14
LAPORAN PENDAHULUAN SEKSIO CAESAREA A. Pengertian Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997). Seksio sesarea yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Seksio sesarea yaitu suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina untu melahirkan janin dari rahim (Mochtar, 1998). Jadi post sektio caesarea dengan CPD adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan janin melalui sayatan pada dinding uetrus dikarenakan ukuran kepala janin dan panggul ibu tidak sesuai. B. Etiologi Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut: 1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Laporan Pendahuluan Sc Tika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Sc Tika

LAPORAN PENDAHULUAN

SEKSIO CAESAREA

A. Pengertian

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran kepala

janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997).

Seksio sesarea yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram,

melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

Seksio sesarea yaitu suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut atau vagina untu melahirkan janin dari rahim (Mochtar,

1998).

Jadi post sektio caesarea dengan CPD adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan

janin melalui sayatan pada dinding uetrus dikarenakan ukuran kepala janin dan panggul ibu

tidak sesuai.

B. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres

dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat

diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai

dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan

secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang

membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika

akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul

patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga

harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk

rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

Page 2: Laporan Pendahuluan Sc Tika

2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh

kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-

eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling

penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu

mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan

ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil

aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

4. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar

memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain

itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit

untuk dilahirkan secara normal.

5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan

adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek

dan ibu sulit bernafas

6. Kelainan Letak Janin

a. Kelainan pada letak kepala

1) Letak kepala tengada

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang

paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil

atau mati, kerusakan dasar panggul.

2)  Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah

ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %

3) Presentasi dahi

Page 3: Laporan Pendahuluan Sc Tika

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap

paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah

menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

b. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala

difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis

letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi

bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

C. Macam-macam Sectio Caesacia

Tipe-tipe Caesaria yaitu (Oxorn , 1996)

1. Segmen bawah = insisi melintang

Insisi melintang segmen bawah uterus, merupakan prosedur pilihan, abdomen

dibukadan uterus disingkapkan. Lipatan vesica urino peritoneum yang terletak dekat

sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang : lipatan

ini dilepaskan dari segmen bawah dan sama-sama kandung kemih didorong serta ditarik

agar tidak menutupi lapang pandangan.

Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil luka insisi daerah

pembuluh darah uterus, kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak terbalik

insisi diektrasi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta

serta selaput ketuban.

2. Segmen bawah = insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkap uterus sama seperti insisi melintang, insisi

membujur disebut dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk

menghindar cidera pada bayi.

3. Sectio caesaria klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapal ke dalam dinding anterior uterus

dan dilebarkan ke atas serta dibawah lengan dengan gunting tumpul. Diperlukan luka

insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu, janin serta

olasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.

4. Sectio caesaria ekstraperitonal

Page 4: Laporan Pendahuluan Sc Tika

Pembedahan ekstraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada

kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis yang sering

bersifat fatal

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektroensefalogram ( EEG )

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

2. Pemindaian CT

3. Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

4. Magneti resonance imaging (MRI)

5. Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna

untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan

pemindaian CT.

6. Pemindaian positron emission tomography ( PET )

Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan

metabolik atau alirann darah dalam otak.

7. Uji laboratorium

a. Fungsi lumbal                    : menganalisis cairan serebrovaskuler

b. Hitung darah lengkap       : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c. Panel elektrolit

d. Skrining toksik dari serum dan urin

e. AGD

f. Kadar kalsium darah

g. Kadar natrium darah

h. Kadar magnesium darah

E. Komplikasi akibat pembedahan SC menurut Muchtar (1998), yaitu :

1. Infeksi puerperal (nifas)

Disebabkan karena haigine vulva menurun

Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit

kembung.

Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

Page 5: Laporan Pendahuluan Sc Tika

2. Pendarahan, disebabkan karena : banyaknya pembuluh darah yang terputus dan

terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada pelepasan plasenta.

3. luka kandung kemih

4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

F. Penatalaksanaan

Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung.

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman

fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan

perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang

unik bagi pasien. 

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman

fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.

( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )

Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman

pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

1. Fase Praoperatif

Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi dalam proses

operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah

inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang

akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur

yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari

klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih

diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi. 

2. Fase Intraoperatif

Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus,

memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh

sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

3. Fase Posotperatif

Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi

tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji

efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi.

Page 6: Laporan Pendahuluan Sc Tika

Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan

yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan

pemulangan.

Fase Intraoperatif

1. Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah

dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas

keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan

pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga

keselamatan pasien.

Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program

Proregristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing .

Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten

ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah

pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk

terlaksananya pembedahan yang direncanakan.

a) Perlindungan terhadap injury

Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang

dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat

difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan,

koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien.

Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik

fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra

operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien

selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang

dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome

berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.

b) Monitoring pasien

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal,

yaitu : 

1) Safety Management

Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama

prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan

diantaranya adalah :

Page 7: Laporan Pendahuluan Sc Tika

Pengaturan posisi pasien

Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan

pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif

mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan

perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan

pada posisi tertentu

2) Monitoring Fisiologis

Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai

berikut :

Melakukan balance cairan

Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan

cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara

menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada

kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap

imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan

infus.

Memantau kondisi cardiopulmonal

Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinue

untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan

yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah,

saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.

Pemantauan terhadap perubahan vital sign

Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan

kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus

dilakukan intervensi secepatnya. 

3) Monitoring Psikologis

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan

psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :

Memberikan dukungan emosional pada pasien.

Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama

prosedur pemberian induksi .

Mengkaji status emosional klien.

Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan

(jika ada perubahan).

Page 8: Laporan Pendahuluan Sc Tika

4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara

lain : 

1) Memanage keamanan fisik pasien.

2) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

Fase Postoperatif

a. Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.

Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi

pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera

membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan

nyaman.

Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah

masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan

penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah

komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan

diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama

pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.

faktor yang Berpengaruh Postoperatif

1. Mempertahankan jalan nafas 

Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan

mayo/gudel. 

2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi 

Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan

nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.

3. Mempertahakan sirkulasi darah 

Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian

caiaran plasma ekspander. 

4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase 

Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan

pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan

Page 9: Laporan Pendahuluan Sc Tika

mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau

kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan

obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

5. Balance cairan 

Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.

Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti

dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru

menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi

eleminasi pasien.

6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.

Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi

dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur

yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan

pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi

dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya. 

Tindakan Postoperatif

Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di

pindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus perawat lakukan,

yaitu : 

1. Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,

tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung

monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama

yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif. 

2. Manajemen Luka 

Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami

perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi

lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan

pengangkatan jahitan. 

3. Mobilisasi dini 

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga

batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi

neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. 

Page 10: Laporan Pendahuluan Sc Tika

4. Rehabilitasi 

Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien

kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang

diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala. 

5. Discharge Planning 

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada

klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan

sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi. 

Ada 2 macam discharge planning : 

a. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan

kepada klien (sebagai dokumentasi) 

b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih

detail.

G. Patofisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.

Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Sakau Prosedur Keperwatan

medikal-bedah. Jakarta : EGC.

Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif

vol.2 . Jakarta : EGC

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses

menghadapi Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia

Page 11: Laporan Pendahuluan Sc Tika

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah

Edisi revisi, Jakarta : EGC.