51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan program ASI eksklusif merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah dalam hasil pencapaian Millenium development Goalas (MDGs) pada tahun 2014 mengenai prevalensi gizi kurang dan gizi buruk , Fakta di Indonesi amenunjukan bahwa cakupan ASI ekslusif sebagai salahsatu peningkatan gizi bayi cenderung menurun pda 3 tahun terakhir ini (Depkes, 2011). Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan menyusui, Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal meliputi ASI eksklusif, cara menyusui, memeras ASI, menyimpan ASI peras, dan memberikan ASI peras. (Siregar, 2009) World Health Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun, rekomendasi serupa juga oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breasfeeding Medicine demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi,dkk,2010). 1

Laktasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Laktasi

Citation preview

Page 1: Laktasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan program ASI eksklusif merupakan salah satu bentuk usaha

pemerintah dalam hasil pencapaian Millenium development Goalas (MDGs) pada

tahun 2014 mengenai prevalensi gizi kurang dan gizi buruk , Fakta di Indonesi

amenunjukan bahwa cakupan ASI ekslusif sebagai salahsatu peningkatan gizi bayi

cenderung menurun pda 3 tahun terakhir ini (Depkes, 2011).

Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk

menunjang keberhasilan menyusui, Manajemen laktasi dimulai pada masa

kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja ruang

lingkup manajemen laktasi periode postnatal meliputi ASI eksklusif, cara

menyusui, memeras ASI, menyimpan ASI peras, dan memberikan ASI peras.

(Siregar, 2009)

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI

Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan

dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun, rekomendasi serupa juga oleh

American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breasfeeding Medicine

demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi,dkk,2010).

Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data yang

diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun

2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%,

terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai

27,35%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan

target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. (Dinkes, 2008).

Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya

adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI

dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan

dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, gencarnya pemasaran susu

formula, dan faktor ibu yang bekerja.(Dinkes,2008).

1

Page 2: Laktasi

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah

mengenai laktasi meliputi anatomi payudara fisiolofi payudara, definisi laktasai,

manfaat laktasi dan manajemen laktasi

2

Page 3: Laktasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laktasi

Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan

makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan

psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan

makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonates (Nugroho, 2011).

Komponen yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk

pertumbuhan dan perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air

susu merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan

payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan. ASI yang

dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama,dengan terjadinya kehamilan

pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses

pembentukan air susu (Laktasi). Laktasi adalah keseluruhan proses enyusui,mulai

dari ASI di produksi sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009).

Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa diperlukan

alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah kesabaran, waktu,

pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari berbagai pihak khususnya

suami (Roesli, 2005).

B. Anatomi payudara

Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar

ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan

dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae

mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi)

setelah melahirkan bayi (Sloane, 2004).

1. Struktur

Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose

yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot

pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.

3

Page 4: Laktasi

Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan

jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual(Sloane, 2004).

a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus

dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus

lakteferus (ampula).

b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament

suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).

c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus

kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli

sekretori.

d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar

1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola

2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

a. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang

merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari

cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena

dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior.

b. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan

aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe

dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar.

C. Fisiologi Laktasi

Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan

makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan

psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan

makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonates (Nugroho, 2011).

Komponen yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk

pertumbuhan dan perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air

susu merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan

payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan. ASI yang

dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama,dengan terjadinya kehamilan

pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses

4

Page 5: Laktasi

pembentukan air susu (Laktasi). Laktasi adalah keseluruhan proses enyusui,mulai

dari ASI di produksi sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009).

Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa diperlukan

alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah kesabaran, waktu,

pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari berbagai pihak khususnya

suami (Roesli, 2005).

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh

hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas

sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan

berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan

daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran

maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak

mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan

menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel

duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi

hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI

dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu

(Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).

1. Keadaan yang dapat meningkatkan hormon Air susu ibu dan hormon prolaktin

Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf

sensoris disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan

untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah

kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI)

menghasilkan ASI(Siregar, 2009).

Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap,

sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum

berikutnya. Sedangkan untuk minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang

sudah ada.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus),

makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui

makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin

5

Page 6: Laktasi

sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara

akan berhenti menghasilkan ASI.

Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada

malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin

juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur),

sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi

kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk

tujuan menunda kehamilan.

2. Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.

Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh

isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan

merangsang  kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI

keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat

dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya (Roesli,2005).

Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini

menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah

mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika

refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk

mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI,

padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi

setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang

mengakibatkan oksitosin Beberapa keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi

(meningkatkan) produksi hormon oksitosin :

a. Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.

b. Celotehan atau tangisan bayi

c. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke

ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan

6

Page 7: Laktasi

memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu

pekerjaan rumah tangga

d. Pijat bayi

Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin

a. Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung

b. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk

tubuhnya, meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi.

c. Rasa sakit terutama saat menyusui

3. Pada bayi terdapat 3 refleks sebagai mekanisme menyusui yaitu:

a. Reflek mencari ( Rooting Reflex }

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi

diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik masuk ke

dalam mulut.

b. Reflek menghisap ( Sucking Reflex )

Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah,

putting susu ditarik lebih jauh dan rahang rnenekan kalang payudara

dibelakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit - langit

keras. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi

akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan

mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting

susu pada langit - langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu.

Cara yang dilakukan oleh bayi, tidak akan menimbulkan cedera pada putting

susu.

c. Reflek menelan (swallowing reflek )

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan

gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot - otot pipi, sehingga

pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme

menelan masuk ke lambung. Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol

7

Page 8: Laktasi

dimana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab

susu mengalir dengan mudah dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang

disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya

dengan adanya isapan pipi, yang semuanya ini akan membantu aliran susu,

sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap susu menjadi

minimal.

Kebanyakan bayi - bayi yang masih baru lahir belajar menyusu pada

ibunya, kemudian dicoba pada susu botol yang bergantian, maka bayi tersebut

akan menjadi bingung puting. Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya,

cara menyusu seperti menghisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik

dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu, jika bayi terpaksa tidak bisa

langsung disusui oleh ibunya pada awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi

minum melalui sendok, cangkir, atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami

bingung puting.

D. Komponen Gizi ASI

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan

stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam : (Perinasia,

2011)

1. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi

lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak

kasar karenan mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat

kolostrum sebagai berikut :

a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan

siap untuk menerima makanan

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin

sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi

8

Page 9: Laktasi

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi

dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6

bulan.

2. ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10

3. ASI mature

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya

Untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang dihasilkan kolostrum, ASI

transisi dan ASI mature dapat dilihat pada tebel berikut ini : (Desi, 2008)

Tabel 1. Komposisi kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi ASI MaturEnergi (Kg kla)Laktosa (gr/100 ml)Lemak (gr/100 ml)Protein (gr/100 ml)Mineral (gr/100 ml)Imunoglobulin :Ig A (mg/100 ml)Ig G (mg/100 ml)Ig M (mg/100 ml)Lisosim (mg/100 ml)Laktoferin

57,06,52,9

1,1950,3

335,95,917,1

14,2-16,4420-520

63,06,73,6

0,9650,3

-----

65,07,03,81,3240,2

119,62,92,924,3-27,5250-270

Tabel 2. Perbedaan komposisi ASI, susu sapid an susu formula

Komposisi/ 100 ml ASI matur

Susu sapi

Susu formula

Kalori 75 69 67Protein 1,2 3,5 1,5Lactalbumin (%) 80 18 60Kasein (%) 20 82 40Air (ml) 87,1 87,3 90Lemak (gr) 4,5 3,5 3,8Karbohidrat 7,1 4,9 6,9Ash (gr) 0,1 0,72 0,34

Mineral

Na 16 50 21K 53 144 69Ca 33 128 46

9

Page 10: Laktasi

P 14 93 32Mg 4 13 5,3Fe 0,05 Trace 1,3Zn 0,15 0,04 0,42Vitamin

A (iu) 182 140 210C (mg) 5 1 5,3D (iu) 2,2 42 42E (iu) 0,08 0,04 0,04Thiamin (mg) 0,01 0,04 0,04Riboflavin (mg) 0,04 0,03 0,06Niacin (mg) 0,2 0,17 0,7Ph Alkaline Acid Acid

