116
PERIODE MEI 2021 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

PERIODE MEI 2021

LAPORAN PEREKONOMIAN

PROVINSI BANTEN

Page 2: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah melalui efektivitas kebijakan

moneter dan bauran Kebijakan Bank Indonesia;

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan

makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial

Otoritas Jasa Keuangan;

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan

sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta

mitra strategis lain;

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan melalui sinergi bauran Kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan

fiskal dan reformasi struktural Pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain;

5. Turut meningkatkan pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat efektivitas

kebijakan Bank Indonesia dan mendukung pembiayaan ekonomi nasional;

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga

di tingkat daerah;

7. Mewujudkan bank sentral berbasis digital dalam kebijakan dan kelembagaan

melalui penguatan organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem

informasi yang handal, serta peran internasional yang proaktif.

VISI BANK INDONESIA

Menjadi bank sentral digital terdepan yang berkontribusi nyata terhadap

perekonomian nasional dan terbaik di antara negara emerging markets untuk

Indonesia maju.

Page 3: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2021

Perekonomian Banten pada triwulan I 2021 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Secara quarter to quarter, terdapat pertumbuhan sebesar 0,78% walaupun masih

terkoreksi sebesar -0,39% secara year on year. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada

triwulan I - 2021 secara umum didorong oleh peningkatan kinerja seluruh komponen dari sisi

Pengeluaran serta masih berlanjutnya perbaikan hampir seluruh sektor utama dari sisi Lapangan

Usaha. Kondisi tersebut didorong dimulainya perbaikan perekonomian global dan nasional serta

implementasi vaksinasi bagi masyarakat yang menjadi game changer.

Secara keseluruhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk wilayah Banten

mengalami penurunan di tahun 2021. Secara akumulatif, pagu Pendapatan APBD Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/ Kota mengalami penurunan sebesar 7,7% dibandingkan tahun 2020.

Sementara, pagu Belanja wilayah Banten meningkat sebesar 1,7% dibandingkan tahun

sebelumnya. Sampai dengan Triwulan I 2021, realisasi Pendapatan tercatat lebih tinggi

dibandingkan realisasi Belanja Daerah. Apabila dibandingkan dengan tahun 2020, kinerja

Pendapatan Daerah tercatat sama yaitu sebesar 17,1%. Sementara Belanja Daerah triwulan I 2021

tercatat lebih rendah, baru mencapai 7,8%. Sementara itu realisasi Dana Transfer ke wilayah

Banten dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat sebesar 14,4% atau

terpantau relatif baik walaupun tercatat sedikit mengalami penurunan pagu.

Dari sisi pergerakan harga, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Banten pada triwulan I

2020 tercatat sebesar 1,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 1,45% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut juga lebih rendah dibanding historis 3 tahun

terakhir yaitu sebesar 3,41% (yoy). Adapun angka tersebut berada di atas realisasi inflasi Nasional

dan regional Jawa yang masing-masing mencapai 1,37% (yoy) dan 1,28% (yoy). Berdasarkan

kelompok pengeluarannya, penurunan tekanan inflasi di Provinsi Banten disebabkan oleh

penurunan tekanan harga pada 5 (lima) dari 11 (sebelas) kelompok pengeluaran. Adapun

Page 4: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

penurunan terutama terjadi pada Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau serta Kelompok

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya.

Secara umum, kondisi stabilitas keuangan daerah pada triwulan I 2021 tetap terjaga pada level

risiko yang aman. Sementara itu, intermediasi perbankan di Provinsi Banten yang dicerminkan oleh

Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat kembali melandai dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penurunan LDR yang terjadi, dipengaruhi oleh penurunan kredit/pembiayaan dibandingkan DPK

yang tercatat melambat. Tren perbaikan ekonomi yang terjadi di Banten dinilai masih belum

mampu mendorong permintaan kredit perbankan ditambah dengan kehati-hatian perbankan

yang cukup ketat dalam menyalurkan kredit.

Dari sisi korporasi, penyaluran kredit perbankan kepada korporasi mengalami kontraksi seiring

belum kuatnya sektor utama ekonomi Banten. Baik kredit modal kerja maupun investasi, keduanya

mengalami deselerasi terutama disebabkan oleh kredit korporasi industri pengolahan. Di sisi lain,

penurunan lebih dalam pada kedua kredit tersebut tertahan oleh kredit korporasi perdagangan

yaitu perdagangan suku cadang dan keperluan rumah tangga.

Seiring dengan semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2021

dan semakin meningkatkan preferensi masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai di masa

pandemi, kinerja transaksi Sistem Pembayaran (SP) non tunai di beberapa sektor tercatat

mengalami peningkatan. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami perbaikan

dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun transaksi Kliring secara nominal dan volume

mengalami perlambatan. Namun demikian, transaksi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing

Bukan Bank (KUPVA BB) tercatat masih mengalami penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya sebagai dampak masih terhambat dan terbatasnya kegiatan bisnis dan operasional

KUPVA BB serta permintaan penukaran uang yang masih rendah.

Seiring dengan mulai pulihnya perekonomian Banten, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten

pada periode Februari 2021 mengalami perbaikan. Hal ini ditandai dengan penurunan Tingkat

Pengangguran Terbuka menjadi sebesar 9,01. Hal ini didorong oleh peningkatan jumlah angkatan

kerja disertai dengan menurunnya jumlah pengangguran dibandingkan posisi Agustus tahun lalu.

Namun demikian, kesejahteraan hidup masyarakat di Provinsi Banten tercatat masih mengalami

penurunan yang dicerminkan oleh meningkatnya angka kemiskinan baik di pedesaan maupun di

perkotaan. Pandemi COVID-19 memicu kenaikan Garis Kemiskinan yang meningkat pada

September 2020 sebesar 1,4% serta Persentase Penduduk Miskin sebesar 6,6%.

Page 5: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Perkembangan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan III 2021 diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2021. Peningkatan pertumbuhan didukung oleh meningkatnya konsumsi

rumah tangga, investasi, dan membaiknya kinerja ekspor-impor terutama antar daerah. Di sisi

penawaran, sebagian sektor utama diperkirakan akan tumbuh meningkat antara lain Industri

Pengolahan, Perdagangan, Pertanian, Akomodasi & Makan Minum, dan Transportasi &

Pergudangan. Perbaikan ekonomi yang terjadi didorong oleh berlanjutnya program vaksinasi yang

diperkirakan akan mendorong pemulihan ekonomi. Di sisi perkembangan harga, laju inflasi

Provinsi Banten pada triwulan III 2021 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2020,

didorong oleh adanya momentum HBKN dan tahun ajaran baru. Berdasarkan kelompok

komoditas, inflasi tersebut akan didominasi oleh Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2021, perekonomian Provinsi Banten diperkirakan akan lebih

tinggi dibandingkan tahun 2020 disebabkan oleh adanya progress vaksinasi yang akan

mendorong Konsumsi Rumah Tangga, Investasi, baik swasta maupun pemerintah, dan kinerja

ekspor baik antar daerah maupun luar negeri. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten

tersebut akan berdampak pada peningkatan tekanan inflasi pada tahun 2021. Meski demikian,

inflasi Provinsi Banten 2021 diperkirakan masih akan sejalan dengan target pemerintah yaitu di

kisaran 3,0±1% (yoy).

Page 6: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur dan atas berkat dan rahmat Allah SWT Tuhan Yang Maha

Perekonomian Provinsi Banten Mei 2021

dipublikasikan. Buku Laporan Perekonomian yang terbit setiap triwulan ini

berisi data, informasi, dan analisis terkait kondisi perekonomian Provinsi

Banten kini serta prospek perekonomian ke depan.

Pemulihan ekonomi global diprakirakan semakin membaik seiring dengan

implementasi vaksinasi Covid-19 di banyak negara untuk membangun

herd immunity dan mendorong mobilitas. Tak terkecuali di Indonesia,

implementasi vaksinasi Covid-19 sebagai game changer dan sinergi

kebijakan nasional diprakirakan akan mendorong optimisme momentum

pemulihan ekonomi nasional kedepan.

Perbaikan perekenomian Provinsi Banten juga sudah mulai terlihat, hal ini

ditandai dengan angka pertumbuhan ekonomi Banten yang tumbuh

sebesar 0,78% secara quarter to quarter dengan pertumbuhan secara year

on year yang mulai membaik meski masih terkoreksi sebesar -0,39%.

Adapun pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten lebih lanjut didorong oleh

perbaikan kondisi ekonomi global dan nasional di tengah pandemi COVID-

19. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2021 secara

umum didorong oleh peningkatan kinerja seluruh komponen dari sisi

Pengeluaran serta masih berlanjutnya perbaikan hampir seluruh sektor

utama dari sisi Lapangan Usaha.

Di sisi lain, dukungan upaya dan sinergi Pemerintah dalam menjaga

pasokan bahan pokok mampu menjaga ketersediaan bahan makanan

utama di pasaran. Hal ini menjadi salah satu penyebab Inflasi Indeks Harga

Konsumen (IHK) Provinsi Banten yang tetap terjaga dan terkendali. Pada

triwulan I 2021 tercatat sebesar 1,39% (yoy) atau menurun dibandingkan

triwulan IV 2020 yang mencapai 1,45% (yoy). Walaupun demikian, kita

patut mewaspadai bersama penurunan daya beli masyarakat di tengah

Page 7: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

masih berlanjutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

hingga pertengahan triwulan berjalan.

Hingga triwulan I 2021, stabilitas keuangan di Provinsi Banten relatif

terjaga, tercermin dari pertumbuhan indikator utama perbankan antara

lain yakni Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Di sisi lain, penyaluran kredit

masih perlu didorong terutama pada sektor dominan guna mendukung

pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Seiring mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada

triwulan I 2021, kinerja transaksi Sistem Pembayaran (SP) non tunai di

beberapa sektor tercatat mengalami peningkatan. Transaksi Real Time

Gross Settlement (RTGS) dan Kliring mengalami perbaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya, walaupun transaksi Kegiatan Usaha Penukaran

Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) tercatat masih mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya akibat turunnya

permintaan penukaran uang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada

semua pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan

dalam penyusunan buku ini antara lain Organisasi Perangkat Daerah

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Badan Pusat

Statistik Provinsi Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Negara Provinsi Banten, perusahaan/asosiasi di Provinsi

Banten serta pihak-pihak lainnya.

