Upload
volien
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PRAKTIKUMHUKUM PERADILAN MILITER
LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
HUKUM MILITER DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Dinamika perkembangan dan keterkaitan kehidupan Nasional dan
Internasional yang semakin luas dewasa ini memberikan pengaruh terhadap
perkembangan Hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian pula perkembangan Hukum Militer di Indonesia yang berlandaskan
falsafah Pancasila dan UUD 1945 menjadi obyek perubahan dan penyempurnaan,
sesuai dengan Dasar-dasar atau Prinsip-prinsip Organisasi Kemiliteran dan
pertumbuhan Hukum Militer di Indonesia maupun di tingkat internasional. Pengaruh
Hukum Internasional terhadap perkembangan Hukum Militer di Indonesia dapat
diterima sepanjang hal itu sesuai dengan landasan Hukum Militer Indonesia seperti
Pancasila dan UUD 1945 dan aturan lain yang berlaku.
Peradilan Militer merupakan peradilan khusus, kekhususan disini terletak
kepada subjek hukum yaitu militer. Militer dianggap sebagai komunitas khusus
karena terikat pada disiplin dan moril yang prima agar selalu siap untuk dikerahkan
dalam setiap penugasan. Menurut Moch. Faisal Salam, dalam bukunya berjudul
“Hukum Acara Pidana Militer di Indonesia”, menegaskan sebagai berikut :
“Walaupun sebagai warga Negara Republik Indonesia, tentara bukan
merupakan kelas tersendiri, karena tiap anggota tentara adalah juga sebagai anggota
masyarakat biasa, tetapi karena adanya beban kewajiban angkatan Bersenjata sebagai
inti dalam pembelaan dan pertahanan Negara, maka diperlukan suatu pemeliharaan
ketertiban yang lebih berdisiplin dalam organisasinya, sehingga seolah-olah
merupakan kelompok tersendiri untuk mencapai/melaksanakan tujuan tugasnya yang
pokok, untuk itu diperlukan suatu hukum yang khusus dan peradilan yang tersendiri
yang terpisah dari peradilan umum”.1
Menurut Soegiri, ada beberapa alasan mengapa perlu dibentuk peradilan
militer yang berdiri sendiri terpisah dari peradilan umum, yaitu :
1. Adanya tugas pokok yang berat untuk melindungi, membela dan
1Moch. Faisal Salman, Hukum Acara Pidana Militer di Indonesia (cet. II Bandung : Mandar Maju, 2002), Hal. 14
2. Diperlukannya organisasi yang istimewa dan pemeliharaan serta pendidikan yang
khusus berkenaan dengan tugas pokok mereka yang penting dan berat.
3. Diperkenankannya mempergunakan alat-alat senjata dan mesiu dalam
4. Diperlukannya dan kemudian diperlakukannya terhadap mereka aturan-aturan
sanksi-sanksi pidana yang berat juga sebagai sarana pengawasan dan serta bertingkah
laku sesuai dengan apa yang dituntut oleh tugas pokok.mempertahankan integritas
serta kedaulatan bangsa dan Negara yang jika perlu dilakukan dengan kekuatan
senjata dan cara berperang.pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.dan norma-
norma hukum yang keras, berat dan khas serta didukung oleh pengendalian terhadap
setiap anggota militer agar bersikap dan bertindakserta bertingkah laku sesuai dengan
apa yang dituntut oleh tugas pokok.2
Keberadaan peradilan militer di Indonesia tercantum dalam konstitusi Negara yang
didasarkan kepada Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 Bab IX tentang
kekuasaan kehakiman disebutkan bahwa :
“Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
TNI merupakan bagian dari Aparatur Negara dan Warga Negara yang wajib
tunduk dan taat kepada Hukum, Perundang-Undangan serta Peraturan yang berlaku.
Ketaatan terhadap aturan harus tercermin dalam sikap dan tingkah laku Prajurit TNI
sehari-hari. Hukum Disiplin bagi prajurit TNI merupakan Aturan yang sangat
mendasar dan diwujudkan pada ketaatan serta kepatuhan yang sungguh-sungguh dan
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban sesuai dengan aturan-
aturan Tata Kehidupan Prajurit. Oleh karena itu, fokus pembahasan materi Hukum
Militer lebih ditekankan pada Hukum Disiplin Militer.
B. Tujuan Praktikum Hukum Acara Peradilan Militer.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:1. Mahasiswa mengetahui dan memahami Panggilan bagi
Pelanggar Disiplin di Militer.Target :- Mahasiswa memahami pembuatan suratPanggilan Pelanggar Disiplin.
2 Soegiri, SH., et. al., 30 Tahun Perkembangan Peradilan Militer di Negara Republik Indonesia (Jakarta: CV. IndraDjaya, 1974)
Metode :- Ceramah- Praktek/ Latihan surat Panggilan Pelanggar Disiplin- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :- Mahasiswa membuat membuat naskah surat kuasa Khusus
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami Pembuatan Berita acara Pemeriksaan (BAP) pelanggaran disiplin.Target :- Mahasiswa memahami Pembuatan Berita acara Pemeriksaan (BAP) pelanggaran disiplin.
Metode :- Ceramah- Praktek/ Latihan membuat Berita acara Pemeriksaan (BAP) pelanggaran disiplin.
- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :- Mahasiswa membuat naskahBerita acara Pemeriksaan (BAP)
3. Mahasiswa Mengetahui dan memahami Resume Hasil Pemeriksaan.Target :- Mahasiswa memahami pembuatan Resume Hasil Pemeriksaan.Metode :- Ceramah- Praktek/ Latihan membuat Resume Hasil Pemeriksaan.- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :- Mahasiswa membuat naskahResume Hasil Pemeriksaan.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami Proses pembuatan Surat Keputusan Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit.Target :- Mahasiswa memahami proses pembuatan Surat Keputusan Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit.
