19
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA BAHAN HAYATI LAUT Mata Acara : Pembuatan Ekstrak Bahan Hayati Disusun Oleh: Muhammad Sibghotulloh Ridho NPM 230210100042 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

LAPAK 2 Pembuatan Ekstrak Bahan Hayati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Kimia Bahan Hayati Laut

Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA BAHAN HAYATI LAUTMata Acara : Pembuatan Ekstrak Bahan Hayati

Disusun Oleh:Muhammad Sibghotulloh RidhoNPM 230210100042

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANPROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJATINANGOR

2013BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keben atau Barringtonia asiatica merupakan tumbuhan yang melimpah di Indonesia, namun belum banyak pemanfaatannya. Sehingga perlu dilakukan skrining untuk mendapatkan informasi tentang tumbuhan ini. Dalam hal pemanfaatan sumber daya hayati yang melimpah di Indonesia, perlu dilakukan pembelajaran kepada generasi muda, khususnya mahasiswa untuk dapat melakukan pemanfaatan dalam tingkat komersil. Sehingga dilakukanlah praktikum pembuatan ektrak bahan hayati sebagai tahap awal pencarian dan identifikasi potensi serta pemanfaatan sumber daya hayati.

1.2. TujuanTujuan dari Praktikum Pembuatan Ektrak Bahan Hayati adalah mampu mengetahui dan melaksanakan pembuatan ektrak bahan hayati dengan memisahkan senyawa dari simplisia.1.3. PrinsipPembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi, yakni perendaman simplisia menggunakan pelarut yang selanjutnya memisahkan pelarut dan senyawa menggunakan rotary epavorator dengan prinsip pemisahan pelarut pada titik didihnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampel2.1.1 Keben (Barringtonia asiatica )KlasifikasiKingdom: Plantae Subkingdom: Tracheobionta Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: LecythidalesFamili: LecythidaceaeGenus: BarringtoniaSpesies: Barringtonia asiatica

Keben atau Barringtonia asiatica merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu lunak memiliki diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter. keben mempunyai sistem perakaran yang banyak dan sebagian tergenang di air laut ketika sedang pasang. ia juga memiliki banyak percabangan yang terletak di bagian bawah batang mendekati tanah. Bentuk daunnya cukup besar, mengkilap dan berdaging. daun mudanya berwarna merah muda dan akan berubah menjadi kekuningan setelah tua.Di Indonesia, Filipina dan Indo-Cina, buah atau biji dipakai untuk pembius ikan, sedangkan di Kepulauan Bismarck, biji buah keben yang masih segar diparut dan dibubuhkan langsung pada bagian tubuh yang mengalami rasa sakit atau pegal-pegal. Biji yang kering dihaluskan, dicampur air dan diminum sebagai obat batuk, obat flu, sakit dan radang tenggorokkan. Dapat pula dibubuhkan pada luka atau limpa yang bengkak setelah terserang malaria. Di Australia, suku Aborigin menggunakannya sebagai pembius ikan dan terkadang untuk meredakan sakit kepala. Di Indo-Cina buah yang muda dimakan sebagai sayur setelah dimasak dalam waktu yang lama. Pohon ini juga ditanam untuk dimanfaatkan sebagai pohon peneduh di sepanjang pantai. Selain itu, ekstrak biji buah keben dapat digunakan untuk membuat obat tetes mata yang mampu mengobati berbagai macam gangguan mata.Bahkan saat ini, ekstrak biji buah keben telah digunakan sebagai obat bius untuk ikan kerapu yang akan dikirim ke tempat jauh. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka waktu pingsan ikan akan semakin lama. 2.2 Pelarut 2.2.1 N-HeksanHeksan merupakan hidrokarbon alkana dengan rumus kimia CH3(CH2)4CH3 atau C6H14. Heksan mempunyai titik didih 69C, densitas 0,655g/ml dan tetapan dielektrik 2,0. Nama lain dari heksan adalah n-heksan. Isomer dari heksan pada umumnya tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut lemah pada reaksi organik karena heksan sangat non-polar. Heksan mempunyai lima isomer : 1.Heksan, CH3CH2CH2CH2CH2CH3, rantai lurus dari enam atom karbon. 2.2-Metilpentan (Isoheksan), CH3CH(CH3)CH2CH2CH3, rantai lima atom karbon dengan satu cabang metil pada karbon keduanya. 3.3-Metilpentan, CH3CH2CH(CH3)CH2CH3, rantai lima atom karbon dengan satu cabang metil pada karbon ketiganya. 4.2,3-Dimetilbutan, CH3CH(CH3)CH(CH3)CH3, rantai empat atom karbon dengan satu cabang metil pada rantai kedua dan ketiganya. 5.2,2-Dimetilbutan, CH3C(CH3)2CH2CH3, rantai empat atom karbon dengan dua cabang metil pada rantai keduanya. Sifat beracun dari heksan relatif rendah, walaupun heksan tergolong obat bius ringan. Pada 1994, n-heksan digolongkan pada daftar zat kimia pada Toxic Release Inventori (TRI).