Kami berharap koordinasi yang selama ini telah terjalin baik dapat terus

ditingkatkan. Selanjutnya, kami mengharapkan saran dan masukan untuk

meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat lebih bermanfaat

bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten dan perekonomian

Nasional.

Page 8: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab I. Perkembangan Ekonomi

Makro Daerah

Perekonomian Banten pada triwulan I 2021 mengalami

perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara

quarter to quarter, terdapat pertumbuhan sebesar

0,78% walaupun secara year on year masih terkoreksi

sebesar -0,39%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi

Banten pada triwulan I 2021 secara umum didorong

oleh peningkatan kinerja seluruh komponen dari sisi

Pengeluaran serta masih berlanjutnya perbaikan

hampir seluruh sektor utama dari sisi Lapangan Usaha.

Kondisi tersebut didorong dimulainya perbaikan

perekonomian global dan Nasional serta implementasi

vaksinasi bagi masyarakat yang menjadi game changer.

Dibandingkan regional Jawa maupun Nasional,

pertumbuhan ekonomi Banten triwulan I 2021 tercatat

lebih tinggi. Adapun perekonomian di regional Jawa

maupun nasional masing-masing terkontraksi -0,83%

(yoy) dan -0,74% (yoy).

Page 9: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPS Provinsi Banten & BPS RI

Grafik I.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dan Nasional

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten atas dasar harga berlaku (ADHB)

triwulan I 2021 (tabel I.1) mencapai Rp162,34 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan IV 2020 dengan nilai Rp160,62 triliun. Secara struktur, PDRB Provinsi Banten triwulan

I 2021 dari sisi pengeluaran didominasi oleh konsumsi rumah tangga (RT) senilai Rp88,93 triliun

atau dengan pangsa 54,78%, lalu diikuti oleh PMTB dengan nilai Rp56,30 triliun atau dengan

pangsa 34,68%, dan kemudian pengeluaran pemerintah senilai Rp5,89 triliun atau dengan

pangsa 3,63%. Sementara kontribusi net ekspor total adalah sebesar Rp10,48 triliun atau dengan

pangsa 6,45%.

Perekonomian Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada triwulan I 2021 (tabel I.2)

terkontraksi sebesar -0,39% (yoy) atau mengalami perbaikan dibandingkan triwulan IV 2020 yang

mencapai -3,92% (yoy). Perbaikan kinerja terindikasi pada beberapa komponen PDRB dari sisi

Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI

Grafik I.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (% yoy)

Page 10: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

pengeluaran, termasuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang telah tumbuh positif dan

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi triwulan I 2021. Dari sisi penawaran atau lapangan

usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten membaik disebabkan oleh perbaikan pertumbuhan

pada sektor utama seperti konstruksi dan real estate yang telah tumbuh positif, walaupun belum

pulih seperti kondisi sebelum Covid-19. Namun demikian, beberapa indikator perekonomian

sudah menunjukkan perbaikan selama triwulan I 2021 kendati masih berlanjutnya kebijakan

terkait pembatasan mobilitas masyarakat.

Tabel I.1 PDRB Provinsi Banten ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku)

Menurut Pengeluaran (Rp juta)

Sumber: BPS Provinsi Banten

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2021

1.1. SISI PENGELUARAN

Dari sisi pengeluaran, perbaikan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2021 terutama

didorong oleh membaiknya PMTB yang diikuti oleh Konsumsi Rumah Tangga. Lebih lanjut,

komponen lain seperti Net Ekspor Total juga mengalami pertumbuhan positif secara quarter

to quarter (qtq).

Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan I 2021 tumbuh -1,69% (yoy), membaik dibandingkan

kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar -2,49% (yoy). Selain itu secara quarter to quarter

pertumbuhan komponen tersebut tercatat sebesar 0,87% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,14% (qtq). Peningkatan aktivitas masyarakat pada triwulan I

2021 menjadi pendorong utama perbaikan konsumsi Rumah Tangga. Lebih lanjut, penyaluran

Bantuan Sosial berupa Program Sembako, Program Keluarga Harapan, serta Bantuan pada UMKM

juga mendorong perbaikan konsumsi Rumah Tangga di tengah Pemberlakuan Pembatasan

Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang masih berlanjut. Dari sisi keyakinan konsumen, terlihat

tren peningkatan optimisme konsumen pada triwulan I 2021 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Komponen Pengeluaran 2021

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 89.438.109,51 83.245.536,46 85.455.076,64 87.527.906,44 345.666.629,05 88.931.711,53

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 774.232,03 707.581,30 696.877,55 744.228,61 2.922.919,48 731.596,93

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5.740.567,27 6.632.550,38 6.851.211,53 8.118.708,22 27.343.037,41 5.891.804,32

Pembentukan Modal Tetap Bruto 53.536.063,75 52.310.438,52 54.591.735,70 56.286.537,62 216.724.775,59 56.304.688,98

Pembentukan Inventori 22.533,00 (2.929,55) (2.883,08) (2.859,77) 13.860,60 3.036,81

Net Ekspor Total 15.694.108,33 3.284.713,72 6.843.971,63 7.943.428,76 33.766.222,45 10.477.722,24

Ekspor Total 111.758.058,10 94.170.362,94 100.557.224,42 106.904.477,13 413.390.122,60 112.362.718,72

Impor Total 96.063.949,77 90.885.649,22 93.713.252,79 98.961.048,37 379.623.900,15 101.884.996,47

PDRB 165.205.613,88 146.177.890,84 154.435.989,97 160.617.949,89 626.437.444,58 162.340.560,82

2020

Page 11: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) secara year on year telah tercatat

mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,25% (yoy), membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi -1,39% (yoy). Sementara secara quarter to quarter, PMTB

tumbuh -0,73% (qtq) meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

2,80% (qtq). Tumbuhnya investasi didorong berlanjutnya investasi swasta, seperti investasi

korporasi pada sektor Industri Kimia. Selain itu pembangunan Proyek Strategis Nasional, seperti

Tol Serang Panimbang seksi I, Tol Serang Balaraja, Pembangunan Bendungan Karian yang terus

dilaksanakan juga turut mendorong perbaikan kinerja investasi.

Kinerja Net Ekspor pada triwulan I 2021 tecatat masih melanjutkan perbaikan secara year on year,

dengan kontraksi sebesar -4,62% (yoy) membaik dibandingkan triwulan IV 2020 yang mengalami

kontraksi -12,38% (yoy). Sementara pertumbuhan signifikan tercataat secara quarter to quarter,

yaitu sebesar 35,34%, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 2,53% (qtq). Perbaikan net

ekspor didorong oleh membaiknya ekonomi negara mitra dagang pasca Covid-19. Dampak dari

perbaikan ekonomi negara-negara atau kawasan utama tersebut diperkirakan akan

mempengaruhi permintaan ekspor produk utama Provinsi Banten. Hal tersebut terkonfirmasi dari

ekspor komoditas utama Banten, seperti alas kaki, kimia (plastik, barang dari plastik) yang

menunjukan peningkatan.

Pada triwulan I 2021 ekspor total Banten tumbuh -0,38% (yoy) dan tumbuh positif secara quarter

to quarter sebesar 4,36% (qtq). Adapun impor LN secara tahunan tumbuh positif 0,09% (yoy)

dan tumbuh secara quarter to quarter sebesar 1,92% (qtq). Kondisi ini didorong oleh peningkatan

kembali aktivitas industri, yang pada akhirnya menaikan pertumbuhan impor bahan baku dan

barang modal.

Tabel I.2 PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Menurut Pengeluaran (juta Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Banten

2021

Komponen Pengeluaran Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 66.108.502 61.422.639 63.078.950 64.426.260 255.036.351 64.989.494

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 576.358 524.404 497.989 518.772 2.117.523 507.425

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3.758.662 4.326.237 4.445.560 5.228.405 17.758.863 3.755.977

Pembentukan Modal Tetap Bruto 35.437.457 34.459.676 35.855.503 36.859.690 142.612.326 36.589.567

Perubahan Inventori 20.706 (2.507) (2.447) (2.397) 13.356 2.534

Net Ekspor Total 8.299.745 3.903.202 5.704.925 5.849.508 23.757.380 7.916.690

Ekspor Total 84.097.860 73.937.837 77.216.572 80.283.584 315.535.853 83.781.846

Impor Total 75.798.114 70.034.636 71.511.647 74.434.076 291.778.472 75.865.156

P D R B 114.201.430,04 104.633.650,04 109.580.480,30 112.880.238,19 441.295.798,57 113.761.685,52

2020

Page 12: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Tabel I.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut

Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Banten

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga (RT) pada triwulan I 2021 secara year on year tumbuh

semakin membaik meskipun masih mengalami kontraksi. Peningkatan mobilitas penduduk

pada triwulan I 2021 menjadi pendorong perbaikan konsumsi RT. Hal tersebut terkonfirmasi dari

peningkatan Google Mobility Index sepanjang triwulan I 2021, meskipun tingkat mobilitas belum

mencapai level baseline sebelum pandemi. Faktor pendorong lainnya antara lain adalah masih

diteruskannya stimulus yang diberikan oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat1.

Momentum Tahun Baru pada bulan Januari 2021 juga menjadi faktor pendorong peningkatan

konsumsi RT, terutama pada komponen barang tidak tahan lama seperti bahan makanan dan

makanan jadi.

Konsumsi RT pada triwulan I 2021 terkontraksi sebesar -1,69% (yoy), membaik dibandingkan

kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai -2,49% (yoy). Konsumsi Rumah Tangga

memberikan kontribusi sebesar -0,98% (yoy) terhadap perbaikan perekonomian. Perbaikan

kinerja konsumsi RT juga didorong oleh perluasan program vaksinasi massal yang telah

diimplementasikan sejak awal tahun. Akselerasi vaksinasi bagi masyarakat telah menjadi game

changer yang meningkatkan optimisme dan pada akhirnya meningkatkan permintaan domestik.

Selain itu, pada tahun 2021 terhadap kenaikan UMR di Provinsi Banten sebesar 1,5% untuk

sektor-sektor produktif yang dinilai dapat menjadi motor penggerak perekonomian.

Perbaikan konsumsi RT turut tercermin dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi

Banten yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tumbuh sebesar 57,67 meskipun masih

1 Pemerintah pusat dan daerah menyiapkan sejumlah paket bantuan sosial diantaranta PKH, Bansos Sembako,

dampak COVID-19, kartu pra kerja dan BLT dana desa.

