34
BAB I STATUS PASIEN IDENTITAS PENDERITA Nama Penderita : An. Astrid asmalina Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 5 Tahun 4 bulan Tanggal periksa : 23 februari 2015 ANAMNESIS (alloanamnesis) Keluhan Utama Kedua mata gatal sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengaku kedua mata gatal sejak 3 bulan yang lalu, terutama pada malam hari sehingga susah tidur, dan kedua mata pasien agak kemerahan, orang tua pasien mengaku anaknya sering mengucek-ngucek matanya karena gatal, mata berair terus menerus, mata tidak berbayang, pandangan tidak kabur, pada kedua mata tidak mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi hari saja, berwarna putih tidak lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku

lapkas konjungtivitis bunga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

test

Citation preview

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PENDERITA

Nama Penderita: An. Astrid asmalinaJenis Kelamin

: PerempuanUmur

: 5 Tahun 4 bulanTanggal periksa: 23 februari 2015 ANAMNESIS (alloanamnesis)Keluhan Utama

Kedua mata gatal sejak kurang lebih 3 bulan yang laluRiwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengaku kedua mata gatal sejak 3 bulan yang lalu, terutama pada malam hari sehingga susah tidur, dan kedua mata pasien agak kemerahan, orang tua pasien mengaku anaknya sering mengucek-ngucek matanya karena gatal, mata berair terus menerus, mata tidak berbayang, pandangan tidak kabur, pada kedua mata tidak mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi hari saja, berwarna putih tidak lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku anaknya kadang-kadang ada demam tetapi tidak sering, tidak batuk, tidak pilek, tidak habis mengalami benturan, nafsu makan masih mau, BAB dan BAK tidak ada gangguan.

Riwayat Penyakit Dahulu: Orang tua pasien mengaku anaknya tidak pernah mengalami hal seperti ini, ini baru pertama kali dialami.Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada yang menderita hal seperti ini, orang tua pasien ayah, ibu, kakek dan nenek menyangkal memiliki riwayat alergi.Riwayat Pengobatan

Belum pernah berobat sebelumnyaRiwayat kehamilan dan persalinan

OS anak ke 2 dari 2 bersodara, lahir 38-39 minggu lahir normal pervaginam persentase kepala, tidak ada penghabat persalinan, KPD (-), PEB (-), perdarahan (-). BBL : 3020 gram, PBL : 50 cm

Kesan : bayi lahir normal tanpa ada penyilit kehamilan dan persalinanRiwayat ImunisasiDASAR

BCG

: 1x, saat usia 1 bulan

DPT

: 3x, saat usia 2, 3, dan 5 bulan

POLIO : 4x, saat usia 0, 2, 4, dan 6 bulan

HEPATITIS B: 3x saat lahir, usia 1 dan 6 bulan

CAMPAK: 1x saat berumur 9 bulan

Kesan : imunisasi dasar lengkap.

Riwayat Nutrisi

Pasien mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan, sekarang makan 2-3x sehari komposisi nya nasi, ayam atau daging, anak suka makan kue dan jajanan. Tetapi tidak suka memakan sayur. Anak suka jajan mie ayam abang-abang.

Kesan : asupan makanan kurang karena OS tidak suka makan sayur

Riwayat Alergi : Obat (-), makanan (-), bulu dan debu (-)Riwayat kebiasaan : Anak suka bermain di luar rumah, dirumah banyak boneka dan memakai bantal kapuk.PEMERIKSAAN FISIKSTATUS OFTALMIKUSODOS

6/6Visus6/6

OrthoporiaKedudukan Bola MataOrthoporia

Baik ke segala arahPergerakan Bola MataBaik ke segala arah

edema (-), hiperemis (-),kelopak mata jatuh (-)Palpebra SuperiorTidak ada kelainan edema (-), hiperemis (-), kelopak mata jatuh (-)

edema (-), hiperemis (-), bulu mata tumbuh ke dalam (-)Palpebra Inferioredema (-), hiperemis (-), bulu mata tumbuh ke dalam (-)

Hiperemis (+), Papil(-), Edem (+), Benjolan (-)Konjungtiva Tarsalis Superior

Hiperemis (+), Papil(-), Edem (-), Benjolan (-)

Injeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi episklera (-)Konjungtiva BulbiInjeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi episklera (-)

Hiperemis (+), Papil(+), Edem (+), Benjolan (-)Konjungtiva Tarsalis InferiorHiperemis (+), Papil(+), Edem (-), Benjolan (-)

JernihKorneaJernih

SedangCOASedang

Warna coklat, kripte jelas,IrisWarna coklat, kripte jelas

Isokor, diameter 3 mm, refleks (+)PupilIsokor, diameter 3 mm, refleks (+)

JernihLensaJernih

Tidak di evaluasiVitreous HumorTidak di evaluasi

RESUMESeorang pasien perempuan berusia 5 tahun datang ke RSUD dengan keluhan mata gatal dan kemerahan pada kedua mata sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan matanya berair dan gatal terutama pada malam hari, pada kedua mata tidak mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi hari saja, berwarna putih tidak lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku anaknya kadang-kadang ada demam Visus OD: 6/6 Visus OS: 6/6 Konjungtiva bulbi dekstra dan sisnistra : injeksi konjungtiva (+) Konjungtiva tarsalis Superior dekstra dan sinitra : hiperemis (+) Konjungtiva tarsalis Inferior dekstra dan sinitra : hiperemis (+), papil(+)VI. DIAGNOSIS KERJA Konjungtivitis vernal ODS

VIII. PENATALAKSANAAN Vernasel 4 x 1tetes / hari ODS

Polidex 4 x 1 tetes / hari ODS

Edukasi

-Menghindari tindakan menggosok-gosok mata

-Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari;

-Kompres dingin di daerah mata.

