25
LAPORAN KASUS Bilateral Radikuloneuropati Entrapment Traumatika Disusun oleh: Woro Ayu Sekararum 1910221008 Pembimbing: dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Rumah Sakit Umum Daerah Gunawan Mangunkusumo Periode 4 Januari 2021 23 Januari 2021

LAPORAN KASUS Bilateral Radikuloneuropati Entrapment … · 2021. 2. 4. · LAPORAN KASUS Bilateral Radikuloneuropati Entrapment Traumatika Disusun oleh: Woro Ayu Sekararum 1910221008

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN KASUS

    Bilateral Radikuloneuropati Entrapment Traumatika

    Disusun oleh:

    Woro Ayu Sekararum

    1910221008

    Pembimbing:

    dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf

    Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

    Rumah Sakit Umum Daerah Gunawan Mangunkusumo

    Periode 4 Januari 2021 – 23 Januari 2021

  • 2

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Kasus

    Bilateral Radikulopati Entrapment Traumatika

    Disusun Oleh:

    Woro Ayu Sekararum

    1910221008

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam RSUD Gunawan Mangunkusumo

    Telah disetujui dan dipresentasikan

    Januari 2021

    Pembimbing,

    dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc

  • 3

    LAPORAN KASUS

    A. Identitas Pasien

    Nama : C, Tn

    Usia : 68 Tahun 8 Bulan

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Kupang

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Tukang Bangunan

    Status Pernikahan : Kawin

    Tanggal Masuk : 10 Januari 2021

    Tanggal Keluar : 14 Januari 2021

    B. Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Januari 2021, pukul

    06.00 WIB, bertempat di Bangsal Asoka RSUD Gunawan Mangunkusumo.

    • Keluhan Utama

    Nyeri punggung bawah 1 jam pasca terjatuh dari genteng.

    • Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke IGD RSGM dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1

    jam SMRS pasca terjatuh dari ketinggian. Saat itu pasien sedang merenovasi

    rumahnya dan pasien sedang berada diatas genteng ketika genteng yang ia pijak

    merosot lalu pasien pun terjatuh. Pasien terjatuh dari ketinggian 3 meter dalam

    posisi berdiri. Pasien perlahan lahan berusaha untuk berbaring lalu berusaha

    meregangkan dan menggerak-gerakkan kedua tangan dan kaki. Saat itu, pasien

    merasakan nyeri pada seluruh punggung bagian bawah. Saat ditanya dari skala 1-10

    berapakah skala untuk rasa nyeri nya, pasien menyatakan skala nya 5. Nyeri

    dirasakan terus menerus dan semakin nyeri bila pasien berganti posisi. Oleh karena

    itu, pasien tidak bisa duduk atau berdiri. Untuk mengurangi rasa nyeri pasien hanya

    tiduran saja. Nyeri yang dirasakan tidak menjalar. Pasien mengatakan ia masih dapat

    menggerakkan kedua kakinya. Keluhan kaki kebas, kesemutan disangkal. Sensasi

    nyeri berupa ditusuk-tusuk ataupun rasa terbakar juga disangkal. Pasien tidak

    mengalami penurunan kesadaran, mual, muntah maupun kejang. Setelah terjatuh,

  • 4

    pasien langsung dibawa ke IGD RSGM dengan dialaskan papan dan dalam kondisi

    sadar penuh.

    Di IGD RSGM pasien dilakukan foto rontgen lumbosacral AP/lateral. Pasien

    di diagnosis dengan spinal cord injury dan diberikan penatalaksanaan yang sesuai.

    Setelah itu, pasien dipindahkan ke bangsal perawatan Asoka. Pada saat dilakukan

    anamnesa yaitu pada hari perawatan ke 2, nyeri punggung bawah yang dirasa sudah

    membaik. Pasien pelan pelan sudah dapat berganti posisi berbaring namun pasien

    belum bisa duduk. Keluhan nyeri saat mengejan disangkal. Keluhan lemah pada

    anggota gerak dan kesemutan juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengeluh nyeri

    kepala dan demam. Pasien mengatakan belum bisa BAB sejak masuk RS dan pasien

    hanya BAK sedikit-sedikit. Pasien mengatakan perut bagian bawah membesar dan

    terasa kencang. Keluhan nyeri perut bagian bawah disangkal. Nafsu makan pasien

    baik.

    • Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien berkerja sebagai tukang bangunan dan hampir setiap hari memikul

    benda berat seperti karung semen dan batu bata. Namun pasien mengatakan

    sebelumnya tidak pernah mengalami trauma pada daerah punggung ataupun nyeri

    pada punggung. Riwayat penurunan berat badan yang drastis dan gangguan

    psikologis juga disangkal.

    • Riwayat Penggunaan Obat

    Saat ini pasien tidak sedang mengonsumsi obat obatan apapun.