Komponen Pengeluaran 2021

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4,17 -5,32 -4,05 -2,49 -1,97 -1,69

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3,17 -10,01 -14,66 -11,12 -8,28 -11,96

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,51 -3,88 -6,22 -22,56 -9,51 -0,07

Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,10 -2,96 -1,54 -1,39 -0,74 3,25

Pembentukan Inventori 63,60 -120,02 -108,36 -109,48 -83,25 -87,76

Net Ekspor Total -3,91 -46,96 -30,62 -12,38 -23,10 -4,62

Ekspor Total 1,42 -10,98 -9,62 -6,02 -6,32 -0,38

Impor Total 2,04 -7,48 -7,38 -5,48 -4,63 0,09

PDRB 3,18 -7,27 -5,32 -3,92 -3,38 -0,39

2020

Page 13: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

berada di bawah level optimisnya. Posisi ini mengalami perbaikan dibandingkan posisi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 56,11. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 42,17 yang

masih berada di bawah level optimisnya, sedikit menurun dibandingkan posisi triwulan IV 2020

yang mencapai 43,02. Kondisi tersebut mengindikasikan masih lemahnya optimisme masyarakat

atas kondisi ekonomi di triwulan I 2021 meskipun sudah meningkat dibandingkan triwulan IV

2020.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik I.3. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Peningkatan konsumsi RT juga tercermin dari indikator kredit konsumsi RT Provinsi Banten yang

tumbuh sebesar 1,94% (yoy), dari sebelumnya tumbuh 0,99% (yoy). Pertumbuhan tersebut

terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan di hampir seluruh komponen kredit RT. Kredit

perumahan (KPR) telah mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 9,03% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,40% (yoy). Kredit multiguna juga masih tercatat tumbuh

pada triwulan I 2021 sebesar 1,65% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 3,15% (yoy). Di sisi lain, kredit kendaraan bermotor

(KKB) terkontraksi pada triwulan I 2021 sebesar -30,92% (yoy) sedikit lebih dalam dibandingkan

periode sebelumnya yang termoderasi -26,76% (yoy).

Page 14: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik I.4. Perkembangan Kredit

Konsumsi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik I.5. Perkembangan Kredit Kendaraan

Bermotor

1.1.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi Provinsi Banten pada triwulan I 2021

juga tercatat membaik secara year on year serta mencatatkan pertumbuhan yang positif.

Pada triwulan I 2021, PMTB membaik dengan pertumbuhan mencapai 3,25% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi sebesar -1,39% (yoy). Membaiknya investasi pada

triwulan I 2021 didorong oleh masih berlanjutnya investasi khususnya komponen PMA dan

tumbuhnya komponen PMDN pada triwulan I 2020. Kontribusi PMTB terhadap pertumbuhan

ekonomi Banten di triwulan I 2021 juga menyumbangkan kontribusi positif sebesar 1,01% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan IV 2020 yang sebesar -0,45% (yoy). Sektor-sektor yang menjadi

pendorong utama pada triwulan I 20212 antara lain didorong oleh sektor (a) Perumahan, Kawasan

Industri, dan Perkantoran, (b) Industri Alas Kaki, serta (c) Industri Kimia dan Farmasi.

Penanaman modal di Provinsi Banten tetap tumbuh pada triwulan I 2021 dan meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data total penanaman modal yang terdaftar di

BKPM untuk Provinsi Banten, pada triwulan I 2021 tercatat pertumbuhan sebesar 112,27% (yoy),

tetap positif meskipun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

125,45% (yoy). Pertumbuhan angka pertumbuhan investasi di Provinsi Banten terutama didorong

oleh peningkatan pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 206,35% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2020 yang tumbuh 125,81% (yoy). Sementara Penanaman

2Lima besar penanaman modal di Banten selama Tw I 2021 adalah sektor (a) Perumahan, Kawasan Industri, dan

Perkantoran, (b) Industri Alas Kaki, (c) Industri Kimia dan Farmasi, (d) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan

Elektronik, serta (e) Konstruksi.

Page 15: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Modal Asing (PMA) meningkat sebesar 66,10% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat

sebesar 117,36% (yoy).

Data realisasi penanaman modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia

menunjukkan bahwa pada triwulan I 2021 Provinsi Banten menduduki peringkat kelima PMDN

tingkat nasional dengan nilai nominal Rp6,97 triliun. Peringkat tersebut sedikit menurun dari

periode sebelumnya yaitu berada pada posisi ketiga dengan nilai Rp6,98 triliun. Untuk PMDN

peringkat pertama ditempati oleh Jawa Barat dengan nilai mencapai Rp16,04 triliun, diikuti oleh

Jawa Timur dengan nilai Rp9,98 triliun, DKI Jakarta dengan nilai Rp8,68 triliun, serta Jawa Tengah

dengan nilai Rp8,42 triliun. Sementara itu dari sisi PMA, Provinsi Banten pada triwulan I 2021

menempati peringkat enam secara nasional dengan nilai nominal USD535,04 juta. Posisi tersebut

sedikit menurun dari peringkat empat pada triwulan sebelumnya dengan nilai nominal USD770,57

juta. Untuk PMA peringkat pertama ditempati oleh Jawa Barat dengan nilai mencapai USD1,45

miliar, diikuti oleh DKI Jakarta dengan nilai USD1,03 miliar, dan posisi ketiga Sulawesi Tengah

dengan nilai USD577,44 juta. Posisi selanjutnya ditempati oleh Riau dengan nilai USD557,55 miliar

dan Sulawesi Tenggara dengan nilai USD549,33 miliar.

Di sisi lain, pertumbuhan impor barang modal sebagai bagian dari investasi non bangunan tercatat

melambat sebesar 9,66% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 28,04% (yoy). Hal

tersebut sejalan dengan moderasi impor kendaraan industri menjadi -9,48% (yoy) walaupun

terdapat pertumbuhan impor barang modal selain kendaraan sebesar 16,53% (yoy). Sementara

itu, penyaluran kredit perbankan dengan tujuan penggunaan investasi juga terkontraksi menjadi

-12,67% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi sebesar -4,34% (yoy).

Page 16: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Grafik I.6. PMA dan PMDN

Di Provinsi Banten

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Grafik I.7. Investasi PMA dan PMDN Provinsi

Banten Berdasarkan Kabupaten/kota

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.8. Impor Barang Modal Provinsi

Banten

Sumber: Bank Indonesia diolah

Grafik I.9. Pertumbuhan Kredit Investasi

Provinsi Banten

Secara spasial, nominal investasi PMDN di wilayah Banten yang terbesar pada triwulan I 2021

terdapat di Kota Tangerang dengan nilai mencapai Rp2,40 triliun (34% dari total PMDN Banten

triwulan I 2021). Capaian tersebut diikuti oleh Kabupaten Tangerang senilai Rp1,77 triliun (share

25%), dan Kabupaten Serang dengan nilai Rp1,40 triliun (share 20%). Sementara dari sisi PMA,

nominal investasi terbesar pada triwulan I 2021 terdapat di Kota Cilegon dengan nilai mencapai

USD350,22 juta (65% dari total PMA Banten triwulan I 2021), diikuti oleh Kabupaten Tangerang

dengan nilai USD104,02 juta (share 19%), serta Kota Tangerang dengan nilai USD51,91 juta

(share 10%).

Page 17: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Grafik I.10. Tujuan Investasi PMA dan PMDN Provinsi Banten Berdasarkan Kabupaten/kota

Investasi untuk pembangunan proyek-proyek multiyears di Provinsi Banten terus berlanjut

progress-nya di triwulan I 2021. Selain investasi dalam bentuk proyek infrastruktur bagian dari

Proyek Strategis Nasional (PSN), investasi juga dalam bentuk ekspansi pabrik, perkantoran,

kawasan industri, pembelian mesin dan barang modal, ataupun pembangunan pabrik baru oleh

pihak swasta. Beberapa investasi swasta yang sedang berjalan terutama oleh pelaku usaha Industri

Baja, mamin (makanan minuman), dan Industri Kimia di Banten. Dari sisi Pemerintah, investasi

meliputi pembangunan jalan tol, pengembangan kawasan industri, pengembangan bendungan

dan SPAM sebagai infrastruktur irigasi, air baku dan air minum, serta pembangunan pembangkit

listrik.

Beberapa sektor diperkirakan masih akan melanjutkan pembangunan yang telah berlangsung

sejak triwulan I 2021. Pada periode tersebut, nilai investasi terbesar dicatatkan oleh sektor real

estate dengan PMA sebesar USD2,44 juta yang disalurkan terhadap 4 proyek di Provinsi Banten.

Posisi Provinsi Banten dengan berbagai infrastruktur yang mendukung kota-kota satelit penunjang

Provinsi DKI Jakarta membuat investor terus mengembangkan proyek kawasan hunian.

Selanjutnya, investasi terbesar kedua dicatatkan oleh subsektor industri alas kaki dengan PMA

sebesar USD2,02 juta yang disalurkan terhadap 103 proyek. Capaian tersebut diikuti oleh

subsektor Industri Kimia dengan PMA sebesar USD654 ribu yang disalurkan terhadap 58 proyek.

Kedua subsektor industri tersebut juga merupakan industri utama Provinsi Banten yang menjadi

penggerak perbaikan perekonomian selama pandemi.

Page 18: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Membaiknya investasi di triwulan I 2021 dan rencana ekspansi investasi oleh negara-negara mitra

dagang mendorong Provinsi Banten tetap menjadi salah satu tujuan utama investasi, baik PMA

maupun PMDN. Hal ini didorong oleh jalur distribusi produk dan infrastruktur Provinsi Banten yang

sangat memadai, seperti Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Merak, Jalan Tol

Jakarta-Merak, jaringan kereta api Jakarta-Rangkasbitung serta pelabuhan-pelabuhan3.

Pemerintah Provinsi bersama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota juga sedang berupaya

menginventarisasi Peraturan Daerah di Provinsi Banten untuk mendorong investasi melalui

optimalisasi sistem One Single Submission (OSS)4. Selain itu, adanya program Kemudahan Investasi

Langsung Konstruksi (KLIK)5 yang sudah diterapkan di beberapa kawasan industri di Provinsi

Banten juga diperkirakan akan mendorong peningkatan nilai investasi. Adanya KLIK memudahkan

investor dalam melakukan investasinya di Kawasan Industri, karena pengurusan izin dapat

dilakukan secara paralel ketika investasinya memasuki tahapan konstruksi.

