14
LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI DAN DRAINASE AUDIT SISTEM IRIGASI Kelompok C4: Caesaratri F (105040201111025) Bahrur Rozzi Adiguna (105040201111038) Norma Winda Riyani (105040201111052) Ade Syahrizal (105040201111065) Dahlia Novitasari (105040201111078) Carina Hesti Ratri (105040201111079) Hadi Purnomo (105040201111092) Hafidz Yudha Trinata (105040201111093) PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Laporan Irdas Audit

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI DAN DRAINASE

AUDIT SISTEM IRIGASI

Kelompok C4:

Caesaratri F Bahrur Rozzi Adiguna Norma Winda Riyani Ade Syahrizal Dahlia Novitasari Carina Hesti Ratri Hadi Purnomo Hafidz Yudha Trinata

(105040201111025) (105040201111038) (105040201111052) (105040201111065) (105040201111078) (105040201111079) (105040201111092) (105040201111093)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system pertanian yang sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian tidak akan berjalan. Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase adalah proses pembuangan air. Ilmu drainase sangat dibutuhkan untuk perbaikan drainase yang telah ada, karena seperti yang diketahui bahwa beberapa daerah diIndonesia mengalami kebanjiran salah satu diantara penyebabnya adalah drainase yang kurang baik. oleh karena itu, sebagai mahasiwa teknik pertanian harus mampu dan memahami jenis jenis drainase sehingga mampu menerapkan drainase dengan tepat. 1.2 Tujuan 1.2.1 Untuk mengetahui cara audit sistem irigasi dengan cara Uji Keseragaman Irigasi dengan 2 metode yaitu menghitung Koefisien Distribusi Keseragaman dan menghitung dengan metode Koefisien Keseragaman Christianmen 1.2.2 Untuk mengetahui indeks irigasi 1.3 Manfaat Dari praktikum audit sistem irigasi kali ini kita bisa mengetahui cara audit sistem irigasi dengan cara Uji Keseragaman Irigasi dengan 2 metode yaitu menghitung Koefisien Distribusi Keseragaman dan menghitung dengan metode Koefisien Keseragaman Christianmen dan juga mengetahui indeks irigasidari alat tersebut terhadap suatu lahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Irigasi dan Drainase Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanaman untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk., 1992). Irigasi berarti memberikan tambahan air pada saat-saat cadangan air di dalam tanah tidak mencukupi (Aak,1983). Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan (Anonymousa, 2012). Drainase adalah sistem saluran pembuangan air hujan yang menampung dan mengalirkan air hujan dan air buangan yang berasal dari daerah terbuka maupun dari daerah terbangun (Anonymousb, 2012). Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia (Anonymousc, 2012 ).

2.2 Macam-Macam Metode Irigasi

Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi 1990), sebagai berikut : 1. Sistem irigasi permukaan (surface irrigation system) Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal. ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol. Gambar 1.2 memberi ilustrasi mengenai sistem irigasi dengan peluapan dan penggenangan bebas.

Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan secara terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petakpetak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3) stasiun pompa. Ilustrasi sistem irigasi permukaan dengan peluapan dan penggenangan terkendali dapat dilihat pada Gambar 1.3.

2. Sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system) Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman. Gambar 1.4 memberikan ilustrasi mengenai sistem irigasi bawah permukaan.

3. Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system) Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah. Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain dengan menggunakan pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar. Untuk dapat memberikan siraman yang merata sering digunakan alat pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat berpindah-pindah. Gambar 1.5 memberikan ilustrasi salah satu alat irigasi dengan pancaran.

4. Sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system). Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadangkadang drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan

pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar. Gambar 1.6 memberikan Ilustrasi mengenai sistem irigasi tetes.