Bacteria iontent Sterile Nonsterile sterile

E. ASI Eksklusif

1. Pengertian

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal

(setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti:

susu formula,sari buah, air putih, madu, air the, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi dan

nasi tim (Perinasia 2011)

2. Manfaat ASI

Bagi Bayi

a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna

baik kualitas maupun kuantitasnya.melalui penatalaksanaan menyusui

yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi (Perinasia, 2011).

10

Page 11: Laktasi

b. ASI sebagai kekebalan

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat kekebalan dari

ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali

menurun segera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa

bulan tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat kekebalan secara

sempurna. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan di dalam tubuh bayi

menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi menkonsumsi ASI.

ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari

bahaya penyakit dan infeksi, seperti: diare, infeksi telinga, batuk,

pilek, dan penyakit alergi (Roesli, 2000;Depkes 2001). Angka

morbiditas dan mortalitas bayi yang diberi ASI eksklusif jauh lebih

kecil dibanding bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif

(Perinasia, 2011).

c. ASI meningkatkan kecerdasan bayi

Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2

tahun adalah periode dimana terjadi pertumbuhan otak yang sangat

pesat. Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh

kembang anak. Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya

dimanfaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal

dengan kualitas yang optimal. Pertumbuhan otak adalah faktor utama

yang mempenmgaruhi perkembangan kecerdasan. Sementara itu

pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan

kepada bayi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Nutrisi

utama untuk pertumbuhan otak antara lain: Taurin, Lactosa, DHA,

AA, Asam Omega-3, dan Omega-6. Semua nutrisi yang dibutuhkan

untuk itu, bisa didapatkan dari ASI (Perinasia, 2011)

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam dekapan

ibunya. Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya,maka bayi

akan semakin merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa

11

Page 12: Laktasi

aman, tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar

detak jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan.

Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu

dan bayi.

Selain 4 manfaat pokok di atas, ada beberapa manfaat lain

pemberian ASI bagi bayi yaitu Asi mudah dicerna karena

mengandung enzi pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI tidak

mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI tidak memberatkan fungsi

saluran pencernaan dan ginjal yang belum sempurna. ASI juga

menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan

lebih cepat bisa jalan, membantu pembentukan rahang yang bagus,

meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara, mencegah

obesitas (kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia akibat

kekurangan zat besi. Selain itu, ASI mengurangi resiko terkena

penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga mengurangi

kemungkinan menderita penyakit jantung (Perinasia, 2011).

Manfaat Menyusui Bagi Ibu

a. Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta

mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula (Dewi, 2007)

Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan meningkatkan

kadar oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses

konstriksi/penyempitan pembuluh darah di rahim sehingga

pendarahan akan lebih cepat berhentisehingga kemungkinan

terjadinya perdarahan dapat berkurang. Hal ini juga dapat

mengurangi terjadinya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin

yang meningkat juga sangat membantu mempercepat rahim kembali

mendekati ukuran seperti sebelum hamil. (Dewi, 2007)

b. Menjarangkan kehamilan

12

Page 13: Laktasi

Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara

kontrasepsi alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil. (Dewi,

2007)

c. Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh ibu akan

mengambil sumber energi dari lemak-lemak yang tertimbun selama

hamil terutama di bagian paha dan lengan atas, sehingga berat badan

ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan semula.

