10
 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN DISFAGIA A. Pengertian Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan. B. Etiologi Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang ber usia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang  biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan  pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, CT scan, dan MRI. C. Patofisiologi (Pathway) Klasifikasi Disfagia. Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu : Disfagia orofaring (atau transfer dysphagia) dan disfagia esofagus. 1. Disfagia orofaring Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis, oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obat- obatan(sedatif, antikejang, antihistamin). Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan, termasuk ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol

Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    1/10

    1

    LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN DISFAGIA

    A. PengertianDisfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan

    menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena

    adanya kelainan di tenggorokan.

    B. EtiologiDisfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses

    menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari

    kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah

    dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut,

    dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang

    lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk

    keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson,

    multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme

    esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan

    esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang

    biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

    pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium,

    CT scan, dan MRI.

    C. Patofisiologi (Pathway)Klasifikasi Disfagia. Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu :

    Disfagia orofaring (atau transfer dysphagia) dan disfagia esofagus.

    1. Disfagia orofaringDisfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus,

    dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis,

    oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia,

    masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi,

    meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obat-

    obatan(sedatif, antikejang, antihistamin). Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan

    menelan, termasuk ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran

    meletakkan makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    2/10

    2

    makanan dan air liur di dalam mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan

    tersedak saat menelan, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya,

    perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang, perubahan suara (suara basah),

    regurgitasi nasal (1,2). Setelah pemeriksaan, dapat dilakukan pengobatan dengan

    teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi diet, modifikasi lingkungan,

    oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan pembedahan (1) . Bila

    tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi, atau

    dehidrasi (1).

    2. Disfagia esofagusDisfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esofagus

    bagian bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus,

    keganasan esofagus, esophageal rings and webs, akhalasia, skleroderma, kelainan

    motilitas spastik termasuk spasme esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus

    nonspesifik (1). Makanan biasanya tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan

    akan berada setinggi suprasternal notch atau di belakang sternum sebagai lokasi

    obstruksi, regurgitasi oral atau faringeal, perubahan kebiasaan makan, dan

    pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan padat dan cair,

    kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas. Bila pada awalnya pasien

    mengalami disfagia makanan padat, tetapi selanjutnya disertai disfagia makanan

    cair, maka kemungkinan besar merupakan suatu obstruksi mekanik. Setelah dapat

    dibedakan antara masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting untuk

    memperhatikan apakah disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas

    sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau kelainan motilitas

    esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat disebabkan skleroderma

    atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu hati yang kronis, regurgitasi,

    masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia mekanik sementara dapat

    disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan

    oleh striktur esofagus atau keganasan esofagus (1). Bila sudah dapat disimpulkan

    bahwa kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah

    dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium

    harus dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi.

    Bila dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya dilakukan

    manometri untuk menegakkan diagnosa akhalasia. Bila dicurigai adanya striktur

    esofagus, maka dilakukan endoskopi. Bila tidak dicurigai adanya kelainan-

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    3/10

    3

    kelainan seperti di atas, maka endoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum

    pemeriksaan barium. Endoskopi yang normal, harus dilanjutkan dengan

    manometri; dan bila manometri juga normal, maka diagnosanya adalah disfagia

    fungsional (1) . Foto thorax merupakan pemeriksaan sederhana untuk pneumonia.

    CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik mengenai adanya kelainan

    struktural, terutama bila digunakan untuk mengevaluasi pasien disfagia yang

    sebabnya dicurigai karena kelainan sistem saraf pusat (2) . Setelah diketahui

    diagnosanya, penderita biasanya dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru,

    atau Onkologi, tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga

    diperlukan, karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet

    DISFAGIA

    DISFAGIA OROFARINGE :

    kesulitan mulai menelan

    disertai, batuk,

    tersedakregurgitasi nasal

    VIDEOESOFAGRAM

    OBSTRUKSI

    ANATOMIK

    VIDEOESOFAGRAM

    MANOMETRI

    DISFAGIA ESOFAGUS :

    makanan berhenti atau macet

    setelah ditelan

    KarsinomaStruktur

    ABNORMALITAS

    FUNGSIONAL

    Akalasia

    MANOMETRI

    SKINTIGRAFI

    ENDOSKOPI

    BIOPSI

    Cincin Gangguan

    motilitas

    Skleroderm

    a

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    4/10

    4

    Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna :

    Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :

    a. Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal(penekanan dari luar lumen esofagus)

    b. .kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai darikelainan korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai

    neurosensori-muskular.

    c. Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :

    a. Transfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di faseoral dan faringeal.

    b. Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baikprimer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.

    c. Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faringdan esofagus

    Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :

    a. Disfagia gangguan fase oralb. Disfagia gangguan fase faringealc. Disfagia gangguan fase esofageal

    Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi :

    a. Kelainan kongenital (K)b. Inflamasi/radang (R)c. trauma (T)d. Benda asing (B)e. Neoplasma (N)f. Psikis (P)g. kelainan endokrin (E)h. kelainan kardio vaskuler (KV)i. kelainan neurologi/saraf (S)

    j. Penyakit degeneratif (D)k. Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I)

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    5/10

    5

    D. Tanda dan gejala

    Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang

    berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia

    berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam

    proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat

    dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah

    dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut,

    dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang

    lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasukkeganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson,

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    6/10

    6

    multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme

    esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan

    esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang

    biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

    pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium,

    CT scan, dan MRI.

    E. PengkajianSelama pemeriksaan fisik, mencari mekanisme oral-motor dan laring.

    Pengujian n.V tengkorak dan n.VII-XII sangat penting untuk menentukan

    apakah bukti fisik disfagia orofaringeal ada Pengamatan langsung penutupan bibir,

    penutupan rahang, mengunyah dan pengunyahan, mobilitas lidah dan kekuatan,

    elevasi palatal dan laring, air liur, dan kepekaan oral diperlukan. Periksa tingkat

    kewaspadaan dan status kognitif pasien, karena dapat berdampak pada keselamatan

    menelan dan kemampuan untuk belajar langkah-langkah kompensasi.

    Disfonia dan disartria adalah tanda-tanda disfungsi motor struktur yang

    terlibat dalam mulut dan faring menelan. Periksa rongga mulut dan faring untuk

    integritas mukosa dan gigi. Periksa langit-langit lunak untuk posisi dan kesimetrisan

    selama fonasi dan beristirahat. Evaluasi elevasi faring dengan menempatkan 2 jari di

    laring dan menilai 14 gerakan selama menelan volunter. Teknik ini membantu untuk

    mengidentifikasi ada atau tidak adanya hambatan mekanisme pelindung laring.

    Refleks muntah yang ditimbulkan oleh menyentuh mukosa faring dengan spatula

    lidah. Pengujian untuk refleks muntah sangat membantu, tetapi tidak adanya refleks

    muntah tidak selalu menunjukkan bahwa pasien tidak mampu menelan dengan aman.

    Memang, banyak orang dengan tidak ada refleks muntah memiliki kemampuan

    menelan yang normal, dan beberapa pasien dengan disfagia memiliki refleks muntah

    yang normal. Auskultasi servikal menjadi bagian dari evaluasi klinis pasien disfagia.

    Menilai kekuatan dan kejelasan suara, waktu episode apneic, dan kecepatan menelan.

    Menilai fungsi pernafasan juga sangat penting. Jika kekuatan pernapasan batuk atau

    kliring tenggorokan tidak memadai, risiko aspirasi meningkat. Langkah terakhir

    dalam pemeriksaan fisik adalah pengamatan langsung dari tindakan menelan.

