39
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH (9. Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang) Disusun oleh: Kelompok : 1 Kelas / Hari / Tanggal: TMIP – B2/ Rabu/ 17 Oktober 2012 Anggota : 1. Anditya H. Hasna (240110110086) 2. Wahyuning Liyana (240110110088) 3. Dwi Agustina K. (240110110095) 4. Rama Satriotama S. (240110110100) 5. Desny Angelina (240110110103) 6. Billy Abadinur (240110110109) Asisten : 1. Bobby A. Palem 2. Moch Sulaeman 3. Rizky P. Dewaner 4. Lusi N. Hailmah 5. Nizar Ulfah

lapak ilwil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hahahaahahaha

Citation preview

Page 1: lapak ilwil

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR WILAYAH

(9. Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

Disusun oleh:

Kelompok : 1

Kelas / Hari / Tanggal: TMIP – B2/ Rabu/ 17 Oktober 2012

Anggota : 1. Anditya H. Hasna (240110110086)

2. Wahyuning Liyana (240110110088)

3. Dwi Agustina K. (240110110095)

4. Rama Satriotama S. (240110110100)

5. Desny Angelina (240110110103)

6. Billy Abadinur (240110110109)

Asisten : 1. Bobby A. Palem

2. Moch Sulaeman

3. Rizky P. Dewaner

4. Lusi N. Hailmah

5. Nizar Ulfah

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: lapak ilwil

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran tinggi ialah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda

tinggi antara dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo melalui dua titik A

dan B. Bila ingin mengetahui tinggi titik – titik yang letak di sekitar titik yang

ditempati oleh alat ukur penyipat datar, digunakan menyipat datar di dalam bidang

garis bidik. Sipat datar adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara

dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan

dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut.

Pengukuran sipat datar profil mendatar merupakan proses penentuan

elevasi sederetan titik – titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya

membentuk suatu jalur (trase) dimana letak titik – titik tersebut berada pada setiap

perubahan bentuk lahan. Dalam kehidupan sehari – hari profil memanjang

diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan raya maupun riool. Dengan

jarak dan beda tinggi titik – titik diatas permukaan bumi didapatlah irisan tegak

lapangan yang dinamakan profil memanjang pada sumbu proyek. Dalam

praktikum kali ini akan menerapkan pengukuran beda tinggi melalui sipat ukur

datar profil mendatar agar mengetahui beda tinggi dengan menetapkan jalur

pengukuran untuk mendapatkan gambaran profil dari jalur lahan yang ditetapkan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :

1. Mampu menentukan titik – titik yang dapat memberikan gambaran

profil dari lahan yang diukur.

2. Mampu melakukan pengukuran beda tinggi atau ketinggian dari titik –

titik yang telah ditentukan dengan sifat ukur datar profil dengan baik

dan benar.

1.3 Peralatan yang digunakan:

1. Jalon

2. Kompas

Page 3: lapak ilwil

3. Nivo

4. Patok

5. Rambu ukur

6. Tripod (kaki tiga)

7. Waterpass

8. Kalkulator

9. Alat tulis

10. Payung radiasi

1.4 Pelaksanaan praktikum:

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum kali ini adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan beda tinggi jarak antara 2 titik kemudian membagi titik

tersebut kedalam beberapa bagian dan menandainya dengan patok.

2. Tancapkan jalon pada 2 titik terjauh , secara melintang (1 kiri dan 1 kanan)

3. Mendirikan alat kira-kira ditengah antara rambu belakang (bidikan bawah

awal) dan rambu muka (bidikan selanjutnya).

4. Letakkan kaki tiga (tripot) disembarang tempat, kemudian letakkan

instrument waterpass .

5. Set Nivo, untuk mengetahui keseimbangan putar alat (searah jarum jam)

dengan sudut 900, 1800 dan 2700.

6. Kemudian membidikkan alat ke rambu belakang, baca dan mencatat

BA,BT dan BB.

7. Lakukan langkah seperti diatas untuk titik berikutnya.

8. Kemudian letakan alat pada titik selanjutnya sampai selesai.

9. Lakukan pembacaan bak ukur Benang Atas, Benang Bawah, Benang

Tengah.

