39
LAPORAN PBL SISTEM INDRA KHUSUS MODUL GATAL Tutor : dr. Kartono Ichwani, SpBK Kelompok 6 : - Aisyah Aftita K (2012730005) - Claudea Irene (2012730022) - Erlisa Azizatul (2012730033) - Faisal Muhammad (2012730038) - Lara Meiza A (2012730056) - Novan Fachrudin (2012730070) - Riadhus Machfud (2012730083) - Robi Fahlepi (2012730092) - Yuka Puspita (2012730110) - Eliya Nurhasanah (2009730017) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

  • Upload
    aisyah

  • View
    230

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan ss

Citation preview

Page 1: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

LAPORAN PBL SISTEM INDRA KHUSUS

MODUL GATAL

Tutor :

dr. Kartono Ichwani, SpBK

Kelompok 6 :

- Aisyah Aftita K (2012730005)

- Claudea Irene (2012730022)

- Erlisa Azizatul (2012730033)

- Faisal Muhammad (2012730038)

- Lara Meiza A (2012730056)

- Novan Fachrudin (2012730070)

- Riadhus Machfud (2012730083)

- Robi Fahlepi (2012730092)

- Yuka Puspita (2012730110)

- Eliya Nurhasanah (2009730017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2014

Page 2: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan. Laporan ini dibuat dengan maksud untuk melengkapi tugas Sistem Indra

Khusus modul Gatal. Penulis mengetahui dan memahami bahwa dalam pembuatan laporan

ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan di masa

yang akan datang.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terima kasih

kepada Allah SWT, orang tua, tutor pembimbing yaitu dr. Tirta Prawita Sari,MSc,SpGK dan

semua teman mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta prodi kedokteran

angkatan 2012. Pada akhirnya penulis berharap laporan ini bisa menjadi tulisan yang

bermanfaat untuk diri penulis sendiri maupun untuk para pembaca.

Jakarta, 14 November 2014

Penulis

1

Page 3: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................3

1.2 Tujuan Pembelajaran.................................................................................................................3

1.3 Skenario.....................................................................................................................................3

1.4 Kata sulit....................................................................................................................................3

1.5 Kata/kalimat kunci.....................................................................................................................4

1.6 Mind Map..................................................................................................................................4

1.7 Pertanyaan.................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................6

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28

2

Page 4: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gatal (Pruritus) adalah suatu sensasi tidak nyaman pada kulit yang terasa seolah-olah

ada sesuatu yang merayap di kulit dan membuat seseorang ingin menggaruk daerah

yang terkena. Gatal bisa disebabkan oleh suatu penyakit kulit maupun penyakit

sistemik.

1.2 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini,mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menyebutkan anatomi kulit

2. Menjelaskan histologi kulit

3. Menjelaskan fisiologi kulit

4. Menjelaskan patomekanisme terjadinya gatal

5. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala gatal

6. Menjelaskan gambaran klinik yang menyertai penyakit-penyakit tersebut

7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit

8. Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita pada penyakit-

penyakit tersebut

9. Menjelaskan komplikasi lain dari penyakit-penyakit tersebut

10. Menjabarkan masalah keluhan gatal pada masyarakat

11. Menjelaskan promotif dan preventif penyakit dengan keluhan gatal

1.3 Skenario

Mahasiswa AB, 18 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal dan timbul

bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar badan, dan sering gatal pada

daerah-daerah tertentu, bila keadaan umum tidak stabil, dan stress. Disamping itu

dalam keluargapun kadang-kadang ada yang menderita gatal. Sering tidak mengikuti

kuliah seiring dengan bertambah beratnya gatal yang dirasakan terutama bila cuaca

dingin dan panas sekali. Sering menarik diri dalam pergaulan.

1.4 Kata sulit

-

3

Page 5: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

1.5 Kata/kalimat kunci

- AB 18 tahun

- Keluhan gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik

pada sebagian besar badan

- Sering gatal daerah-daerah tertentu,bila keadaan umum tidak

stabil dan stress

- Keluarga kadang-kadang ada yang menderita gatal

- Sering tidak ikut kuliah karena gatal bertambah berat saat cuaca

dingin dan panas sekali

- Sering menarik diri dalam pergaulan

1.6 Mind Map

1.7 Pertanyaan

1. Jelaskan anatomi dan histologi kulit !

2. Jelaskan fisiologi kulit !

4

AB 18 tahunAnamnesis : Gatal” timbul kemerahan

disertai sisik, keluarga ada yang menderita

gatal,berat jika cuaca dingin dan panas sekaliDD

Pemeriksaan penunjang

WD

Penatalaksanaan

Komplikasi,Preventif,Prognosis

Page 6: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

3. Jelaskan jenis efloresensi kulit !

4. Jelaskan mekanisme gatal disertai bercak kemerahan dan timbul sisik !

5. Jelaskan hubungan gatal dengan keadaan tidak stabil dan stress disertai hubungan

riwayat penyakit keluarga dengan pasien pada skenario !