    • Riwayat Penyakit Keluarga

    - Riwayat tumor atau kanker disangkal

    • Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

    Pasien adalah seorang tukang bangunan. Sehari-hari, pasien banyak

    melakukan aktivitas fisik. Dalam pekerjaannya, pasien mengaku hampir setiap hari

    mengangkat dan memikul barang-barang berat seperti karung semen dan batu bata.

    Pola makan pasien teratur dengan lauk pauk seperti ikan, daging dan jeroan. Pasien

    juga mengaku suka makan gorengan.

  • 5

    C. Anamnesis Sistem

    • Sistem serebrospinal : riwayat trauma (-)

    • Sistem kardiovaskular : nyeri dada (-), sesak saat beraktivitas (-)

    • Sistem respirasi : sesak napas (-)

    • Sistem gastrointestinal : nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAB (-) sejak 2

    hari yang lalu

    • Sistem muskuloskeletal : nyeri punggung bawah (+)

    • Sistem integumen : tidak ada keluhan

    • Sistem urogenital : perut bagian bawah terasa kencang (+), kesulitan

    mengeluarkan urin (-), kesulitan menahan buang air

    kecil (-), volume BAK sedikit (+)

    D. Resume Anamnesis

    Tn. C datang ke IGD RSGM dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 jam

    post terjatuh dari ketinggian. Pasien terjatuh ketika merenovasi rumahnya dari ketinggian

    3 meter dalam posisi berdiri. Pasien merasakan nyeri pada seluruh punggung bagian

    bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin nyeri bila pasien berganti posisi.

    Nyeri tidak menjalar ke kedua kaki. Pasien mengatakan ia masih dapat menggerakkan

    kedua kakinya. Keluhan kaki kebas, kesemutan disangkal. Sensasi nyeri berupa ditusuk-

    tusuk ataupun rasa terbakar juga disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan

    kesadaran, mual, muntah maupun kejang. Setelah terjatuh, pasien langsung dibawa ke

    IGD RSGM dengan dialaskan papan dan dalam kondisi sadar penuh.

    E. Diskusi Pertama

    Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan utama nyeri punggung bawah. Nyeri

    merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang

    berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi atau

    digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association for the Study of

    Pain, 1994).

    Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah. Jika

    ditinjau dari sumbernya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri somatik dan viseral.

    Nyeri somatik dalam dapat berasal dari tulang, otot, sendi, ligamen, tendon dan kulit.

    Kemungkinan terjadinya nyeri akibat sprain atau strain pada otot juga bisa dicurigai.

  • 6

    Sedangkan nyeri viseral berasal dari organ viseral atau membran yang menutupinya. Jika

    ditinjau dari jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif, neurogenik, dan

    psikogenik. Nyeri nosiseptif timbul karena adanya kerusakan pada jaringan somatik atau

    viseral sedangan nyeri neurogenik disebabkan oleh gangguan saraf.

    Nyeri pada punggung bawah sangat umum terjadi dan biasa disebut dengan Low

    Back Pain. LBP adalah rasa nyeri di punggung mulai dari vertebra torakal ke-12 sampai

    dengan lipatan bokong, dengan atau tanpa penjalaran ke kaki (Casser, Seddigh and

    Rauschmann, 2016).

    1) Klasifikasi LBP

    LBP dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinis dan etiologi

    • Perjalanan Klinis

    - LBP Akut

    LBP disebut sebagai akut jika timbul untuk pertama kalinya dalam

    kehidupan pasien, atau setelah interval bebas rasa nyeri setidaknya selama

    minimal enam bulan, dan berlangsung tidak lebih dari enam minggu.

    - LBP Subakut

    LBP disebut sebagai subakut jika berlangsung selama enam sampai dengan

    12 minggu.

    - LBP Kronis

    LBP disebut sebagai kronis jika berlangsung selama lebih dari 12 minggu

    (Casser, Seddigh and Rauschmann, 2016).

    • Etiologi

    - Keterlibatan saraf

    o LBP Spesifik

    LBP yang disebabkan oleh gangguan neurologis antara vertebra

    thorakal 12 sampai dengan lipatan bokong.

    o LBP Nonspesifik

    LBP yang disebabkan bukan oleh gangguan neurologis antara vertebra

    thorakal 12 sampai dengan lipatan bokong (Paliyama, 2004).

    - Sumber nyeri

    Menurut Macnab, LBP dapat diklasifikasikan menjadi

  • 7

    o Viscerogenik

    Kelainan pada traktus genitourinarius dan organ pelvis serta kelainan,

    baik intraperitoneal dan retroperitoneal, yang mengiritasi peritoneum

    posterior dapat menyebabkan LBP. Nyeri yang disebabkan oleh

    kelainan viscera biasanya tidak diperparah oleh aktivitas dan tidak

    berkurang dengan istirahat (Salter, 1999).