(Dewi, 2007)

d. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara dan akan

mengurangi resiko ibu terkena penyakit kanker indung telur. (Dewi,

2007)

e. Lebih ekonomis dan murah

 ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan

sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga

dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif

mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sehingga bayi akan

terhindar dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal tersebut

akan menghemat pengeluaran untuk berobat ke dokter atau rumah

sakit. (Dewi, 2007)

f. Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI sangt mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol.ASI mempunyai suhu

yang tepat sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi, tanpa

perlu khawatir terlalu panas atau dingin. ASI dapat diberikan kapan

saja, dimana saja dan tidak perlu takut persediaan habis. (Dewi,

2007)

g. Portabel dan praktis

ASI mudah di bawa kemana-mana (portabel), siap kapan saja

dan dimana saja bila dibutuhkan. Pada saat berpergian tidak perlu

13

Page 14: Laktasi

membawa peralatan untuk membuat susu dan tidak perlu membawa

alat listrik untu memasak atau menghangatkan susu serta tidak perlu

takut basi karena ASI di dalam payudara ibu tidak akan pernah basi.

h. Memberi kepuasan kepada ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa

puas, bangga dan bahagia yang mendalam(Dewi, 2007)

F. Manajemen Laktasi

1. Pengertian

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan

untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha

ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa

kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit

(perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2

tahun(postnatal) (Perinasia, 2011).

Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah

dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009) .

Dan ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah

persalinan,dan masa menyusui bayi.

2. Periode Manajemen laktasi

a. Masa kehamilan (Antenatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi sebelum

kelahiran adalah

1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui

bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu formula.

2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi

putting payudara,dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.

3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan

hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu

memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

14

Page 15: Laktasi

4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan ambahan

sejak kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil

sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil

(Prasetyono, 2009).

b. Masa persalinan (Perinatal)

1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam

kehidupan bayi selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar

baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu.

2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar

menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam

waktu 2 minggu setelah melahirkan (Prasetyono, 2009).

c. Masa menyusui (Postnatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi setelah

kelahiran adalah:

1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu

harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah

bayi lahir dan saat itu bayi hanya di beri ASI tanpa makanan

tambahan.

2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa

menyusui agar bayi tumbuh sehat.

3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan

menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan yang

berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu

atau puskesmas). Bila ada masalah dalam proses menyusui.

5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4

bulan (Prasetyono, 2009).

15

Page 16: Laktasi

3. Manfaat laktasi

Jika seorang ibu memberika air susu ibu (ASI) kepada bayinya , hal ini

dapat menguntungkan baik bagi bayinya mapun ibu, antara lain :

a. Manfaat ASI bagi bayi

1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti

kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.

3) Melindungi anak dari serangan alergi.

4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak

sehingga bayi lebih pandai.

5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.

6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.

7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bisa

berjalan (Roesli, 2005).

b. Manfaat ASI bagi ibu

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

2) Mengurangi terjadinya anemia

3) Menjarangkan kehamilan

4) Mengecilkan rahim.

5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan

6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

7) Lebih ekonomis dan murah

8) Tidak merepotkan dan hemat waktu

9) Lebih praktis dan portable

10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri(Roesli, 2005)

c. Manfaat ASI bagi lingkungan

1) Mengurangi bertambahanya sampah dan polusi di dunia

2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang

mengeluarkan asap.

16

Page 17: Laktasi

d. Manfaat ASI bagi negara

1) Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan perlengkapan

menyusui

2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntahmuntah, mencret

dan sakit saluran nafas

3) Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan.

4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas

untuk membangun Negara.

e. Manfaat ASI bagi keluarga

1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit

sehingga dapat mengurangi biaya berobat

2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana

saja dan kapan saja dan tidak merepotkan orang lain.

G. Teknik dan Keterampilan Menyusui

1. Keberhasilan menyusui

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui

selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar

sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :

a. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama

dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif

dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan

tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat

kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat

melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari

efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir

dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak

kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan

17

Page 18: Laktasi

menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran

ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan

bayi.

b. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi

bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu

formula) yang diberikan, karena  akan menghambat keberhasilan proses

menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan

suplai ASI, menciptakan “bingung puting”, serta meningkatkan risiko

infeksi

c. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia

akan melepaskan puting dengan sendirinya. 

2. Keterampilan menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu

harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari

payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik

meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. 

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi

berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan

perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan

ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu

(perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi

duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus

menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi

menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan

leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi

terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara

menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting

susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-

langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi

sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola

18

Page 19: Laktasi

bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada

payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi.

3. Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut:

a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi

membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi 

d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik

e. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

f. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi

g. Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku

4. Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut :

a. Leher bayi terputar dan cenderung kedepan

b. Badan bayi menjauh badan ibu

c. Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu

d. Hanya leher dan kepala tersanggah

e. Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi

f. C-hold tetap dipertahankan

5. Cara Bayi menghisap ASI secara efektif

Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus

mengambil cukup banyak payudara kedalam mulutnya agar lidahnya dapat

memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras

jaringan payudara sehingga membentuk ”puting buatan/ DOT” yang

bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri hanya

membentuk sepertiga dari ”puting buatan/ DOT”. Hal ini dapat kita lihat

saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI

dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan

hisapan dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya

dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan. 

6. Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik

a. Dagu menyentuh payudara

19

Page 20: Laktasi

b. Mulut terbuka lebar

c. Bibir bawah terputar keluar

d. Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian

bawah

e. Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka

dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI

tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa  tidak puas dan ia ingin

menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan

berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering. 

7. Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik :

a. Dagu tidak menempel pada payudara

b. Mulut bayi tidak terbuka lebar-    Bibir mencucu/ monyong

c. Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI

oleh lidah

d. Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat

e. Terasa sakit pada putting

8. Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui

a. Bayi datang dari arah bawah payudara

b. Hidung bayi berhadapan dengan puting susu

c. Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara

(titik pertemuan)

d. Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi

e. Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak

ada tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang

lembut

f. Putting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian “dot panjang” yang

terbentuk dari jaringan payudara

9. Cara bayi mengeluarkan ASI

20

Page 21: Laktasi

a. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap

minuman melalui sedotan

b. Bayi mengisap untuk membentuk ’dot’ dari jaringan payudara

c. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltik lidah menekan

gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang

masuk kedalam mulut

d. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan

’dot buatan’ ke atas langit-langit

e. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga

bayi mudah memeras ASI

10. Lama bayi menyusui

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata

bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat

mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat

lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit)

mungkin ada masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir

rendah (kurang dari 2500 gram), proses menyusu terkadang sangat lama

dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu

payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan

dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara

mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI.

11. Lama bayi menyusui

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi,

sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat

sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang.

Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan

pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan

suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam

hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan

sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya. 

21

Page 22: Laktasi

12. Cara menilai Kecukupan ASI

a. Asi akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

b. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang

tidak pekat dan bau tidak menyengat

c. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah

melebihi berat lahir pada usia 2 minggu

d. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari

payudara ibu

H. Manajemen Laktasi pada Ibu Bekerja

Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu

mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu bekerja

1. Teknik yang dianjurkan antara lain

a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya

b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan

dilemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja.

c. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di

lemari pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.

d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau

instansi menyediakan tempat.

e. Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari

Perawat bayi dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila

memungkinkan.

f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup

untuk menambah produksi ASI (Taufan, 2011).

2. ASI Perah

ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari

payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya akan diberikan untuk

bayi (Roesli, 2005)

22

Page 23: Laktasi

Cara memerah ASI dengan tangn dan jari secara manual adalah

a. Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk

atau gelas yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu

biarkan tertutup selama beberapa menit,setelah itu ditiriskan.

b. Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun.

c. Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan

nyaman dan dekatkan mangkok ke payudara ibu

d. Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai

putting susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.

e. Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke

belakang kearah tulang dada

f. Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta

melepaskannya secara bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI

akan mulai mengalir

3. Cara penyimpanan ASI

ASI adalah cairan hidup, selain makanan ASI mengandung zat anti

infeksi, cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas anti

infeksi dan makana yang terkandung dalam ASI (Roesli, 2005).

a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar

dalam waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan

bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.

b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI

tidak boleh dimasukkan lagi dalam lemari es

c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah.

4. Lama penyimpanan ASI

a. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan

selama 12 jam.

b. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8

jam

c. ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam

23

Page 24: Laktasi

d. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005).

