ditentukan selain kondisi aseptic juga oleh media tanam.

    2. Pembuatan larutan stok dilakukan dengan mengencerkan menggunakanaquades. unsure makro diencerkan sebanyak 5 kali, unsure mikro 100 kali,

    stok Fe 200 kali, vitamin 10 kali, ZPT berupa IAA dan Kinetin 100 kali.

    3. Pembuatan medium MS dilakukan dengan mencampurkan stok yang telahdibuat. Untuk pembuatan 1L medium, maka stok unsure makro diambil

    sebanyak 100 ml, stok unsure mikro diambil 5 ml, stok Fe diambil 5 ml, stok

    vitamin diambil 50 ml, stok ZPT untuk auksin dan sitokinin masing-masing 1

    ml.

    4. Sterilisasi medium dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210Cpada tekanan 15-17,5 psi selama 20 menit.

    B SARAN1. Pembuatan larutan stok mikro dan stok mikro dalam media MS harus

    dilakukan dengan teliti agar eksplan dapat tumbuh dengan baik.

    2. Sterilisasi media harus dilakukan dengan baik, agar tidak terjadi kontaminasi.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    34/51

    34

    1 PENDAHULUAN

    A Latar BelakangKultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman

    dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam

    keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan

    seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi

    dan pemuliaan tanaman.

    Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan ada 3

    tahap, yaitu :

    1. Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan2. Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.3. Tahap III atau disebut juga tahap penndewasaan.( D.F. Wetherell,1976).

    Langkah pertama yang harus dilakukan apabila akan melakukan kultur

    jaringan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai, karena akan menyangkut

    materi yang akan digunakan. Misalnya tujuannya ingin memperbanyak tanaman

    dengan hasil yang sesuai dengan induknya, maka dilakukan kultur meristem atau

    kultur kalur. Apabila tujuannya ingin mendapatkan tanaman yang homozigot,

    dilakukan kultur anther. Langkah berikutnya adalah menentukan medium yang akan

    digunakan dengan menambahkan ZPT vitamin dan suplemen lainnya. Selanjutnya

    adalah tahap kerja di laboratorium.

    Proses pelaksanaan kultur jaringan yang dapat dikatakan proses terakhir yaitu

    penanaman eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga masih digunakan pada

    pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptic. Pada pross penanaman eksplan,

    lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh

    karenanya penanaman biasanya dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang

    transparan dan terdapat lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan LAF

    (Laminar Air Flow).

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    35/51

    35

    Penanaman eksplan harus dilakukan pada ruangan yang harus steril, dan

    eksplan juga dalam keadaan yang steril pula. Penanaman dapat dilakukan pada

    ruangan tertutup atau ruangan penabur dalam Laminair Air Flow (LAF). Ruangan

    digunakan, setelah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan larutan alkohol 96 %

    pada lantai dan dinding ruangan, dan membiarkan ruangan selama 30 menit dengan

    sinar UV yang menyala.

    Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok yang cukup

    mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan

    perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara praktikum diatas dilakukan

    sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media kultur, tanaman atau eksplan yang

    akan ditanam juga harus dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan tidak

    terserang penyakit ataupun terkena serangan mikroba.

    Keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya

    sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi

    ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan

    yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.

    B Tujuan1. Mengetahui dan mempraktikan cara menanam eksplan dan sub kultur.2. Mengamati pertumbuhan eksplan.3. Mencari factor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    36/51

    36

    II TINJAUAN PRAKTIKUM

    Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka kebutuhan

    bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat sulit untuk

    memenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif cepat. Dengan

    demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi

    pilihan.( Mariska, 2008 ).

    Menurut Sriyanti (1994), kultur jaringan adalah suatu metode untuk

    mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan

    dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian

    tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap

    kembali. Tujuan dari Kultur jaringan diantaranya menciptakan tanaman baru bebas

    penyakit, memperbanyak tanaman yang sukar diperbanyak secara seksual, dan

    menghasilkan tanaman baru sepanjang tahun (Hendaryono,1994).

    Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan

    atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan

    adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali

    disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin,

    berarti "di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau

    cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara

    teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan

    (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media

    tertentu (Hendra, 2007).

    Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, diantaranya: faktor genetik, media tumbuh, faktor lingkungan, dan

    zat pengatur tumbuh. Menurut Wetherell (1982), zat pengatur tumbuh (ZPT) di dalam

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    37/51

    37

    dalam media berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman

    pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan.