    Rasa nyeri timbul dari jaringan atau organ yang persarafannya

    berhubungan secara segmental dengan jaringan superfisial daerah

    lumbosakral, dan nyeri jenis ini disebut juga sebagai nyeri alih

    (referred pain) tanpa perubahan struktural pada tulang belakang dan

    jaringan terkait. Saat ini penjelasan yang paling diterima mengenai

    mekanisme dari nyeri alih adalah teori konvergensi-proyeksi. Menurut

    teori ini, dua tipe aferen yang masuk ke segmen spinal (satu dari kulit

    dan satu dari otot dalam atau viscera) berkonvergensi ke sel-sel

    proyeksi sensorik yang sama (misalnya sel proyeksi spinotalamikus).

    Karena tidak ada cara untuk mengenal sumber asupan yang

    sebenarnya, otak secara salah memproyeksikan sensasi nyeri ke daerah

    somatik (dermatom) (Hamdan and Saeed, 2002).

    o Vaskulogenik

    Kelainan pada aorta descendens dan arteri iliaka, seperti oklusi

    vaskular, dapat menyebabkan nyeri yang berproyeksi ke punggung

    (Salter, 1999).

    o Neurogenik

    Radikulopati adalah ada gangguan sensorik dan/atau motorik secara

    objektif yang terjadi akibat kerusakan pada nerve roots dan dapat

    terjadi dengan atau tanpa disertai nyeri. Kriteria definitif untuk nyeri

    neuropati adalah ketika terjadi radikulopati yang disertai nyeri dengan

    adanya gangguan sensorik. Kriteria nyeri neuropati probable yaitu

    hanya berdasarkan adanya gangguan motorik. Kriteria nyeri neuropati

    possible yaitu ketika radikulopati disertai nyeri terjadi pada ekstrimitas

    maupun batang tubuh dan terjadi sesuai dengan dermatomnya.

    Biasanya, radikulopati yang disertai nyeri berhubungan dengan

    kerusakan langsung pada nerve roots. Namun, hal ini dapat juga terjadi

    karena adanya inflamasi pada nervus spinalis (Baron et al., 2016).

  • 8

    Skiatika merupakan terminologi umum untuk menjelaskan nyeri pada

    punggung, paha dan terkadang pada betis dan kaki yang terjadi akibat

    radiasi nyeri sepanjang nervus skiatika. Herniasi diskus merupakan

    penyebab tersering nyeri radikulopati lumbosacral (Baron et al., 2016).

    o Spondilogenik

    LBP spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari

    tulang belakang dan struktur yang terkait. Rasa nyeri diperparah oleh

    aktivitas dan sedikit banyak berkurang saat istirahat. Diagnosis LBP

    spondilogenik dapat dipertimbangkan jika pasien memiliki riwayat

    masalah tulang belakang seperti degenerasi diskus intervertebralis,

    keluhan serupa sebelumnya, atau trauma pada tulang belakang.

    Pemeriksaan penunjang biasanya membuktikan bahwa proses patologis

    terletak di tulang belakang atau struktur terkait. Rasa nyeri dapat

    berasal dari kelainan pada komponen tulang dari kolumna vertebrae

    (osseus lesions) dan struktur yang berkaitan (soft tissue lesions). Nyeri

    dapat menyebar (referred pain) ke organ lain namun tidak mengikuti

    dermatom. Batuk, bersin, atau kontraksi sukarela otot abdomen

    menyebabkan penderita LBP spondilogenik merasakan nyeri yang

    tersebut (Salter, 1999; Hamdan and Saeed, 2002; Baron et al., 2016).

    o Psikogenik

    LBP yang disebabkan oleh gangguan psikologis yang dialami pasien

    (Salter, 1999).

    2) Etiologi LBP

    • Trauma

    - Herniasi diskus intervertebralis lumbal

    Herniasi diskus intervertebralis lumbal terjadi ketika diskus intervertebral

    runtuh dan menjepit saraf pada bagian anterior.

    - LBP muskular/fascial

    LBP muskular akut terjadi ketika tekanan ekternal, seperti tabrakan dengan

    orang lain atau ketika mengangkat beban berat, melukai otot dan fascia.

    - LBP yang berhubungan dengan fraktur

    Fraktur vertebra dapat terjadi karena baik karena trauma maupun bukan

    trauma, seperti pada osteoporosis.

  • 9

    • Inflamasi

    - Tuberculous Spondylitis atau Purulent Spondylitis

    Tuberculous Spondylitis atau Purulent Spondylitis terjadi ketika basil

    tuberkel atau bakteri piogenik menghancurkan badan vertebra atau diskus

    intervertebralis.

    - Ankylosing Spondylitis

    Ankylosing Spondylitis adalah penyakit reumatik dengan faktor rheumatoid

    negatif di mana vertebra saling menempel seperti bambu.

    • Tumor

    Tumor ganas terkadang bermetastasis ke vertebra lumbar, dan metastasis luas ke

    vertebra lumbar adalah salah satu gambaran patologis multiple myeloma.