10. Pembacaan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut : BA+ BB = 2  BT , atau  BA  -  BT = BT – BB.

Page 4: lapak ilwil

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang

dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan.

Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong)

horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal.

Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut

dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka

penentuan tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu

sistem referensi atau bidang acuan.

Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut

rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih.

Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang

keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih

banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan sistem referinsi.

Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu

tidak selalu harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun

dapat dilakukan dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi

pengukuran. Titik-titik tersebut umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun

kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch Mark (BM). Banch mark merupakan

suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang

berbentuk tugu atau patok beton sehingga terlindung dari faktor – faktor

pengrusakan.

Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk

kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth

Work) misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu

dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang (Long section) dan sipat

datar profil melintang (Cross section).

Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat

ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan

Page 5: lapak ilwil

pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-

tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang

diperbolehkakan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu

hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan. (Sobatnu,

F. Ilmu Ukur Tanah 2. Diktat Kuliah Prodi DIII Teknik Geodesi. Politeknik Negeri Banjarmasin)

Gambar 1. Nikon AP-8

Sumber: http://adygeodesi.blogspot.com/

Gambar 2. Tiga Sekrup ABC

Sumber: http://adygeodesi.blogspot.com/

Page 6: lapak ilwil

2.3 Sistem Referensi

Sistem refensi adalah suatu sistem yang medifinisikan suatu titik awal

(titik nol). Hal ini mempunyai arti penting sehingga tidak memungkinkan

terjadinya perbedaan tnggi antara satu proyek dengan proyek yang lain dari suatu

wilayah. Ada dua (2) macam sistem referensi untuk tinggi yang dipergunakan

yaitu :

1. Sistem Referensi Muka Air Laut Rata-rata

Dimana tinggi diukur dari permukaan air laut rata-rata yang tak terganggu

(0 meter sama dengan permukaan air laut rata-rata). Jadi misalnya kota banjarbaru

mempunyai ketinggian +22 meter berarti bahwa kota tersebut terletak di atas MSL

(mean sea level) setinggi 22 meter. Untuk proyek-proyek pengukuran yang besar

biasanya mempergunakan MSL sebagai referensi tinggi.

2. Sistem Referensi Lokal

Pada sistem ini tinggi diukur dari permukaan tanah lokasi proyek (0 meter

ditentukan secara sembarang / local). Misalnya ketinggian awal dapat dimulai dari

100 m, 250 m, atau  0 m (local).

2.4. Bench Mark (BM)

Didalam pekerjaan pengukuran dilapangan pada umumnya akan

menghasilkan suatu titik. Titik bias jadi merupaka hasil dari ukuran jarak, sudut

ataupun secara sengaja diberikan sebagai tanda awal dilapangan untuk

kepentingan selanjutnya (titik ikat). Dengan demikian untuk menyatakan letak

titik dipermukaan bumi ini diperlukan suatu tanda.

            Tanda tersebut dapat berupa benda hidup atupun benda mati, suatu symbol

dan lainnya. Akan tetapi pada ilmu ukur tanah umumnya tanda untuk menyatakan

letak titik adalah berupa tugu atau patok. Tanda tersebut memilika data data

berupa nama, nomor, tanggal/tahun dan kordinat yaitu nilai perpotongan sumbu

X,Y pada bidang horizontal serta nilai ketinggian Z pada bidang vertikal diukur

dari bidang 0 permukaan air laut rata-rata. Berdasarkan fungsi pemanfaatannya,

titik-titik dipermukaan bumi ini dikenal memiliki dua sifat yaitu, bersifat tetap

(permanen) serta bersipat sementara.

            Banch mark adalah suatu monument / tugu / patok beton yang telah

diketahui titik kordinatnya (X,Y,Z) yang dipasang untuk pemetean. Dalam hal ini

Page 7: lapak ilwil

ketinggiannya di ukur secara teliti terhadap sistem referensi tertu. BM tersebut

dapat pula dipakai sebagai titik awal pengukuran atau titik ikat atau titik kontrol.

            Melihat dari fungsinya titik yang bersifat tetap digunakan sebagai

acuan / referensi untuk tahapan pengukuran selanjutnya. Titik-titik tetap pada

umumnya ditentukan melalui proses pengamatan, penelitian dalam waktu lama

dengan tingkat ketelitian tertentu dan merupakan kerangka dasar (titik kontrol).