Metode :- Ceramah- Praktek- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :- Mahasiswa membuat naskah Surat Keputusan Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami Pembuatan Permohonan Banding.Target :- Mahasiswa memahami pembuatan Permohonan BandingMetode :- Ceramah- Praktek/ Latihan membuat Permohonan Banding- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :- Mahasiswa membuat naskahPermohonan Banding
6. Mahasiswa mengetahui dan memahami Proses Pembuatan KlemensiTarget :- Mahasiswa memahami Proses Pembuatan KlemensiMetode :- Ceramah- Praktek/ Latihan Proses Pembuatan Klemensi- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :Mahasiswa membuat naskah Klemensi
7. Mahasiswa mengetahui dan memahami Proses Pembuatan Surat Penghentian Perkara oleh Papera.Target :- Mahasiswa memahami Proses Proses Pembuatan Surat Penghentian Perkara oleh Papera
Metode :- Ceramah- Praktek/ Latihan Proses Proses Pembuatan Surat Penghentian Perkara oleh Papera
- Diskusi- Pemanduan/ Pendampingan- Asistensi.Luaran :Mahasiswa membuat naskah Surat Penghentian Perkara oleh Papera.
BAB II
PENGANTAR HUKUM MILITER DI INDONESIA
Hukum Militer yang berlaku pada saat ini di Indonesia sebagian besar berasal dari
Perundang-undangan warisan Pemerintahan Hindia Belanda yang dipengaruhi oleh hukum
Militer Eropa Kontinental.Meski perkembangan Hukum Militer di Belanda telah mengalami
perubahan yang besar sesuai dengan perkembangan profesi militer yang modern. Namun
tidak demikian dengan di Indonesia, perubahan Hukum Militer yang responsif terhadap
kehidupan militer yang lebih maju dan profesional perubahan ini masih belum dapat
dilaksanakan dengan cukup mengigat hukum militer di Indonesia masih tetap mengacu pada
produk hukum pemerintah kolonial Belanda yang kemudian dilakukan beberapa perubahan
disesuaikkan dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Produk Perundang-undangan.
Produk perundang-undangan hukum militer di Indonesia, mencakup:
1. Hukum Disiplin Militer (sekarang Undang-Undang No. 26 Tahun 1997 – Hukum Disiplin
Prajurit).
2. Hukum Pidana Militer.
3. Hukum Tata Negara Militer.
4. Hukum Administrasi/Tata Usaha Militer.
5. Hukum Sengketa Bersenjata/Hukum Humaniter.
a. Hukum Disiplin Prajurit.
Disiplin prajurit TNI adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh dari
setiap prajurit TNI yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan Sapta Marga dan
Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berperilaku
sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit TNI. Disiplin prajurit diatur dalam
peraturan disiplin dan ketentuan-ketentuan tata tertib prajurit dalam bentuk keputusan,
instruksi, surat keputusan, petunjuk, peraturan, dan surat telegram. Misalnya Peraturan
Penghormatan TNI, Peraturan Baris Berbaris, Peraturan Dinas Garnisun, Peraturan Dinas
Dalam, Tata Upacara dan peraturan seragam TNI.
Hukum Disiplin Prajurit adalah serangkaian peraturan dan norma untuk
mengatur, menegakkan dan membina disiplin atau tata kehidupan prajurit TNI agar
setiap tugas dan kewajibannya dapat berjalan dengan sempurna. Hukum Disiplin Prajurit
yang berlaku sekarang adalah yang termuat dalam Kitab Undang-Undang No. 26 Tahun
1997, yang menentukan dengan tegas mengenai disiplin prajurit, pelanggaran hukum
disiplin prajurit, tindakan disiplin, hukuman disiplin; dan penyelesaian pelanggaran
hukum disiplin prajurit.
b. Hukum Pidana Militer.
Hukum Pidana Militer merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku bagi
yustisiabel badan peradilan militer yang menentukan dasar-dasar dan peraturan-peraturan
tentang tindakan terlarang dan yang diharuskan, terhadap pelanggaran yang terjadi
diancam dengan pidana menentukan pula dalam hal apa dan bilamana pelanggar
mempertanggungjawabkan tindakannya serta menentukan pula cara penuntutan
penjatuhan pidana dan pelaksanaan pidana untuk terwujudnya keadilan.
Proses Penyelesaian Perkara Pidana dalam lingkungan Peradilan Militer
c. Hukum Tata Negara Militer.
Hukum Tata Negara Militer adalah ketentuan-ketentuan hukum khusus yang
berlaku terutama dalam keadaan darurat dan atau perang di seluruh atau sebagian
wilayah NKRI dalam keadaan tertentu yang membahayakan kelangsungan hidup Negara.
Hukum dalam keadaan darurat didasarkan pada pasal 12 UUD 1945 dan diatur lebih
lanjut dalam UU No. 23 Prp 1959 tentang UU Keadaan Bahaya.
d. HukumAdministrasi(Tata Usaha) Militer.