5. Cara memberikan ASI perah

a. Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu

b. Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir

bawah bayi sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum

dengan dorongan lidahnya.

c. Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau

sendok diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri

d. Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya .

6. Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan

a. ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang

bukan mendidih yang keluar dari keran.

b. Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas

atau bukan mendidih.

c. Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya

dalam panci atau alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat

khusus untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI.

d. Susu yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi

7. Masalah laktasi pada ibu bekerja

Semua ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya,saat

ini diketahui bahwa fenomena yang terjadi ibu yang bekerja banyak yang

tidak menyusui bayinya sampai mendapatkan ASI eksklusif.karena ibu-ibu

yang bekerja memiliki pemikiran yaitu (Syarifah, 2008) :

A. Ibu mengkhawatirkan dan beranggapan bahwa ASI-nya tidak

mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja.

B. Saat ini sebagian besar ibu bekerja menghentikan menyusui bayinya

dikarenakan alasan pekerjaan yang memakan waktu lama.

24

Page 25: Laktasi

C. Ibu menganggap susu formula lebih praktis dan terjangkau, lebih

mudah didapat sehingga ibu yang bekerja tidak terlalu khawatir

(Syarifah, 2008).

I. Penyulit Laktasi

1. Putting susu nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan

sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan

puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.

Cara menangani :

a. Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.

b. Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit  guna membantu

mengurangi sakit pada puting susu yang sakit.

c. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di puting susu

dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting

susu kering.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu

ketika menyusui :

a. Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui. Hal

ini akan membantu meningkatkan aliran air susu ibu. Meletakkan kain

basah yang hangat pada payudara atau mengambil shower hangat

untuk mengguyur payudara setelah menyusui.

b. Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai

menetek, memastikan bayi tidak lagi menetek sebelum melepaskan

dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari anak susuan, melalui

sudut mulut bayi memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ini akan

melepaskan isapan bayi dari payudara dan dapat dengan mudah

mengangkat atau menarik bayi dari puting susu.

c. Mencari posisi yang nyaman saat menyusui

Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan

mengurangi atau menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui

25

Page 26: Laktasi

yang nyaman dan benar. Menggunakan salah satu jari dari posisi

tersebut setiap kali menyusui bayi. Jika bayi tidak dalam posisi yang

tepat ia mungkin memiliki masalah dalam penghisapan. Bayi mungkin

tidak mendapatkan cukup susu dan menyedit dengan keras. Hal ini

dapat menyebabkan sakit atau mengubah bentuk puting untuk

beberapa menit.

d. Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi menyusu

terlalu keras maka puting menjadi sakit, anda perlu membuat santai

mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu memijat rahang bawah

telinga bayi. Stroke adalah gerakan untuk beristirahat dan melebarkan

mulut bayi. Ibu dapat menarik perlahan-lahan bayi ke bawah

menggunakan jari. Hal ini memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan

puting susu. Tarik kepala bayi sehingga rahangnya ada di belakang

puting susu, dengan cara ini susu dapat terjepit dan tidak akan cukup

susu mengalir keluar.

e. Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca

petunjuk yang ada pada saat menggunakan perangkat dan menjaga

selalu tetap bersih. Jika ada alat yang menyebabkan cedera pada

payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu mungkin

memerlukan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara penggunaan

alat. Cedera ini meningkatkan risiko untuk kerusakan dan infeksi

puting.

2. Putting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan  menjadi

lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-kadang

mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi

menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush (candidates)

atau dermatitis.

Cara menangani :

a. Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidates atau

dermatitis)

26

Page 27: Laktasi

b. Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi

menyusui

c. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

d. Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu

sakit

e. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali

memberikan obat lain, sperti krim, salep, dan lain-lain

f. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu

kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam

waktu sekitar 2x24 jam

g. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan

dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri

h. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan dengan sabun

i. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang

sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya

menyembuh

j. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan

dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran

pembentukan ASI

k. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan

dot

l. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan

waktu yang lebih singkat

m. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas.

3. Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa

penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara

bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.