2.2.2 AsetonAseton adalah turunan dari keton yang merupakan senyawa penting dalam industri kimia. Aseton berupa cairan tidak berwarna yang mempunyai densitas 0,79 g/cm3. Aseton dikenal juga sebagaipropanon,dimetil keton,2-propanon,propan-2-on,dimetilformaldehida, dan-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakanketonyang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan denganair,etanol,dietil eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarutyang penting. Aseton digunakan untuk membuatplastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.Aseton dapat melarutkan berbagai macam plastik, meliputi botolNalgeneyang dibuat dari polistirena, polikarbonat, dan beberapa jenis poliprolilena. Dalam laboratorium, aseton digunakan sebagaipelarut aportikpolardalam kebanyakan reaksi organik, sepertireaksi SN2. Penggunaan pelarut aseton juga berperan penting padaoksidasi Jones. Oleh karena polaritas aseton yang menengah, ia melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya ditampung dalam botol cuci dan digunakan sebagai untuk membilasperalatan gelas laboratorium. Walaupun mudah terbakar, aseton digunakan secara ekstensif pada proses penyimpanan dan transporasetilenadalam industri pertambangan. Bejana yang mengandung bahan berpori pertama-tama diisi dengan aseton, kemudian asetilena, yang akan larut dalam aseton. Satu liter aseton dapat melarutkan sekitas 250 liter asetilena.

2.2.3 MetanolMetanol merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH dan alkohol yang paling sederhana, ringan, mudah menguap, bening, mudah terbakar, cairan beracun dengan bau khusus yang sedang dan lebih manis daripada etanol. Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, karbinol, alkohol kayu atau spiritus kayu. Metanol mempunyai titik didih 65C, densitas 0.791g/ml dan tetapan dielektrik 33. Metanol digunakan sebagai antibeku, pelarut, bahan bakar, dan pemecah untuk etil alkohol. Metanol sering disebut sebagai alkohol kayu karena dapat diproduksi dari produk samping pada destruksi kayu dengan distilasi. Jika diproduksi dari kayu atau bahan organik lain, akan menghasilkan methanol organik (bioalkohol) yang dapat digunakan sebagai bahan dasar hidrokarbon bahan bakar. Metanol akan beracun pada pemecahan dengan enzim alkohol dehidrogenase di dalam hati dengan terbentuknya asam formik dan formaldehid. Penggunaan terbesar metanol sejauh ini adalah untuk membuat zat kimia lain. Sekitar 40% metanol dikonversi menjadi formaldehid, dan dari sana menjadi produk turunan seperti plastik, kayu lapis, dan cat.2.3 EkstraksiEkstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut. Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan.Ekstraksi bertujuan untuk melakukan pemeriksaan bahan untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu. Ekstraksi dengan pelarut dilakukan dengan dua cara: cara dingin dan cara panas. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi cara dingin.Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukkan pada suhu kamar. Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam carian penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin. Prinsip dari metode ini adalah penyarian zat aktif dengan perendaman pelarut tertentu pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Cairan penyari ini akan masuk ke dalam sel dan mengusir cairan yang ada sel tersebut (proses difusi).

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Tempat dan WaktuPraktikum Kimia Bahan Hayati Laut dengan judul Fraksinasi dilaksanakan pada :Hari, Tanggal: Rabu , 15 Mei 2013Waktu : 08.00 WIBTempat: Laboratorium Bioteknologi Kelautan Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat dan Fungsinyaa. Rotary epavorator, untuk menguapkan pelarutb. Medium botol/ botol Erlenmeyer, sebagai wadah larutanc. Pipet tetes, untuk memindahkan zat cair dalam jumlah yang kecild. Gelas ukur, untuk mengukur volume zat caire. Corong saring, sebagai alat bantu penyaringanf. Kertas saring, untuk menyaring larutan.3.2.2 Bahana. Ekstrak kebenb. Pelarut (n-heksan, etil asetat, methanol).3.3 Prosedur Praktikuma. Ekstraksi n-heksan1. Menimbang sampel seberat 2 gram2. Memasukannya ke dalam medium botol/Erlenmeyer3. Memasukan pelarut n-heksan sampai terendam lalu tutup4. Merendam hingga 24 jam5. Memisahkan filtrat dan residu dengan penyaringan6. Menguapkan filtrat hasil rendaman dengan menggunakan rotary epavorator7. Hasil ekstrak n-heksan ditimbang.