PENYIDIKAN
DASARLAPORANPENGADUANTERTANGKAP TANGAN
PENUNTUTAN
ODITUR MILITERRIK TAMBAHANBAPAT/SPHDAKWAANTUNTUTAN
SIDANG :-TERBUKA UTK UMUM-PEMBACAAN SRT DAKWAAN-EKSEPSI DARI TERDAKWA/PH-TUNTUTAN-PLEDOI DARI PH-REPLIK DARI ORMIL-DUPLIK DARI PH
DILMIL
PERSIDANGAN
UPAYA HUKUM-MEMORI BANDING-MEMORIKASSI-PK (ADA BUKTI BARU)
PUTUSAN-MENERIMA-MENOLAK
-MASMIL-STALTUNTIBMIL-RUTAN/LPU
ODITUR MILITER
PELAKSANAAN PUTUSAN/EKSEKUSI
1. HKMN PIDANA POKOK :PIDANA MATIPENJARAKURUNGANDENDAHKMN TUTUPAN
2. HKMN PIDANA TAMBAHAN :PENCABUTAN HAK-HAK TERTENTUPENYITAAN BARANG-BARANG TERTENTUPENGUMUMAN KEPUTUSAN HAKIM
SETUJU/TOLAK :SKEPPERASKEPTUPRASKEPKUMPLIN
PAPERAANKUMPOLISI MILITERODITUR MILITER
LIDIK/IDIK/BAP
Hukum administrasi/tata usaha secara umum adalah ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan dan akibat hukum antara pihak pemegang kekuasaan dengan pihak
yang berada dibawah kekuasaannya berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan tersebut
yang diwujudkan dalam bentuk keputusan-keputusan administrasi.
Tata Usaha ABRI/TNI adalah administrasi TNI yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan pembinaan dan penggunaan TNI serta pengelolaan pertahanan
Negara. Sedangkan keputusan tata usaha TNI adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha TNI yang berisi tindakan hukum
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dan berkaitan dengan
penyelenggaraan pembinaan dan penggunaan TNI serta pengelolaan pertahanan dibidang
personel, materiel, fasilitas dan jasa yang bersifat kongkrit, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata.
Keputusan-keputusan tata usaha yang tidak termasuk dalam keputusan tata usaha
ABRI/TNI adalah :
1) Keputusan Tata Usaha TNI yang merupakan perbuatan hukum perdata;
2) Keputusan Tata Usaha TNI yang digunakan dalam bidang operasi militer;
3) Keputusan Tata Usaha TNI yang digunakan di bidang keuangan dan perbendaharaan;
4) Keputusan Tata Usaha TNI yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
5) Keputusan Tata Usaha TNI yang dikeluarkan berdasarkan Kitab Undang Undang
Hukum Pidana atau Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana atau ketentuan
peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hokum pidana, hukum pidana
militer dan hukum disiplin prajurit;
6) Keputusan Tata Usaha TNI yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
7) Keputusan Tata Usaha TNI yang masih memerlukan persetujuan.
Kepala Pengadilan Militer Tinggi berwenang memutuskan dengan suatu penetapan
yang dilengkapi dengan pertimbangan bahwa gugatan tidak dapat diterima atau tidak
berdasar, dalam hal :
a. Pokok gugatan tidak termasuk dalam wewenang pengadilan;
b. Syarat gugatan tidak dipenuhi oleh penggugat sekalipun ia sudah diberi
tahu dan diperingatkan;
c. Gugatan tidak didasarkan alasan yang layak;
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah dipenuhi oleh
keputusan tata usaha TNI yang digugat;
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau sudah lewat waktunya.
BAB III
PERANAN DAN TUGAS ANKUMDALAM PENYELESAIAN PERKARA
Ketentuan perundang-undangan dan peraturan lain sebagai alat kendali pembinaan
disiplin telah mencukupi, akan tetapi penerapannya yang dilaksanakan para
Komandan/Kepala selaku Ankum terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran masih
belum optimal. Penegakan hukum disiplin dan tata tertib merupakan suatu rangkaian tindakan
yang melibatkan sekaligus tanggung jawab Komandan/Kepala sebagai pembina hukum
disiplin serta penegak hokum. Sebagai perwira yang disiapkan sebagai pemimpin yang
memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan maka pemahaman pengetahuan hukum
militer dan proses penyelesaian pelanggaran yang dilakukan oleh anggotanya menjadi sangat
penting untuk mencegah timbulnya kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Pengertian Hukum Disiplin. Hukum disiplin prajurit merupakan serangkaian
peraturan dan sarana untuk mengatur, menegakkan dan membina disiplin atau tata kehidupan
prajurit agar setiap tugas dan kewajiban Ankum dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Pengertian Ankum. Adalah Atasan yang oleh atau atas dasar Undang-Undang No.
26 Tahun 1997 diberi kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin kepada setiap Prajurit TNI
yang berada di bawah wewenang Komandonya. Ankum secara berjenjang di lingkungan TNI
sebagai berikut :
a. Ankum berwenang penuh, mempunyai wewenag untuk menjatuhkan semua jenis
hukuman disiplinyaitu teguran, penahanan ringan paling lama 14 hari; dan penahanan
berat paling lama 21 hari sebagaimanaditentukan dalam pasal 8 UU No. 26 Tahun 1997
kepada setiap prajurit yang berada di bawah wewenang komandonya.
b. Ankum berwenang terbatas, mempuyai wewenang untuk menjatuhkan semua jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 UU No. 26 Tahun 1997 kepada
setiap prajurit yang berada di bawah wewenang komandonya kecuali penahanan berat
terhadap perwira
c. Ankum Berwenang sangat terbatas¸mempunyai wewenang untuk menjatuhkan
hukuman disiplin teguran dan penahanan ringan kepada setiap Bintara dan Tamtama
yang berada di bawah wewenang komandonya.
d. Setiap Ankum berwenang:
1) Melakukan atau memerintahkan melakukan pemeriksaan terhadap prajurit yang
berada di bawah wewenang komandonya.
2) Menjatuhkan hukuman disiplin terhadap setiap prajurit yang berada di bawah
wewenang komandonya.
3) Menunda pelaksanaan hukuman disiplin yang telah dijatuhkan.
e. Ankum atasan berwenang:
1. Menunda pelaksanaan hukuman.
2. Memeriksa dan memutus pengajuan keberatan.
3. Mengawasi dan mengendalikan Ankum di bawahnya, agar kewenangan-
kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang dilaksanakan secara adil,
bijaksana dan tepat.