Penyebab Bengkak

a. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah

b. Produksi ASI berlebihan

27

Page 28: Laktasi

c. Terlambat menyusui

d. Pengeluaran ASI yang jarang

e. Waktu menyusui yang terbatas

Perbedaan payudara penuh dan payudara bengkak :

Payudara Penuh Payudara BengkakRasa berat pada payudara, panas

dan  keras. Bila diperiksa ASI

keluar dan tidak demam

Payudara oedema, sakit, puting

susu kencang, kulit mengkilat

walau tidak merah, dan bila

diperiksa/diisap ASI tidak keluar.

Badan biasa demam setelah 24 jam

Untuk mencegah maka

diperlukan :menyusui dini,

perlekatan yang baik, menyusui

“on demand”. Bayi harus lebih

sering disusui. Apabila terlalu

tegang  atau bayi tidak dapat

menyusu sebaiknya ASI

dikeluarkan terlebih dahulu, agar

ketegangan menurun.

Merangsang refleks oksitosin

a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit

b. Ibu harus rileks

c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)

d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah

tengah)

e. Stimulasi payudara dan putting

f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema

g. Memakai BH yang sesuai

h. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik

Cara mengatasinya :

28

Page 29: Laktasi

a. Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa

batas waktu

b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan

atau pompa ASI yang efektif

c. Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat

dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage

payudara, massage leher dan punggung

d. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema.

4. Mastitis atau Abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,

bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,suhu tubuh meningkat.

Di dalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi

merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan

diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini

disebabkan kurangnya ASI dihisap/dikeluarkan atau pengisapan yang

tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari 

atau karena tekanan baju/BH.

Tindakan yang dapat dilakukan :

a. Kompres hangat/panas dan pemijatan

b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu

stimulasi puting susu, pijat leher, punggung, dll

c. Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10

hari

d. Bila perlu bisda diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang

rasa nyeri

e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu

tindakan bedah.

J. Kontraindikasi Menyusui

1. Menyususi Pada Ibu yang Menderita Hepatitis B

29

Page 30: Laktasi

2. Menyusui pada ibu yang menderita HIV AIDS

3. Menyusui pada ibu yang sedang kemoterapi pada kanker payudara

4. Menyusui pada ibu yang menggunakan implant pada payudaranya.

(Roesli, 2005)

30

Page 31: Laktasi

BAB III

RINGKASAN

Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan

makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan

psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan

makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonates. Laktasi memiliki banyak sekali

manfaat baik untuk bayi, ibu, lingkungan, keluarga maupun negara. Oleh sebab

itu, diperlukan promosi kesehatan mengenai pentingnya laktasi dan tata cara serta

manajemen laktasi yang benar dan tepat.

31

Page 32: Laktasi

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N. U. (2004). Wacana peringatan 13 tahun ratifikasi konvensi hak

anak 25 agustus tentang ASI: hak anak yang terabaikan.

Http://www.surya.co.id/25082003/12c.phtml. Dibuka tanggal 20

Agustus 2015

Agampodi, B,S., Thilini, C,A., & Avanthi, S. 2009. Exclusive Breastfeeding in Sri

Lanka : Problems of Interpretation of Reported Rates. International

Breastfeeding Journal.

American Academy of Pediatric. 2012.Breastfeeding and the Use of Human Milk(Vol

129, Number 3),.Washington,DC : Author

Amosu, M.A., Adenike, M.D., Adebo, M,T.,&Abraham,O,B. 2011.A Study of the

Knowledge and Support Level of Breast-feeding Amongthe Workers in

Formal Employment in South-Western Nigeria.Archives of Applied

Science Research.Scholars Research Library.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka

Cipta.

Ayu, Rosita. 2011. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Kecamatan Salawu dan Sukahening Kabupaten

Tasikmalaya Tahun 2010. Jurnal Penelitian. Tasikmalaya : Stikes

Respati.

Azwar, S. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta :RinekaCipta.

Bobak., Lowdermilk., Jensen. 2005. Keperawatan Maternita Edisi 4. Alih Bahasa:

Maria A, Wijayarini., Dr.Peter I, Anugerah. Jakarta : EGC.

