24
Laporan Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Dingin terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Benih Ikan Mas Fisiologi Hewan Air Oleh: Karina Melias 230210100037 Armyanda Tussaidah 230210110040 Andi Reiza Juansyah 230210110043 i

Lapak I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPAK FHA

Citation preview

Page 1: Lapak I

Laporan Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan

Dingin terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Benih Ikan

Mas

Fisiologi Hewan Air

Oleh:

Karina Melias 230210100037

Armyanda Tussaidah 230210110040

Andi Reiza Juansyah 230210110043

Universitas Padjajaran

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi Ilmu Kelautan

2012

i

Page 2: Lapak I

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengaruh

Perubahan Suhu Panas dan Dingin terhadap Membuka dan Menutup Operkulum

Benih Ikan Mas mata kuliah Fisiologi Hewan Air.

Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai pengamatan bukaan operculum

dengan faktor suhu yang berbeda-beda. Makalah ini dibuat berdasarkan pengamatan

dan observasi terhadap benih ikan mas dengan pengulangan tiga kali dengan media

air bersuhu variasi

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu

kritik dan saran membangun diperlukan untuk selanjutnya.

Jatinangor, 14 Oktober 2012

Penulis

i

Page 3: Lapak I

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Tujuan...........................................................................................................2

1.3. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan...............................................................................................................3

2.1.1.Klasifikasi..................................................................................................3

2.1.2.Morfologi...................................................................................................3

2.2. Sistem Pernafasan.........................................................................................4

2.3. Suhu..............................................................................................................4

2.3.1.Suhu Ruang................................................................................................4

2.3.2.Suhu Tinggi................................................................................................5

2.3.3.Suhu Rendah..............................................................................................5

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat.......................................................................................6

3.2. Alat dan Bahan.............................................................................................6

3.2.1.Alat.............................................................................................................6

3.2.2.Bahan.........................................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil..............................................................................................................8

4.1.1.Hasil Pengamatan.......................................................................................8

4.2. Pembahasan................................................................................................10

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan.....................................................................................................12

ii

Page 4: Lapak I

5.2. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR ACUAN...........................................................................................13

iii

Page 5: Lapak I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, yang artinya temperatur

tubuhnya disesuaikan dengan suhu lingkungannya. Suhu merupakan salah satu faktor

pembatas di dalam suatu perairan. Suhu tubuh ikan berkisar kurang lebih satu derajat

dibandingkan lingkungannya. Oleh karena itu, perubahan mendadak dari temperatur

lingkungan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri. Suhu juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kecepatan laju metabolisme suatu organisme. Setiap

kenaikan 10oC akan mempercepat laju reaksi kimia dua kali lipat dari semula.

Ikan juga merupakan hewan akuatik, artinya hewan yang hidup dalam air.

Hewan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan air pada umunya bernapas dengan

insang, ada yang insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operculum), misalnya

ikan bertulang sejati (Osteichthyes) dan ada pula yang insangnya tidak memiliki tutup

insang (Chondrithyes). Mekanisme pernapasan ikan yang memiliki operculum

(teleostei) terdiri dari dua tahap, yaitu : pertama, inspirasi, rongga mulut terbuka,

rongga bukofaring dan rongga insang mengembang, air masuk melalui rongga mulut.

Kedua, ekspirasi, yaitu mulut menutup, rongga bukofaring dan rongga insang

menyempit, celah insang terbuka dan air bergerak dari rongga mulut. Kedua,

ekspirasi, yaitu mulut menutup, rongga bukofaring dan rongga insang menyempit,

celah insang terbuka dan air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang kemudian

keluar melalui celah insang. Pada saat inspirasi, oksigen terdifusi ke permukaan alat

pernapasan. Sebaliknya pada saat ekspirasi karbondioksida dilepaskan.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu

terhadap pernapasan ikan. Indikasi yang diamatinya adalah banyaknya gerakan

membuka dan menutup operculum. Spesies ikan yang digunakan pada percobaan ini

1

Page 6: Lapak I

adalah ikan Mas (Cyprinus caorio. L). Ikan Mas merupakan jenis ikan air tawar yang

sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan perubahan kelarutan oksigen pada

habitat hidupnya. Di alam, ikan Mas akan tumbuh optimal pada suhu 25oC, dan jika

suhu di perairan tersebut berubah, maka ikan Mas ini akan mudah mengalami stres.