Proses Penyelenggaraan Pelanggaran Hukum Disiplin.
a. Langkah Penanganan Perkara Pelanggaran Hukum Disiplin.
1) Pelanggaran hukum disiplin murni. Proses penyelesaian pelanggaran hukum
disiplin murni sepenuhnya dilaksanakan oleh Ankum selaku hakim disiplin
dengan cara sebagai berikut:
a. Memerintahkan Pa/Ba/Pejabat lain untuk melakukan pemeriksaan/
pengusutan terhadap dugaan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota.
b. Pa/Ba/Pejabat lain melakukan pemeriksaa/pengusutan yang isinya
membuat:
(1) Fakta pelanggaran.
(2) Hal-hal yang meringankan/memberatkan.
c. Pa/Ba/Pejabat lain melaporkan hasil pemeriksaan/pengusutan yang telah
dilakukan kepada Komandan/Kepala disertai pendapat dan saran.
d. Bila Ankum tidak yakin/ragu-ragu bahwa si pelanggar bersalah, segera
bebaskan apabila pelanggar ditahan.
e. Bila Ankum yakin pelanggar bersalah segera memerintahkan unsur Staf
menyiapkan sidang disiplin dan menyiapkan SKHD (Surat Keputusan
Hukuman Disiplin) yang memuat :
(1) Alasan hukuman.
(2) Hal-hal yang memberatkan/meringankan.
(3) Dasar hukuman:
Pasal yang dilanggar.
Pasal kewenangan Ankum.
Pasal hukuman yang dijatuhkan.
2) Pelanggaran hukum disiplin tidak murni. Proses penyelesaian pelanggaran
hukum disiplin tidak murni merupakan kewenangan Papera setelah menerima
saran berupa pendapat hukum dari pejabat hukum/oditurat; dan dilakukan
dengan cara:
a) Ankum memerintahkan Pam/Provoost satuan untuk menyerahkan
pemeriksaan pelanggaran yang terjadi kepada penyidik untuk dilakukan
pemeriksaan/pengusutan.
b) Ankum/Pa/Ba atas perintah/pejabat lain melakukan pemeriksaan/
pengusutan yang memuat.
Fakta pelanggaran.
Hal yang meringankan/memberatkan.
c) Hasil pemeriksaan/pengusutan penyidik atau Oditur diserahkan kepada
Papera disertai pendapat dan saran hukum.
d) Setelah Papera menerima pendapat hukum dari Oditurat Militer bahwa
perkaranya dapat diklasifikasikan sebagai perbuatan pelanggaran yang
ringan sifatnya dan cukup diselesaikan secara hukum disiplin, maka
Papera menjatuhkan hukuman disiplin sesuai tingkat pelanggarannya.
b. Jenis hukuman disiplin dan tindakan disiplin.
1) Hukuman disiplin. Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
1997, jenis hukuman disiplin berupa :
a. Teguran.
b. Penahanan ringan paling lama 14 hari.
c. Penahanan berat paling lama 21 hari.
Terhadap hal-hal khusus (negara dalam keadaan bahaya, kegiatan operasi
militer, kesatuan yang disiagakan) dan pelanggaran yang dilakukan lebih
dari 2 kali selama waktu 6 bulan, hukumannya dapat diperberat dengan
tambahan waktu penahanan paling lama 7 hari.
2) Tindakan disiplin. Tindakan disiplin diperlukan untuk meningkatkan
kesadaran dan mencegah terulangnya kembali pelanggaran. Pada
hakekatnya tindakan disiplin harus bersifat mendidik untuk kepentingan
dinas atau kepentingan anggota yang melakukan pelanggaran (pasal 7 ayat
(2) UU No. 26 Tahun 1997). Tindakan disiplin dapat diambil oleh setiap
atasan terhadap bawahannya yang melakukan pelanggaran disiplin dan
tindakan yang telah diambil wajib dilaporkan kepada Ankum. Tindakan
yang diambil tidak boleh melampaui batas kewajaran dan tidak boleh
sewenang-wenang (Pasal 7 ayat (1) UU No. 26 Tahun 1997). Tindakan
disiplin dapat berupa:
a. Lari, pull up, sit up, push up.
b. Merangkak, merayap, jungkir, suling.
c. Korve yang bersifat ringan.
d. Memerintahkan agar penampilan yang semestinya bila
pelanggarannya berupa ketidak-beresan dalam penggunaan seragam
TNI, rambut panjang, sepatu tidak disemir, dan lain-lain.
Proses Penyelesaian Pelanggaran Pidana.
a. Perkara terjadi di dalam satuan. Bila terjadi tindak pidana di dalam markas
satuan, maka Ankum memerintahkan unsur Pam/Provoost untuk melakukan :
Pemeriksaan/pengusutan yang isinya memuat fakta pelanggaran.
Melaporkan hasil pemeriksaan/pengusutan kepada Ankum selaku
Ankum.
Membuat saran.
pabila kasus tersebut derajat kesalahannya dapat digolongkan
sedemikian ringan sifatnya (pasal 352, 364, 373, 379, 407, 409 KUHP dan
Pasal 489 s.d 569 KUHP) atau pelanggaran pidana lainnya, maka disarankan
agar perkaranya dilimpahkan kepada penyidik (pasal 69 UU Nomor 31 Tahun
1997).
b. Perkara terjadi di luar satuan. Bila terjadi tindak pidana di luar satuan dan
perkaranya ditangani aparat penegak hukum, setelah Ankum menerima
laporan segera memerintahkan unsur Pam/provoost untuk :
1. Koordinasi dengan aparat yang menangani.
2. Membuat laporan tentang perkara yang terjadi.
3. Apabila merupakan pelanggaran hukum, membuat saran agar pelanggaran
tersebut dilimpahkan penyidikannya kepada Polisi Militer.
a. Sedangkan unsur Pers/Min menyiapkan :
b. Surat penyerahan penyidikan.