    Di dalam tanaman terdapat fitohormon yang mendorong pertumbuhan dan

    perkembangan, serta fitohormon yang menghambat. ZPT akan bekerja secara aditif

    (sinergis) dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis dengan fitohormon yang

    menghambat. Resultan dari interaksi ini akan tampil dalam pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman. Menurut Gardner (1991) tanaman pada kultur jaringan tidak

    dapat menghasilkan karbohidrat sendiri dalam jumlah cukup sehingga perlu diberikan

    sumber energi karbon dalam media berupa sukrosa.

    Proses perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri atas seleksi pohoninduk (sumber eksplan), sterilisasi eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi, perakaran, dan

    aklimatisasi. Eksplan berupa mata tunas, diambil dari pohon induk yang fisiknya

    sehat. Tunas tersebut selanjutnya disterilkan dengan alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan

    Clorox 30%. Inisiasi tunas. Eksplan yang telah disterilkan di-kulturkan dalam media

    kultur (MS + BAP). Setelah terbentuk tunas, tunas tersebut disubkultur dalam media

    multiplikasi (MS + BAP) dan beberapa komponen organik lainnya. Multiplikasi

    dilakukan secara berulang sampai diperoleh jumlah tanaman yang dikehendaki,

    sesuai dengan kapasitas laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung selama

    23 bulan. Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur, dalam periode

    tersebut dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah tunas mencapai

    jumlah yang diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada media perakaran (

    Biogen, 2008 ).

    Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada

    umumnya berlangsung selama 1 bulan. Planlet (tunas yang telah berakar)

    diaklimatisasikan sampai bibit cukup kuat untuk ditanam di lapang. Aklimatisasi.

    Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian, yang kondisinya

    (terutama kelembaban) dapat dikendalikan. Planlet dapat ditanam dalam dua cara.

    Pertama, planlet ditanam dalam polibag diameter 10 cm yang berisi media (tanah +

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    38/51

    38

    pupuk kandang) yang telah disterilkan. Planlet (dalam polibag) dipelihara di rumah

    kaca atau rumah kasa. Kedua, bibit ditaruh di atas bedengan yang dinaungi dengan

    plastik. Lebar pesemaian 1-1,2 m, panjangnya tergantung keadaan tempat. Dua

    sampai tiga minggu sebelum tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4

    kg/m2) dan disterilkan dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x 20

    cm. Aklimatisasi berlangsung selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama dapat

    dilakukan bila lokasi pertanaman letaknya jauh dari pesemaian dan cara kedua

    dilakukan bila pesemaian berada di sekitar areal pertanaman ( Biogen, 2008 ).

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    39/51

    39

    III MATERI PRAKTIKUM

    A Bahan dan Alat : Bahan

    a. Bahan eksplan yang dapat berupa daun muda, tunas, pucuk tanamanb. Media tumbuhc. Sterilan : alcohol, sublimat, Cloroxd. Aquades steril

    Alata. Laminar Air Flowb. Erlenmeyerc. Handsprayer

    B Prosedur Kerja Persiapan ruang penabur

    1. Sebelum digunakan ruang penabur disterilkan dengan sinar UV selama

    30 menit atau dengan menyemprotkan alcohol 96% ke bagian tangan

    dan botol yang berisi media

    2. Alat-alat yang digunakan diatur dengan rapi pada LAF, posisi scalpel

    dan pinset serta alcohol 96% yang digunakan untuk mensterilkan

    dissecting kit (scalpel dan pinset) disebelah kiri Bunsen sedangkan botol

    kultur disebelah kanan.

    3. Petridish diletakan dibagian tengah, setiap selesai eksplant dipotong

    petridish ditutup kembali untuk menghindari kontaminasi.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    40/51

    40

    4. Selesai digunakan alat disterilkan dengan alkohok dan dibakar dengan

    Bunsen.

    5. Sebelum masuk kedalam LAF semua seperti botol dan tangan harusdisterilkan dengan alcohol 96%.

    6. Setiap selesai menggunakan pinset maupun scalpel, lalu dicelupkan

    kedalam alkohol, lalu dibakar pada nyala api bunsen.

    Penyiapan EksplanEksplan adalah bahan tanaman yang akan dikulturkan, dapat berupa daun,

    tunas, pucuk, bunga, endosperm, buah muda, sel, protoplas dan yang

    lainnya.

