Upload
armyanda-tussadiah
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPAK FHA
Citation preview
Laporan Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan
Dingin terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Benih Ikan
Mas
Fisiologi Hewan Air
Oleh:
Karina Melias 230210100037
Armyanda Tussaidah 230210110040
Andi Reiza Juansyah 230210110043
Universitas Padjajaran
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi Ilmu Kelautan
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengaruh
Perubahan Suhu Panas dan Dingin terhadap Membuka dan Menutup Operkulum
Benih Ikan Mas mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai pengamatan bukaan operculum
dengan faktor suhu yang berbeda-beda. Makalah ini dibuat berdasarkan pengamatan
dan observasi terhadap benih ikan mas dengan pengulangan tiga kali dengan media
air bersuhu variasi
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kritik dan saran membangun diperlukan untuk selanjutnya.
Jatinangor, 14 Oktober 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
1.3. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan...............................................................................................................3
2.1.1.Klasifikasi..................................................................................................3
2.1.2.Morfologi...................................................................................................3
2.2. Sistem Pernafasan.........................................................................................4
2.3. Suhu..............................................................................................................4
2.3.1.Suhu Ruang................................................................................................4
2.3.2.Suhu Tinggi................................................................................................5
2.3.3.Suhu Rendah..............................................................................................5
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat.......................................................................................6
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................................6
3.2.1.Alat.............................................................................................................6
3.2.2.Bahan.........................................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil..............................................................................................................8
4.1.1.Hasil Pengamatan.......................................................................................8
4.2. Pembahasan................................................................................................10
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan.....................................................................................................12
ii
5.2. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR ACUAN...........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, yang artinya temperatur
tubuhnya disesuaikan dengan suhu lingkungannya. Suhu merupakan salah satu faktor
pembatas di dalam suatu perairan. Suhu tubuh ikan berkisar kurang lebih satu derajat
dibandingkan lingkungannya. Oleh karena itu, perubahan mendadak dari temperatur
lingkungan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri. Suhu juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kecepatan laju metabolisme suatu organisme. Setiap
kenaikan 10oC akan mempercepat laju reaksi kimia dua kali lipat dari semula.
Ikan juga merupakan hewan akuatik, artinya hewan yang hidup dalam air.
Hewan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan air pada umunya bernapas dengan
insang, ada yang insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operculum), misalnya
ikan bertulang sejati (Osteichthyes) dan ada pula yang insangnya tidak memiliki tutup
insang (Chondrithyes). Mekanisme pernapasan ikan yang memiliki operculum
(teleostei) terdiri dari dua tahap, yaitu : pertama, inspirasi, rongga mulut terbuka,
rongga bukofaring dan rongga insang mengembang, air masuk melalui rongga mulut.
Kedua, ekspirasi, yaitu mulut menutup, rongga bukofaring dan rongga insang
menyempit, celah insang terbuka dan air bergerak dari rongga mulut. Kedua,
ekspirasi, yaitu mulut menutup, rongga bukofaring dan rongga insang menyempit,
celah insang terbuka dan air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang kemudian
keluar melalui celah insang. Pada saat inspirasi, oksigen terdifusi ke permukaan alat
pernapasan. Sebaliknya pada saat ekspirasi karbondioksida dilepaskan.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu
terhadap pernapasan ikan. Indikasi yang diamatinya adalah banyaknya gerakan
membuka dan menutup operculum. Spesies ikan yang digunakan pada percobaan ini
1
adalah ikan Mas (Cyprinus caorio. L). Ikan Mas merupakan jenis ikan air tawar yang
sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan perubahan kelarutan oksigen pada
habitat hidupnya. Di alam, ikan Mas akan tumbuh optimal pada suhu 25oC, dan jika
suhu di perairan tersebut berubah, maka ikan Mas ini akan mudah mengalami stres.
Ikan Mas dewasa relative lebih tahan terhadap fluktuasi suhu dari pada ikan mas yang
masih kecil.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengaruh
laju perubahan suhu pada laju pernapasan ikan Mas (Cyprinus carpio).
1.3 Manfaat
Mengetahui perubahan gerakan operculum ikan mas terhadap perubahan suhu
yang bervariasi
Mengetahui respon tingkah laku ikan Mas (Cyprinus carpio) akibat perubahan
suhu air.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan
2.1.1. Klasifikasi
Ikan mas memiliki sifat yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru. Klasifikasi
ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan; menurut Saanin (1984) dikelompokkan
ke dalam:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)
2.1.2. Morfologi
Bentuk tubuh dan karakteristik ikan mas memiiki tubuh yang agak
memanjang, sedikit memipih ke samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi
oleh sisik, kecuali pada beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya
terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya
yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian
dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris
berbentuk geraham.Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya
terletak berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral).