1. Bila dipandang perlu untuk kepentingan penyidikan dapat dilakukan
penahanan sementara dengan menyiapkan surat perintah penahanan
sementara paling lama 20 hari (Pasal 78 ayat (1) No. 31 Tahun 1997).
2. Perpanjangan penahanan hanya dilakukan oleh Papera (Pasal 122 ayat (1)
dan (2) UU No. 31 Tahun 1997) setiap kali 30 hari dan paling lama 180
hari (Pasal 78 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1997).
BAB IV
SIDANG DISIPLIN
Tujuan
a. Dalam rangka meningkatkan penegakan hukum, disiplin dan tata tertib dalam
jajaran TNI AD bagi prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin prajurit
dapat dijatuhi hukuman disiplin prajurit oleh Ankum yang berwenang.
b. Untuk mewujudkan tujuan meningkatkan disiplin, tata tertib dan penegakan
hukum di lingkungan TNI AD maka bagi prajurit yang melakukan pelanggaran
hukum disiplin prajurit perlu dijatuhi hukuman disiplin prajurit melalui sidang
disiplint.
c. Persidangan disiplin adalah proses pemeriksaan dan mengadili oleh Ankum atas
pelanggaran hukum disiplin prajurit yang dilakukan oleh prajurit di tempat yang
telah ditentukan.
Makna Persidangan Disiplin.
Persidangan disiplin diperlukan karena memiliki makna:
a. Agar terjadi dialoglangsung antara Ankum dengan terperiksa (pelaku
pelanggaran) di dalam pemeriksaan persidangan, dengan demikian Ankum dapat
melihat sikap mental prajuritnya yang melakukan pelanggaran dan dapat diketahui
alasan lain yang mengakibatkan terjadi pelanggaran.
b. Pengambilan keputusan oleh Ankum dalam menjatuhkan hukuman dapat lebih
cermat dan teliti dengan mempertimbangkan rasa keadilan berdasarkan keyakinan
atas tingkat kesalahan yang dilakukan anggotanya.
c. Pelaksanaan persidangan itu sendiri memiliki dampak psikologis terhadap anggota
lainnya yang pada gilirannya dapat menimbulkan efek preventif serta akan
mendorong peningkatan kesadaran dan ketaatan hukum pada prajurit lainnya.
d. Memberi keyakinan kepada Ankum akan kewenangannya selaku hakim disiplin
dan penegak hukum di kesatuannya.
e. Sebagai hakim disiplin dapat menerapkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan menjatuhkan hukuman kepada anggotanya yang melakukan
pelanggaran melalui pentahapan dari proses pemeriksaan yang teliti sampai
dengan proses pemeriksaan pada persidangan disiplin.
Pejabat Pelaksana Sidang Disiplin.
Adapun pejabat-pejabat sidang hukum disiplin adalah :
Hakim Disiplin adalah Ankum.
Sekretaris adalah Pejabat Personalia.
Pemeriksa adalah Pejabat Pam/Provoost.
Pendamping adalah Perwira atau Bintara yang ditunjuk oleh Ankum.
Bila pejabat b, c dan d berhalangan, Ankum dapat menunjuk atau menentukan
pejabat lain dalam kesatuan tersebut sebagai pengganti.
Provoost satuan bertugas mengamankan dan menghadirkan terperiksa dan saksi.
Proses Jalannya Sidang.
1. Dalam proses jalannya sidang disiplin tidak ada pembacaan surat dakwaan
sebagaimana dilakukan dalam persidangan pelanggaran pidana, yang ada
hanyalah pembacaan resume hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh unsur
Pam/Provoost.
2. Saat pembacaan resume oleh pemeriksa, Berita Acara Pemeriksaan sudah
diserahkan kepada Komandan/Kepala selaku Hakim Disiplin untuk dipelajari.
3. Pendamping memberikan masukan berupa saran kepada Hakim Disiplin tentang
hal ikhwal sikap perilaku anggotanya yang telah melakukan pelanggaran baik
yang bersifat meringankan atau yang memberatkan.
Urutan Kegiatan Sidang Disiplin.
Urutan kegiatan saat sidang disiplin militer digelar:
1. Sekretaris mempersiapkan segala perlengkapan serta bertanggung jawab atas
kelancaran persidangan.
2. Ankum sebagai Hakim Disiplin memasuki ruang sidang, Sekretaris
memerintahkan yang hadir pada persidangan untuk berdiri.
3. Setelah Ankum menempatkan diri, Sekretaris memerintahkan duduk kembali.
4. Laporan Sekretaris kepada Hakim Disiplin, bahwa sidang pelanggaran disiplin
terhadap terperiksa (sebutkan nama, pangkat dan Nrp) siap dibuka. Hakim
Disiplin memerintahkan Sekretaris kembali ke tempat
5. Hakim Disiplin membuka sidang dan memerintahkan Provoost menghadapkan
terperiksa melalui Sekretaris.
6. Lapor Provoost kepada Hakim Disiplin disertai terperiksa/saksi; Hakim disiplin
memerintahkan Provoost mengambil tempat yang telah ditentukan.
7. Hakim disiplin memeriksa identitas terperiksa dan maksud pemeriksaan kemudian
memerintahkan Pemeriksa membacakan resume Berita Acara Pemeriksaan.
8. Setelah resume Berita Acara Pemeriksaan selesai dibacakan, Hakim Disiplin
menanyakan kepada terperiksa apakah sudah mengerti/memahami, apabila
tidak/belum paham, maka Hakim Disiplin wajib memberikan penjelasan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh terperiksa, kemudian memerintahkan
terperiksa agar menempatkan diri di tempat yang telah disediakan.