    Penanaman Eksplana. Disiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk penanaman eksplan.

    b. Diambil potongan eksplan yang sudah siap untuk ditanam denganpinset.

    c. Dibuka botol kultur yang telah berisi media dan dibakar bagian mulutbotol.

    d. Diletakan eksplan kedalam media dengan hati-hati.e. Botol ditutup dengan kertas aluminium foil dan diseal.f. Diletakan pada ruang inkubasi.g. Diamati perkembangan eksplan.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    41/51

    41

    IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A Hasil

    B PembahasanKultur jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman

    dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam

    keadaan steril. Dalam melakukan proses kultur jaringan ada beberapa langkah yang

    harus dilakukan diantaranya adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai hal ini

    penting karena menyangkut materi yang akan digunakan. Setelah mengetahui tujuan

    yang aingin dicapai langkah yang dilakukan berikutnya adalah menentukan medium

    yang akan digunakan.( Nasir,2001)

    Hari / Tanggal

    Pengamatan

    No Botol Eksplan Keterangan

    1 2 3 1 2 3

    Kamis, 15

    Desember 2011

    Belum

    Tumbuh

    Belum

    Tumbuh

    Belum

    Tumbu

    h

    Eksplan,

    media

    (baik)

    Eksplan,

    media

    (baik)

    Eksplan,

    media

    (baik)

    Senin, 19Desember 2011

    BelumTumbuh

    BelumTumbuh

    BelumTumbu

    h

    Kontam(jamur)

    Kontam(jamur)

    Kontam(jamur)

    Rabu, 21

    Desember 2011

    Belum

    Tumbuh

    Belum

    Tumbuh

    Belum

    Tumbu

    h

    Kontam

    (jamur)

    Kontam

    (jamur)

    Kontam

    (jamur)

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    42/51

    42

    Proses kultur jaringan tidak bisa dilakukan di temapt yang sembarangan, akan

    tetapi dilaksanakan pada laboratorium tertentu. Proses penyimpanan eksplan

    dilakukan di dalam ruang penabur. Dimana ruang penabur merupakan kunci

    keberhasilan budidaya in-vitro. Didalam ruangan ini semua dilakukan dengan steril,

    dan pengawasan kesterilan di ruang penabur tersebut sangat ketat.( Moeso S,1996 )

    LAF cabinet merupakan suatu kotak tempat sterilisasi dan penanaman eksplan

    ( bahan tanam ). Di dalam laminar, terdapat blower dan lampu ultra violet. Blower

    menghembuskan udara halus melalui suatu kotak filter yang fungsi untuk mencegah

    kontaminan yang berasal dari udara. Sementara itu, lampu ultra violet berfungsi untuk

    mematikan kontaminan yang berada di permukaan dalam laminar, permukaan dalam

    laminar dilap dengan kapas atau tissu yang sebelumnya dicelupkan dalam alkohol

    70% dan lampu ultra violetnya dinyalakan selama 0,5-1jam (Hendaryono,1994 ).

    Prinsip kerja Laminar Air Flow Cabinet

    Lamianar Air Flow Cabinet digunakan sebagai meja kerja steril untukkegiatan inokulasi/ penanaman.

    Laminar Air Flow Cabinet mengutamakan adanya hembusan udara steril yangdigerakkan oleh blower yang disaring oleh HEPA Filter.

    Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow Cabinet harus dinyalakan minimal30 menit dan harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan

    ruang kerja tersebut terjamin kesterilannya.

    Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yangberfungsi sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang.

    Agar Laminar Air Flow Cabinet dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaandan perawatan alat harus selalu dilakukan.

    Cara kerja Laminar Air Flow Cabinet

    Bersihkan meja kerja dengan menggunakan tissue, Semprot meja kerjadengan menggunakan alkohol tanpa mengenai bagian filter HEPA.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    43/51

    43

    Tutup kaca Laminar Air Flow Cabinet, kemudian nyalakan lampu UV selama30 menit.

    Setelah minimum 30 menit, matikan lampu UV dan buka kaca laminar airflow cabinet serta nyalakan lampu TL dan blower.

    Siapkan pisau scalpel dan pinset pada meja kerja steril Semprotkan alattersebut dengan menggunakan alcohol.

    Bakarlah alat tersebut dengan menggunakan nyala api lampu spirtus. Lakukankegiatan inokulasi dengan hati-hati dan cermat sesuai dengan petunjuk kerja.

    Bersihkan kembali Laminar air flow cabinet sehingga dalam kondis siappakai. Matikan blower dan lampu TL, tutup kembali pintu kaca meja steril.