Sirip punggungnya (dorsal) berjari – jari keras, sedangkan di bagian akhir
bergerigi. Seperti halnya sirip punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas
ini pun berjari – jari keras dan bergerigi pada ujungnya. Sirip ekornya menyerupai
cagak memanjang simetris hinga ke belakang tutup insang. Sisik ikan mas relative
besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau
3
gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi
melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
2.2. Sistem Pernafasan
Alat pernapasan ikan adalah insang. Sebagai biota perairan, Ikan merupakan
mendapatkan Oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan
komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan tulang
rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Insang memiliki
jumlah empat pasang, terletak di samping kiri dan kanan kepala, dilindungi oleh tutup
insang. Saat melakukan pernapasan tutup insang membuka dan menutup. Pada waktu
mulut terbuka, air masuk kedalam mulut, dan tutup insang menutup. Oksigen diserap
oleh kapiler – kapiler darah pada lembaran – lembaran insang, kemudian tutup insang
terbuka, dan karbon dioksida serta air dikeluarkan melalui insang. Pernapasan pada
insang ada yang insangnya tertutup atau ikan bertulang sejati, seperti ikan mas.
lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan menutup
jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga karbondioksida darah dapat bertukar
dengan oksigen terlarut di dalam air.
Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk
mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang
operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966). Laju gerakan
operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan.
2.3. Suhu
2.3.1. Suhu Ruang
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat temperature suatu benda;
menggunakan thermometer. Suhu ruang adalah suhu dalam keadaan normal
dimana lingkungan ruangan berpengaruh. Untuk suhu nyata suhu ruangan
adlah 250C-300C. Hal ini dikarenakan pengaruh suhu ruangan dan kondisi
4
lingkungan sekitar laboratorium dan cuaca saat percobaan dilangsungkan
sangat mempengaruhi kondisi perhitungan suhu ruangan.
2.3.2. Suhu Tinggi
Suhu tinggi ialah suhu dimana keadaan derajat temperature lebih panas /
tinggi dibandingkan suhu udara di lingkungan sekitar. Suhu tinggi yang
digunakan dalam percobaan ialah 30 dan 60 lebih tinggi dari suhu ruang yang
terhitung. Suhu tinggi yang digunakan dalam praktikum ini ialah…… ;
dengan bantuan penambahan air panas.
2.3.3. Suhu Rendah
Suhu rendah adalah derajat temperature yang lebih rendah dibandingkan suhu
normal suatu ruangan. Suhu yang digunakan ialah 30 dan 60 lebih rendah dari
suhu ruang yang terhitung ketika perhitungan suhu ruang dilakukan. Adapun
penambahan es batu dilakukan agar pengoptimalan suhu rendah tercapai
dengna waktu singkat.
5
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun dilakukan percobaan ini ialah:
Hari /Tanggal : Senin, 1 Oktober 2012 dan 8 Oktober 2012
Tempat : Gedung Dekanat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
3.2 Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut :
3.2.1 Alat :
Beaker glass sebagai ikan untuk ikan yang akan diamati
Wadah plastic sebagi tempat ikan sebelum dan setelah diamati
Water bath sebagai penangas air
Termometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air
Hand counter untuk menghitung bukaan operculum
Timer / stopwatch untuk mengamati waktu
3.2.2 Bahan :
Benih ikan mas sebanyak 10 ekor
Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan
3.3 Prosedur Kerja
Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain :
Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah
plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
Ambil sebanyak 10 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke
dalam salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.
6
Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya
dengan thermometer dan catat hasilnya.
Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar
Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup
operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan
stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing –
masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah
tersedia.
Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya
sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke
dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan
pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan
pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu Kamar
Ikan ke : Ulangan Rata-rata
I II III
1 93 89 92 91.3
2 83 79 85 82.3
3 115 114 118 115.7
4 111 111 106 109.3
5 108 112 122 114
Tabel 2. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 3 º C di atas
Suhu Kamar
Ikan ke : Ulangan Rata-rata
I II III
1 115 120 135 123.3
2 117 135 144 132
3 132 128 142 134
4 132 126 132 130
5 163 169 171 167.7
Tabel 3. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 6 º C di atas
Suhu Kamar
Ikan ke : Ulangan Rata-rata
I II III
8
1 189 191 192 190.7
2 190 209 206 201.7
3 182 175 168 175
4 190 193 191 191.3
5 190 187 193 190
Tabel 4. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu Kamar
Ikan ke : Ulangan Rata-rata
I II III
1 160 171 163 164,6
2 143 135 138 138,6
3 159 161 157 159
4 147 150 149 148,6
5 160 157 161 159,3
Tabel 5. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 3 º C di bawah
Suhu Kamar
Ikan ke : Ulangan Rata-rata
I II III
1 121 116 113 116,6
2 115 116 112 114,3
3 113 110 108 110,3
4 120 115 117 117,3
5 121 117 118 118,6
Tabel 6. : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 6 º C di bawah
Suhu Kamar
Ikan ke : Ulangan Rata-rata
I II III
9
1 108 103 100 103,6
2 102 92 86 93,3
3 91 87 77 85
4 79 86 82 82,3
5 82 77 79 72,6
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dimana diberlakukan dua kondisi suhu
yang berbeda. Yang pertama, suhu ruang ditambahkan suhunya sehingga menjadi
lebih hangat dan yang kedua suhu ruang dikurangi suhunya sehingga menjadi lebih
dingin.
