38
BAB I PENDAHULUAN Dalam kehamilan normal, blastokista berimplantasi pada bagian endometrial kavum uteri. Fertilisasi terjadi pada bagian distal dari tuba Fallopii dan ovum secara subsekuen berpindah melalui konstraksi tuba menuju kavum uteri. Perjalanan menuju kavum uteri biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Implantasi pada tempat lain disebut sebagai kehamilan ektopik. 1,2 Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (2008), 2 persen dari kehamilan-kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik, dan merupakan 6 persen dari kematian yang berhubungan dengan kehamilan. 1,3 Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur. 4

Lapkas Ket

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kehamilan ektopik terganggu

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Dalam kehamilan normal, blastokista berimplantasi pada bagian endometrial kavum uteri. Fertilisasi terjadi pada bagian distal dari tuba Fallopii dan ovum secara subsekuen berpindah melalui konstraksi tuba menuju kavum uteri. Perjalanan menuju kavum uteri biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Implantasi pada tempat lain disebut sebagai kehamilan ektopik. 1,2

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (2008), 2 persen dari kehamilan-kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik, dan merupakan 6 persen dari kematian yang berhubungan dengan kehamilan.1,3

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur.4

Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per 1000 kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik yang terganggu.4Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita dengan usia 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal di daerah prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu.5

Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi di luar kavum uteri atau di luar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini. Faktor-faktor yang disebutkan yaitu faktor tuba, faktor abnormalitas zigot, faktor ovarium, faktor hormonal, faktor lainnya.4Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di Amerika Serikat pada tahun 1983 angka kejadian ialah 1,4 untuk setiap kehamilan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah 153 diantara 4.007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan.6

Kehamilan ektopik terjadi pada tempat-tempat seperti pada tuba fallopi; ampula (80-90%), isthmus (5-10%), fimbria (5%), cornu (1-2%), abdomen (1-2%), ovarium (1%), dan cervix(1%).5 Penelitian dari Callen tahun 2000 serta Bouyer dan rekan-rekannya tahun 2003 didapatkan bahwa lokasi kehamilan ektopik di ampula (70%), isthmus (12%), fimbria (11%), cornu/interstitial (2-3%), abdomen (1%), ovarium (3%), dan cervix(