Ditinjau dari kegunaan dan tingkat ketelitian yang dimiliki oleh suatu titik tetap

(Bench Mark) maka titik tetap dapat diklasifikasikan menurut ordenya sebagai

berikut :

1.  Titik kerangka dasar utama (orde 1/ Primer)

2.  Titik kerangka dasar tingkat dua (orde 2 / Sekunder)

3.  Titik kerangka dasar tingkat tiga (orde 2 / Tertier)

4.  Titik kerangka dasar tingkat empat (orde 4 / Kuarter)

Pembuatan atau pengadaan kerangka dasar tersebut dapat diterapkan

disetiap daerah, akan tetapi bentuk rangkaian titik dan metode pengukuran yang

digunakan harus disesuaikan dengan bentuk, luas serta kondisi daerah yang

disertakan.

            Sedangkan titik-titik yang bersifat sementara diperlukan pada pengukuran

sebagai titik bantu. Letak titik-titik ini di beri tanda dari kayu dengan ukuran

tertentu dan ditanam didalam tanah. Patok kayu ini diber cat merah.

      Titik-titik yang dibuat dilapangan harus dapat diketemukan dengan

mudah, kokoh dan aman dalam artian tidak rusak dan bergeser sehingga

mempengaruhi dari nilai kordinat yang dimiliki titik tersebut. Adapun metode

yang digunakan untuk menentukan titik-titik dilapangan yaitu pengukuran 

Triangulasi, Poligon, dan Pengamatan GPS.

2.5. Macam-macam Pengukuran Tinggi

a. Pengukuran tinggi secara langsung dengan menggunakan pita ukur dan

nivo sederhana

b. Pengukuran tinggi menggunakan alat barometer (barometer leveling)

Pada dasarnya ada hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan

tekanan udara di tempat itu, dimana makin tinggi tempatnya, makin kecil

Page 8: lapak ilwil

tekanan udaranya. Dengan alat barometer ini ketinggiaan dapat di uukur

altnya disebut dengan altimeter

c. Pengukuran tinggi menggunakan cara trigonometri (trigonometri leveling)

Beda tinggi antara dua tempat dapat di tentukan / dihitung bila data yang

diukur dengan alat yang dilengkapi skala lingkaran sudut vertikal misalnya

theodolit dan clinometer.

Dm = (Ba-Bb) x 100

L = Dm x cos λ

∆h = Ti Dm Sin λ – Bt

Keteranagan :

∆h = Beda Tinggi antara dua titik

            Dm = Jarak miringλ

            L = Jarak Datar

            λ = Pembacaan Sudut vertikal

            Ti = Tinggi alat

             Ba, Bt, Bb = Bacaan rambu ukur

d. Pengukuran tinggi dengan alat penyipat datar

Pada cara ini didasarkan atas kedudukan garis bidik teropong yang dibuat

horizontal dengan menggunakan gelembung nivo.

2.6 Penentuan Beda Tinggi Antar Dua Titik

            Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara,

yaitu ditinjau dari kedudukan atau penempatan alat ukur penyipat datar. Tiga cara

ini dapat dipergunakan sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasil pengukuran

yang ingin diperoleh.

1. Cara pertama, alat ukur berada di antara kedua titik.

Pada cara ini alat ukur ditempatkan antara titik A dan B, sedangkan

masing-masing titik tersebut ditempatkan rambu ukur yang vertikal. Jarak

dari alat ukur terhadap masing-masing rambu diusahakan berimbang atau

± sama. Sedangkan letak alat ukur tidaklah harus pada garis lurus yang

menghubungkan titik A dan B. Cara ini merupakan dasar dalam

pengukuran sipat datar memanjang.

Page 9: lapak ilwil

 

Gambar 3. Pengukuran beda tinggi di antara titik dengan alat penyipat datar

Sumber: http://adygeodesi.blogspot.com/

Dengan cara ini aturlah kedudukan alat agar memenuhi syarat melakukan

pengukuran, kemudian arahkan garis ke rambu A sebagai bacaan belakang (b) dan

ke rambu B sebagai bacaan muka (m). Dalam hal ini selalu diingat, bahwa angka

pembacaan pada rambu merupakan jarak yang dibatasi antara alas rambu terhadap

garis bidik maka dapat dimengerti bahwa beda tinggi antara titik A dan B yaitu

sebesar t = b – m.