6. Jelaskan penyakit yang dapat menyebabkan gatal !

7. Jelaskan alur diagnosis pada skenario !

8. DD 1 (Psokoriasis)

9. DD 2 ( Pitiriasis rosea)

10. DD 3 ( Dermatitis seboroik)

11. Jelaskan penanganan pertama dan tindakan preventif dan promotif pada kasus di

skenario !

5

Page 7: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

BAB II PEMBAHASAN

Anatomi dan histologi kulit

• Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :

▫ Lapisan epidermis/ kutikel

Stratum korneum / lapisan tanduk

Stratum lusidum

Stratum granulosum / lapisan keratohialin

Stratum spinosum / stratum malphigi / pickle cell layer

Stratum basale

▫ Lapisan dermis/ korium, kutis vera, true skin

Pars papilare

Pars retikulare

▫ Lapisan subkutis/ hipodermis

*Lapisan epidermis/ kutikel

STRATUM KORNEUM/LAP TANDUK

• Lapisan kulit yang paling luar

• Terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati

6

Page 8: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

• Tidak berinti

• Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin/zat tanduk

• Terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin

STRATUM LUSIDUM

• Terdapat langsung di bawah lapisan korneum

• Lapisan sel terang

• Lapisan sel gepeng tanpa inti

• Protoplasma yang berubah menjadi protein (elerdin)

• Hanya ada pada kulit yang tebal, tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki

STRATUM GRANULOSUM/ LAPISAN KERATOHIALIN

• Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng

• Grainy (lapisan bulir padi)

• Sitoplasma berbutir kasar (keratohialin), terdapat inti diantaranya.

• Juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

STRATUM SPINOSUM/ STRATUM MALPHIGI/ PICKLE CELL LAYER

• Terdiri dari 5-8 lapisan

• Lapisan yang paling tebal (0,2 mm)

• Sel berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

• Terdapat sel langerhans

• Lapisan ini memproduksi keratin

• Keratin merupakan protein yang tidak larut air – menjaga kelembaban kulit

STRATUM BASALE

• Lapisan epidermis yang paling dalam, berkontak dengan dermis

• Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus/kolumnar

• Terdiri dari sel pembentuk melanin yang mengandung pigmen.

• Sel-sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif

Lapisan Dermis

▫ Terdiri dari 2 bagian :

Pars Papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pemb darah

Pars Retikulare : banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut,

pemb darah, saraf, kolagen.

7

Page 9: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Pada lapisan dermis :

▫ Berisi 3 jenis jaringan : Kolagen dan serat elastis, Otot, Saraf

▫ Mendapat suplai darah dan saraf

▫ Lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis.

▫ Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri.

▫ Lap subkutis/ hipodermis

• Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel

lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang

berfungsi sebagai cadangan makanan. Dalam lapisan ini terdapat ujung-ujung

saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening

Melanocyte

• Mampu memproduksi pigmen coklat, melanin

• Melanin dapat menyerap sinar ultraviolet (UV)

• Sinar UV light berisi energi tinggi foton yang dapat merusak DNA – mutasi

• Melanin dapat mencegah kerusakan DNA, membantu mencegah kanker kulit

Adneksa kulit

1.Kelenjar kulit :

a. Kelenjar keringat (Glandula

sudorifera)

b. Kelenjar palit/minyak(Gl.Sebasea )

2 KUKU

3 RAMBUT.

4.Organ sensoris: adanya ujung saraf sensoris di dermis dan sub kutis.

STRUKTUR ASESORIS KULIT

Kelenjar pada Kulit

8

Page 10: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

• Terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus/ kelenjar minyak

• Kelenjar keringat terbagi atas :

Kelenjar Ekrin

Kelenjar apokrin

Kelenjar ekrin

• Kelenjar kecil-kecil, letaknya dangkal, di lapisan dermis, bermuara di

permukaan kulit.