    • Degenerasi

    - Degenerasi diskus intervertebralis

    o Spondylosis deformans

    Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Spondylosis

    disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus

    intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar

    vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan

    kanalis spinalis dan foramen intervertebralis dan iritasi persendian

    posterior. Rasa nyeri pada spondylosis disebabkan oleh terjadinya

    osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantong durameter yang

    mengakibatkan iskemik dan radang (Harsono, 2005).

    o Hernia nucleus pulposus (HNP)

    Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol yang kemudian

    menekan ke arah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.

    Dasar terjadinya HNP adalah degenerasi diskus intervertebralis.

    - Lumbar non-spondylolytic spondylolisthesis

    Spondylolisthesis adalah kondisi tulang belakang yang salah satu ruasnya

    bergeser ke depan atau belakang dari ruas dibawahnya. Spondylolisthesis

    dapat menyebabkan kelainan struktur tulang belakang, penekanan pada

    nerve roots, dan kerusakan pada facet joint (Ilham, 2011). Hal ini jarang

    terjadi pada pasien dengan usia dibawah 50 tahun dan pergeseran paling

    sering terjadi pada L4-L5 (Jacobsen, 2007). Spondylolisthesis dapat

  • 10

    disebabkan oleh spondylolysis, yaitu fraktur stress pada vertebra. Lumbar

    non-spondylolytic spondylolisthesis adalah spondylolisthesis yang bukan

    disebabkan oleh spondylolysis.

    • Penyebab Lain

    LBP juga dapat disebabkan oleh penyakit pada organ intraabdomen, seperti hati,

    kantung empedu, dan pancreas. Rasa sakit juga dapat bersumber dari organ

    abdomen posterior, seperti uterus, ovarium, dan vesika urinaria (Hayashi, 2004).

    3) Faktor Risiko LBP

    • Usia

    Dari berbagai studi epidemiologik, kejadian LBP meningkat dan mencapai

    puncakya pada usia sekitar 55 tahun. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai

    dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan

    pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

    bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan

    dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga resiko terjadi keluhan otot

    meningkat. Selain itu, mekanisme seluler dasar yang menjaga homeostasis

    jaringan semakin memburuk seiring dengan terjadinya penuaan, akibatnya,

    respons terhadap stress menjadi tidak adekuat dan jaringan pun rusak (Litwic et

    al., 2013)

    • Jenis Kelamin

    Laki-laki dan wanita mempunyai risiko LBP yang sama sampai usia

    sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai risiko LBP yang lebih

    besar karena cenderung mengalami osteoporosis. Walaupun masih ada pebedaan

    pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko

    keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan

    menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan

    otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang

    lebih rendah dari pada pria.

    • Psikologis

    Faktor psikologis memegang peran penting dalam kejadian LBP. Orang-

    orang dengan afektivitas negatif, menerima dukungan sosial yang rendah di

  • 11

    tempat kerja, memiliki gangguan cemas, dan/atau depresi lebih rentan

    mengalami LBP.

    • Berat dan Tinggi Badan

    Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara

    kejadian LBP dengan tinggi badan. Orang-orang dengan tinggi badan yang

    besar lebih berisiko mengalami ketidakstabilan diskus akibat beban eksternal.

    Hubungan juga ditemukan antara berat badan dengan kejadian LBP, di mana

    orang-orang dengan BMI besar lebih berisiko mengalami LBP dibanding yang

    tidak.

    • Pekerjaan

    Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban

    berat sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran

    penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Mengangkat beban berat lebih dari

    25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.

    • Aktivitas atau Olahraga

    Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering

    tidak disadari oleh penderitanya, terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.

    Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, atau mengangkat beban pada

    posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang. Contoh posisi duduk yang

    salah misalnya pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi

    punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang

    seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Sedangkan,

    posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke

    muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang

    spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur

    yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri

    langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,

    seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.

    • Faktor Risiko Lain

    Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang

    bawah pada usia muda. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan keluhan otot,

    karena menurunkan kapasitas paru-paru sehingga kemampuannya untuk

    mengkonsumsi oksigen menurun (Duthey, 2013).

  • 12

    Pada kasus ini, nyeri yang dialami pasien disebabkan oleh trauma akibat terjatuh

    dari ketinggian. Pasien terjatuh dalam posisi berdiri tegak. Sehingga, berdasarkan

    mekanisme trauma yang terjadi, pasien mungkin mengalami kompresi vertebrae atau

    fraktur kompresi vertebrae.

    Berdasarkan teori yang telah dijabarkan sebelumnya, berdasarkan sumber nyeri,

    pasien diduga menderita LBP spesifik spondilogenik yang berasal dari kelainan tulang

    belakang dan jaringan lunak disekitarnya akibat trauma yang dialami pasien. Ciri-ciri

    LBP spondilogenik yaitu berupa rasa nyeri yang diperparah oleh aktivitas dan sedikit

    banyak berkurang saat istirahat serta nyeri menjalar dari punggung bawah ke kaki.