Ikan Mas dewasa relative lebih tahan terhadap fluktuasi suhu dari pada ikan mas yang

masih kecil.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengaruh

laju perubahan suhu pada laju pernapasan ikan Mas (Cyprinus carpio).

1.3 Manfaat

Mengetahui perubahan gerakan operculum ikan mas terhadap perubahan suhu

yang bervariasi

Mengetahui respon tingkah laku ikan Mas (Cyprinus carpio) akibat perubahan

suhu air.

BAB II

2

Page 7: Lapak I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan

2.1.1. Klasifikasi

Ikan mas memiliki sifat yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru. Klasifikasi

ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan; menurut Saanin (1984) dikelompokkan

ke dalam:

Kerajaan   : Animalia

Filum        : Chordata

Kelas        : Osteichthyes

Ordo         : Cypriniformes

Famili       : Cyprinidae

Genus       : Cyprinus

Spesies     : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

2.1.2. Morfologi

Bentuk tubuh dan karakteristik ikan mas memiiki tubuh yang agak

memanjang, sedikit memipih ke samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi

oleh sisik, kecuali pada beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya

terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya

yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian

dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris

berbentuk geraham.Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya

terletak berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral).

Sirip punggungnya (dorsal) berjari – jari keras, sedangkan di bagian akhir

bergerigi. Seperti halnya sirip punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas

ini pun berjari – jari keras dan bergerigi pada ujungnya. Sirip ekornya menyerupai

cagak memanjang simetris hinga ke belakang tutup insang. Sisik ikan mas relative

besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau

3

Page 8: Lapak I

gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi

melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.

2.2. Sistem Pernafasan

Alat pernapasan ikan adalah insang. Sebagai biota perairan, Ikan merupakan

mendapatkan Oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan

komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan tulang

rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Insang memiliki

jumlah empat pasang, terletak di samping kiri dan kanan kepala, dilindungi oleh tutup

insang. Saat melakukan pernapasan tutup insang membuka dan menutup. Pada waktu

mulut terbuka, air masuk kedalam mulut, dan tutup insang menutup. Oksigen diserap

oleh kapiler – kapiler darah pada lembaran – lembaran insang, kemudian tutup insang

terbuka, dan karbon dioksida serta air dikeluarkan melalui insang. Pernapasan pada

insang ada yang insangnya tertutup atau ikan bertulang sejati, seperti ikan mas.

lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan menutup

jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga karbondioksida darah dapat bertukar

dengan oksigen terlarut di dalam air.

     Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk

mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang

operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966). Laju gerakan

operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan.

2.3. Suhu

2.3.1. Suhu Ruang

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat temperature suatu benda;

menggunakan thermometer. Suhu ruang adalah suhu dalam keadaan normal

dimana lingkungan ruangan berpengaruh. Untuk suhu nyata suhu ruangan

adlah 250C-300C. Hal ini dikarenakan pengaruh suhu ruangan dan kondisi

4

Page 9: Lapak I

lingkungan sekitar laboratorium dan cuaca saat percobaan dilangsungkan

sangat mempengaruhi kondisi perhitungan suhu ruangan.

2.3.2. Suhu Tinggi

Suhu tinggi ialah suhu dimana keadaan derajat temperature lebih panas /

tinggi dibandingkan suhu udara di lingkungan sekitar. Suhu tinggi yang

digunakan dalam percobaan ialah 30 dan 60 lebih tinggi dari suhu ruang yang

terhitung. Suhu tinggi yang digunakan dalam praktikum ini ialah…… ;

dengan bantuan penambahan air panas.