1.1.3. Ekspor Impor

Kinerja net ekspor Provinsi Banten pada triwulan I 2021 mengalami perbaikan secara year

on year meskipun masih terkontraksi. Pertumbuhan net ekspor pada triwulan I 2021 sebesar

-4,62% (yoy), membaik dibandingkan triwulan IV 2020 yang terkontraksi sebesar -12,38%

(yoy). Membaiknya net ekspor didorong perbaikan komponen ekspor pada industri strategis di

Banten, seperti industri Alas Kaki dan Industri Kimia. Kinerja ekspor pada triwulan I 2021

terkontraksi sebesar -0,38% (yoy), membaik secara signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mengalami kontraksi sebesar -6,02 (yoy). Sementara itu kinerja impor tercatat juga

mengalami perbaikan pada triwulan I 2021. Komponen impor pada triwulan I 2021 tumbuh

sebesar 0,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat

kontraksi -5,48% (yoy). Perbaikan kinerja ekspor pada triwulan I 2021 disebabkan mulai

tumbuhnya perekonomian negara mitra dagang dan relaksasi lockdown di negara tersebut

sehingga meningkatkan permintaan terhadap produk ekspor Banten.

3 Selain memiliki pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo, beberapa perusahaan besar di sepanjang Anyer, Merak, dan

Bojonegara juga memiliki pelabuhan mandiri.

4 OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,

gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

5 KLIK adalah merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada investor setelah memperoleh pendaftaran investasi

untuk dapat segera melakukan konstruksi sambil secara paralel mengurus perizinan di daerah dan perizinan pelaksanaan

lainnya.

Page 19: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: Bea Cukai (diolah)

Grafik I.11. Ekspor dan Impor Barang Non Migas Provinsi Banten

Secara historis, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Banten dalam posisi defisit karena faktor

impor luar negeri yang cukup dominan sebagai bahan baku industri, di mana pada triwulan I 2021

tercatat defisit USD 4,19 miliar. Defisit ini tercatat sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV

2020 yang mencapai USD 4,00 miliar. Dari sisi sektoral, defisit neraca perdagangan Banten

dikontribusikan oleh antara lain sektor elektronik, kimia, logam dasar, mesin, dan otomotif karena

bahan baku banyak yang diperoleh melalui impor. Beberapa diantara barang tersebut tidak

terdapat di dalam negeri dan sebagian lainnya karena pemasok dalam negeri belum dapat

memenuhi baik secara spesifikasi khusus, kualitas, maupun secara kuantitas. Sementara itu, sektor

alas kaki, karet & plastik, dan kertas merupakan sektor yang mengalami surplus neraca

perdagangan.

1.1.3.1 Ekspor

Kinerja ekspor luar negeri Provinsi Banten pada triwulan I 2021 tercatat senilai USD 3,01

miliar. Nilai tersebut tumbuh positif sebesar 19,53% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,86% (yoy) dengan nilai USD 2,87 miliar. Secara umum,

perbaikan kinerja ekspor pada triwulan I 2021 merupakan dampak lanjutan dari perbaikan

perekonomian negara mitra dagang utama yang membuat produk utama provinsi Banten seperti

alas kaki, baja, kimia yang kembali mengalami peningkatan permintaan.

Berdasarkan diskusi dengan asosiasi alas kaki, utilitas Industri Alas Kaki di Banten meningkat

seiring dengan kenaikan permintaan di mana periode Tahun Baru menjadi akselerator dalam

Page 20: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

pemulihan kinerja ekspor alas kaki.6 Momentum tersebut meningkatkan permintaan terhadap

jenis sepatu olah raga, di mana terdapat shifting pada lifestyle masyarakat global untuk

berolahraga di dalam rumah. Peningkatan permintaan juga terjadi setelah adanya relaksasi

lockdown beberapa negara tujuan ekspor utama, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara

Uni Eropa. Demikian juga dengan peningkatan ekspor Industri Kimia, khususnya untuk barang

plastik dan barang dari plastik. Pertumbuhan komponen tersebut didorong oleh meningkatnya

kebutuhan bahan baku plastik untuk kemasan makanan dan minuman.

Kondisi usaha sektor manufaktur negara-negara mitra dagang utama secara umum masih

melanjutkan tren perbaikan pada triwulan I 2021. Hal ini tercermin dari peningkatan angka

Purchasing Manager Index (PMI) negara-negara tersebut7. Perbaikan PMI beberapa negara dagang

utama juga diperkirakan akan menyebabkan peningkatan volume perdagangan dunia. Outlook

volume perdagangan dunia (World Trade Volume) oleh World Trade Organization diperkirakan

meningkat menjadi 8,0% (yoy) pada tahun 2021 setelah melambat pada tahun 2020 sebesar

5,3% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan perkiraan International Monetary Fund terkait

berlanjutnya perbaikan ekonomi global dari sebelumnya -3,3% (yoy) pada tahun 2020 menjadi

6,0% (yoy) di 2021. Lebih lanjut, perbaikan ekonomi negara maju yang menjadi mitra dagang

Provinsi Banten juga diperkirakan berlanjut dari -4,7% (yoy) pada tahun 2020 menjadi 5,1% (yoy)

pada 2021. Selanjutnya dari sisi permintaan, indeks penjualan ritel triwulan IV 2020 juga

menunjukkan peningkatan. Beberapa negara mitra dagang (Uni Eropa, AS, dan Jepang)

mengalami peningkatan indeks penjualan retail pada triwulan I 2021.

6 FGD Dengan Aprisindo, April 2021

7 Purchasing Manager Index (PMI) AS pada triwulan I 2021 secara rata-rata menunjukkan peningkatan dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 55,73 menjadi 58,97. Angka PMI industri manufaktur Uni Eropa secara rata-rata juga

menunjukkan peningkatan dari 54,60 menjadi 55,80. Selanjutnya, PMI Jepang telah mengalami peningkatan pada fase

ekspansi yaitu dari 49,23 menjadi 50,50. Sementara PMI Tiongkok melambat dari 53,83 menjadi 50,93.

Page 21: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik I.12. Purchasing Manager s Index (PMI) Negara

Mitra Dagang Provinsi Banten

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap percepatan relokasi usaha ke provinsi lain. Secara khusus,

terdapat kecenderungan pengusaha komoditas berteknologi low-medium, seperti industri alas

kaki dan TPT berorientasi ekspor, untuk mempercepat relokasi usaha ke provinsi lain yang memiliki

upah buruh yang lebih rendah. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka menjaga keberlangsungan

bisnis korporasi ditengah penurunan permintaan akibat pandemi. Hal ini dinilai akan

mempengaruhi nilai ekspor Banten ke depan apabila tidak disikapi dengan baik, dan

dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak sosial akibat meningkatnya jumlah pengangguran

akibat tutupnya pabrik.

Sumber : Bea Cukai, diolah

Grafik I.13. Pertumbuhan Ekspor Negara

Tujuan Provinsi Banten

Sumber : Bea Cukai, diolah

Grafik I.14. Perkembangan Ekspor Beberapa

Komoditas Provinsi Banten

Pada triwulan I 2020, pangsa ekspor Banten ke negara-negara tujuan ekspor utama cenderung

stabil dibandingkan periode sebelumnya, terutama untuk negara-negara tujuan ekspor utama.

Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan pangsa stabil dibandingkan

Page 22: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

triwulan sebelumnya sebesar 17,51%, diikuti Tiongkok dengan pangsa sebesar 15,38%, dan

Jepang dengan pangsa di 6,76%. Sementara kawasan tujuan ekspor terbesar adalah ASEAN dan

Uni Eropa, dengan pangsa masing-masing sebesar 26,93% dan 11,57%.

Sementara itu, dari sisi komoditas yang mendorong peningkatan ekspor pada triwulan I 2021, alas

kaki masih mendominasi dengan pangsa sebesar 20%. Komoditas makanan menyumbang pangsa

ekspor 14%, diikuti oleh komoditas kimia dan turunannya dengan pangsa ekspor sebesar 10%,

dan komoditas plastik dengan pangsa 9%. Hal tersebut sejalan dengan komposisi industri

pengolahan di Provinsi Banten yang mayoritas memiliki orientasi penjualan ekspor dan tergabung

dalam Global Value Chain (GVC).

Sumber : Bea Cukai, diolah

Grafik I.15. Pangsa Ekspor Komoditas Utama Provinsi Banten

1.1.3.2 Impor

Berdasarkan data Bea Cukai, kinerja impor luar negeri pada triwulan I 2021 tumbuh sebesar

0,09% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2020 yang terkontraksi

sebesar -5,48% (yoy). Berdasarkan jenisnya, seluruh komponen mengalami peningkatan di mana

komponen impor barang modal dan barang konsumsi menjadi pendorong utama pertumbuhan

impor Provinsi Banten dibandingkan periode sebelumnya. Impor barang konsumsi menjadi

komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan komponen lainnya, yaitu

sebesar 74,30% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh sebesar 22,40% (yoy).

Selanjutnya, impor barang modal juga tercatat tumbuh positif sebesar 9,66% meskipun melambat

setelah pada periode sebelumnya tumbuh 28,04% (yoy). Impor bahan baku pada triwulan I 2021

mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,64% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi -0,20% (yoy). Peningkatan impor bahan baku sejalan dengan

Page 23: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

peningkatan aktivitas produksi industri di Provinsi Banten di tengah pemulihan dinamika

perekonomian global dan domestik.

Sementara itu berdasarkan negara asal barang, Tiongkok menjadi kawasan asal barang impor

Provinsi Banten terbesar pada triwulan I 2021. Nilai impor barang asal Tiongkok pada triwulan I

2021 sebesar USD 1,69 miliar atau 23,44% dari total impor Provinsi Banten. Uni Eropa berada

pada posisi kedua negara asal barang impor terbesar Provinsi Banten dengan nilai USD 712,18

juta atau mencapai 9,90% dari total impor provinsi. Lebih lanjut, impor yang berasal dari

Singapura dan Jepang berada pada posisi ketiga dan keempat dengan nilai impor masing-masing

sebesar USD 630,77 juta dan USD 596,91 juta. Adapun pangsa impor barang dari kedua negara

tersebut masing-masing sebesar 8,77% dan 8,30%.