    Pasien menyatakan nyeri bertambah bila bergerak, sehingga untuk memperingan nyeri

    yang timbul pasien hanya tiduran saja. Hal ini menunjukan bahwa kontraksi dari otot

    dapat mempengaruhi rasa nyeri tersebut sehingga pasien lebih nyaman tiduran saja.

    Selain itu, nyeri punggung yang menjalar hingga kedua kaki dapat juga disebabkan

    neurogenik. Nyeri neurogenik berhubungan dengan kerusakan langsung pada nerve

    roots. Pada kasus ini khususnya terjadi pada bagian lumbal, yang ditandai dengan adanya

    nyeri radikulopati yang menjalar ke ekstrimitas bawah sesuai dengan dermatomnya.

    Pasien ini juga memiliki faktor risiko LBP yaitu usia tua dan pekerjaan pasien

    sebagai tukang bangunan dimana ia hampir setiap harinya mengangkat beban berat.

    F. Diagnosis Sementara

    • Diagnosis klinik : Nyeri punggung bawah akut

    • Diagnosis topik : Radikuloneuropati lumbal

    • Diagnosis etiologi :

    - LBP traumatika dd fraktur kompresi vertebrae lumbal

    o LBP spondilogenik

    - Bilateral radikuloneuropati traumatika

    • Diagnosis tambahan : -

    G. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Januari 2021, pukul 06.00 WIB di

    Bangsal Asoka RSUD Gunawan Mangunkusumo.

  • 13

    • Status Generalis

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis [GCS: E4V5M6]

    • Tanda Vital

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Frekuensi nadi : 98 x/menit

    Laju pernapasan : 20 x/menit

    Suhu : 36.6˚C

    SpO2 : 98%

    Nilai VAS : 5

    • Status Internus

    Kepala : normocephal

    Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

    (3mm/3mm), refleks pupil direk (+/+), refleks pupil indirek

    (+/+), refleks kornea (+/+), ptosis (-)

    Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum deviasi (-/-)

    Telinga : serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-)

    Mulut : bibir sianosis (-), karies dentis (-), atrofi papil lidah (-),

    lidah deviasi -

    Leher : simetris, pembesaran KGB (-), tiroid (dalam batas normal),

    Thorax :

    Cor :

    - Inspeksi : tidak tampak ictus cordis

    - Palpasi : ictus cordis tidak teraba

    - Perkusi : batas jantung dalam batas normal

    - Auskultasi : bunyi jantung I & II (+) normal, bising (-), gallop (-)

  • 14

    Pulmo :

    Depan Dextra Sinistra

    Inspeksi

    Palpasi

    Perkusi

    Auskultasi

    Pergerakan simetris,

    retraksi (-)

    Vokal fremitus normal

    kanan = kiri

    Sonor seluruh lapang paru

    SD paru vesikuler (+),

    suara tambahan paru:

    wheezing (-), ronki (-)

    Pergerakan simetris,

    retraksi (-)

    Vokal fremitus normal

    kanan = kiri

    Sonor seluruh lapang paru

    SD paru vesikuler (+),

    suara tambahan paru:

    wheezing (-), ronki (-)

    Abdomen :

    - Inspeksi : regio suprapubis distensi (+), spider nevus (-).

    - Auskultasi : bising usus (+) normal

    - Perkusi : Suprapubis dullness (+), ascites (-)

    - Palpasi : nyeri tekan (-), hepar & lien tak teraba

    Ekstremitas :

    - Atas : Oedem (-/-), CRT (

  • 15

    N.II

    Daya Penglihatan Normal/Normal

    Penglihatan Warna Normal/Normal

    Lapang Pandang Normal/Normal

    N.III

    Ptosis -/-

    Gerakan mata ke medial Normal/Normal

    Gerakan mata ke atas Normal/Normal

    Gerakan mata ke bawah Normal/Normal

    Ukuran Pupil + (3 mm) + (3mm)