2. Cara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik

Cara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana

pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan

dengan cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil

pengukuran yang hendak dicapai. Pada cara ini alat ukur ditempatkan

disebelah kiri atau kanan pada salah satu titik. Jadi alat tidak berada

diantara kedua titik A dan B melainkan di luar garis A dan B melainkan di

luar garis A dan B. Sedangkan pembacaan kedua rambu sama dengan cara

yang pertama, hingga diperoleh beda tinggi antara kedua titik A dan B.

Penentuan tinggi dengan cara ini umum dilakukan pada pengukuran sipat

datar profil.

Page 10: lapak ilwil

Gambar 4. Pengukuran Beda Tinggi di luar Titik dengan Alat Penyipat Datar

Sumber: http://adygeodesi.blogspot.com/

3. Cara ketiga, alat ukur berada di atas salah satu dari kedua titik.

Pada cara ini, alat ukur ditempatkan di atas salah satu titik dari kedua titik

yang diukur. Harus dipahami bahwa, penempatan alat di atas titik terlebih

dahulu diketahui titik tersebut, sehingga kedudukan sumbu ke satu alat

ukur segaris dengan titik tengah patok (Center). Dalam hal ini untuk

menempatkan alat tepat di atas patok menggunakan alat tambahan

yaitu unting-unting.Penggunaan cara yang ketiga ini umum dilakukan

pada penyipat datar luas dan Stake out.

Gambar 5. Pengukuran Beda Tinggi di atas Titik dengan Alat Penyipat Datar

Seperti terlihat pada Gambar 5 tinggi a adalah Tinggi Garis Bidik yang diukur

dengan rambu dari atas patok B terhadap titik tengah teropong. Untuk

memperoleh beda tinggi antara titik A dan B maka, arahkan teropong ke rambu

Page 11: lapak ilwil

lainnya yaitu rambu A dengan angka bacaan rambu sebesar b. Dengan demikian,

beda tinggi titik A terhadap titik B adalah t = b – a.

            Dari ketiga cara pengukuran beda tinggi di antara dua titik tersebut, sesuai

dengan urutannya cara yang pertama merupakan cara yang paling teliti. Hal ini

disebabkan alat berada diantara kedua rambu sehingga dapat saling memperkecil

kesalahan yang disebabkan oleh tidak sejajarnya garis bidik dan garis nivo pada

saat pengaturan kedudukan alat.

            Cara kedua dan cara ketiga sering kali dipahami sebagai cara Tinggi Garis

Bidik dan selanjutnya disingkat TGB. Dengan TGB sebagai garis acuan, maka

dengan cepat dapat ditentukan ketinggian atau elevasi titik-titik di lapangan. Bila

dicermati lebih mendalam cara kedua lebih teliti dibandingkan dengan cara ketiga,

karena kasarnya prediksi terhadap titik tengah teropong menggunakan rambu.

            Yang harus dipahami pada pengukuran beda tinggi antara dua titik ini

ialah, beda tinggi selalu diperoleh dari bacaan rambu belakan dan bacaan rambu

muka.Ditentukannya nama belakang dan muka pada rambu terkait dengan nama

patok serta arah jalur pengukuran yang direncanakan. Bila t bernilai positif (+),

maka titik muka lebih tinggidari pada titik belakang, sedangkan sebaliknya

bila t bernilai negatif (-), maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang.

2.7 Pengukuran Sipat Datar Profil

Dengan data ukuran jarak dan perbedaan tinggi titik-titik diatas permukaan

tanah dapat ditentukan irisan tegak dilapangan yang dinamakan profil atau biasa

pula disebut penampang. Pada pekerjaan-pekerjaan rekayasa seperti perencanaan

jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi, lapangan udara dll, sangat dibutuhkan

bentuk profil atau tampang pada arah tertentu untuk perencanaan kemiringan

sumbu proyek, maupun hitungan volume galian atau timbunan tanah dan lain-lain.