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.16. Perkembangan Nilai Impor Non-

Migas Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.17. Impor Bahan Baku/Penolong

Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.18. Impor Luar Negeri Barang

Konsumsi Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.19.Impor Luar Negeri Barang Modal

Provinsi Banten

Page 24: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.20. Nilai Impor Negara Asal Provinsi Banten

1.2. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, perbaikan kondisi ekonomi Provinsi Banten terutama didorong oleh

peningkatan hampir seluruh sektor utama di Provinsi Banten di tengah pandemi Covid-19.

Beberapa sektor yang tumbuh meningkat pada triwulan I 2021 di antaranya sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan, sektor Pengadaan Air, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor

Konstruksi, serta sektor Real Estate. Sementara sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan

Besar dan Eceran, serta sektor Transportasi dan Pergudangan mulai mengalami perbaikan

meskipun masih terkontraksi.

Tabel I.4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Berdasarkan Lapangan Usaha (ADHK)

xSumber: BPS Provinsi Banten

2021

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.236.840,22 6.360.624 6.440.941 6.236.676 25.275.081 6.760.524,73

Pertambangan dan Penggalian 733.694,11 710.970 601.510 597.122 2.643.296 595.192,15

Industri Pengolahan 38.390.253,38 34.844.858 36.382.794 37.998.307 147.616.213 38.203.677,02

Pengadaan Listrik, Gas 1.038.590,59 860.797 945.898 987.232 3.832.518 1.053.653,85

Pengadaan Air 113.423,99 116.998 118.933 121.238 470.593 121.663,90

Konstruksi 11.182.408,59 10.352.824 11.198.679 12.014.530 44.748.442 11.835.261,38

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor15.782.398,36 14.703.603 15.189.549 14.857.203 60.532.753 15.349.665,52

Transportasi dan Pergudangan 6.779.902,29 3.802.546 4.787.105 5.499.032 20.868.586 5.225.196,48

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.944.212,46 2.511.096 2.632.631 2.774.832 10.862.772 2.808.599,22

Informasi dan Komunikasi 7.059.489,29 7.481.955 7.591.437 7.602.939 29.735.820 7.724.469,50

Jasa Keuangan 3.373.549,86 3.311.193 3.356.644 3.450.468 13.491.854 3.523.587,56

Real Estate 10.459.078,90 10.015.041 10.369.555 10.548.033 41.391.708 10.599.170,84

Jasa Perusahaan 1.264.892,20 1.086.744 1.146.500 1.129.074 4.627.210 1.110.670,72

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.002.161,44 1.980.526 2.014.043 2.060.103 8.056.834 1.948.716,41

Jasa Pendidikan 3.495.295,83 3.482.282 3.641.785 3.680.011 14.299.374 3.523.650,10

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.497.221,22 1.455.682 1.518.965 1.653.939 6.125.808 1.681.088,46

Jasa lainnya 1.848.017,31 1.555.909 1.643.512 1.669.499 6.716.938 1.696.897,68

PDRB 114.201.430 104.633.650 109.580.480 112.880.238 441.295.799 113.761.686

SISI PENAWARAN (dlm juta Rp)

2020

Page 25: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Dilihat berdasarkan pangsa sektoralnya, Industri Pengolahan menjadi sektor dengan pangsa

terbesar bagi perekonomian Provinsi Banten mencapai mencapai 31,46% atau sebesar Rp38,20

triliun. Lebih lanjut, sektor Perdagangan berada pada posisi kedua sebesar Rp15,35 triliun atau

sebesar 13,13%. Sementara itu, sektor Konstruksi berada pada posisi ketiga dengan nilai sebesar

Rp11,84 triliun atau sebesar 11,88%.

Tabel I.5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Berdasarkan Lapangan Usaha (ADHK)

xSumber: BPS Provinsi Banten

1.2.1. Industri Pengolahan

Industri Pengolahan terkontraksi sebesar -0,49% (yoy), membaik dibandingkan triwulan IV

2020 yang kontraksi sebesar -3,36%(yoy). Meredanya kontraksi yang terjadi didorong oleh

membaiknya permintaan ekspor produk industri didorong oleh pemulihan ekonomi dan relaksasi

kebijakan lockdown8 dari beberapa negara mitra dagang utama. Subsektor yang mendorong

perbaikan antara lain subsektor Industri Kimia dan Industri Alas Kaki.

Dari hasil liaison dan FGD Bank Indonesia Banten, terkonfirmasi bahwa penjualan pada sektor

Industri Pengolahan mengalami perbaikan khususnya untuk komoditas utama seperti alas kaki.

8 Beberapa negara mitra dagang utama yang melakukan relaksasi kebijakan lockdown diantaranya Amerika Serikat,

Jepang, Tiongkok, dan beberapa negara Uni Eropa.

LAPANGAN USAHA 2021

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,93 4,16 4,08 2,05 3,55 8,40

Pertambangan dan Penggalian 2,68 -1,11 -16,85 -17,71 -8,30 -18,88

Industri pengolahan 0,37 -9,12 -6,57 -3,36 -4,67 -0,49

Pengadaan Listrik dan Gas -6,87 -18,45 -12,77 -7,92 -11,43 1,45

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang6,33 6,34 8,27 8,79 7,45 7,26

Konstruksi 6,17 -6,31 -5,65 -4,62 -2,82 5,84

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor4,11 -5,03 -3,87 -6,39 -2,86 -2,74

Transportasi dan Pergudangan -2,93 -46,56 -35,56 -28,90 -28,69 -22,93

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,69 -11,83 -8,76 -6,02 -5,09 -4,61

Informasi dan Komunikasi 8,70 9,81 9,11 8,95 9,14 9,42

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,22 3,01 2,77 2,90 2,72 4,45

Real Estate 8,26 -0,18 -0,21 1,07 2,15 1,34

Jasa Perusahaan 8,48 -9,22 -6,59 -9,71 -4,42 -12,19

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib2,66 -3,14 -1,68 -0,27 -0,65 -2,67

Jasa Pendidikan 3,03 -1,66 2,02 1,98 1,33 0,81

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,63 3,43 5,48 12,33 7,50 12,28

Jasa lainnya 7,97 -11,76 -8,71 -8,63 -5,43 -8,18

PDRB 3,18 -7,27 -5,32 -3,92 -3,38 -0,39

2020

Page 26: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Hal ini dipicu oleh peningkatan ekspor alas kaki selama triwulan I 20219. Berdasarkan informasi

yang diperoleh dari asosiasi industri alas kaki, Banten juga mendapatkan pengalihan order dari

Tiongkok yang mendorong pertumbuhan permintaan di atas triwulan sebelumnya. Permintaan

ekspor didorong oleh sepatu olah raga sejalan dengan adanya shifting lifestyle masyarakat di

negara utama tujuan ekspor untuk berolahraga di dalam rumah. Lebih lanjut, pada triwulan I 2021

industri kimia masih cukup kuat yang didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan

peralihan permintaan domestik dari impor ke industri kimia nasional. Di samping itu,

meningkatnya permintaan packaging untuk makanan, mendorong permintaan terhadap barang

plastik10

.

Di sisi lain, moderasi pembiayaan perbankan menahan pertumbuhan Industri Pengolahan lebih

lanjut lagi. Penyaluran kredit perbankan untuk Industri Pengolahan pada triwulan I 2021 masih

berada dalam zona kontraksi sebesar -12,43% (yoy), melambat dibandingkan periode sebelumnya

yang tercatat hingga -3,57% (yoy). Sebagai informasi, berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia

Banten triwulan I 2021 menunjukkan secara rata-rata proporsi sumber dana investasi pelaku usaha

korporasi sebesar 95,1% berasal dari non bank dan hanya 4,9% yang berasal dari perbankan.

Sementara sumber dana modal kerja pelaku usaha korporasi secara rata-rata proporsi 89,14%

berasal dari non bank dan hanya 10,86% yang berasal dari perbankan.

9 FGD dengan Aprisindo, April 2021.

10 FGD dengan Industri Kimia, April 2021.

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik I.22. Perkembangan Kredit Perbankan

ke Industri Pengolahan di Provinsi Banten

Sumber : Bank Indonesia

Grafik I.23. Proporsi Sumber Pembiayaan

Investasi Korporasi

Page 27: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor11

pada triwulan I

2021 terkontraksi sebesar -2,74% (yoy), membaik dibandingkan triwulan IV 2020 yang

terkontraksi -6,39% (yoy). Pertumbuhan sektor perdagangan didorong oleh peningkatan

mobilitas masyarakat sebagaimana tercermin pada Google Mobility Index. Meskipun belum

mencapai tingkat mobilitas di atas baseline atau kembali pulih seperti sebelum pandemi, namun

telah terindikasi adanya kenaikan mobilitas masyarakat terutama dari dan ke toko bahan

makanan, apotek, dan area residensial. Ketiga tujuan mobilitas tersebut merupakan kelompok

esensial selama pandemi yang mendukung kebutuhan pokok masyarakat. Mulai meningkatnya

pergerakan masyarakat menyebabkan pertumbuhan terhadap permintaan domestik sepanjang

triwulan I 2021.

Peningkatan permintaan terhadap sektor perdagangan juga tercermin pada hasil Survei Penjualan

Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten yang menunjukkan adanya

peningkatan Indeks Penjualan Riil (IPR) atau kenaikan omzet penjualan sebesar 4,08%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terdapat pada kelompok Makanan,

Minuman, dan Tembakau dengan IPR yang tercatat sebesar 11,65%. Secara spesifik, peningkatan

signifikan terdapat pada komoditas Bahan Makanan dengan IPR sebesar 14,42% dan diikuti oleh

komoditas Makanan Jadi yang mencatatkan peningkatan sebesar 10,40%. Membaiknya

perekonomian masyarakat, yang diamplifikasi oleh momentum Tahun Baru, menumbuhkan

permintaan terhadap kelompok tersebut sebagai salah satu kebutuhan non leisure yang secara

historis mengalami peningkatan pada awal tahun.

Peningkatan kinerja juga diperlihatkan oleh penjualan kelompok Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor. Berdasarkan hasil SPE, secara agregat penjualan kelompok tersebut di Banten

mengalami kenaikan sebesar 4,97% pada triwulan I 2021. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh

penjualan komoditas Solar dan Pertalite yang masing-masing tercatat sebesar 8,90% dan 8,18%.