    Reflek cahaya Langsung + +

    Reflek cahaya konsensuil + +

    Strabismus divergen -/-

    N.IV

    Gerakan mata ke lateral bawah +/+

    Strabismus konvergen -/-

    Menggigit Normal/Normal

    Membuka mulut Normal/Normal

    N.V

    Sensibilitas muka Normal/Normal

    Reflek kornea + +

    Trismus -/-

    N.VI

    Gerakan mata ke lateral bawah +/+

    Strabismus konvergen -/-

    N.VII

    Kedipan mata Normal/Normal

    Lipatan nasolabial Simetris/simetris

    Sudut mulut Simetris/simetris

    Mengerutkan dahi Normal/Normal

    Menutup mata Normal/Normal

    Meringis Normal

    Menggembungkan pipi Normal/Normal

    Daya kecap lidah 2/3 depan Normal/Normal

    N.VIII Mendengar suara berbisik +/+

    Mendengar detik arloji +/+

    Tes Rinne Tidak dilakukan

    Tes Schawabach Tidak dilakukan

  • 16

    Tes Weber Tidak dilakukan

    N.IX Arkus Faring Normal/Normal

    Daya kecap lidah 1/3 belakang Normal/Normal

    Reflek muntah +

    Sengau –

    Tersedak –

    N.X Denyut nadi 98x/mnt regular

    Arkus Faring Simetris/simetris

    Bersuara Normal/Normal

    Menelan Normal/Normal

    N.XI Memalingkan kepala Normal/Normal

    Sikap bahu Normal/Normal

    Mengangkat bahu Normal/Normal

    Trofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi

    N.XII Sikap Lidah Normal/Normal

    Artikulasi Normal/Normal

    Tremor Lidah -/-

    Menjulurkan Lidah Normal/Normal

    Trofi otot lidah Eutrofi/Eutrofi

    Fasikulasi Lidah -/-

    Pemeriksaan Motorik

    G B B K 5/5/5 5/5/5 Tn N N

    B B 5/5/5 5/5/5 N N

    RF + + RP - - Tr Eu Eu

    + + - - Eu Eu

    Cl - -

    - -

  • 17

    Pemeriksaan Sensibilitas

    Sensibilitas taktil ekstremitas atas: normal

    Sensibilitas taktil ekstremitas bawah: normal

    Pemeriksaan Fungsi Vegetatif

    Miksi : Volume BAK sedikit, nyeri saat BAK (-)

    Defekasi : BAB (-) 2 hari

    Pemeriksaan Skala Nyeri (VAS)

    Pemeriksaan khusus

    Posisi terlentang :

    - Test Lasegue : -/-

    - Test Cross Lasegue : -/-

    - Test Naffziger : -/-

    - Test Valsava : -/-

    - Test Doorbell : -/-

    Posisi telungkup

    - Nyeri tekan otot paravertebral: -

    Posisi duduk :

    - Nyeri ketok CVA : -/-

    H. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

    Hematologi

    Hemoglobin 11,4 (L) 11,7-15,5 g/dl

    Leukosit 15,6 (H) 3,6-11,0 ribu

    Eritrosit 4,23 (L) 3,8-5,2 Juta

    Hematokrit 33,9 (L) 35-47 %

    Trombosit 291 150-400 Ribu

  • 18

    MCV 80,1 (L) 82-98

    MCH 27,0 27-32 Pg

    MCHC 33,8 32-37 g/dL

    RDW 15,6 10-16 %

    MPV 9,4 7-11 mikro m3

    Limfosit 0,50 (L) 1,0-4,5 10^3/mikro

    Monosit 0,17 (L) 0,2-1,0 10^3/mikro

    Eosinofil 0,03 0,04-0,8 10^3/mikro

    Basofil 0,05 0-0,2 10^3/mikro

    Neutrofil 14,85 (H) 1,8-7,5 10^3/mikro

    Limfosit% 3,2 (L) 25-40 %

    Monosit% 1,1 2-8 %

    Eosinofil% 0,2 (L) 2-4 %

    Basofil% 0,3 0-1 %

    Neutrofil% 95,2 (H) 50-70 %

    PCT 0,273 0,2-0,5 %

    PDW 9,7 10-18 %

    Kimia Klinik

    Glukosa Sewaktu 188 (H) 74-106 mg/dL

    SGOT 144 (H) 0-35 IU/L

    SGPT 96 (H) 0-35 IU/L

    Ureum 51 (H) 10-50 mg/dL

    Kreatinin 1,51 (H) 0,45-0,75 mg/dL

    Asam Urat 10,11 (H) 2-7 mg/dL

    Cholesterol 336 (H) =240 Risiko tinggi

    mg/dL

    Trigliserida 309 (H) 70 – 140 mg/dL

  • 19

    Rontgen Vertebrae Lumbosakral AP/Lat

    I. Diskusi Kedua

    Pada pemeriksaan fisik saat pasien ditemui memiliki status generalisata yang baik,

    dan tidak ditemukan kelainan pada motorik pasien. Pasien dapat menggerakan

    ekstremitas bawah sesuai instruksi pemeriksa dan memiliki kemampuan sensorik yang

    baik.

    Pada pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien adalah 120/80 mmHg dalam batas

    normal, nadi 98x/menit dengan irama regular dan isi cukup, laju nafas 20x/mnt dalam

    batas normal, suhu 36.6 derajat (afebris), dan saturasi dalam keadaan baik.

    Berdasarkan kesan dari foto rontgen vertebra lumbosakral posisi anteroposterior dan

    lateral, pasien terbukti memiliki kompresi wedging pada VL 1, spondylosis lumbalis,

    penyempitan diskus intervertebralis Vth12 – L1 dan sakralisasi. Adanya kompresi

    wedging pada VL 1 menyebabkan pasien mengalami nyeri punggung bawah. Sementara

    pada penyempitan diskus intervertebralis Vth12 – L1, diskus dapat menonjol dan

    mengiritasi dural dari nerve root sekitarnya sehingga dapat juga menyebabkan nyeri pada

    punggang bagian bawah.