Pengukuran profil umumnya dibedakan atas profil memanjang searah dengan

sumbu proyek dan profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu

proyek pada interval jarak yang tertentu. (Basuki, S. 2006)

Prinsip pengukuran profil dilapangan adalah menggunakan cara TGB

untuk mengukur ketinggian titik-titik pada jalur pengukuran dilapangan.

Page 12: lapak ilwil

2.7.1 Profil Memanjang

Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu

wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan

profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa

diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah

tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna

dalam cut dan fill  suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam

pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.

2.7.2 Sipat Datar Profil

Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah

atau tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara

memanjang maupun melintang. Pengukuran profil dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur

pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil

pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta

api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti dalam:

1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.

2. Menghitung volume pekerjaan.

3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.

Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat

datar profil memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada

tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang

jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan

skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas

terlihat. (Nurjati, 2004 )

a. Profil Memanjang

Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda

dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya

merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai

ketentuan sebagai berikut :

Page 13: lapak ilwil

1. Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran

dan dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada

permukaan tanah.

2. Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 6. Profil Memanjang Tampak Atas

Sumber: http://belajargeomatika.wordpress.com/2011/06/18/pengukuran-profil-

memanjang-dan-melintang/

Cara Pengukuran :

Alat di Atas Titik.

Gambar 7. Profil Memanjang Alat di Atas Titik

Sumber: http://belajargeomatika.wordpress.com/2011/06/18/pengukuran-profil-

memanjang-dan-melintang/

Langkah – langkahnya sebagai berikut:

1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).

2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.

3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.

4. Ukur tinggi alat diatas patok.

Page 14: lapak ilwil

5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.

6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100

7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini

pada seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa

dipindahkan pada titik B.

8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.

9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1

H2 = HA+∆HA2

Hn = HA+∆HAn    (Nurjati, 2004 )

Secara Garis Besar, alat ukur sipat datar di bedakan menjadi :

1. Dumpy level

2. Tilting level

3. Tipe otomatis (Automatic level), maksudnya apabila sumbu I telah vertical

otomatis garis bidik akan mendatar.

Page 15: lapak ilwil

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel Perhitungan

Tempat Alat

Tinggi Alat (cm)

Titik Bidikan

Bacaan Belakang Bacaan Muka Sudut

Horizontal

Jarak (m)

Beda Tinggi

(m)

Elevasi (m)