    Pada laminar air flow cabinet, terdapat 2 macam filter :

    o Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu danbenda-benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira 5mm sehingga efisiensinya

    dapat mencapai 95mm untuk objek-objek yang >5mm.

    o HEPA filter dengan pori-pori 0.3 m dan terdapat pada bidang keluar udarakearah permukaan tempat kerja.

    Pre-filter harus sering dibersihkan dengan vacum cleaner dan sebaiknya

    diganti 1 tahun sekali. Namun HEPA filter diganti setelah melalui pemeriksaan

    dengan particulate count atau dengan alat yang disebut magnehelic gauge. Laminar

    air flow cabinet ada yang dilengkapi dengan lampu UV, ada juga yang tidak. Pada

    laminar air flow cabinet yang tidak dilengkapi dengan lampu UV, blower harus

    dijalankan terus menerus walaupun laminar air flow cabinet tersebut sedang tidak

    dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam

    laminar air flow tersebut. Pada laminar air flow yang dilengkapi dengan lampu UV.

    dianjurkan agar menyalakan lampu UV. minimum 30 menit sebelum laminar air flow

    digunakan. Ketika laminar air flow sedang digunakan, lampu UV harus dimatikan,

    sedangkan blower dijalankan. Blower pada laminar air flow cabinet yang dilengkapi

    dengan lampu UV, hanya dijalankan pada saat laminar air flow sedang digunakan. (

    D.F.Wetherell,1976 )

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    44/51

    44

    Ukuran :

    Panjang total : 80 cm Lebar total : 75 cm Tinggi total : 95 cm Ruang kerja LAFC :

    Panjang : 77 cm Lebar : 42 cm Tinggi : 61 cm

    Bobot Total sekitar 75 kg.

    Komponen dan bahan.

    Sentrifugal Blower 90 watt, dengan setting dua kekuatan. Lampu Ultra violet 15 watt, panjang gelombang < 320 nanometer (khusus

    untuk sterilisasi).

    Lampu neon 20 watt. Bahan pelapis luar dan ruang kerja bagian dalam adalah plat Almunium. Komponen dasar Mulipel blok. Lapisan bagian dalam diberi lapisan peredam suara, sehingga suara mesin

    sangat halus. lantai kerja almunium dilapis kaca tebal 5 mm di cat bagian

    bawahnya putih.

    Rangka luar filter Kawat persegi aluminium versi baru. Komponen penutup ruang kerja adalah akrilik kualitas prima/bening. Bagian dalam dilengkapi lapisan kaca setengah bagian untuk mengurangi

    kontaminasi dari luar.

    Dilengkapi dengan rangka meja besi yang kokoh khusus untuk meletakkanLAFC.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    45/51

    45

    Sterilisasi eksplan dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan dua cara yaitu

    secara mekanik dan secara kimia.

    a. Sterilisasi eksplan secara mekanis. Cara ini digunakan untuk eksaplan yangkeras atau berdaging, yaitu dengan membakar eksplan tersebut diatas lampu

    spirtus sebanyak tiga kali. Eksplan keras yang disterilkan dengan cara ini

    adalah tebu, biki salak, bung, buah anggrek, akapulaga dan sebagainya.

    Sterilisasi eksplan dengan cara kimiawi.

    b. Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak seperti daun,tangkai daun, dan sebagainya. Bahan kimia yang sering dipakai untuk

    disinfestasi adalah alkohol seperti etil, metil, atau isopropyl-alkohol dengan

    konsentrasi 70-80%, Ca-hipoklorit atau Na- hipoklorit.

    Macam-macam bahan untuk sterilisasi dan fungsinya:

    1. Deterjen (Membershkan kotora/debu dari eksplan)

    2. Fungisida (Memberihkan jamur/cendawan)

    3. Bakterisida (Membersihkan bakteri)

    4. Alkohol 70% dan 95%

    5. Sodium hipoklorik dengan nama dagang clorox atau bayclin

    6. Mercury chlorit dengan nama dagang sublima 0,05 %

    7. Tween -20 (Agen pembasah)

    8. Antibiotik

    9. Iodine/betadine Antiseptik

    Satu hal yang penting dalam sterilisasi permukaan eksplan adalah

    mengkompromikan antara usaha untuk mendapatkan eksplan yang steril dan menjaga

    agar jaringan eksplan tidak rusak akibat tingginya konsentrasi disinfektan. Untuk

    meminimalkan tingkat kontaminasi dan mendapatkan pertumbuhan eksplan yang

    cepat, beberapa perlakuan (threatment) terhadap tanaman induk sumber eksplan dapat

    diterapkan sebagai berikut:

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    46/51

    46

    o Pemeliharaan tanaman induk di rumah kaca dengan pengendalian hama danpenyakit tanaman secra intensif.

    o Pemangkasan tanaman induk diikuti pemupukan yang seimbang. Flush atautrubusan baru yang tumbuh setelah pemangkasan digunakan sebagai eksplan.

