11
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KHEMOTERAPI PERCOBAAN II PERHITUNGAN DOSIS DAN PEMBUATAN SEDIAAN UJI Tanggal Praktikum : 08 September 2014 Nama : Andriana NIM : 31112059 Kelas : Farmasi 3B

LAPORAN 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmakologi

Citation preview

Page 1: LAPORAN 2

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KHEMOTERAPI

PERCOBAAN II

PERHITUNGAN DOSIS DAN PEMBUATAN SEDIAAN UJI

Tanggal Praktikum : 08 September 2014

Nama : Andriana

NIM : 31112059

Kelas : Farmasi 3B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2014

Page 2: LAPORAN 2

PERCOBAAN II

PERHITUNGAN DOSIS DAN PEMBUATAN SEDIAAN UJI

I. Hari/Tanggal

Senin, 08 September 2014

II. Tujuan

a. Mengetahui cara perhitungan dosis untuk hewan percobaan

b. Mengetahui cara pembuatan sediaan uji untuk hewan percobaan

III. Dasar Teori

Dalam farmakologi, dasar-dasar kerja obat diuraikan dalam dua fase yaitu fase

farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat yang masuk dalam

tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan

pengikatan untuk sampai ke tempat kerja ( reseptor ) dan menimbulkan efek ,

kemudian dengan atau tanpa biotransformasi ( metabolisme ) lalu di ekskresi kan dari

tubuh. proses tersebut dinyatakan sebagai proses farmakokinetik. Farmakodinamik,

menguraikan mengenai interaksi obat dengan reseptor obat; fase ini berperan dalam

efek biologik obat pada tubuh (Adnan, 2011).

Dalam arti luas, farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Senyawa ini biasanya disebut

obat dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan risiko

penggunaan obat. Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat

pada setiap spesies hewan percobaan diperlukan data mengenai penggunaan dosis

secara kuantitatif, hal ini sangt diperlukan jika obat tersebut akan diaplikasikan pada

manusia, dan pendekatan terbaik adalah menggunakan perbandingan luas permukaan

tubuh.

Faktor yang perlu diperhatikan dala hewan percobaan adalah menilai efek

farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat diengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain :

A.    Faktor internal

1.      Variasi biologic

2.      Ras dan sifat genetic

Page 3: LAPORAN 2

3.      Status kesehatan dan nutrisi

4.      Bobot tubuh

5.      Luas permukaan tubuh

B.     Faktor eksternal

1.      Suplai oksigen

2.      Pemeliharaan lingkungan fisiologik dan isoosmosis

3.      Pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk

percobaan

C.     Faktor lainnya

1.      Keadaan kandang

2.      Suasana asing atau baru

3.      Pegalaman hewan dalam penerimaan obat

4.     Keadaan ruang tempat hidup(suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya,

kebisingan)

5.      Penempatan hewan

IV. Alat dan Bahan

A. Alat

Sarung tangan

Masker

Alat gelas

B. Bahan

Asam asetat 0,7 %

PGA 1 %

Karagenan 1 %

PGA 3 %

Asetosal 1,3 % dosis 150 mg / kg berat badan

Larutan pepton 5 %

Norit 5 % dalam PGA 50 %

Glukosa 50 %

Glibenclamide

V. Prosedur

Page 4: LAPORAN 2

Tabel perbandinggan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk

konversi dosis

Hewan 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit20 g

1,0 7,0 12,29 27,8 23,7 64,1 124,2 387,9

Tikus200 g

0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 0,2 17,8 56,0

Marmot400 g

0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

Kelinci1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2

Kucing2 kg

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

Kera4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 3,1

Anjing12 kg

0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

Manusia70 kg

0,026 0,018 0,31 0,07 0,13 0,16 0,32 1,0

Cara menggunakan tabel :

Bila diinginkan dosis absolute pada manusia dengan BB 70 kg dari data dosis

pada Anjing 10 mg/kg (untuk Anjing dengan bobot 12 kg), maka lebih dahulu dihitung

dosis absolute pada Anjing yaitu (10 × 12) mg = 120 mg.