Penjualan terhadap komoditas Solar sejalan dengan posisi Provinsi Banten sebagai penghubung

logistik pangan Pulau Jawa dan Sumatera yang mengalami peningkatan permintaan selama Hari

Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN), sehingga mendorong konsumsi bahan bakar tersebut

yang secara dominan digunakan oleh transportasi logistik. Sementara itu, peningkatan mobilitas

11 Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor untuk selanjutnya disebut

perdagangan

Page 28: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

ke tempat wisata di Provinsi Banten selama libur panjang awal tahun juga mendorong permintaan

terhadap komoditas Solar.

Mulai membaiknya sektor perdagangan didukung oleh penyaluran kredit perbankan terhadap

sektor tersebut. Pada triwulan I 2021, penyaluran kredit terhadap sektor perdagangan tercatat

meningkat sebesar 11,40% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 9,23% (yoy).

Secara umum, penggunaan kredit pada sektor tersebut didominasi sebagai modal kerja untuk

menopang kinerja pelaku usaha.

Dari sisi perdagangan produk bahan makanan dan makanan jadi, terdapat peningkatan impor

terhadap kelompok barang konsumsi tersebut. Pada triwulan I 2021, angka impor makanan non-

olahan tercatat tumbuh sebesar 13,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

dengan pertumbuhan impor sebesar 11,38% (yoy). Sementara impor makanan olahan juga

mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 31,54% (yoy) setelah pada triwulannya tumbuh

sebesar 25,61% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik I.21. Perkembangan Kredit Perdagangan dan

Konsumsi (yoy) Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik I.22. Perkembangan Impor Barang Konsumsi

1.2.3. Konstruksi

Pada triwulan I 2021, kinerja konstruksi tumbuh positif sebesar 5,84% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan kontraksi pada triwulan IV 2020 yang sebesar -4,62% (yoy). Peningkatan sektor

konstruksi disebabkan oleh mulai berjalannya investasi yang sempat tertahan selama pandemi.

Investasi bangunan telah menunjukkan peningkatan yang didorong oleh investasi pada sektor real

estate sebagai realisasi PMA terbesar kedua di Provinsi Banten pada triwulan I 2021. Selain itu,

pertumbuhan yang terjadi pada sektor ini didorong oleh penyelesaian beberapa proyek multiyears

Page 29: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

seperti proyek-proyek strategis nasional12

. Selain itu, masih berlanjutnya pembangunan proyek

infrastruktur Nasional, pembangunan beberapa pabrik khususnya pabrik industri kimia dan baja

di Provinsi Banten juga turut meningkatkan pertumbuhan yang terjadi pada sektor ini.

Pembangunan proyek properti hunian dan klaster, kawasan industri, hotel, pusat-pusat

perniagaan, dan perkantoran yang turut medorong pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan

I 2021.

Di sisi lain, terdapat moderasi perkembangan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor

konstruksi meskipun tercatat pertumbuhan kinerja yang signifikan di sektor tersebut. Penyaluran

kredit pada triwulan I 2021 terhadap sektor konstruksi terkontraksi sebesar -3,08% (yoy), lebih

dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar -0,49% (yoy). Kondisi tersebut

disebabkan oleh karakteristik proyek infrastruktur nasional di Provinsi Banten yang didanai oleh

APBN. Sementara berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Banten, proyek

swasta lainnya mendapatkan pembiayaan investasi dari non-bank dengan proporsi sebesar

95,1%.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik I.23. Perkembangan Kredit Konstruksi di Provinsi Banten

Beberapa proyek yang masih dalam tahap konstruksi di antaranya adalah jalan tol Serang-

Panimbang seksi 1 sepanjang 26,5 km dengan perkembangan yang telah mencapai 95,24%.

Pembangunan jalan tol Serang-Panimbang tercatat menelan investasi senilai Rp5,33 triliun.

Sementara itu, biaya konstruksi mencapai Rp3,57 triliun. Uji layak fungsi ditargetkan pada bulan

Juli 2021 dan pengoperasian untuk umum ditargetkan pada Oktober 2021. Selain itu, untuk

mendorong pertumbuhan perekonomian Provinsi Banten, Pemerintah telah berkomitmen untuk

12 Di antaranya terdapat pembangunan jalan tol Serang-Panimbang seksi 1, jalan tol Serpong-Balaraja, dan

Bendungan Karian

Page 30: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

mengakselerasi pembangunan infrastruktur prioritas lainnya seperti jalan tol Serpong-Balaraja,

SPAM Karian-Serpong, KEK Tanjung Lesung, dan Kawasan Industri Wilmar.

1.2.4. Transportasi dan Pergudangan

Kinerja transportasi dan pergudangan pada triwulan I 2021 terkontraksi sebesar -22,93%

(yoy) membaik dibandingkan triwulan IV 2020 yang terkontraksi sebesar -28,90% (yoy).

Subsektor angkutan udara masih mendominasi sektor transportasi di Provinsi Banten, diikuti oleh

subsektor angkutan darat dan kemudian subsektor angkutan laut.

Lapangan usaha transportasi Provinsi Banten sangat berkaitan erat dengan aktivitas angkutan

udara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Data jumlah penumpang Bandara Soekarno-Hatta

untuk pesawat rute domestik pada triwulan I 202113

mengalami penurunan menjadi 1,15 juta

penumpang atau terkontraksi sebesar -73,55% (yoy), sedikit termoderasi dibandingkan

pertumbuhan jumlah penumpang triwulan IV 2020 sebesar -57,91% (yoy). Sementara untuk rute

internasional jumlah penumpang tercatat sebesar 350 ribu penumpang atau terkontraksi sebesar

-72,12% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -93,15% (yoy).

Sehingga secara total penumpang triwulan I 2021 tercatat sebesar 1,51 juta penumpang atau

termoderasi -84,19% (yoy). Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh -67,96% (yoy). Penurunan jumlah penumpang pada triwulan I 2021 sejalan dengan

kebijakan Pemerintah dalam membatasi mobilitas masyarakat untuk menahan penyebaran

pandemi lebih lanjut.

Dari sisi data pengiriman barang di Bandara Soekarno-Hatta, volume pengiriman barang rute

domestik pada triwulan I 2021 mencapai 29,24 ribu ton atau terkontraksi sebesar -20,69% (yoy)

setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 16,25% (yoy). Sementara itu, volume pengiriman

barang rute internasional triwulan I 2021 mencapai 6,77 ribu ton atau termoderasi -0,80% (yoy),

sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -0,56% (yoy). Sehingga,

total volume pengiriman kargo triwulan I 2021 tercatat sebesar 36 ribu ton atau termoderasi -

0,32% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang termoderasi -0,11% (yoy).

13 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)

Page 31: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPS

Grafik I.24. Data Penumpang Pesawat di

Bandara Soekarno Hatta

Sumber: BPS

Grafik I.25. Data Pengiriman Barang

Menggunakan Moda Angkutan Udara di

Bandara Soekarno-Hatta

1.2.5. Real Estate

Kinerja real estate pada triwulan I 2021 tumbuh meningkat sebesar 1,34% (yoy), atau lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,07% (yoy). Permintaan tipe

apartemen di area Tangerang Raya terus tumbuh dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan

rumah tapak. Sementara di wilayah lainnya seperti di Serang, Lebak, dan Pandeglang tipe rumah

tapak masih lebih diminati. Ke depan, prospek pengembangan kota mandiri, pengembangan area

sekitar exit tol serta klaster-klaster perumahan baru yang diiringi dengan pembangunan akses

jalan, moda transportasi serta fasilitas pendukung lainnya diharapkan akan terus meningkatkan

konektivitas antar daerah dan membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru sehingga

kinerja sektor real estate dapat semakin mendukung perekonomian Provinsi Banten.

Data Indonesia Property Watch menunjukkan adanya pertumbuhan signifikan di sektor real estate

pada triwulan I 2021. Peningkatan penjualan terutama terjadi pada rumah ready stock, di mana

secara agregat penjualan unit rumah di wilayah Jabodebek-Banten tumbuh sebesar 10,9% (qtq)

atau lebih tinggi dari pertumbuhan penjualan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,2% (qtq). Saat

ini pergerakan pasar properti masih bervariasi dan belum membentuk pola yang stabil.

Pertumbuhan unit terjual di segmen harga lebih dari Rp2 miliar relatif tinggi sebesar 238,5% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan unit terjual terkontraksi -43,5% (qtq).

Peningkatan tersebut menyebabkan komposisi unit terjual pada triwulan I 2021 untuk segmen

harga lebih dari Rp2 miliar juga naik dari 1,5% menjadi 4,6%. Namun demikian jumlah unit terjual

masih didominasi rumah di segmen harga di bawah Rp1 miliar.

Page 32: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Di sisi lain, nilai penjualan perumahan di Jabodebek-Banten sepanjang triwulan I 2021 tumbuh

melambat sebesar 7,2% (qtq) setelah sebelumnya tumbuh 8,5% (qtq). Pada periode tersebut,

perlambatan pertumbuhan rata-rata harga jual rumah terdalam terjadi di Kota Serang dengan

moderasi 19,2% (qtq) dan diikuti oleh Kota Tangerang sebesar 8,1% (qtq). Sementara itu, rata-

rata harga jual rumah di Cilegon tercatat tumbuh meningkat sebesar 3,9% (qtq).

Data pembiayaan untuk sektor properti di Provinsi Banten menunjukkan pertumbuhan penyaluran

kredit yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2021, data pembiayaan

untuk properti di Provinsi Banten tercatat sebesar 9,03% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,40% (yoy). Pertumbuhan tertinggi kredit

properti pada triwulan I 2021 terutama untuk jenis pembiayaan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen)

khususnya tipe s.d. 21 yang mencapai pertumbuhan 20,21% (yoy) diikuti oleh KPA tipe di atas 70

dengan pertumbuhan yang mencapai 18,53% (yoy), dan KPA tipe 22 s.d. 70 yang tumbuh

15,82% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia

Grafik I.26. Pertumbuhan Kredit Properti Provinsi Banten

Page 33: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab II. Keuangan Pemerintah

Secara keseluruhan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) untuk wilayah Banten mengalami

penurunan di tahun 2021. Secara akumulatif, pagu

Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/

Kota mengalami penurunan sebesar 7,7%

dibandingkan tahun 2020. Sementara, pagu Belanja

wilayah Banten meningkat sebesar 1,7% dibandingkan

tahun sebelumnya.