    Flush yang tumbuh tersebut sebaiknya disemrot dengan fungisida sistemik (

    Benlate) dan bakterisida ( Agrept) agar tumbuhnya lebih sehat.

    o Perlakuan tanaman induk dengan temperatur yang tertentu seperti suhu rendah(4oC) atau suhu tinggi (35oC).

    o Perlakuan tanaman induk dengan ZPT seperti sitokonin atau giberelin.Sitokonin untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas aksilar, sedangkan

    giberelin untuk merangsang pemanjangan tunas.Pemeliharaan tanaman induk dalam keadaan yang lebih higienis yaitu dengan

    menumbuhkannya di dalam rumah kaca dengan pengendalian hama dan penyakit

    tanaman yang intensif membuktikan dapat mengurangi tingkat kontaminasi eksplan

    yang diambil dari tanaman tersebut, terutama yang disebabkan oleh cendawan.

    Namun, cara ini sulit diterapkan untuk kontaminasi yang disebabkan oleh

    mikroorganisme endofilik, terutama bakteri.

    Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme sepertijamur, bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama kontaminan adalah spora

    jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer. Banyak yang bersifat

    non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang pada

    kondisi normal. Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan cara pencucian

    menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia. Keterbatasan utama adalah untuk

    memberikan perlakuan yang cukup kuat untuk mengeliminasi kontaminasi tanpa

    merusak jaringan tanaman. Ini biasanya dicapai dengan menambahkan detergen,

    agitasi (digoyang goyang), atau membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan

    untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme

    (Hendaryono, 1994).

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    47/51

    47

    Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme endofilik (organisme

    yang hidup di dalam sel atau ruang antar sel tanaman) yang sering merupakan biote

    dari tanaman sumber eksplan, sulit diatasi dengan sterilisasi permukaan. Keadaan ini

    disebabkan oleh koloni baktri sering tidak muncul pada saat eksplan baru dikulturkan

    pertama kali, tetapi beberapa minggu kemudian muncul koloni bakteri. Bakteri

    tersebut tetap ada setelah disubkulturkan berkali-kali, karena hidupnya memang

    secara epifit di dalam jaringan tanaman.

    Eksudasi dari eksplan merupakan tipe kontaminasi yang lain, bukan dari

    organisme lain. Ketika jaringan tanaman terluka, dengan cara pemotongan atau

    perlakuan bahan kimia seperti larutan klorin, reaksi fisiologis terjadi pada sel sekitar

    luka. Salah satu prosesnya adalah produksi bahan biokimia apakah sebagai produk

    pecahan atau sintesa sebagai mekanisme perlindungan. Keluarnya substansi dari

    jaringan akan terjadi. Bahan kimia ini mungkin atau mungkin tidak memberi

    pengaruh mematikan pada pertumbuhan kultur (Imron, 2007).

    Eksplan sendiri adalah bagian tanaman yang dipakai untuk bahan budidaya

    atau kultur jaringan. Eksplan yang baik adalah :

    a) Bagian tanaman yang masih mudab) Diambil dari tanaman yang tumbuh subur dan sehatc) Dinding sel amsih tipis dan belum berpembuluh kayud) Bersifat merismatik atau meristemoid.

    Sterilisasi sangat penting karena :

    a) Jasad renik yang terbawa eksplan akan tumbuh menutupi eksplan danmedia sehingga dapat menghancurkan jaringan yang akan ditanam.

    b) Adanya jasad renik akan mengubah lingkungan karena hilangnya zatmakanan di media dan dilepaskan produk metabolit tambahan ke

    dalam media dan dilepaskannya produk metabolit tambahan ke dalam

    media, sehingga dapat menghancurkan eksplan yang akan ditanam.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    48/51

    48

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inisiasi/penanaman yakni

    sebagai berikut : ( Hawaauriz, 2009 ).

    1. Alat dan bahan yang dimasukkan dalam laminar harus dipastikan dalamkeadaan steril sehingga perlu dilakukan penyemprotan dengan alkohol 70

    %.