Dengan mengambil factor konversi 3:1 dari table diperoleh dosis untuk

manusia = (120 × 3,1) mg = 372 mg.

Dengan demikian dapat diramalkan efek farmakologis suatu obat yang timbul

pada manusia dengan dosis 372 mg/70 kg BB adalah sama dengan yang timbul

pada Anjing dengan dosis 120 mg/ 12 kg BB, dari obat yang sama.

Pembuatan Sediaan Uji

a. Asam Asetat

Siapkan alat dan bahan

Pipet asam asetat pekat sebanyak 0,71 m l

Larutkan dalam aduadest

Ad sam pai 100 m l

Sim pan dalam botol reagen

Page 5: LAPORAN 2

b. Glibenclamide

VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

1. Asam asetat 0,7 % sebanyak 100 %

Zat yang dipipet :

V1 N1 = V2 N2

V1 x 98 = 100 x 0,7

V1 = 7098

= 0,71 ml

2. Karagenan 1 %, sebanyak 3 ml

Zat yang ditimbang :

1100

x3=0,03 gram

3. PGA 1 %, sebanyak 3 ml

Zat yang ditimbang :

1100

x3=0,03 gram

4. PGA 3 %, sebanyak 3 ml

Zat yang ditimbang :

3100

x3=0,09 gram

5. pepton %, sebanyak 3 ml

Zat yang ditimbang :

5100

x3=0,15 gram

Siapkan alat dan bahanTimbang masing-masing

tablet Glibenclamide sebanyak 2 buah

Gerus semua tablet hingga halus homogen

Serbuk Glibenclamide yang halus ditimbang

sebanyak 130 mg

Larutkan dalam aquadest, dan ad sampai 100 ml

Simpan dalam botol reagen

Page 6: LAPORAN 2

6. glukosa 10 %, sebanyak 3 ml

Zat yang ditimbang :

10100

x3=0,3 gram

7. norit %, sebanyak 100 ml

Zat yang ditimbang :

Norit : PGA :

5100

x50=2,5 gram 50

100x100=50 gram

8. Glibenclamide 5 mg/kg berat badan

Penimbangan tablet :

Tablet 1 = 100 mg, tablet 2 = 100 mg

Rata-rata = 100+100

2=100mg

Serbuk glibenclamide yang ditimbang :

5 mg x 0,026 = 0,013/20 g BB mencit

= 0,013mg

5mgx100mg=0,26mg

= 130 mg/100 ml

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai perhitungan dosis dan pembuatan

sediaan uji untuk hewan percobaan, yang bertujuan agar praktikan dapat menentukan

dosis yang diperlukan untuk hewan percobaan berdasarkan luas permukaan tubuh

hewan percobaan, serta dapat membuat sediaan uji untuk hewan percobaan dengan

baik dan benar.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan dosis dan cara

pembuatan dari sediaan yang akan dibuat, adapun sediaan yang dibuat adalah Asam

asetat 0,7 %, PGA 1 %, Karagenan 1 %, PGA 3 %, Asetosal 1,3 % dosis 150 mg / kg

berat badan, Larutan pepton 5 %, Norit 5 % dalam PGA 50 %, Glukosa 50 %,

Glibenclamide dosis 5 mg/kg berat badan.

Pembuatan sediaan merupakan sesuatu yang sangat penting sebelum

melakukan pengujian bioaktivitas terhadap hewan percobaan, misalnya bagi

mahasiswa farmasi (khususnya pada bidang ilmu farmakologi ). Zat yang biasa

Page 7: LAPORAN 2

diberikan kepada hewan percobaan dapat berupa bahan dari tanaman (ekstrak, air

rebusan, dll) atau berupa obat untuk tujuan tertentu. Biasanya, bahan-bahan ini tidak

bisa diberikan begitu saja melainkan harus diformulasi terlebih dahulu dengan

beberapa ketentuan dan pertimbangan. Ada banyak sekali pertimbangan dalam hal

pemberian obat/ekstrak kepada hewan percobaan, misalnya tentang rute pemberian,

jenis sediaan, jenis bahan pembantu yang digunakan, besaran dosis yang digunakan,

dan lain sebagainya.