b. Ekstraksi etil asetat1. Menimbang sampel seberat 2 gram2. Memasukannya ke dalam medium botol/Erlenmeyer3. Memasukan pelarut n-heksan sampai terendam lalu tutup4. Merendam hingga 24 jam5. Memisahkan filtrat dan residu dengan penyaringan6. Menguapkan filtrat hasil rendaman dengan menggunakan rotary epavorator7. Hasil ekstrak etil asetat ditimbang.

c. Ekstraksi methanol1. Menimbang sampel seberat 2 gram2. Memasukannya ke dalam medium botol/Erlenmeyer3. Memasukan pelarut n-heksan sampai terendam lalu tutup4. Merendam hingga 24 jam5. Memisahkan filtrat dan residu dengan penyaringan6. Menguapkan filtrate hasil rendaman dengan menggunakan rotary epavorator7. Hasil ekstrak metanol ditimbang.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilSampelKelmpokPelarutShiftVolume Filtrat(ml)Berat Ekstrak (gr)Rendemen (%)Warna filtrat

Baringtonia asiatica1-2n-heksan1380,02560,256Bening

238

3-4etil asetat135-0Bening

238

5-6metanol1420,85858,585Kuning Bening

238

Enhalus acoroides7-8n-heksan134,50,0310,031Kuning Bening

237

9-11etil asetat1380,01630,163Hijau Muda

238

12-13methanol1382,0120,1Hujau tua

234

Rendemen = (Berat ekstrak (gr))/(Berat bahan awal (gr))100%

4.2 PembahasanPada pembuatan ekstrak, sampel yang digunakan adalah Barringtonia Asiatica dan Enhalus acoroides masing-masing seberat 10 gram. Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan tiga jenis pelarut pada masing-masing sampel di dalam Erlenmeyer, perendaman dilakukan pada suhu kamar selama 2x24 jam seseuai prinsip maserisasi.Setelah perendaman selama dua hari, larutan disaring menggunakan kertas saring dan corong saring sehingga filtrat terpisah dari residunya. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara pelarut dan senyawa yang terikat oleh pelarut, dengan cara memanfaatkan titik didih pelarut, yakni menggunakan rotavapor. Masing-masing pelarut memiliki titik didih berbeda; n-heksan: 69C, etil asetat: 77,1C, dan methanol: 65C.Suhu penguapan pada rotavapor disesuaikan dengan titik didih setiap pelarut pada filtrat yang akan diproses untuk dipisahkan ekstraknya. Pada akhirnya didapatkan ekstrak masing-masing dan diukur beratnya menggunakan neraca analitik, selanjutnya dihitung rendemennya untuk mengetahui kualitas ekstraksi.Dari tabel di atas dapat dilihat perbedaan tiap warna, sampel yang mengandung senyawa saponin dan tanin yang direaksikan menggunakan senyawa fenolik dinyatakan dengan perubahan bentuk dan warna. Namun pada pembuatan ekstrak menggunakan pelarut etil asetat tidak didapatkan hasil mengenai senyawa yang diperoleh, karena pelarut ini bersifat semi polar dan tidak dapat mengikat garam methanol yang hanya bisa melarutkan fenol dan flavonoid. Perbandingan persen rendemen masing-masing hasil menunjukkan pembuatan ekstraksi menggunakan pelarut methanol memiliki kualitas yang lebih baik, dengan kata hasil ekstraksi lebih optimal. Hal ini dapat disebabkan karena methanol merupakan pelarut polar yang memiliki daya ikat yang tinggi sehingga mampu menarik senyawa pada simplisia dengan lebih baik.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanDapat disimpulkan bahwa dari hasil uji pada praktikum ini: Pembuatan ekstrak bahan hayati dapat dilakukan menggunakan metode maserasi Untuk memisahkan senyawa yang larut pada pelarut dilakukan penguapan menggunakan rotary epavorator dengan memisahkan pelarut berdasarkan titik didihnya Di antara tiga jenis pelarut (n-heksan, etil asetat, dan methanol), methanol merupakan pelarut yang mampu memberikan hasil ekstrak yang baik, karena bersifat polar dan memiliki kemampuan mengikat yang tinggi.5.2 SaranPraktikan diharapkan untuk teliti dalam melaksanakan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Totok, Sutamto. 2011. Keben. (http://sogolagro.wordpress.com/2011/05/04/ keben) Diakses pada 29 April 2013 Sudjadi. 1986. "Metode Pemisahan". UGM Press. YogyakartaAnonim. 2013. Aseton. (http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton) Diakses pada 29 April 2013Anonim. Metoda Ekstraksi. RPKPS. Fakultas Farmasi Universitas Andalas.