Memperhatikan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sistem irigasi merupakan suatu ilmu dan seni yang menyangkut berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu tanah, pertanian, hidrologi, hidraulika, sosial, dan ilmu ekonomi. Peranan sistem irigasi sangat penting dalam rangka penyediaan, pemberian dan pengelolaan air yang optimal menuju peningkatan produksi pertanian, lebih khusus lagi peningkatan bahan pangan. Kecenderungan peningkatan kebutuhan bahan pangan selalu mengikuti pesatnya pertumbuhan penduduk. Upaya untuk meningkatkan produksi lahan irigasi per satuan luas merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman, sosial ekonomi dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan (Sudjarwadi, 1990).

2.3 Keunggulan dan Kekurangan Masing-Masing Metode Irigasi a. Metode Irigasi Permukaan Salah satu jenis dari sistem irigasi permukaan adalah irigasi alur yang dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran kecil yang dibuat searah atau memotong slope. Air masuk ke dalam permukaan tanah dari dasar alur dan dinding alur. Teknik ini cocok untuk tanah berderet dengan tekstur medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal. Desain irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur. Panjang alur berkisar 100200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi. Jarak antar alur 1-2 m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah. Kedalaman alur 20-30 cm untuk memudahkan

pengendalian dan penetrasi air. Kelebihan dari irigasi alur ini adalah mengurangi kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpuran tanah berat, dan mempercepat pengolahan tanah setelah pemberian air. Irigasi alur cocok untuk memberikan air pada tanaman yang mudah rusak bila bagian tanamannya terkena air. Beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan sistem irigasi alur, keuntungannnya adalah sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang mengalir ke dalam lahan akan meresap ke dalam tanah dan membasahai daerah perakaran untuk dipergunakan oleh tanah secara efektif, efisiensi pemakaian air lebih besar dibanding dengan irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan (border). Sedangkan kekurangannya, adanya akumulasi garam disepanjang alur, waktu untuk membuat alur lebih lama, erosi tanah di sepanjang alur cukup tinggi, serta sulit dikontrol secara otomatis terutama pemberian air yang seragam sepanjang alur (Anonymouse, 2012). b. Metode Irigasi Bawah Permukaan Kelebihan : Air dapat langsung menuju akar Biaya yang diperlukan tidak tinggi Dapat menghemat air Meningkatkan hasil dengan menghilangkan penguapan permukaan air Mengurangi kejadian penyakit dan gulma

Kekurangan : Untuk pembuatan saluran cukup sulit Membutuhkan waktu yang lama (Baradust, 2009).

c. Metode Irigasi Sprinkle Kelebihan: Sesuai untuk daerah dengan totopgrafi kurang teratur dan profil tanah relative dangkal Tidak memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan menambah luas lahan produktif serta terhindar dari masalah gulma air. Cocok untuk lahan pertanian dengan tanah bertekstur pasir tanpa menimbulkan masalah kehilangan air melalui perkolasi. Sesuai untuk daerah dengan sumber atau persediaan air yang terbatas, mengingat kebutuhan air pada irigasi curah relative sedikit. Sesuai untuk lahan berlereng tanpa menimbulkan masalah erosi yang dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah Dapat dipergunakan di samping memenuhi kebutuhan air tanaman, juga untuk pemupukan dan pemberantasan hama penyakit tanaman Kekeurangan:

Memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi antara lain untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi. (Anonymousf, 2012)

d. Metode Irigasi Tetes/ Drip Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu: Meningkatkan nilai guna air Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat local dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran. Menekan resiko penumpukan garam Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran. Menekan pertumbuhan gulma Pemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan. Menghemat tenaga kerja Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi. Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai berikut: Memerlukan perawatan yang intensif Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil. Penumpukan garam Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.

Membatasi pertumbuhan tanaman Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat. Keterbatasan biaya dan teknik Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan memeliharanya (Anonymousd, 2012)

2.4 Audit Sistem Irigasi Audit pengelolaan irigasi adalah kegiatan pemeriksaan kinerja pengelolaan irigasi yang meliputi aspek organisasi, teknis, dan keuangan, sebagai bahan evaluasi manajemen aset irigasi (Baradust, 2009).