Dalam menentukan dosis dan pembuatan sediaan uji untuk hewan percobaan

ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yang pertama yaitu konsentrasi.

Konsentrasi sediaan yang dipersiapkan menunjukkan berapa mg obat atau ekstrak

yang dilarutkan dalam sejumlah ml larutan. Konsentrasi ini biasanya dinyatakan dalam

% (persen), atau lebih tepatnya % b/v (persen berat per volume) dimana 1% b/v berarti

1 gram zat yang terlarut dalam 100 ml larutan zat. Untuk dapat menentukan

konsentrasi sediaan yang dibuat, maka diperlukan data tentang 2 hal yaitu, Dosis yang

diberikan dan Persen pemberian, dimana nilainya dipengaruhi oleh rute pemberian

obat. Konsentrasi sediaan yang dibuat dapat ditentukan melalui pembagian dosis

dengan persen pemberian. Selanjutnya adalah menentukan berat obat atau ekstrak

yang ditimbang untuk dibuat sediaan. Pada dasarnya, berat obat atau ekstrak yang

ditimbang untuk dibuat sediaan uji ditentukan berdasarkan dosis yang diberikan dan

total berat hewan percobaan. Kemudian menentukan volume sediaan yang dibuat.

Volume sediaan yang akan dibuat ditentukan berdasarkan, Konsentrasi sediaan dan

total berat obat/ekstrak yang diperlukan. Yang terakhir adalah menentukan volume

sediaan yang diberikan kepada masing-masing hewan. Volume sediaan yang diberikan

kepada masing-masing hewan dihitung berdasarkan 2 hal yaitu persen volume

pemberian dan berat masing-masing hewan percobaan. Hewan dengan berat badan

yang berbeda tentu akan menerima volume sediaan yang berbeda pula.

Dalam praktiknya sediaan yang dibuat pada praktikum kali ini yaitu asam

asetat 0,7% dan glibenclamide dosis 5mg / kg berat badan, untuk pembuatan asam

asetat 0,7% ditentukan dengan konsep pengenceran yaitu dengan rumus :

V1 N1 = V2 N2

V1 x 98 = 100 x 0,7

Page 8: LAPORAN 2

V1 = 7098

= 0,71 ml

Dimana V1 adalah volume yang akan dipipet, N1 adalah konsentrasi yang

akan diencerkan sedangkan V2 adalah banyaknya larutan yang akan dibuat, dan N2

adalah konsentrasi yang akan dibuat.dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa larutan

yang harus dipipet adalah 0,71 ml.adapun cara pembuatannya adalah dengan memipet

asam asetat dengan pipet ukur sebanyak 0,71 ml, dan diencerkan dengan aquades ad

100 ml dalam labu ukur.

Sediaan yang kedua yaitu pembuatan Glibenclamide 5 mg/kg berat badan,

Glibanclamide adalah obat diabetes oral yang membantu mengontrol kadar gula dalam

darah. Penentuan dosisnya ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

5 mg x 0,026 = 0,013/20 g BB mencit

= 0,013mg

5mgx100mg=0,26mg

= 130 mg/100 ml

Perhitungan tersebut diperuntukan untuk mencit sehingga, dari perhitungan tersebut

dapat dibuat glibenclamide dengan cara sebagai berikut :

Tablet glibenclamide digerus sampai homogen, kemudian ditimbang sebanyak 130

mg, lalu dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100 ml dalam labu ukur.

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan uraian pembahasan yang telah disampaikan

dapat ditarik kesimpulan bahwa,

Penentuan dosis untuk hewan percobaan dapat ditentukan berdasarkan luas

permukaan tubuh hewan percobaan.

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam perhitungan dosis dan

pembuatan sediaan uji diantaranya adalah menentukan konsentrasi sediaan,

menentukan beratobat atau ekstrak, menentukan volume sediaan dan menentukan

volume pemberian.

IX. Daftar Pustaka

Gan Gunawan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI

Page 9: LAPORAN 2

Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah

Mada University

Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.

Nazir M. 1988. Metode Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Ghalia  Indonesia.