• Sekret encer ± 1,5 lt/24 jam

• Udara panas dan kering, ± 6 lt/24 jam

• Sekresi kelenjar ekrin dipengaruhi oleh stres emosional, faktor paanas dan

saraf simpatis

• Fungsinya untuk pengeluaran keringat, pengaturan suhu tubuh

Kelenjar apokrin

• Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental

• Banyak terdapat pada axila, areola mamae, pubis, dan saluran telinga luar

• Fungsi belum jelas

Kelenjar sebasea (kelenjar minyak)

• Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali di telapak tangan dan kaki

• Terletak di samping akar rambut, bermuara pada folikel rambut

• Fungsi : memberi lapisan lemak, bakteriostatik, menahan evaporasi

• Masa remaja kelenjar sabasea lebih produktif

Organ-organ sensoris

- Badan badan Ruffini : rangsangan panas

9

Page 11: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

- Badan badan Krause : rangsangan dingin

- Badan badan Meissner: rangsangan raba kuat/dalam

- Badan badan Merkel Ranvier untuk: rangsangan raba halus

- Badan badan Vater paccini : untuk tekanan

Fisiologi kulit

o Fungsi Proteksi

Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat

melindungi tubuh dari gangguan :

- fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

- kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

- panas : radiasi, sengatan sinar UV

- infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan

tanning (penggelapan kulit)

- Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.

- Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo

terhadap infeksi bakteri maupun jamur

- Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati

melepaskan diri secara teratur.

o Fungsi Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut

mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan

kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat

melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.

o Fungsi Eksresi

Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat,

dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari

ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada

waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.

o Fungsi Presepsi

10

Page 12: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih

banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

- Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas

- Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

- Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan

- Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan

- Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

o Fungsi Pengaturan suhu tubuh

Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)

pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang

baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi,

dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan

membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)

o Fungsi pembentukan pigmen

Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran

pigmen (melanosomes)

o Fungsi Keratinasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang

lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin

ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin

lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf.

Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap

infeksi secara mekanis fisiologik.

o Fungsi Pembentukan vitamin D

Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi

kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D

sistemik masih tetap diperlukan.

Jenis efloresensi

Menurut PRAKKEN (1966)

• Efloresensi primer

• Efloresensi sekunder

• Efloresensi primer dan sekunder

Menurut SIEMENS (1958):

11

Page 13: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

• Setinggi permukaan kulit

• Bentuk peralihan, tidak terbatas pada permukaan kulit

• Di atas permukaan kulit

• Bentuk peralihan, tidak terbatas pada satu lapisan saja

Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata

Plak (plaque) : peninggian permukaan kulit yang luas di atas level kulit

Nodul : massa padat sirkumskrip,terletak di kutan/subkutan, jika < 1 cm disebut

nodulus.

Vesicel : fluid-filled lesion (blister)< 0.5 cm diameter

Pustula: Vesicle yang berisi nanah

Bula : Vesikel yang berukuran lebih besar

Skuama : Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit

Erosi : Kehilangan jaringan kulit yang tidak melampaui stratum basal

Eksoriasi : bila garukan lebih dalam sampai ujung papil, terlihat darah dan serum

Krusta : Cairan badan yang mengering.Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik

maupun benda asing

Mekanisme gatal timbul bercak kemerahan

12

Page 14: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Hubungan gatal bertambah berat saat keadaan tidak stabil dan stress

Stress homeostasis gagal respon hormon

Hipotalamus CRH (hipofisis anterior)

ACTH

Glukokortikoid jika kadar banyak terisi efek pada sistem peradangan

(kortisol) Menekan peradangan dan imunitas kortisol menghambat sel darah putih

menghambat fungsi sel B dan T

Hubungan gatal bertambah berat bila cuaca panas dan dingin sekali

Ujung saraf bebas mekanoreseptif sangat peka dan tberadaptasi cepat dalam menerima

sinyal geli dan sensasi gatal. Ujung serabut saraf ini dapat dijumpai banyak sekali pada

lapisan superfisial kulit, yang juga merupakan satu-satunya jaringan yang biasanya dapat

menerima rangsangan gatal dan geli.

Sensasi ini dijalarkan melalui serabut saraf C yang sangat kecil dan bermielin seperti

serabut saraf yang dipaki untuk menjalarkan rasa nyeri tipe lambat, Reseptor ini hanya

dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrem.

Pada umumnya, sinyal suhu dijalarkan dalam jaras yang paralel dengan jaras untuk sinyal

nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam Traktus

13

Alergen

Sel mast dan basofil

Pelepasan mediator

peradangan

Gatal Permeabilitas

kapiler

Eritema

MEKANISME GATAL DAN KEMERAHAN

Page 15: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Lissauersebanyak beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir

terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis. Sama seperti untuk rasa nyeri.

Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal akan

dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi

berlawanan dan akan berakhir di area retikular batang otak dan kompleks ventrobasal

talamus. Beberapa sinyal suhu dari kompleks ventrobasal akan dipancarkan menuju

korteks somatosensorik serebri. Kemudian akan langsung berespon terhadap stimulus

panas atau dingin yaitu berupa rasa gatal.

Bagaimana hubungan riwayat penyakit keluarga dengan gejala yang dialami saat

ini?

Salah satu etiologi dari gejala dari penyakit pada skenario yaitu faktor genetik terutama

secara autosomal dominan, meskipun cara penurunan penyakit ini belum dimengerti

sebelumnya.. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%,

sedangkan jika salah satu orangtuanya menderita psoriasis risikonya mencapai 34-39%.

Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :

1. Psoriasis tipe 1 dengan awitan dini bersifat familial, berhubungan dengan antigen

leukosit HLA-B13,B17,Bw57 dan Cw6. Hal ini meningkat 4x lipat pada penderita

psoriasis.

2. Psoriasis tipe 2 dengan awitan lambat bersifat nonfamilial, berkaitan dengan HLA -

B27 dan Cw2.

Penyakit – penyakit yang dapat menyebabkan gatal

Dermatitis Eritroskuamosa

o Psoriasis

o Parapsoriasis

o Pitiriasis rosea

o Eritroderma

o Dermatitis seboroik

o Lupus eritematosus

o Dermatofitosis

Dermatitis

o Dermatitis Kontak

14

Page 16: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

o Dermatitis Atopik

o Neurodermatitis Sirkumskripta

o Dermatitis Numularis

o Dermatitis Statis

• Eritroderma : Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis

(90% -100%) biasanya disertai skuama.

• Dermatitis numularis : Lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas

tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah dan basah

• Dermatitis statis : Dermatitis sekunder akibat insufiensi kronik vena (hipertensi vena)

tungkai bawah

• Neurodermatitis : Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit

tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu akibat

garukan atau gosokan yang berulang2

Alur diagnosis

o Anamnesis

o Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Palpasi

Tes sensitivitas

o Pemeriksaan penunjang

Lampu wood

Kerokan / guntingan

Biopsi kulit

Tes tempel

PSORIASIS

15

Page 17: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Psoriasis : Penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai

dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-

lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Ausitz, dan Kobner.

Epidemiologi : Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit

berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di

Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan,

demikian pula bangsa Indian di Amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak dibanding

dengan wanita.

Etiologi :

1. Genetik

2. Imunologik

3. Stress psikis

4. Infeksi fokal

5. Trauma

6. Endokrin dan gangguan metabolik

7. Obat-obatan

8. Alkohol

9. perokok

Manifestasi klinis :

1. Gatal ringan, di tempat predileksi: skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,

ekstremitas ekstensor terutama siku, lutut dan daerah lumbosakral

2. Kelainan kulit berupa eritema yang meninggi (plak) dengan skuama berlapism kasar

dan berwarna putih.

Bentuk klinis :

1. Psoriasis vulgaris

16

Page 18: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

2. Psoriasis gutata

3. Psoriasis inversa (fleksural)

4. Psoriasis eksudativa

5. Psoriasis seboroik (seboriasis)

6. Psoriasis pustulosa

• Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber)

• Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)

7. Eritroderma psoriatik

Diagnosis :

1. Gambaran klinis

2. Histopatologi: parakeratosis dan akantosis, di stratum spinosum terdapat abses Munro

3. Fenomena lilin

4. Fenomena Auspitz

5. Fenomena Koebner

Terapi :

Pengobatan sistemik :

Pengobatan sistemik: Kortikosteroid

Obat sitostatik

Levodopa

DDS (diaminodifenilsulfon)

Etretinat dan asitresin

Siklosporin

Terapi biologik

17

Page 19: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Pengobatan topikal :

Preparat ter

Ditranol

Pengobatan dengan penyinaran

Calcipotriol

Tazaroten

Emolien

PITIRIASIS ROSEA

Pitiriasis Rosea : Penyakit kulit ringan dan dapat sembuh sendiri. Lesi berupa makula,

papula eritematus berbentuk oval tertutup skuama tipis, sumbu sejajar pelipatan kulit.