Cadwell,K., Cindy Turner. 2011. Manajemen Laktasi. Alih Bahasa: Estu Tiar. Jakarta

: EGC.

Depkes. RI. 2005. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian

Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja

Depkes RI.

Desi, Ariyana. 2008. Tingkat Pengetahuan tentang Penyimpanan ASI pada Ibu

Bekerja di Asrama Polisi Kalisari Semarang Kecamatan Semarang

Selatan.Jurnal Keperawatan. FIKKES. Volume 1 No. 2 Maret 2008..

32

Page 33: Laktasi

Dewi, Rosiana. 2007. Mengatasi Konflik Peran sebagai Karyawan dan Ibu Rumah

Tangga pada Tenaga Kerja Wanita di Indonesia. Jurnal Kesehatan.

Volume XXIII No. 2 April – Juni 2007.

Dinas Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Jawa Tengah.

Dyah. 2009. Pemodelan Kuantitatif untuk Analisis Faktor Penentu Praktik Pemberian

ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto.

Elmiyasna, K. 2009. Kajian Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Pendidikan

dan Pekerjaan Ibu Menyusui di Puskesmas Nanggalo Padang.

Vol.1.No.1.Padang

Fayed,S., Almorsy, E., Fathi, N., Wahby, I. 2012. The Effect of Maternal Employment

on Breast Feeding Practice Among Egyptian Children.Journal of

American Science

Hidayat, A.A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta.

Karyati, Utami . 2009. Hubungan Pengetahuan tentang Manajemen Laktasi Ibu

Primipara dengan Teknik Laktasi di Ruang Post Partum RSU Kota

Surakarta. Skripsi, Surakarta : UMS.

Khrist, G, Josefa. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif pada Ibu (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas

Manyaran, Kecamatan Semarang Barat. Artikel Penelitian. Semarang:

Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Fakultas Kedokteran.

Universitas Diponegoro.

Kristiyanasari, W. 2009.ASI, Menyusui dan Sadari.Yogjakarta : NuhaMedika.

Mensah,A,O. 2011. The Influence of Workplace Facilities on Lactating Working

Mothers’Job Satisfaction and Organizational Commitment: A Case

Study of Lactating Working Mothers in Accra,

Ghana(Vol.6,No.7.Interrnational Journal of Business and Management.

Mubarak W.I,. Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan

Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Musiroh. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang

Pemberian ASI dengan Pola Pemberian ASI pada Ibu yang Mempunyai

Bayi Usia 0-1 tahun di Desa Kembangkelor Pacet Mojokerto. Surabaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

33

Page 34: Laktasi

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perinasia. 2009. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan ke 2, Program

Manajemen Laktasi. Jakarta :Perinasia

Proverawati, A., Eni, R. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Purwanti, H.S. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC.

Rahayu, A. 2007. Karakteristik Ibu yang Memberikan ASI Eksklusif Terhadap Status

Gizi Bayi ( Vol.33,No.3. Jurnal : Univrsitas Lambung Mangkurat

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres.

Roesli, U. 2005. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan

Swadaya Nusantara.

Sarbini, D,. Listyani,H. 2008. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dan

Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Jebres

Kotamadya Surakarta. Jurnal Kesehatan (Vol. 1,No,2) : UMS

Setyowati, Exsi. 2007. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Tentang Asi Eksklusif

Dengan Kemampuan Memberikan Pendidikan Kesehatan Asi Eksklusif

pada Ibu Prenatal di Puskesmas II Kartasura. Skripsi, Surakarta :

UMS.

Singh, B. 2010. Knowledge, Attitude and Practice of Breast Feeding - A Case Study.

ISSN 1450-216X Vol.40 No.3. European Journal of Scientific

Research.

Siregar, A. 2009. Pemberian ASI Ekskusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Jurnal : Universitas Sumatra Utara.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung :Alfabeta.

Suradi, R. 2010. Ikatan Dokter Anak Indonesia :Indonesia Menyusui. Badan

Penerbit : IDAI

Wawan, Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

34