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum a. Waktu : Hari : Sabtu Tanggal : 12 Mei 2012 Pukul : 12.30 14.00 WIB b. Tempat : Lapangan Landungsari

3.2 Langkah Kerja Praktikum Siapkan Alat dan Bahan Pasang Wadah atau Gelas Aqua pada titikTitik tertentu Pada lahan yang digunakan untuk praktikum Luasnya 10m x 30 m Pada luasan tersebut dibagi sedemikian rupa Agar menghasilkan 80 sebaran titik Nyalakan peralatan irigasi berupa sprinkler yang kisaran jarak jangkauannya adalah 5 m Amati pada beberapa saat tertentuJika terdapat wadah yang sudah tidak terkena Air maka ambil dan ukur air yang Tertampung pada wadah atau gelas dengan menggunakan tabung ukur

Catat hasil air yang tertampung Hitung koefisien keseragamannya dengan rumus DU dan KKC Hasil berupa laporan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

No 1

2

3

4

5

Kode C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C2.1 C2.2 C2.3 C2.4 C3.1 C3.2 C3.3 C3.4 C4.1 C4.2 C4.3 C4.4 C5.1 C5.2 C5.3 C5.4

Volume 13 20 25 32 21 22 26 30 4 4 2 4 -

No 1

2

3

4

5

Kode C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C2.1 C2.2 C2.3 C2.4 C3.1 C3.2 C3.3 C3.4 C4.1 C4.2 C4.3 C4.4 C5.1 C5.2 C5.3 C5.4

Volume 26,5 23 36 32 29 39 44 45 13 17 23 35 0

No 1

2

3

4

5

Kode C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C2.1 C2.2 C2.3 C2.4 C3.1 C3.2 C3.3 C3.4 C4.1 C4.2 C4.3 C4.4 C5.1 C5.2 C5.3 C5.4

Volume 7 10 2 39 40 40 44 53 52 49 42 44 44 45 50 -

No 1

2

3

4

5

Kode C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C2.1 C2.2 C2.3 C2.4 C3.1 C3.2 C3.3 C3.4 C4.1 C4.2 C4.3 C4.4 C5.1 C5.2 C5.3 C5.4

Volume 36 38 42 45 43 44 57 57 56 53 56 38 -

4.2 Tingkat Rata-rata Curahan Air dari Sistem Irigasi Xrata-rata = volume = 21,01875 n 4.3 Uji Keseragaman Irigasi

4.3.1 Koefisien Distribusi Keragaman DU = = = 199,917%

4.3.2 Koefisien Keseragaman Christiansen Cu = (1 Md) (M x n) x 100% = (1 590,99) (21,01875 x 80) x 100% = (-589,99) (1.681,5) (100%) = -99.206.818,5% 4.4 Indeks Irigasi 4.5 Pembahasan

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. Anonymousa. 2012. Irigasi. http://blog.ub.ac.id/evananp. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Anonymousb. 2012. Rekayasa Drainase. http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/04/07 /rekaya-drainase/. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Anonymousc. 2012. Drainase. http://id.wikipedia.org/wiki/Drainase. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Anonymousd. 2012. Teknologi Irigasi Tetes. http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/pdf/ Topik%2012%20Kuliah-irigasi%20tetes%20-asep-prastowo.pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Anonymouse. 2012. Irigasi Tetes. catetankuliah.blogspot.com/2011/03/irigasi-tetes-dripirrigation.html. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Anonymousf. 2012. Irigasi Curah. http://www.slideshare.net/grusmayadi/irigasi-curah-gtr. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Baradust, W. 2009. Sistem Irigasi. http://heatneo.blogspot.com/2009/06/sistem-irigasi.html. Diakses tanggal 23 Mei 2012. Hansen, V. E., dkk, 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga. Jakarta. Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM. Yogyakarta.