BA BT BB BA BT BB

A 135

BM 133.8 131.7 129.6 - - - 00 0.04 0.033 770.03

1 - - - 143.5 139.2 134.9 1800 0.08-

0.042 769.99

2 - - - 122 119 116 1800 0.06 0.16 770.15

3 - - - 94.5 86 77.5 1800 0.17 0.49 770.64

4 - - - 83 73 63 1800 0.2 0.62 771.26

5 - - - 56.5 46 35.5 1800 0.21 0.89 772.15

6 - - - 114 103 92 1800 0.22 0.32 772.47

7 - - - 124 112.5 101 1800 0.23 0.225 772.69

8 - - - 76.5 64.5 53 18000.23

5 0.705 773.40

9 - - - 49 34 19 1800 0.3 1.01 774.41

B 147

10 166.3 165.3 164.3 - - - 00 0.02-

0.183 774.22

11 - - - 120.2 119.3 118.5 18000.01

7 0.277 774.50

12 - - - 117.8 117 116.2 18000.01

6 0.3 774.80

13 - - - 36.5 32 27.5 1800 0.09 1.15 775.95

C 16214 251.5 246.5 241.5 - - - 00 0.1

-0.845 775.11

15 - - - 186 184 182 1800 0.04 -0.22 774.89

16 - - - 83 78 73 1800 0.1 0.84 775.73

Page 16: lapak ilwil

17 - - - 87.5 80.5 73.5 1800 0.14 0.815776.54

5

4.2. Perhitungan

Jarak

Tempat Alat A

- Titik bidikan BM

Jarak = BABM-BBBM

= 133.8-129.6

= 4.2 cm

= 0.042 m

- Titik Bidikan 1

Jarak = BA1-BB1

= 143.5-134.9= 8.6 cm= 0.086 m

- Titik Bidikan 2

Jarak = BA2-BB2

= 122 – 116= 6 cm= 0.06 m

= 122-116= 6 cm= 0.06 m

- Titik Bidikan 3

Jarak = BA3-BB3

= 94.5-77.5= 17 cm= 0.17 m

- Titik Bidikan 4

Jarak = BA4-BB4

= 83-63= 20 cm= 0.2 m

- Titik Bidikan 5

Jarak = BA5-BB5

= 56.5-35.5

Page 17: lapak ilwil

= 21 cm = 0.21 m- Titik Bidikan 6

Jarak = BA6-BB6

= 114-92

= 22 cm= 0.22 m

Tempat Alat B

- Titik Bidikan 10

Jarak = BA10-BB10

= 166.3-164.3

= 1 cm

= 0.01 m

- Titik Bidikan 7

Jarak = BA7-BB7

= 124-101

= 23 cm

= 0.23

- Titik Bidikan 8

Jarak = BA8-BB8

= 76.5-53=23.5 cm= 0.235 m

- Titik Bidikan 9

Jarak = BA9-BB9

= 49-19= 30 cm= 0.3 m

- Titik Bidikan 11

Jarak = BA11-BB11

= 120.2-118.5=1.7 cm= 0.17 m

- Titik Bidikan 12 Jarak = BA12-BB12

= 117.8-116.2

= 1.6 cm= 0.016 m

Tempat Alat C

- Titik Bidikan 14

Jarak = BA14-BB14

= 251.5-241.5= 10 cm= 0.1 m

- Titik Bidikan 16

Jarak = BA16-BB16

= 83-73= 10 cm= 0.1 m

Page 18: lapak ilwil

- Titik Bidikan 13

Jarak = BA13-BB13

= 36.5-27.5

= 9 cm

= 0.09 m

- Titik Bidikan 15

Jarak = BA15-BB15

= 186-182= 4 cm= 0.04 m

- Titik Bidikan 17

Jarak = BA17-BB17

= 87.5-73.5= 14 cm= 0.14 m

Beda Tinggi

Tempat Alat A

- Titik Bidikan BM

Beda Tinggi=Tinggi Alat A-BTBM

= 135-131.7= 3.3 cm= 0.033 m

- Titik Bidikan 1

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT1

= 135-139.2= - 4.2 cm= - 0.042 m

- Titik Bidikan 2

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT2

= 135-119= 16 cm= 0.16 m

- Titik Bidikan 3

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT3

= 135-86= 49 cm= 0.49 m

- Titik Bidikan 4Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT4

= 135-73= 62 cm= 0.62 m

- Titik Bidikan 5

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT5

= 135-46= 89 cm= 0.89 m

Page 19: lapak ilwil

- Titik Bidikan 6

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT6

= 135-103= 32 cm= 0.32 m

- Titik Bidikan 7

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT7

= 135-112.5= 22.5 cm= 0.225 m

-

- Titik Bidikan 8

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT8

= 135-64.5= 70.5 cm= 0.705 m

- Titik Bidikan 9

Beda Tinggi = Tinggi Alat A-BT9

= 135-34= 101 cm= 1.01 m

Tempat Alat B

- Titik Bidikan 10

Beda Tinggi = Tinggi Alat B-BT10

= 147-165.3= - 18.3 cm= 0.183 m

- Titik Bidikan 11

Beda Tinggi = Tinggi Alat B-BT11

= 147-119.3= 27.7 cm= 0.277 m

- Titik Bidikan 12

Beda Tinggi = Tinggi Alat B-BT12

= 147-117= 30 cm= 0.3 m

- Titik Bidikan 13

Beda Tinggi = Tinggi Alat B-BT13