    J. Diagnosis Akhir

    • Diagnosis klinik : Nyeri punggung bawah akut

    • Diagnosis topik : Radikuloneuropati setinggi level Vth12 – L1

    • Diagnosis etiologi : Bilateral radikuloneuropati entrapment traumatika

    Kesan:

    • Kompresi wedging VL 1 (R, trauma)

    • Spondilosis lumbalis

    • Penyempitan diskus intervertebralis

    Vth12 – L1

    • Tak tampak listesis

    • Sakralisasi VL 5

  • 20

    • Diagnosis tambahan : Leukositosis, hiperurisemia, hiperkolesterolemia,

    hipertrigliserida

    K. Penatalaksanaan

    • Medikamentosa

    - IVFD RL 20 tpm

    - Inj metilcobalamin 1x1

    - Inj Ketolorac 2x1

    - Inj Ranitidin 2x1

    - PO Diazepam 2x2

    • Non medikamentosa

    - Pemasangan korset

    • Planning

    - Medikamentosa:

    o Allopurinol 1x100

    o Fenofibrat 1x200

    - Non Medikamentosa:

    o MRI

    o ERMG

    L. Prognosis

    • Death : bonam

    • Disease : bonam

    • Disability : bonam

    • Discomfort : dubia ad bonam

    • Dissatisfaction : dubia ad bonam

    M. Diskusi ketiga

    • Mecobalamin 1 x 1

    Mecobalamin merupakan salah satu vitamin B12 yang paling aktif di daam tubuh.

    Vitamin B12 mempunyai efek antinosiseptif. Vitamin B12 mampu memperbaiki

    keluhan-keluhan somatik nyeri dan parestesi, serta mampu memperbaiki gejala-

  • 21

    gejala otonom. Studi Mauro dkk. Menunjukkan bahwa suplementasi mecobalamine

    1000 ug sekali sehari selama dua minggu dapat memperbaiki skala nyeri (VAS)

    maupun indeks kualitas hidup pasien LBP (low back pain) lebih bermakna

    dibandingkan plasebo.

    • Ketorolac 2 x 1

    Ketorolac merupakan salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).

    Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu

    penggunaan maksimal lima hari, untuk meredakan nyeri sedang sampai dengan

    berat. Pada kasus ini, ketorolac digunakan untuk meredakan nyeri yang dirasakan

    oleh pasien.

    • Ranitidin 2 x 1

    Diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping obat lain. Ranitidin

    merupakan suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat kerja

    histamine secara kompetitif pada reseptor H2 sehingga mengurangi sekresi asam

    lambung.

    • Diazepam 2 x 2

    Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi

    inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada

    sistem saraf pusat. Diazepam diberikan sebagai muscle relaxant pada kasus ini.

    N. Lampiran

    Tanggal Catatan

    11 Januari 2021 S Pasien masih merasakan nyeri punggung bawah (+)

    Kedua kaki pasien dapat bergerak bebas

    Kedua kaki terasa kebas (-), kesemutan (-)

    Perut bawah terasa kencang (+)

    BAK (-), BAB (-) 2 hari

    O Keadaan umum: sakit sedang

    Kesadaran: compos mentis

    Tanda vital:

    TD: 120/80 | SpO2: 98% | FN: 88 | RR: 20 | Suhu: 36,5˚C | Nilai

    VAS: 5

  • 22

    Abdomen:

    Region suprapubis distensi (+)

    Ekstremitas bawah:

    Motorik 5/5/5

    Sensibilitas taktil +/+/+

    A Bilateral radikuloneuropati entrapment traumatika

    P IVFD RL 20 tpm

    Inj metilcobalamin 1x1

    Inj Ketolorac 2x1

    Inj Ranitidin 2x1

    PO Diazepam 2x2

    Konsul rehab medik

    12 Januari 2021 S Nyeri punggung bawah (+) membaik

    Kedua kaki pasien dapat bergerak bebas

    Kedua kaki terasa kebas (-), kesemutan (-)

    Perut bawah terasa kencang (+) membaik

    BAK (+) sedikit-sedikit, BAB (-) 3 hari

    O Keadaan umum: sakit ringan

    Kesadaran: compos mentis

    Tanda vital:

    TD: 130/80 | SpO2: 98% | FN: 98 | RR: 20 | Suhu: 36,6˚C | Nilai

    VAS: 3

    Abdomen:

    Region suprapubis distensi (+)

    Ekstremitas bawah:

    Motorik 5/5/5

    Sensibilitas taktil +/+/+

    A Bilateral radikuloneuropati entrapment traumatika

    P IVFD RL 20 tpm

    Inj metilcobalamin 1x1

    Inj Ketolorac 2x1

  • 23

    Inj Ranitidin 2x1

    PO Diazepam 2x2

    13 Januari 2021 S Nyeri punggung bawah (+) membaik

    Kedua kaki pasien dapat bergerak bebas

    Pasien mulai bisa berbaring menyamping

    Kedua kaki kebas (-), kesemutan (-)

    Perut bawah terasa kencang (+) membaik

    BAK (+), BAB (-) 4 hari

    O Keadaan umum: sakit ringan

    Kesadaran: compos mentis

    TD: 120/80 | SpO2: 99% | FN: 78 | RR: 20 | Suhu: 36,7˚C | Nilai

    VAS: 3

    Abdomen:

    Region suprapubis distensi (+)

    Ekstremitas bawah:

    Motorik 5/5/5

    Sensibilitas taktil +/+/+

    A Bilateral radikuloneuropati entrapment traumatika

    P IVFD RL 20 tpm

    Inj metilcobalamin 1x1

    Inj Ketolorac 2x1

    Inj Ranitidin 2x1

    PO Diazepam 2x2

    Jawaban konsul rehab medik → korset

    Rencana besok BLPL

    14 Januari 2021 S Nyeri punggung bawah (+) membaik

    Kedua kaki pasien dapat bergerak bebas

    Pasien mulai bisa berbaring menyamping

    Kedua kaki terasa kebas (-), kesemutan (-)

    Perut bawah terasa kencang (+) membaik

    BAK (+), BAB (-) 5 hari

  • 24

    O Keadaan umum: sakit ringan

    Kesadaran: compos mentis

    TD: 130/80 | SpO2: 99% | FN: 81 | RR: 20 | Suhu: 36,4˚C | Nilai

    VAS: 3

    Abdomen:

    Region suprapubis distensi (+) Membaik

    Ekstremitas bawah:

    Motorik 5/5/5

    Sensibilitas taktil +/+/+

    A Bilateral radikuloneuropati entrapment traumatika

    P IVFD RL 20 tpm

    Inj metilcobalamin 1x1

    Inj Ketolorac 2x1

    Inj Ranitidin 2x1

    PO Diazepam 2x2

    BLPL.

    Obat pulang:

    - Nortritis 1x1

    - Omeprazole 1x1

    - lapibal 2x500

    - Diazepam 2x2

    Non medikamentosa:

    - Pemasangan Korsset

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Bahrudin, M. (2018) ‘Patofisiologi Nyeri (Pain)’, Saintika Medika, 13(1), p. 7. doi:

    10.22219/sm.v13i1.5449.

    Casser, H. R., Seddigh, S. and Rauschmann, M. (2016) ‘Akuter lumbaler Rückenschmerz:

    Diagnostik, differenzialdiagnostik und therapie’, Deutsches Arzteblatt International,

    113(13), pp. 223–233. doi: 10.3238/arztebl.2016.0223.

    Duthey, B. (2013) ‘Background Paper 6.24 Low back pain’.

    Hamdan, T. A. and Saeed, M. A. M. (2002) ‘Non-spondylogenic low back pain’, Basrah

    Journal of Surgery.

    Hayashi, Y. (2004) ‘Classification , Diagnosis , and Treatment of Low Back Pain’, The

    Journal of the Japan Medical Association, 47(5), pp. 227–233.

    Litwic, A. et al. (2013) ‘Epidemiology and burden of osteoarthritis’, British Medical Bulletin,

    105(1), pp. 185–199. doi: 10.1093/bmb/lds038.

    McCaffery, M. and Beebe, A. (1989) Pain: Clinical Manual for Nursing Practice. The

    University of Michigan: Mosby. Available at:

    https://books.google.co.id/books?id=95BtAAAAMAAJ.

    Paliyama, M. J. (2004) ‘Perbandingan Efek Terapi Arus Interfensi dengan TENS dalam

    pengurangan nyeri pada penderita Nyeri Punggung Bawah Muskuloskeletal’, pp. 16–

    17.

    Salter, R. B. (1999) Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System: An

    Introduction to Orthopaedics, Fractures, and Joint Injuries, Rheumatology, Metabolic

    Bone Disease, and Rehabilitation. Williams & Wilkins. Available at:

    https://books.google.co.id/books?id=oa6fDFuX-I8C.

    Schliep, K. C. et al. (2015) ‘Pain typology and incident endometriosis’, Human

    Reproduction, 30(10), pp. 2427–2438. doi: 10.1093/humrep/dev147.

    Solomon, L., Warwick, D. and Nayagam, S. (2012) Apley’s System of Orthopaedics and

    Fractures. 9th edn. Boca Raton: CRC Press.

    R, Baron., A, Binder., N, Attal., R, Casale., A.H., Dickenson. and R-D, Treede., 2016.

    Neuropathic Low Back Pain in Clinical Practice. European Journal of Pain, 20, pp.861

    - 837.