BAB II

PEMBAHASAN

KONJUNGTIVITIS

Anatomi Konjungtiva.

Morfologi konjungtiva.

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.

sumber dari oftalmologi a pocket textbook altas hal 84-119.

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali dilimbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm).Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak dan mudah bergerak yaitu plica semilunaris, letaknya di kantus internus. Struktur epidermoid kecil semacam daging (caruncula) menempel secara superfisial ke bagian dalam plica semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit maupun mukosa.

Histologi konjungtiva.

Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas 2 hingga 5 lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas caruncula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas sel-sel epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merat. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan dengan sel-sel superfisial dan didekat limbus dapat mengandung pigmen.Stroma konjungtiva dibagi menjadi 1 lapisan adenoid (superfisial) dan 1 lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan in tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Lapisan ini tersusun longgar pada bola mata.Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan wolfring) yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, letaknya di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, sisanya ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.A. DEFINISI

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronik. (Ilyas,Sidarta)

Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran sekret.

B. KLASIFIKASIBerdasarkan Penyebab :

1. Konjuntivitis Bakteri : gonokokus, pneumokokus, stafilokokus, difteri.

2. Konjuntivitis Virus : Adenovirus tipe 3,7,8,19, Herpes Simpleks, Enterovirus tipe 70.

3. Konjuntivitis Klamidia : K. trachomaktis, K. oculogenitalis.4. Konjuntivitis Alergi

Konjungtivitis berdasarkan gambaran klinik dibagi atas :

1. Konjungtivitis kataral : akut & kronik

2. Konjungtivitis purulen, mukopurulen

3. Konjungtivitis membran

4. Konjungtivitis folikular

5. Konjungtivitis vernal

6. Konjuntivitis flikten

Perbedaan Jenis Jenis Konjungtivitis Secara umum

Temuan Klinsi UmumViralBakteriKlamidiaAlergika

GatalMinimalMinimalMinimalHebat

HiperemiGeneralisataGeneralisataGeneralisataGeneralisata

Mata BerairBanyakSedangSedangMinimal

EksudasiMinimalBanyakBanyakMinimal

Adenopati periaurikularSeringJarangHanya pada konjungtivitis inklusiTidak ada

Pada kerokan dan eksudat yang dipulasMonositBakteri,PMNPMN, sel plasma, adan inklusiEosinofil

Disertai sakit tenggorokan dan demamSeringkaliSering KaliTak PernahTakpernah

1. Konjungtivitis Kataral

Etiologi :

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital).

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.

Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus : Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline 3. Konjungtivitis membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok.

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya.

Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.

Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.4. Konjungtivitis Folikular

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi

Etiologi: Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa

Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.2. Demam Faringo-Konjungtiva

Etiologi : Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3Gambaran Klinis

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.

Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik3. Konjungtivitis Hemorraghik Akut

Etiologi : Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.

Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau antibiotik.4. Konjungtivitis New Castle

Etiologi : Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hariKonjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.Gambaran Klinis

kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtivis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral bisa juga bilateral.

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.5. Inclusion Konjungtivitis

Etiologi : Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hariGambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.

Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin.6. TrachomaEtiologi : Klamidia trakoma

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium akut (trakoma nyata)

Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna abu-abu

3. Stadium sikatriks

Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

4. Stadium penyembuhan

trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan

Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral

5. Konjungtivitis FliktenEtiologi : Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe IV).

Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala klinis

Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.6. Konjungtivitis Vernalis

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.

Klasifikasi

Terdapat dua bentuk utama konjngtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan), yaitu :1. Bentuk palpebra ( terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan besegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler di tengahnya.

2. Bentuk Limbal ( hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.

Etiologi

Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.

Patofisiologi

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan di kemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi.

Gambaran Histopatologik

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast.

Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar .

Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi.

Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis). Horner-Trantas dot`s yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.

Gejala

Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lain-lain) dan kadang-kadang pada pasien muda juga. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.

Gambar 1. konjungtivitis vernalis. Papilla batu bata di konjungtiva

tarsalis superior.

Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari penyakit ini.

Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak konjungtiva.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.

PENGOBATAN

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.

Opsi perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya symptom yang muncul dan durasinya. Opsi perawatan konjungtivitis vernalis yaitu :

1. Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut antara lain:

-Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.

-Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

-Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari;

-Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen;

-Kompres dingin di daerah mata;

-Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;

-Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai climato-therapy.

2.

Terapi topikal

-Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.

-Dekongestan

-Antihistamin

-NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)

-Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat efektif.

-Antihistamin

-antibakteri

-Siklosporin

-Stabilisator sel mast seperti Sodium kromolin 4% dan Lodoksamid 0,l%.3.

Terapi Sistemik

-Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 23 tablet 4 kali sehari selama 12 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.

-Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.

4.

Tindakan Bedah

-Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.

Kesimpulan

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.

Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kental dan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk limbal.

Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat diberikan menghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di daerah mata, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein, antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast, dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan.

Referensi1. Ilyas S., 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 133-134.

2. Vaughan, Daniel G., 2000. Oftalmologi Umum edisi ke-4. Jakarta : Penerbit Widya Medika, hlm : 115-116.

3. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Available on: http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html.4. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. 5. Optometry. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on: http://www.optometry.co.uk/articles/docs/0cd52f986c6c4d460c454802aa7cc5b3_schmid20010223.pdf.