    Minimal, menonton pasien sementara dia minum air. Jika memungkinkan, menilai

    makan pasien berbagai tekstur makanan. Sialorrhea, inisiasi menelan tertunda, batuk,

    atau kualitas suara serak basah atau mungkin menunjukkan masalah. Setelah menelan,

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    7/10

    7

    mengamati pasien selama 1 menit atau lebih untuk melihat apakah respon batuk

    tertunda hadir.

    F. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan fisik

    1. Keadaan umum pasien2. Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot

    lidah

    3. Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgnsentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara

    (keterlibatan laring)

    4. Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring,uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.

    5. Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf krania6. Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher,

    pembesaran KGB leher dan trauma

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan

    mekanik :

    Penunjang Kegunaan

    1. Barium Swallow (Esofagogram)2. CT Scan3. MRI4. Laringoskopi direk5. Esofagoskopi6. Endoskopi ultrasound

    a. Menilai anatomi dan fisiologi otot faring/esofagus, deteksisumbatan oleh karena tumor, struktur,web, akalasia,

    divertikulum

    b. Kelainan anatomi di kepala, leher dan dadac. Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses

    diotak

    d. Menilai keadaan dan pergerakan otot laringe. Menilai lumen esofagus, biopsi

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    8/10

    8

    f. Menilai lesi submukosa

    G. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,

    psikologis).

    2. Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidakadekuat dalam kemampuan menangani masalah

    3. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    ketidak mampuan untuk mencerna makanan.

    H. Intervensi keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,

    psikologis).

    a. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 1-10).b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan untuk menurunkan nyeri.c. Berikan makan sedikit demi sedikit namun sering sesuai indikasi untuk

    pasien

    d. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.e. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasiff. Berikan perawatan oral yang sering misalnya pijatan punggung,

    perubahan posisi.

    2. Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidakadekuat dalam kemampuan menangani masalah

    a. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut.b. Tentuka pemahaman situasi saat ini dan metode koping

    sebelumnya/yang lain terhadap masalah kehidupan.

    c. Berikan umpan balik positif untuk mengekspresikan kesadaranterhadap menyangkal kepada diri sendiri atau orang lain.

    d. Gunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping padakebutuha obat.

    e. Bantu klien untuk belajar/mendorong penggunaan keterampilanrelaksasi, bimbingan imajinasi, visualisasi.

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    9/10

    9

    3. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaringa. Inspeksi rongga oral dan perhatikan pada saliva, lidah, bibir, geligi dan

    gusi, memban mukosa.

    b. Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasienmelakukan penghisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa

    untuk mengalirkan sekresi.

    c. Berikan irigasi oral sesuai indikasi4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

    a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untukberpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari

    b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.Dorong ostirahat sebelum makan.

    c. Implementasikan tekhnik penghematan energi, contoh lebih baikduduk daripada berdiri

    5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganketidak mampuan untuk mencerna makanan

    a. Kaji status nutrisi secara continu, selama perawatan setiap hari,perhatika tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut,

    keinginan untuk makan/anoreksia

    b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan saat penerimaanc. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat

    kontrol infus sesuai kebutuhan . atur kecepatan pemberian perjam

    sesuai anjura.

    d. Jadwalkan aktifitas dengan istirahat. Tingakatkan tehnik relaksasi.

  • 5/28/2018 Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

    10/10

    10

    Daftar Pustaka :

    1. Soepardi A Efianty. Penatalaksanaan disfagia secara komprehensif. Acara ilmiah

    penglepasan purna tugas Prof Dr. Bambang.2002

    2. SS Bambang. Disfagia.Bronko-esofagologi.1994:40-49

    3. Bailey J Byron. Esophageal disorders.Head and neck surgery-

    Otolaringology.Vol.1.2.1998;56:781-801

    4. Alper MC, Myers EN, Eibling DE. Dysphagia. Decision making in ENT

    Disorders.2001;52:136-37

    5. Thaller SR, Granick MS, Myers EN. Disfagia. Diagram diagnostik penyekit THT.EGC

    1993;13:105-11