Sampai dengan Triwulan I 2021, realisasi pendapatan

tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja

daerah. Apabila dibandingkan dengan tahun 2020,

kinerja pendapatan daerah tercatat sama dengan

periode yang sama tahun 2020 yaitu sebesar 17,1%.

Sementara belanja daerah triwulan I 2021 tercatat lebih

rendah dibandingkan Triwulan I 2020.

Sementara itu realisasi Dana Transfer ke wilayah Banten

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

tercatat sebesar 14,4% atau terpantau relatif baik

walaupun tercatat sedikit mengalami penurunan pagu.

Page 34: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

2.1. KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN & KABUPATEN/KOTA

Total pagu Pendapatan Pemerintah Provinsi Banten dan delapan Kabupaten/kota pada tahun

2021 mencapai Rp35,16 triliun, turun sebesar 7,7% (yoy) dibandingkan tahun 2020 yang

mencapai Rp38,12 triliun. Meski demikian, pagu Belanja pada tahun 2021 mengalami

peningkatan sebesar 1,7% (yoy) dari sebesar Rp35,58 triliun pada tahun 2020 menjadi sebesar

Rp36,18 triliun pada tahun 2021.

Tabel II.1. Perkembangan dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten (dalam Rp Juta)

Sumber: DJPK dan Pemda Wilayah Banten (di olah)

Sampai dengan triwulan I tahun 2021, realisasi Pendapatan APBD Pemprov Banten dan delapan

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten senilai Rp6,02 triliun atau mencapai 17,1% dari target 2021,

sama dengan realisasi tahun 2020 yang juga mencapai 17,1%. Sementara itu, realisasi Belanja

APBD senilai Rp2,83 triliun atau 7,8% dari total pagu Belanja, lebih rendah dibandingkan realisasi

pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 11,6%.

2.2. KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

Pagu Pendapatan Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2021 senilai Rp11,63 triliun, menurun

sebesar Rp976,23 miliar atau 7,7% (yoy) dibandingkan tahun 2020 dengan nilai Rp12,61 triliun.

Sementara itu, pagu Belanja mengalami peningkatan sebesar Rp2,73 triliun atau sebesar 20,7%

(yoy) dari Rp13,21 triliun menjadi Rp15,95 triliun pada tahun 2021.

Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Banten pada triwulan I 2021 senilai Rp1,64 triliun

atau mencapai 14,1% dari pagu, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada twiwulan I 2020 sebesar

13,4%. Lebih rinci, realisasi perolehan dana perimbangan meningkat dari Rp287,59 miliar menjadi

sebesar Rp464,08 miliar. Sementara itu, pendapatan asli daerah (PAD) menjadi komponen yang

mengalami penurunan nominal menjadi sebesar Rp1,18 triliun dengan realisasi sebesar 16,3%.

2020 2021

APBD REALISASI % APBD REALISASI %

Total Pendapatan Daerah 38,117,950 6,536,600 17.1% 35,164,910 6,017,420 17.1%

Total Belanja Daerah 35,581,080 4,143,480 11.6% 36,184,410 2,827,280 7.8%

Surplus / (Defisit) 2,536,870 2,393,120 (1,019,500) 3,190,140

URAIANS.D. TW I-2020 S.D. TW I-2021

Page 35: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Tabel II.2. Perkembangan dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten

(dalam Rp juta)

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Dari sisi pos belanja daerah, realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Banten sebesar Rp1,25

triliun atau 7,9% dari total pagu belanja tahun 2021. Secara nominal mengalami peningkatan

namun capaian realisasi ini lebih rendah dibandingkan tahun 2020 sebesar 9,4%. Dengan

demikian, berdasarkan capaian tersebut APBD Pemprov Banten pada triwulan I 2021 tercatat

mengalami surplus sebesar Rp390,43 miliar dibandingkan target defisit APBD 2021 sebesar

Rp4,31 triliun.

2.2.1. Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Banten

Realisasi perolehan pendapatan daerah tetap terjaga di tengah penurunan pagu pendapatan

APBD Pemerintah Provinsi Banten. Hingga triwulan I 2021 penurunan pagu pendapatan

terutama terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan.

Sementara itu, Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Banten mencapai Rp1,64 triliun atau

sebesar 14,1% terhadap target pendapatan tahun 2021. Persentase realisasi pendapatan tersebut

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2020 sebesar 13,4%.

Pada tahun 2021, Struktur komponen Pendapatan Pemerintah Provinsi Banten masih didominasi

oleh PAD sebesar Rp7,25 triliun atau mencapai 62,3% terhadap pagu pendapatan, diikuti Dana

Perimbangan senilai Rp4,38 triliun dengan pangsa sebesar 37,7%, dan Lain-lain Pendapatan yang

Sah dengan nilai Rp6,2 miliar dengan pangsa 0,1%.

2020 2021

APBD REALISASI % APBD REALISASI %

Pendapatan Daerah : 12,609,363 1,695,471 13.4% 11,633,132 1,644,107 14.1%

- Pendapatan Asli Daerah 8,154,746 1,406,284 17.2% 7,246,729 1,180,025 16.3%

- Dana Perimbangan 4,448,418 287,589 6.5% 4,380,203 464,082 10.6%

- Lain-lain pendapatan yang sah 6,200 1,598 25.8% 6,200 - 0.0%

Belanja Daerah : 13,214,391 1,247,804 9.4% 15,948,252 1,253,678 7.9%

- Belanja Tidak Langsung 8,237,681 906,551 11.0% 7,425,097 975,526 13.1%

- Belanja Langsung 4,976,710 341,253 6.9% 8,523,155 278,152 3.3%

Surplus / (Defisit) (605,028) 447,667 (4,315,120) 390,429

Penerimaan Pembiayaan Daerah : 655,028 0% 4,380,122 497,838 11.4%

- Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 655,028 953,903 146% 237,112 - 0.0%

Pengeluaran Pembiayaan Daerah : 50,000 - 65,000 - 0.0%

- Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 50,000 - 65,000 - 0.0%

Pembiayaan Netto 605,028 - 0% 4,315,122 497,838 11.5%

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

TAHUN BERKENAAN- 447,667 - 888,267

URAIAN

S.D. TW I-2020 S.D. TW I-2021

Page 36: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Dari grafik II.1 terlihat bahwa struktur pendapatan pada APBD Pemerintah Provinsi Banten relatif

stabil selama empat tahun terakhir.

Tabel II.3. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Banten

per Komponen (Rp juta)

Sumber: BPKAD Pemerintah Provinsi Banten, diolah

Pendapatan Asli Daerah

PAD Pemerintah Provinsi Banten terutama ditopang oleh pajak daerah dengan pangsa mencapai

93,1% dari total PAD. Pagu perolehan pajak daerah mengalami penurunan sebesar 12,9% (yoy)

dari Rp7,75 triliun pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp6,75 triliun pada tahun 2021. Sejalan hal

tersebut, realisasi penerimaan pajak daerah juga tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan I

2020 2021

APBD REALISASI % APBD REALISASI %

Pendapatan Asli Daerah : 8,154,746 1,406,284 17.2% 7,246,729 1,180,025 16.3%

- Pajak Daerah 7,748,115 1,368,720 17.7% 6,746,237 1,154,900 17.1%

- Retribusi Daerah 20,701 1,172 5.7% 12,036 1,332 11.1%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 51,511 - 0.0% 52,966 - 0.0%

- Lain-lain PAD 334,419 36,392 10.9% 435,490 23,793 5.5%

Dana Perimbangan/Transfer Ke Daerah : 4,448,418 287,589 6.5% 4,380,203 464,082 10.6%

Lain-lain Pendapatan : 6,200 1,598 25.8% 6,200 - 0.0%

Pendapatan Hibah 6,200 1,598 25.8% 6,200 - 0.0%

- Dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta dalam

Negeri/Otonomi Khusus-

Pendapatan Lainnya -

Total Pendapatan 12,609,363 1,695,471 13.4% 11,633,131 1,644,106 14.1%

URAIAN

S.D. TW I-2020 S.D. TW I-2021

Sumber: BPKAD Pemerintah Provinsi Banten, diolah

Grafik II.1. Postur Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Banten

Page 37: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

2020 yaitu sebesar 17,1% terutama akibat kurang maksimalnya penerimaan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor (BBNKB). Penurunan tersebut terjadi seiring pelaksanaan kebijakan

Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) dan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM) berskala mikro untuk mencegah penyebaran COVID-19 di Provinsi Banten

yang mengakibatkan terbatasnya aktivitas dan mobilitas masyarakat yang juga menyebabkan

kontraksi pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten. Selain itu, pembatasan operasional di

hampir seluruh wilayah Banten, khususnya Tangerang Raya, berpengaruh pada pelayanan dan

penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor.

Tabel II.4. Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta)

Sumber: Direktorat Evaluasi dan Sistem Informasi, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Dana Perimbangan

Dana Perimbangan atau Dana Transfer ke Daerah merupakan dana yang diperoleh dari

pemerintah pusat dan bersumber dari APBN untuk membiayai berbagai kebutuhan pembangunan

di daerah baik yang yang penggunaannya telah ditetapkan secara khusus maupun yang dapat

dialokasikan sesuai kebutuhan pembangunan masing-masing daerah.

Pada tahun 2020, Pagu Dana Perimbangan mengalami penurunan sebesar 1,5% (yoy), dari

sebelumnya Rp4,45 triiun menjadi Rp4,38 triliun. Komponen Dana Perimbangan terdiri dari Bagi

Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DAK

utamanya diperuntukan untuk DAK Non Fisik yaitu dukungan pendanaan khusus untuk belanja

operasional berbasis unit cost seperti untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan

Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Tunjangan Profesi

Guru.

REALISASI

Pajak kendaraan bermotor 640,249

Bea balik nama kendaraan bermotor 401,942

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 188,831

Pajak air permukaan 9,651

Pajak Rokok 140,610

Total 1,381,283

Jenis Pajak

S.D. TW I-2021

Page 38: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Selanjutnya, realisasi Dana Perimbangan triwulan I Pemerintah Provinsi Banten sebesar 10,6%

lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan I 2020 yang mencapai 6,5%. Peningkatan realisasi

DAK Fisik terutama didorong terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.101/PMK.07/2020

yang salah satunya tercantum penghapusan persyaratan realisasi DAK Fisik.