    2. Untuk mengurangi masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan,sebelum membuka tabung kultur sebaiknya mulut tabung digarang pada api

    terlebih dahulu

    3. Kegiatan penanaman diusahakan dilakukan dengan cepat, karena semakincepat dilakukan penanaman maka eksplan tidak akan terlalu lama berikatan

    dengan oksigen sehingga kemungkinan untuk browning semakin kecil.

    Sebagai sumber utama kontaminan, eksplan memiliki perlakuan khusus pada

    proses sterilisasinya. Diantranya adalah pencucian dengan menggunakan deterjen

    ditujukan untuk menghilangkan sisia-sisa tanah pada umbi eksplan. Selanjutnya di

    rendam dalah alcohol untuk menghilangkan atau membunuh kuman. Selanjutnya

    dicelupkan pada larutan klorok untuk membunuh mikroba terutama yang ada di

    bagian dalam eksplan. Digunakan pula fungisida untuk membunuh spora ataupun

    cendawan yang diperkirakan ada pada eksplan.

    Praktikum kultur jaringan kali ini, eksplan yang digunakan adalah daun bunga

    begonia dan ditanam pada media yang telah dibuat sebelumnya yaitu Media MS.

    Setelah dilkukan penanaman, eksplan tersebut diamati selama kurang lebih 2 minggu,

    untuk mengetahui apakah terjadi kontaminasi pada eksplan ataupun media.

    Adapun kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri

    atas dua jenis yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk

    membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang

    muncul pada eksplan maupun media kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka

    tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini dikarenakan bakteri

    langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan itu sendiri. Sedangkan

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    49/51

    49

    bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering dan akan muncul hifa

    jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan dengan adanya garis

    garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abuabu. Penyebab terjadinya

    kontaminasi bisa diakibatkan karena kesalahan pada saat penanaman, saat sterilisasi

    media dan eksplan atau bahkan pada saat pembuatan media.

    Berdasarkan pengamatan dilakukan selama 2 minggu (3 kali pengamatan)

    ternyata ketiga eksplan terkontaminasi. Adapun pada pengamatan pertama (2 hari

    setelah penanaman) kondisi eksplan dan media tumbuh kultur masih dalam keadaan

    baik. Sedangkan pada pengamatan kedua, eksplan dan media kultur telah

    terkontaminasi oleh jamur. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontaminan yang

    berwarna putih dan membentuk seperti benang (hifa). Begitupun pada pengamatan

    selanjutnya, kontaminasi yang terjadi oleh jamur makin jelas dan terlihat begitu nyata

    karena hampir seluruh bagian permukaan eksplan dan media kultur ditumbuhi oleh

    jamur. Kontaminasi bisa terjadi dikarenakan adanya kesalahan atupun kurang

    optimalnya dalam penanaman maupun melakukan hal lain yang dapat mendukung

    keberhasilan kultur jaringan tersebut, terutama dalam hal sterilisasi.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    50/51

    50

    V SIMPULAN DAN SARAN

    A SIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan praktikum kultur jaringan

    tanaman acara Penanaman Eksplan dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai

    berikut :

    1. Penanaman eksplan dilakukan di LAF (Laminar Air Flow). Penggunaan alat

    sebelumnya sudah dalam keadaan steril. Penanaman dilakukan dengan cara

    mencelupkan scalpel dan pinset ke dalam alcohol 96% lalu dibakar pada nyala

    api Bunsen. Setelah itu alat baru bisa digunakan untuk menanam. Pada setiap

    botol kultur, diisi 1 potong eksplan.

    2. Pada eksplan daun begoniaterjadi kontaminasi oleh jamur, hal ini ditunjukkan

    dengan adanya kontaminan yang berwarna putih dan membentuk seperti

    benang (hifa).

    3. Kontaminasi bisa terjadi dikarenakan adanya kesalahan atupun kurang

    optimalnya dalam penanaman maupun melakukan hal lain yang dapat

    mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut, terutama dalam hal sterilisasi.

    B SARANDalam pemilihan eksplan terutama eksplan yang berasal dari daun, sebaiknya

    memilih daun yang bertekstur lebih keras / kaku. Begitu juga dalam hal pemotongan

    eksplan, sebaiknya dibentuk lebih lancip untuk bagian yang akan ditanam guna

    memudahkan dalam proses penanaman eksplan.

  • 5/23/2018 Laporan KULTUR JARINGAN

    51/51

    51