9. Apabila dalam pemeriksaan terdapat saksi-saksi, maka yang diperiksa/didengar
keterangannya terlebih dahulu adalah saksi-saksi tersebut, kemudian terakhir
pemeriksaan terperiksa secara bergantian.
10. Sebelum Hakim Disiplin menjatuhkan putusan, Pendamping menyampaikan
pembelaan/saran pendapat untuk membantu Ankum memberikan pertimbangan.
11. Setelah pemeriksaan saksi/atau terperiksa dianggap cukup, sidang ditunda
beberapa saat guna mengambil keputusan.
12. Pada saat sidang ditunda, Sekretaris juga menyerahkan buku hukuman kepada
Hakim Disiplin.
13. Sidang dibuka kembali, Hakim Disiplin memerintahkan Provoost menghadapkan
terperiksa untuk dibacakan putusan.
14. Selama dibacakan surat keputusan hukuman disiplin, kedudukan terperiksa dalam
keadaan sikap sempurna, dilanjutkan penandatanganan Skep Kumplin oleh
terperiksa.
15. Sekretaris atas perintah Hakim Disiplin mempersilahkan Provoost untuk
membawa terhukum keluar sidang.
16. Laporan Sekretaris kepada Hakim Disiplin, bahwa sidang pelanggaran disiplin
telah dilaksanakan.
17. Sekretaris memohon agar hadirin untuk berdiri dan Hakim disiplin meninggalkan
ruangan sidang.
18. Sidang Disiplin selesai dilaksanakan
Catatan :
Anggota yang hadir dalam persidangan paling rendah berpangkat sama dengan
terperiksa.
Denah, Letak dan Susunan Pejabat Persidangan.
H
D1
Keterangan : Perlengkapan :A : Hakim Disiplin / Ankum 1. Bendera Merah PutihB : Sekretaris 2. Meja dilapisi kain warna hijauC : Pendamping 3. KursiD1 : Terperiksa 4. Palu dan LandasanD2 : Terperiksa setelah diperiksa 5. Pengeras Suara (jika perlu)E : PemeriksaF : Saksi-saksiG : PengunjungH : Bendera Merah PutihI : Bendera Mahkamah Agung
G
A
B
EC
D2
F
i
Daftar Pustaka
Buku :
Moch. Faisal Salman, Hukum Acara Pidana Militer di Indonesia (cet. II Bandung : Mandar
Maju, 2002).
Soegiri, SH., et. al., 30 Tahun Perkembangan Peradilan Militer di Negara Republik Indonesia
(Jakarta: CV. IndraDjaya, 1974)
Artikel :
H. Riza Thalib, S.H., M.H., Kedudukan Peradilan Militer Dalam Sistem Hukum Indonesia,
MABES TNI, 2010
Undang-Undang:
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 TentangPeradilan Militer.
SURAT PANGGILAN I / II *)NOMOR : .......................
1. Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara :Nama : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .NIP. : .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Pangkat/Gol.Ruang : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kesatuan : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Untuk menghadap kepada :Nama : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .NRP./NIP. : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Pangkat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Kesatuan : . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
pada :Hari : . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Tanggal : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Jam : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Tempat : . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Untuk diperiksa/dimintai keterangan*) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. **)2. Demikian untuk dilaksanakan.
........................................................Atasan langsung/Ketua Tim Pemeriksa*)
NamaTembusan : Pangkat/Corps/Nrp/Nip/Gol1. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . *) Coret yang tidak perlu**) Tulislah pelanggaran disiplin yang diduga dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.Contoh BAP
Contoh Surat Panggilan LAMPIRAN
BERITA ACARA PEMERIKSAANNomor :
Pada hari ini . . . . . . tanggal . . . .. bulan . . . . . . . . tahun . . . . . .saya/TimPemeriksa*) :1. Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
NRP/NIP : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Pangkat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Kesatuan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
2. Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. NRP/NIP : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pangkat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... Kesatuan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
3. dst.Berdasarkan wewenang yang ada pada saya/Surat Perintah *) ................... telah melakukan pemeriksaan terhadap :
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .NRP/NIP : . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . Pangkat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Kesatuan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Karena yang bersangkutan diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal ................ huruf .........Peraturan Menteri Pertahanan Nomor .................Tahun ............1. Pertanyaan :_______________ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 1. Jawaban :______________ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Pertanyaan :________________. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Jawaban :______________ . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. dst.
Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.Yang diperiksa :Nama :NIP :Tanda tangan :
Pejabat Pemeriksa/Tim Pemeriksa*)1. Nama : ..............................NRP./NIP : ..............................Tanda tangan : ............................2. Nama : ..............................NRP./NIP : ..............................Tanda tangan : ............................
**Mengetahui :Atasan Pemeriksa
dst.Nama
Pangkat/Corps/ /Nrp/Nip/Gol
*) Coret yang tidak perlu.**) Apabila pejabat yang berwenang menghukum menunjuk pejabat lain untuk memeriksa, maka harus membubuhkan tanda tangan sebagai persrtujuan hasil pemeriksaan.
ContohKeputusan Atas Keberatan Penjatuhan Hukuman disiplin
KEPUTUSAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . *)NOMOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMembaca : 1. Surat keberatan yang diajukan Sdr. …………… NIP ................... pangkat ………..
jabatan . . . .. . . . .. tanggal . …. . . . . .. . . . . ;2. Surat tanggapan Sdr.. . . . . . . . NIP ................... pangkat ……….. jabatan . . . .. . . . ..
tanggal . …. . . . . .. . sebagai pejabat yang berwenang menghukum;Menimbang : a. bahwa berdasarkan keputusan Nomor……….tanggal…………. Sdr.