= 147-32= 115 cm= 1.15 m

Tempat Alat C

- Titik Bidikan 14

Beda Tinggi = Tinggi Alat C-BT14

= 162-246.5= - 84.5 cm= - 0.845 m

- Titik Bidikan 15

Beda Tinggi = Tinggi Alat C-BT15

= 162-184= -22 cm= - 0.22 m

- Titik Bidikan 16

Page 20: lapak ilwil

Beda Tinggi = Tinggi Alat C-BT16

= 162-78= 84 cm= 0.84 m

- Titik Bidikan 17

Beda Tinggi = Tinggi Alat C-BT16

= 162-80.5= 81.5 cm= 0.815 m

Elevasi

Tempat Alat A

- Titik Bidikan BM

Elevasi = 770.00+∆ hBM

= 770.00+0.033= 770.033 m

- Titik Bidikan 1

Elevasi = ElevasiBM+∆ h1

= 770.033+(- 0.042)= 769.991 m

- Titik Bidikan 2

Elevasi = Elevasi1+∆ h2

= 769.991+0.16= 770.151 m

- Titik Bidikan 3

Elevasi = Elevasi2+∆ h3

= 770.151+0.49= 770.641 m

- Titik Bidikan 4

Elevasi = Elevasi3+∆ h4

= 770.641+0.62= 771.261 m

- Titik Bidikan 5

Elevasi = Elevasi4 + ∆ h5

= 771.261+0.89= 772.151 m

- Titik Bidikan 6

Elevasi = Elevasi5+∆ h6

= 771.151+0.32= 772.471 m

- Titik Bidikan 7

Elevasi = Elevasi6 +∆ h7

= 772.471+0.225= 772.696 m

- Titik Bidikan 8

Elevasi = Elevasi7+∆ h8

= 772.696+0.705= 773.401 m

- Titik Bidikan 9

Elevasi = Elevasi8+∆ h9

= 773.401+1.01= 774.411 m

Page 21: lapak ilwil

Tempat Alat B

- Titik Bidikan 10

Elevasi = Elevasi9+∆ h10

= 774.411+0.83

= 774.228 m

- Titik Bidikan 11

Elevasi = Elevasi10+∆ h11

= 774.288+0.277

= 774.505 m

- Titik Bidikan 12

Elevasi = Elevasi11+∆ h12

= 774.505+0.3

= 774.805 m

- Titik Bidikan 13

Elevasi = Elevasi12+∆ h13

= 774.805+1.15

= 775.955 m

Tempat Alat C

- Titik Bidikan 14

Elevasi = Elevasi13+∆ h14

= 775.955+(- 0.845)

= 775.11 m

- Titik Bidikan 15

Elevasi = Elevasi14+∆ h15

= 775.11+(- 0.22)

= 774.89 m

- Titik Bidikan 16

Elevasi = Elevasi15+∆ h16

= 774.89+0.84

= 775.73 m

- Titik Bidikan 17

Elevasi = Elevasi16+∆ h17

= 775.73+0.815

= 776.545 m

3.2 Pembahasan

Page 22: lapak ilwil

Materi praktikum kali ini, sama dengan materi praktikum minggu

sebelumnya, dimana minggu lalu mahasiswa melakukan pengukuran sipat datar

memanjang dengan menggunakan waterpass, sedangkan minggu ini juga masih

menggunkan waterpass, tetapi melakukan pengukuran sipat ukur datar profil.

Pengukuran sipat datar profil dilakukan juga untuk mengetahui beda tinggi

antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pengukuran dilakukan pada lahan

yang memiliki kemiringan berbeda-beda sehingga beda tingginya dapat terlihat

jelas yaitu pada lingkungan gedung FTIP.

Yang membedakan praktikum kali ini dengan praktikum minggu lalu yaitu

dimana praktikum minggu sebelumnya adalah praktikan harus membuat jalur (A-

B) pergi dan jalur (B-A) pulang dan harus memperhatikan jarak antara bidikan

satu dengan bidikan selanjutnya. Namun pada praktikum kali ini kita tidak perlu

memperhatikan jarak antara bidikan satu dengan bidikan yang lainnya hanya saja

patok yang satu dengan patok yang lainnya harus benar-benar lurus dengan jalon

awal dan jalon yang akhir.

Pada praktikum kali ini perbedaan beda tinggi antar bacaan belakang

dengan bacaan muka sangat berpengaruh pada ΔH serta perbedaan terhadap

elevasi, karena elevasi awal akan dijumlahkan dengan beda tinggi tersebut

sehingga beda tinggi sangat berpengaruh dan harus benar-benar akurat. Dengan

menggunakan rumus Δh= BB – BM,. Berdasarkan data yang diperoleh pada

bidikan pertama ΔH adalah 0,033 meter pada jarak 0,042 meter. Sedangkan pada

bidikan yang kedua ΔH adalah -0,042 meter dengan jarak 0,086 meter, dari data

yang dihasilkan dapat kita ketahui bahwa ada perbedaan tinggi titik bidikan

pertama dengan titik bidikan yang kedua.