Epidemiologi dan etiologi :

Etiologi : tidak diketahui

Umur : Menyerang semua umur terutama usia 15-40 tahun

Jenis kelamin : Frekuensi yang sama pria dan wanita

Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit :

Bangsa : tidak mengenal ras dan etnik

Musim/iklim : Banyak pada musim hujan

Higiene : Tidak berpengaruh

Keturunan : Tidak berpengaruh

Lingkungan : Lebih sering pada cuaca dingin

Manifestasi Klinis :

Gatal ringan-sedang

Lesi pertama ( Herald Patch ) : umumnya dibadan, solitary, berbentuk oval dan anula,

kira-kira 3 cm

Makula berbentuk bulat lonjong,tepi meninggi, lekat pada tepi

Lesi timbul serentak dan atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada

badan,lengan atas bagian proksimal dan paha atas

18

Page 20: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Didahului gejala prodromal ringan seperti badan lemah, sakit kepala dan sakit

tenggorokan

Pemeriksaan kulit :

Lokalisasi : Dapat tersebar di seluruh tubuh,terutama pada tempat yang tertutup

pakaian.

Efloresensi/sifat-sifatnya : Makula eritroskuamosa anular dan solitar,bentuk lonjong

dengan tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik, agak

berkeringat. Sumbu panjang lesi sesuai dengan garis lipatan kulit dan kadang-kadang

menyerupai gambaran pohon cemara. Lesi inisial (herald patch=medallion) biasanya

solitar,bentuk oval,anular, berdiameter 2-6 cm. Jarang terdapat lebih dari 1 herald

patch.

Gambaran histopatologi :

Tidak spesifik. Pada epidermis ditemukan spongiosis dan vesikel di atas lapisan

malpigi dan subkornea, di samping itu terdapat juga parakeratosis.

Pemeriksaan penunjang :

Karena dapat menyerupai sifilis stadium II, perlu dilakukan pemeriksaan serologis.

Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10 %

Diagnosis Banding :

Dermatitis seboroika : Biasanya gatal; lesi eritematosa difus yang ditutupi skuama

halus/kasar.

Tinea korporis : Biasanya bulat,polisiklis dan pinggirnya tampak aktif.

Sifilis stadium II : Biasanya berupa eritema ditutupi oleh skuama berwarna coklat

lembaga.

Penatalaksanaan :

Sistemik : Anti gatal (antihistamin) seperti klotrime 3x1 tab

Roborantia (vitamin B12) 1000 mg/hari

Topikal : Bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2% atau mentol 1%

19

Page 21: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Prognosis :

Baik karena dapat sembuh dengan spontan biasanya dalam waktu 6 minggu.

DERMATITIS SEBOROIK

Dermatitis seboroik adalah papuloskuamosa kronis pada area yang banyak mengandung

kelenjar minyak (sabasea)

Epidemiologi :

Penyakit ini banyak ditemukan pada balita, remaja dan orang dewasa. Ditemukan lebih

pada laki-laki dibanding wanita.

Etiologi :

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya Jamur Malassezia

(Pityrosporum ovale), kelainan imunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan

kerentasan pasien.

Manifestasi klinis :

Klasifikasi berdasarkan usia :

Remaja dan dewasa

1. Skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada

lipatan nasolabial atau pada belakang telinga

2. Scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat

stress atau kurang tidur

Bayi

1. Skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap)

2. Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning

3. Terkait dengan defisiensi imun

4. Gejala timbul pada minggu ke 3-4

Pemeriksaan penunjang :

Histopatologi

Dermatitis seboroik akut dan sub akut ditemukan infiltrat perivaskuler supervisial dari

limfosit dab histiosit jarang, spongiosis ringan sampai sedang, hiperplasia

psoriasiform ringan, terdapat neutrofil pada ujung ostia folikuler

Dermatitis kronik dijumpai kapiler dan vena kecil yang berdilatasi pada pleksus

superfisial

20

Page 22: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Terapi :

Perhatikan faktor predisposisi ( stress emosional dan kurang tidur, diet, kebersihan)

Terapi sistemik

① Antihistamin H1

② Kortikosteroid oral

③ Antibiotik

④ Antijamur

Prognosis :

Baik bila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan. Tetapi penyakit ini sukar untuk

disembuhkan meskipun terkontrol.

Penanganan pertama dan tindakan preventif pada kasus di skenario !

A. PENANGANAN PERTAMA

Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis

sambil berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus

a. PengobatanTopikal

Preparat Ter

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya

adalah anti radang.Preparat ter berguna pada keadaan bila obat-obat oral

merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.Menurut

asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :

Fosil, misalnya iktiol.

Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.

Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter

batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan

memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang menahun

lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara,sebaliknyapsoriasis

akut dipilih ter dari kayu.Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %.

21

Page 23: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 %

dan sulfur presipitatum 3-5 %.

Kortikosteroid

Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara,

yaitu:

Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.

Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi

seluler.

Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit

memegang peranan dan steroid topikal dapat menurunkan

inflamasi.

Fluorinate triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk

kebanyakan kasus psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5%

harus digunakan pada fase akut dan sebagai pengobatan

maintenance.Kortikosteroid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan

krim, serta ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi

efek samping. Efek samping berupa atrofi, erupsi akneformis, striae,

telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal. Kadang-

kadang pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic

pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level

serum kortisol. 

Ditranol (antralin)

Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat,

menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA

nukleus. Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata. Kekurangannya

adalah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya

02-0,8 % dalam pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam

sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3 minggu.

Calcipotriol

Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat

proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi

terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya

22

Page 24: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

berupa salep atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni

rasa terbakar dan tersengat, dapat pula terlihat eritema dan skuamasi. Rasa

tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan. 

Tazaroten

Merupakan molekul retinoid acetilinat topikal, efeknya menghambat

proliferasi dan normalisasi pertanda differensiasi keratinosit dan

menghambat pertanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi

kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan

0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat

akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya

ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga

bersifat fotosensitif. 

Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh

(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep

dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien

dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien

sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis. 

b. PengobatanSistemik

Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada

Psoriasis Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe

Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2

mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik,

dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan.

Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan

dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata. 

Sitostatik

Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX).

Indikasinya ialah untuk Psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis

dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan

obat. Yang diberikan dengan dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan

istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu

dan 50 mg tiap minggu berikutnya. Dapat pula diberikan intramuskular 25

23

Page 25: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.  Kerja metotreksat

adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat

reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada

epidermis. Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali

lebih efektif dalam menghambat proliferasi sel-sel

limfoid.Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem

hematopoietik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis),

ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek samping metotreksat

berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi tuberkulosis,

nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar,

dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis

ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan

perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia,

trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis

portal dan sirosis hepatik.

DDS

DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis

Pustulosa tipe Barber dengan dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah

anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.

Etretinat (tegison, tigason)

Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi

psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek

sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula

digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid yaitu mengatur

pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya

dapat menetralkan stadium hiperproliferasi.Pada psoriasis obat tersebut

mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.

Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti menghambat

netrofil.Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan

1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi

1½ mg/kgbb/hari.Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering,

selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut,

cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah,

gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan

24

Page 26: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah

obat dihentikan.

Asitretin (neotigason)

Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai

monoterapi sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular. Efek

sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu

paruh eliminasinya hanya 2-4 hari, dibandingkan dengan etretinat yang

lebih dari 100-120 hari.2,6,8Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih

menjanjikan untuk penderita anak-anak dan wanita usia produktif.

Siklosporin A

Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya

ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat nefrotoksik dan

hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi

gingiva, serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya

setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

Eritromisin

Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil

dan biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi

streptokokus dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur

tenggorokan.

c. Fototerapi

Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat

digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan

penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika

berlebihan maka akan memperparah psoriasis.Karena itu, digunakan sinar

ulraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar

tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen

(8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama

dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.

PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi

yang lain.Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi

efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran

ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.

Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.Efek

25

Page 27: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

samping dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala. Adapun

kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA

masih kontroversial.

B. PENCEGAHAN

Kurangi stress emotional

Hindari obat-obatan

Hindari alkohol dan rokok

Gunakan pelembab pada cuaca dingin

Mandi setiap hari

Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan

26

Page 28: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

BAB III KESIMPULAN

Menurut kelompok kami berdasarkan gejala yang dikeluhkan pasien yaitu keluhan

gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar badan,

dan sering gatal pada daerah-daerah tertentu, keadaan umum tidak stabil, dan stress.

Dikeluarga ada yang menderita gatal serta keluhan bertambah beratnya terutama bila

cuaca dingin dan panas sekali,maka kelompok kami menyimpulkan pasien menderita

Psoriasis, namun untuk memperjelas diagnosis kelompok kami,kami membutuhkan

adanya pemeriksaan penunjang untuk memastikannya.

27

Page 29: Laporan Pbl Sistem Indra Khusus Modul 3

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi dkk. 2008. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

28