Dari kondisi dengan dua perbedaan suhu tersebut, ternyata mempengaruhi
terhadap pembukaan operculum ikan. Dari tabel satu pada suhu ruang, pembukaan
operculum ikan terjadi secara normal. Kemudian ketika suhu ruang ditambahkan 3o
maka pembukaan operculum ikan mengalami kenaikan, begitu juga pada suhu ruang
yang ditambahkan 6o. Dari kelima sampel ikan, pembukaan operculum tiap-tiap ikan
mempunyai angka yang berbeda-beda. Namun pada kelima ikan tersebut tetap
mengalami kenaikan pembukaan operculum seiring dengan bertambahnya suhu air.
Berbeda dengan kondisi yang kedua, dimana suhu ruang dikurangi suhunya.
Pada tabel 4 yaitu suhu ruang, pembukaan operculum terjadi secara normal. Namun
ketika suhunya dikurangi 3o dan 6o maka pemmbukaan operculum pada ikan
mengalami penurunan. Dimana semakin rendah suhu maka pembukaan operculum
pada ikan pun akan semakin mengurang.
Jadi pembukaan operculum pada dua kondisi suhu yang berbeda ini,
dikarenakan adanya perbedaan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oxygen. Kenaikan
suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan oksigen di air tersebut mengalami
penurunan, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen semakin bertambah dengan
pergerakan operculum yang semkain cepat. Sedangkan dengan menurunnya suhu
10
pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam air tersebut
mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen semakin
berkurang dan hal ini menyebabkan frekuensi membuka serta menutupnya overculum
pada ikan tersebut semakin lambat.
Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata mempengaruhi
adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan berenang lebih
cepat. Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa semakin rendah suhu maka semakin
cepat gerakan renang Ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon
suhu rendah, dimana korelasi ini tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan
mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Hal tersebut dapat diamati dari perubahan
gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu dengan
lainnya berbeda Dapat diketahui bahwa suhu tinggi menyebabkan gerakan
operkulum semakin naik dan suhu rendah menurunkan gerakan operkulum. Gerakan
operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Sedangkan suhu
merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa suhu tinggi
akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan
mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat
sesuai kebutuhan respirasinya.
Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau hewan air harus
memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil
Oksigen. Tidak hanya volume besar yang dibutuhkan tetapi juga energi pemompaan
juga semakin besar. Suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi
kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
11
Perubahan suhu lingkungan hidup ikan mempengaruhi laju konsumsi oksigen ikan.
Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan Ikan, suhu yang tinggi
menurunkan kelarutan gas oksigen dalam air sedangkan suhu yang rendah
menaikkan kelarutan gas oksigen dalam air.
Pada suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal, sehingga gerakan operculum
stabil. Suhu mempengaruhi laju respirasi ikan dan kadar oksigen dalam air.
Kenaikan suhu pada objek yang diamati menyebabkan kelarutan oksigen (DO)
menurun, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen dalam objek glass tersebut
semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat.
Penurunan suhu pada objek yang diamati menyebabkan kelarutan oksigen (DO)
meningkat, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen dalam objek glass tersebut
semakin menurun. Hal ini menyebabkan jumlah gerakan membuka dan
menutupnya operculum menjadi lebih sedikit.
Aklimasi pada ikan dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada saat
berlangsungnya pengamatan.
5.2. Saran
Ikan yang akan dihitung lebih baik dilakukan pembiasaan terlebih dahulu agar ikan
tidak stress ketika dipindah-pindah.
Perlu ditetapkan metode praktikum agar tujuan praktikum dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR ACUAN
Brotowidjoyo dkk, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan Dan Budidaya Air.
Liberty, Yogyakarta.
12
Buchar, 1999. Laporan Akhir Kegiatan Magang Iktiologi. Depdikbud, Bogor
Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisisologi Ikan. Jakarta. Penerbit PT Rineka
Cipta Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. 2010. Tim Lentera. Diambil
dari http://books.google.co.id/books?id=-
Fn16ynnmZ8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false pada
Rabu 10 Oktober 2012 pukul 18:50
Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sukiya. 2005. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang
Sumantadinata, K.1981. Perkembangbiakan ikan–ikan Pelihara Indonesia. Fakultas
Perikanan, Bogor.
Soeseno. S., 1983. Budidaya Ikan Dalam Tambak. PT.Gramedia, Jakarta.
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit
Universitas Gadjah Mada
13