Menurut kelompok kami bahwa praktikum kali ini data yang kami peroleh

lebih akurat daripada praktikum minggu sebelumnya, karena tidak ada terjadi

kesalahan sehingga harus mengulang pengukuran, dan praktikum dapat berjalan

dengan baik. Hal itu dapat kita lihat dari sudut sebesar 180o, dimana patok antara

titik bidikan satu dengan titik bidikan yang selanjutnya benar-benar sejajar.

Perbedaan selisih beda tinggi dan jarak antar slag bisa terjadi karena

beberapa faktor diantaranya faktor manusia, faktor alat, dan faktor lingkungan.

Page 23: lapak ilwil

Faktor kesalahan yang disebabkan oleh manusia diantaranya kesalahan

dalam membaca skala sudut horizontal pada waterpas dan skala pada rambu ukur,

kesalahan mencatat, kesalahan dalam menempatkan alat ukur yang tidak pada

garis ukur, kesalahan dalam mendatarkan alat ukur, dan tidak tepat

menghimpitkan kedua ujung alat ukur. Kesalahan yang berasal dari manusia

biasanya paling sering terjadi dan kesalahan ini sangat mempengaruhi hasil

pengukuran. Sehingga terjadi perbedaan hasil jarak meteran dengan jarak

waterpas.

Keadaaan topografi pada daerah pengukuran, sinar matahari, angin, dan

temperatur udara juga mempengaruhi kecermatan surveyor dalam melakukan

pengukuran. Keempat faktor tersebut merupakan beberapa kesalahan yang

disebabkan oleh alam atau lingkungan. Faktor alam juga harus diperhatikan saat

melakukan pengukuran karena bisa mempengaruhi kerja alat-alat ukur dan

berdampak pada hasil pengukuran.

Page 24: lapak ilwil

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kesimpulan praktikum kali ini ialah:

1. Pengukuran dengan metode sipat datar memanjang dilakukan pada lahan

yang memiliki kemiringan berbeda-beda sehingga beda tingginya dapat

terlihat.

2. Pada praktikum kali ini tidak perlu memperhatikan jarak antara bidikan

satu dengan bidikan yang lainnya hanya saja patok yang satu dengan patok

yang lainnya harus benar-benar lurus dengan jalon awal dan jalon yang

akhir sampai membentuk sudut 1800.

3. Perbedaan selisih beda tinggi dan jarak antar slag bisa terjadi karena

beberapa faktor diantaranya faktor manusia, faktor alat, dan faktor

lingkungan

4.2 Saran

Berikut ialah saran – saran yang harus diperhatikan untuk sebelum

memulai praktikum maupun saat melakukan praktikum:

1. Memperhatikan koordinasi antar anggota kelompok dalam memasang

patok – patok agar sejajar dengan alat dan kedua jalon sehingga

membentuk sudut 1800.

2. Praktikan harus lebih memahami materi maupun prosedur praktikum

dengan membaca buku modul yang telah diberikan terlebih dahulu.

3. Tentukanlah lahan yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran dan

memberi kenyamanan bagi praktikan.

Page 25: lapak ilwil

4. Praktikan jugaharus lebih teliti dalam melakukan pembidikan,

memperhatikan nivo pada rambu maupun waterpass.

Page 26: lapak ilwil

DAFTAR PUSTAKA

Amaru, Khristya. 2012. Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Wilayah. Fakultas

Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Frick, Heinz. 1985. Ilmu dan Alat Ukur Tanah.Penerbit wild. Bandung

Wongsotjitro, Soetomo.1980. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Ady. 2010. Terdapat pada: http://adygeodesi.blogspot.com/ (diakses pada tanggal

21 Oktober 2012 Pkl. 20.30WIB)

Saleh,Salmani.2011.Terdapat pada:http://salmanisaleh.files.wordpress.com/2011/

05/sipat-datar.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2012 Pkl. 20.00 WIB)

Page 27: lapak ilwil

LAMPIRAN

Page 28: lapak ilwil
Page 29: lapak ilwil