………………... NIP ................... pangkat ……….. jabatan . . . .. . . . .. tanggal . …. . . . . telah telah dijatuhi hukuman disiplin berupa ……………………...............;b. bahwa setelah menimbang dan mempelajari dengan seksama keberatan yang
diajukan oleh Sdr. ………………... NIP ................... pangkat ……….. jabatan . . . .. . . . .. tanggal .…. . . dan tanggapan dari ………………tanggal . …. . . . dapat diambil kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman disiplin kepada Sdr. …………..sudah sesuai/tidak sesuai**) dengan perbuatan yang bersangkutan dan peraturan perundang-undangan.
c. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . .;d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, perlu menetapkan Keputusan memperkuat/memperingan/memperberat/membatalkan**) Hukuman Disiplin Sdr…………………;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;
2. PeraturanPemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .;4. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
MEMUTUSKANMenetapkan :KESATU : Memperkuat/memperingan/memperberat/membatalkan**) ukuman
disiplin yang dijatuhkan kepda Sdr. ………………... NIP ................... pangkat ……….. jabatan . . . .. . . . .. unit kerja …………… berupa……………….. sesuai dengan Keputusan Nomor …….. tanggal . …. . . ., menjadi hukuamn disiplin………………..***)
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.KETIGA : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : ……………… . ….
Pada tanggal : ……………………. . . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .*)
NAMA . . .. . . . . .. . . . . .. . . . . NIP . . . ……….. …….. .. . . .. ..
Tembusan Yth :1. . . .. . . . . . .. . . . .. . . . .. . . . .. . . .. . . . .. . . . . .. . . . .2. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian BKN di Jakarta;3. Pejabat lain yang dianggap perlu;
*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang menetapkan keputusan atas keberatan. **) Coret yang tidak perlu***) Diisi dalam hal memperingan atau memperberat hukuman disiplin.
RESUME HASIL PEMERIKSAANPada hari ini ....tanggal ... bulan ... tahun ... di ... saya :............................................................................... NAMA ..................................................................................... (sebutkan pangkat, korps, NRP, jabatan, kesatuan), berdasarkan surat perintah dari ..... (sebutkan jabatan) nomor sprin/ .... / .... / .... tanggal ....bulan ... tahun.......Setelah mempelajari berita acara pemeriksaan para saksi, prajurit yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, dan alat bukti lain dalam perkara disiplin yang diduga dilakukan oleh :
Nama : ................Pangkat, Korps, NRP : ................Jabatan : ................Kesatuan : ................Tempat, Tgl. Lahir : ................Kewarganegaraan : .................Agama : .................Alamat : .................
Telah membuat resume sebagai berikut :1. Keterangan para saksi :
a. Saksi INama :Pangkat, Korps, NRP :Jabatan :Kesatuan :
Yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :1) Bahwa .....2) Bahwa .....3) ........ dst
b. Saksi II dst (sesuai jumlah saksi)2. Keterangan prajurit yang diduga melakukan pelanggaran disiplin :
a. Bahwa .....b. Bahwa .....c. Bahwa .....d. ......... dst
3. Barang bukti :a. Berupa surat :
1) .........2) .........
b. Berupa barang :1) .........2) .........
4. Kesimpulan Berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan prajurit yang diduga melakukan pelanggaran disiplin tersebut di atas serta dihubungkan dengan alat bukti yang lain :
SAYA BERKESIMPULANa) Bahwa ........) Rumusan fakta yang dianggap cukupb) Bahwa ........) terbukti serta memenuhi kualifikasic) Bahwa ........) pelanggaran didiplin yang diduga
KOPSTUK KESATUAN..................................
CONTOH RESUME HASIL PEMERIKSAAN
d) dst ..............) dilakukan
BERPENDAPATBahwa perbuatan .......... (sebutkan Pangkat, Korps, NRP), terdapat cukup bukti telah
melakukan pelanggaran hukum disiplin sesuai dengan yang diatur dalam pasal .......... Undang-undang Nomor 26 Tahun 1997 jo pasal ........ Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/ ... / ... /...-bulan .....- tahun............................................................................ atau ................................................................................
Bahwa perbuatan ...............(Sebutkan Pangkat, Nama, NRP), tidak terdapat cukup bukti melakukan pelanggaran hukum disiplin.
*catatan : pilih salah satu di antara a atau b sesuai dengan fakta.Hal-hal yang memberatkan dan meringankan :a) hal-hal yang memberatkan :
1) .......................2) .......................3) .......................
b) Hal-hal yang meringankan :1) ......................2) ......................3) ......................
5. Sarana. Sesuai dengan uraian tersebut diats disarankan kiranya .............. (sebutkan jabatan) dapat
menjatuhkan hukuman disiplin kepada (Pangkat, Nama, NRP) tersebut........................................................................... atau .................................................................................
b. Sesuai dengan uraian tersebut diats disarankan kiranya .............. (sebutkan jabatan) dapat menjatuhkan hukuman disiplin kepada (Pangkat, Nama, NRP) tersebut.
Catatan : pilih salah satudi antara a atau b sesuai dengan kesimpulan...................., ..................... 20..............
PEMERIKSANama
Pangkat, Korps, NRP
Contoh : Pengajuan Keberatan
KOPSTUK KESATUAN..................................
...................................................................Tempat, tanggal, bulan, dan tahun
Perihal : pengajuan keberatan
Kepada,
Yth ...................... Selaku.................
Ankum Atasan Melalui...................
Selaku atasan langsung dan
...................
Selaku Ankum
Di
Tempat
1. Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Pangkat, Krops, NRP :
Jabatan :
Kesatuan :
Tempat dan tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Kewarganegaraan :
Agama :
Alamat :
Dengan ini menyatakan keberatan terhadap keputusan hukuman disiplin yang dijatuhkan
oleh ................ selaku Ankum berdasarkan Surat Keputusan Penjatuhan Hukuman Disiplin Nomor
Skep..../...../..../ (tanggal, bulan, tahun) mengenai:
a. Perumusan alasan hukuman yang menyatakan ....................
b. Jenis hukuman yaitu ............dan/atau ...................................
c. Berat ringannya hukuman disiplin yang dijatuhkan yaitu.....