2.3.3. Suhu Rendah

Suhu rendah adalah derajat temperature yang lebih rendah dibandingkan suhu

normal suatu ruangan. Suhu yang digunakan ialah 30 dan 60 lebih rendah dari

suhu ruang yang terhitung ketika perhitungan suhu ruang dilakukan. Adapun

penambahan es batu dilakukan agar pengoptimalan suhu rendah tercapai

dengna waktu singkat.

5

Page 10: Lapak I

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun dilakukan percobaan ini ialah:

Hari /Tanggal : Senin, 1 Oktober 2012 dan 8 Oktober 2012

Tempat : Gedung Dekanat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

3.2 Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut :

3.2.1 Alat :

Beaker glass sebagai ikan untuk ikan yang akan diamati

Wadah plastic sebagi tempat ikan sebelum dan setelah diamati

Water bath sebagai penangas air

Termometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air

Hand counter untuk menghitung bukaan operculum

Timer / stopwatch untuk mengamati waktu

3.2.2 Bahan :

Benih ikan mas sebanyak 10 ekor

Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

3.3 Prosedur Kerja

Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain :

Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah

plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati

Ambil sebanyak 10 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke

dalam salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.

6

Page 11: Lapak I

Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya

dengan thermometer dan catat hasilnya.

Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :

a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)

b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar

c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar

Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui

suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup

operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan

stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing –

masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah

tersedia.

Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya

sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke

dalam wadah plastik lain yang telah disediakan

Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan

pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.

Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan

pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.

Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Page 12: Lapak I

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu Kamar

Ikan ke : Ulangan Rata-rata

I II III

1 93 89 92 91.3

2 83 79 85 82.3

3 115 114 118 115.7

4 111 111 106 109.3

5 108 112 122 114

Tabel 2. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 3 º C di atas

Suhu Kamar

Ikan ke : Ulangan Rata-rata

I II III

1 115 120 135 123.3

2 117 135 144 132

3 132 128 142 134

4 132 126 132 130

5 163 169 171 167.7

Tabel 3. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 6 º C di atas

Suhu Kamar

Ikan ke : Ulangan Rata-rata

I II III

8

Page 13: Lapak I

1 189 191 192 190.7

2 190 209 206 201.7

3 182 175 168 175

4 190 193 191 191.3

5 190 187 193 190

Tabel 4. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu Kamar

Ikan ke : Ulangan Rata-rata

I II III

1 160 171 163 164,6

2 143 135 138 138,6

3 159 161 157 159

4 147 150 149 148,6

5 160 157 161 159,3

Tabel 5. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 3 º C di bawah

Suhu Kamar

Ikan ke : Ulangan Rata-rata

I II III

1 121 116 113 116,6

2 115 116 112 114,3

3 113 110 108 110,3

4 120 115 117 117,3

5 121 117 118 118,6

Tabel 6. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 6 º C di bawah

Suhu Kamar

Ikan ke : Ulangan Rata-rata

I II III

9

Page 14: Lapak I

1 108 103 100 103,6

2 102 92 86 93,3

3 91 87 77 85

4 79 86 82 82,3

5 82 77 79 72,6

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dimana diberlakukan dua kondisi suhu

yang berbeda. Yang pertama, suhu ruang ditambahkan suhunya sehingga menjadi

lebih hangat dan yang kedua suhu ruang dikurangi suhunya sehingga menjadi lebih

dingin.

Dari kondisi dengan dua perbedaan suhu tersebut, ternyata mempengaruhi

terhadap pembukaan operculum ikan. Dari tabel satu pada suhu ruang, pembukaan

operculum ikan terjadi secara normal. Kemudian ketika suhu ruang ditambahkan 3o

maka pembukaan operculum ikan mengalami kenaikan, begitu juga pada suhu ruang

yang ditambahkan 6o. Dari kelima sampel ikan, pembukaan operculum tiap-tiap ikan

mempunyai angka yang berbeda-beda. Namun pada kelima ikan tersebut tetap

mengalami kenaikan pembukaan operculum seiring dengan bertambahnya suhu air.

Berbeda dengan kondisi yang kedua, dimana suhu ruang dikurangi suhunya.

Pada tabel 4 yaitu suhu ruang, pembukaan operculum terjadi secara normal. Namun

ketika suhunya dikurangi 3o dan 6o maka pemmbukaan operculum pada ikan

mengalami penurunan. Dimana semakin rendah suhu maka pembukaan operculum

pada ikan pun akan semakin mengurang.

Jadi pembukaan operculum pada dua kondisi suhu yang berbeda ini,

dikarenakan adanya perbedaan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oxygen. Kenaikan

suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan oksigen di air tersebut mengalami

penurunan, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen semakin bertambah dengan

pergerakan operculum yang semkain cepat. Sedangkan dengan menurunnya suhu

10

Page 15: Lapak I

pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam air tersebut

mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen semakin

berkurang dan hal ini menyebabkan frekuensi membuka serta menutupnya overculum

pada ikan tersebut semakin lambat.

       Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata mempengaruhi

adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan berenang lebih

cepat. Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa semakin rendah suhu maka semakin

cepat gerakan renang Ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon

suhu rendah, dimana korelasi ini tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas. 

         Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan

mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Hal tersebut dapat diamati dari perubahan

gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu dengan

lainnya berbeda Dapat diketahui bahwa suhu tinggi menyebabkan gerakan

operkulum semakin naik dan suhu rendah menurunkan gerakan operkulum.   Gerakan

operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Sedangkan suhu

merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa suhu tinggi

akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan

mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat

sesuai kebutuhan respirasinya.

Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau hewan air harus

memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil

Oksigen. Tidak hanya volume besar yang dibutuhkan tetapi juga energi pemompaan

juga semakin besar. Suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi

kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.   

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

11

Page 16: Lapak I

Perubahan suhu lingkungan hidup ikan mempengaruhi laju konsumsi oksigen ikan.

Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan Ikan, suhu yang tinggi

menurunkan kelarutan gas oksigen dalam air sedangkan suhu yang rendah

menaikkan kelarutan gas oksigen dalam air. 

Pada suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal, sehingga gerakan operculum

stabil. Suhu mempengaruhi laju respirasi ikan dan kadar oksigen dalam air. 

Kenaikan suhu pada objek yang diamati menyebabkan kelarutan oksigen (DO)

menurun, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen dalam objek glass tersebut

semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat.

Penurunan suhu pada objek yang diamati menyebabkan kelarutan oksigen (DO)

meningkat, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen dalam objek glass tersebut

semakin menurun. Hal ini menyebabkan jumlah gerakan membuka dan

menutupnya operculum menjadi lebih sedikit.

Aklimasi pada ikan dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada saat

berlangsungnya pengamatan.

5.2. Saran

Ikan yang akan dihitung lebih baik dilakukan pembiasaan terlebih dahulu agar ikan

tidak stress ketika dipindah-pindah.

Perlu ditetapkan metode praktikum agar tujuan praktikum dapat berlangsung dengan baik. 

DAFTAR ACUAN

Brotowidjoyo dkk, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan Dan Budidaya Air.

Liberty, Yogyakarta.

12

Page 17: Lapak I

Buchar, 1999. Laporan Akhir Kegiatan Magang Iktiologi. Depdikbud, Bogor

Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga 

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisisologi Ikan. Jakarta. Penerbit PT Rineka

Cipta Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. 2010. Tim Lentera. Diambil

dari http://books.google.co.id/books?id=-

Fn16ynnmZ8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false pada

Rabu 10 Oktober 2012 pukul 18:50

Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Sukiya. 2005. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang 

Sumantadinata, K.1981. Perkembangbiakan ikan–ikan Pelihara Indonesia. Fakultas

Perikanan, Bogor.

Soeseno. S., 1983. Budidaya Ikan Dalam Tambak. PT.Gramedia, Jakarta.

Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit

Universitas Gadjah Mada 

13