2. Adapun alasan pengajuan keberatan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
a. Uraian mengenai keberatan terhadap rumusan alasan hukuman
b. Uraian mengenai keberatan terhadap jenis hukuman
c. Uraian mengenai keberatan terhadap berat ringannya hukuman
3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, mohon ................... selaku Ankum atasan berkenan meninjau
kembali putusan ...........................sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Nomor
Skep...../........./......../(tanggal, bulan, tahun) selanjutnya memutuskan sendiri dengan menyatakan
hukuman tidak bersalah dan tidak menjatuhkan hukuman disiplin. Namun demikian apabila.......
selaku Ankum atasan berpendapat lain, mohon keputusan yang seadil-adilnya.
4. Demikian mohon dimaklumi
Yang mengajukan keberatan
Ttd
(nama, pangkat, krops, NRP)
Contoh : Permohonan Bantuan Hukum
.......................................................
Tempat, tanggal, bulan, dan tahun
Perihal : Permohonan Bantuan Hukum
Kepada,
Yth .............................
Di
Tempat
Dengan Hormat
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama :
Pangkat, Krops, NRP :
Jabatan :
Kesatuan :
Alamat :
Bersamaan ini saya mengajukan permohonan bantuan hukum dan nasehat hukum atas permasalahan
yang sedang saya hadapi dimana saya telah dituduh dan diduga melakukan tindak pidana .............
yang perkaranya akan disidangkan pada ............... Untuk itu saya siap menghadap ............. kapan saja
dan saya siap memberikan keterangan apabila dibutuhkan.
Demikian permohonan bantuan hukum dan nasehat hukum ini saya buat, atas bantuan dan
kebijaksanaannya dari .................... , saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Mengetahui, Hormat saya,
Ttd Ttd
(nama, pangkat, krops, NRP) (nama, pangkat, krops, NRP)
Contoh : Permohonan Keringanan Hukuman (Klemensi)
Kepada Yth,
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Pidana
No .......................
Pada Pengadilan Militer III Kupang
Jl ..........................
c/q ........................
selaku ANKUM
Kesatuan ..............
Majelis Hakim Yang Mulia
Saudara Oditur Militer Yang Terhormat
Sidang Pengadilan yang kami muliakan
PENDAHULUAN
Sebelum kami menyampaikan klemensi ini marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya sehingga kita dapat berkumpul
di sidang ini dalam rangka mencari keadilan bagi Terdakwa maupun tegaknya hukum yang
kita cita-citakan bersama.
Izinkanlah kami .................... selaku penasehat hukum dari :
Nama :
Pangkat, Krops, NRP :
Jabatan :
Kesatuan :
Tempat dan tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Kewarganegaraan :
Agama :
Alamat :
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Majelis Hakim yang telah
dengan sabar dan teliti serta penuh kewibawaan memimpin jalannya sidang sehingga
pesidangan perkara ini dapat berlangsung dengan lancar dan tertib.
Serta pada saudara Oditur Militer yang kami hormati, kami sampaikan penghargaan atas
segala ketekunan dan kegigihannya dalam merumuskan dan membuktikan dakwaannya,
mudah-mudahan kami tidak salah menilai, bahwa usaha Oditur Militer yang demikian adalah
juga didasari tekad untuk mengungkapkan kebenaran materiil perkara ini.
PERMOHONAN
Majelis Hakim Yang Mulia
Saudara Oditur Militer Yang Terhormat
Sidang Pengadilan yang kami muliakan
Melihat fakta-fakta yang terungkap di persidangan, kami selaku penasehat hukum Terdakwa
mengakui dan sependapat dengan apa yang didalilkan oleh Oditur Militer dalam tuntutannya
mengingat bahwa unsur-unsur dalam pasal .................... telah terpenuhi berdasarkan fakta-
fakta yang terungkap dipersidangan dan juga barang bukti yang ada, namun demikian kami
memohon kepada majelis hakim yang bijaksana untuk memberikan keringanan hukuman
dengan mempertimbangkan mengenai kondisi Terdakwa sehingga Terdakwa mempunyai
kesempatan yang panjang untuk merubah hidupnya menjadi orang yang berguna bagi orang
lain serta dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik. (dibagian ini disebutkan hal-hal /
alasan-alasan sehingga diajukan klemensi).
Disisi lain jika ditinjau dari teori pemidanaan dikatakan bahwa penjatuhan pidana bertujuan
untuk menimbulkan “efek jera” , dimana dalam hal ini tujuan tersebut telah tercapai dengan
masa tahanan yang dijalani oleh Terdakwa selama proses penanganan perkara berlangsung
menimbulkan trauma yang mendalam bagi Terdakwa sehingga Terdakwa telah menyesali
perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulangi tindak pidana lagi.
Berdasarkan analisis sebagaimana tersebut diatas maka kami selaku penasehat hukum
Terdakwa mengajukan permohonan maaf dan permohonan kepada Majelis Hakim kiranya
dapat menjatuhkan hukuman yang seringan-ringannya bagi Terdakwa.
Demikian permohonan maaf demi untuk mendapatkan keringanan hukuman ini kami buat
atas nama Terdakwa .............................. permohonan ini kami sampaikan dengan harapan
Majelis Hakim yang kami muliakan memperoleh gambaran tentang perkara ini lebih obyektif
sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan putusan yang seadil-adilnya.
Akhir kata atas perhatian dan kebijaksanaan Majelis Hakim, kami selaku penasehat hukum
Terdakwa mengucapkan terimakasih.
Hormat kami
Penasehat Hukum Terdakwa
...............................................