Derajat Desentralisasi Fiskal

Tingkat kemandirian fiskal Provinsi Banten mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)14

tahun 2021 sebesar 62,3%. Hal ini salah satunya dipengaruhi

penurunan pendapatan daerah yang lebih dalam dibandingkan penurunan PAD sehubungan

pandemi Covid-19. Tingkat kemandirian fiskal Provinsi Banten tersebut masih dalam kategori baik

sebab DDF di atas 50%.

14 DDF adalah Rasio antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah. DDF digunakan untuk

melihat tingkat kemampuan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II.2. Realisasi Pendapatan APBD

Pemerintah Provinsi Banten

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II.3. Realisasi Pendapatan

per Jenis Pendapatan

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II.4. Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi Banten

Page 39: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

2.2.2 Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Banten

Pagu anggaran belanja Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2021 adalah sebesar Rp15,95

triliun, meningkat dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp13,21 triliun. Anggaran

belanja tersebut didominasi oleh Belanja Modal dengan nilai Rp5,48 triliun (pangsa 34,4%), diikuti

oleh Belanja barang dan Jasa dengan nilai Rp3,04 triliun (pangsa 19,1%). Meningkatnya pagu

belanja pada tahun 2021 tersebut terutama didorong oleh peningkatan pagu Belanja Modal yang

naiksebesar Rp3,45 triliun atau 170,1% (yoy), dari sebesar Rp2,03 triliun menjadi Rp5,48 triliun.

Di sisi lain terjadi penurunan belanja pegawai sebesar Rp667,36 miliar atau 26,1% (yoy).

Tabel II.5. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Banten

(Rp juta)

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Secara umum, struktur belanja APBD Pemerintah Provinsi Banten tahun 2021 di dominasi oleh

belanja modal dengan pangsa 34,4%, diikuti belanja barang dan jasa, belanja bagi hasil, belanja

bunga dan hibah, dan belanja pegawai, dengan pangsa masing-masing sebesar 19,1%, 16,5%,

14,8 dan 11,9%. Struktur tersebut mengalami sedikit perubahan dibandingkan tahun 2020 yang

didominasi oleh belanja barang dan jasa dan diikuti oleh belanja bagi hasil dan belanja pegawai.

URAIAN 2020 2021

APBD REALISASI % APBD REALISASI %

Belanja Pegawai 2,560,274 442,110 17.3% 1,892,916 403,815 21.3%

Belanja Bunga dan Hibah 2,333,530 73,826 3.2% 2,360,217 2,737 0.1%

Belanja Bagi Hasil 2,783,519 386,292 13.9% 2,627,810 551,222 21.0%

Belanja Barang dan Jasa 2,880,428 326,216 11.3% 3,043,944 276,409 9.1%

Belanja Modal 2,028,761 8,104 0.4% 5,479,211 1,743 0.0%

Belanja Lainnya 627,879 11,255 24.9% 544,155 17,753 3.3%

Total Belanja 13,214,391 1,247,804 9.4% 15,948,252 1,253,678 7.9%

S.D. TW I-2020 S.D. TW I-2021

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II.5. Perkembangan Realisasi Belanja

Daerah APBD Pemerintah Provinsi Banten

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II.6. Postur Belanja APBD

Pemerintah Provinsi Banten

Page 40: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Hingga triwulan I 2021, serapan anggaran belanja Pemerintah Provinsi Banten tercatat sebesar

7,9%, lebih rendah dibanding triwulan I 2020 sebesar 9,4%. Dorongan realisasi tersebut terjadi

pada realisasi Belanja Pegawai, Belanja Bagi Hasil, dan Belanja Modal yaitu masing-masing sebesar

21,3%, 21,0%, dan 9,1%. Sementara itu realisasi Belanja Hibah lebih rendah dibanding realisasi

pada triwulan I 2020.

Belanja hibah pada APBD provinsi adalah Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari

pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,

masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,

bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk

menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah15

. Realisasi belanja hibah sampai dengan

triwulan I 2021 adalah sebesar 0,1% lebih rendah dibanding realisasi pada triwulan I 2020 sebesar

3,2%.

Sementara itu realisasi pada komponen belanja modal mencapai sebesar 0,03%. Komponen

Belanja Modal terdiri dari belanja modal gedung dan bangunan (pangsa: 39,8%) terutama

ditujukan pada bangunan gedung tempat kerja dan tempat tinggal, belanja modal jalan, irigasi,

dan jaringan (pangsa: 30,5%) terutama ditujukan untuk pengadaan jalan, pengembangan sumber

daya air, dan pengaman sungai, belanja modal tanah 9pangsa: 17,3%), dan belanja modal

peralatan dan mesin (pangsa: 11,8%) terutama ditujukan pengadaan alat kedokteran, Dana Bos

(alat peraga sekolah), dan pengadaan unit-unit laboratorium.

Tabel II.7. Realisasi Belanja Modal Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta)

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

15

Permendagri No 123/2018

2021

APBD REALISASI %

Belanja Modal Tanah 949,836 397 0.04%

Belanja Modal Peralatan dan Mesin 648,055 749 0.12%

Belanja Modal Gedung dan Bangunan 2,180,218 597 0.03%

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 1,670,007 - 0.00%

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 30,780 - 0.00%

Belanja Modal lain-lain 316 - 0.00%

Total 5,479,211 1,743 0.03%

Belanja Modal

S.D. TW I-2021

Page 41: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

2.3. KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Tabel II.8. Perkembangan dan Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

di Provinsi Banten (Rp juta)

Sumber: http://www.djpk.kemenkeu.go.id dan BPKAD se-Provinsi Banten (diolah)

Total anggaran pendapatan delapan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada tahun

2021 sebesar Rp23,53 triliun, menurun sebesar 7,7% (yoy) dibandingkan anggaran tahun 2020

sebesar Rp25,51 triliun. Pada sisi belanja, total anggaran belanja yang ditargetkan pada tahun

2021 adalah sebesar Rp20,23 triliun, mengalami penurunan sebesar 9,5% (yoy) dibandingkan

anggaran tahun 2020 sebesar Rp22,37 triliun.

Sampai dengan Triwulan I 2021, realisasi pendapatan delapan Pemerintah Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten adalah sebesar 18,6%, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan I

2020. Hal ini sejalan dengan realisasi Belanja delapan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi

Banten pada triwulan I 2021 yang juga lebih rendah dibandingkan triwulan I 2021, yatu dari

12,9% mejadi 7,8%.

Secara spasial16

, anggaran pendapatan terbesar dimiliki oleh Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan dengan pangsa masing-masing sebesar 25,9%, 19,7%,

dan 14,6%. Besarnya pendapatan di ketiga daerah tersebut didorong oleh Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang cukup besar, dimana komponen utamanya adalah pendapatan pajak daerah

yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB). Sementara pada daerah lainnya, PAD yang dimiliki relatif kecil dan masih

didominasi oleh dana transfer pemerintah pusat.

16 Data Kabupaten Serang tidak tersedia

2020 2021

APBD REALISASI % APBD REALISASI %

Total Pendapatan Daerah 25,508,587 4,841,129 19.0% 23,531,778 4,373,313 18.6%

Total Belanja Daerah 22,366,689 2,895,676 12.9% 20,236,158 1,573,602 7.8%

Surplus / (Defisit) (2,620,460) 2,504,633 3,295,620 2,799,712

URAIANS.D. TW I-2020 S.D. TW I-2021

Page 42: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Grafik II.7. Proporsi Pendapatan Daerah

Kabupaten/Kota

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Grafik II. 8. Proporsi Belanja Daerah

Kabupaten/Kota

Sejalan dengan sisi pendapatan, daerah dengan anggaran belanja terbesar adalah Kabupaten

Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan dengan pangsa masing-masing sebesar

25,8%, 20,5% dan 14,5%. Tingginya anggaran belanja di ketiga wilayah tersebut sangat terkait

dengan besarnya pendapatan daerah. Jenis belanja yang dilakukan oleh Kabupaten/kota terutama

adalah belanja tidak langsung pegawai diikuti dengan belanja barang dan jasa..

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II.9. Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten

Selanjutnya, Kemandirian daerah dalam membiayai aktivitas pemerintahan dan pembangunan

daerahnya dapat ditunjukan oleh Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF). Semakin tinggi DDF maka

menunjukan semakin besar porsi PAD terhadap pembentukan pendapatan daerah dan semakin

kecil ketergantungan suatu daerah terhadap dana pemerintah pusat, serta sebaliknya.

Hingga triwulan I 2021, DDF tertinggi terdapat di Kota Tangerang yaitu 50,8%, diikuti oleh Kota

Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang masing-masing sebesar 49,1% dan 45,6%.

Page 43: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Tingginya tingkat kemampuan di tiga daerah tersebut atau biasa disebut sebagai Tangerang Raya,

tidak terlepas dari aktivitas bisnis di Provinsi Banten yang terpusat di wilayah tersebut, baik untuk

lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan, dan juga real estate.

Sementara itu, daerah dengan DDF terendah adalah Kabupaten Pandeglang, Kota Serang, dan

Kabupaten Lebak dengan DDF masing-masing sebesar 9,4%, 14,4%, dan 15,0%. Rendahnya DDF

tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kemandirian daerah dalam membiayai kegiatan

pemerintahan dalam kategori rendah. Sebagaimana diketahui, Kabupaten Lebak dan Kabupaten

Pandeglang merupakan daerah yang didominasi oleh lapangan usaha pertanian dan perkebunan,

sehingga PAD yang bisa dihasilkan juga relatif kecil dibandingkan wilayah lain. Sementara untuk

Kota Serang, dengan status sebagai Ibukota Provinsi Banten, angka DDF tersebut belum

mencerminkan sebagai pusat kegiatan ekonomi ataupun bisnis.

Pada triwulan I 2021, persentase realisasi pendapatan terbesar terjadi di Kabupaten Pandegelang

yaitu sebesar 28,8%, diikuti Kota Tangerang Selatan dan Kota Cilegon masing-masing sebesar

24,5% dan 20,3%. Adapun daerah dengan realisasi terendah adalah Kota Serang yaitu sebesar

6,3%.

Sumber: DJPK Kemenkeu dan BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II. 10. Realisasi Total Pendapatan

Kabupaten/Kota

Sumber: DJPK Kemenkeu dan BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II. 11. Realisasi Total Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten/Kota

Dari sisi realisasi PAD, capaian tertinggi terjadi di Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 25,8%,

diikuti oleh Kabupaten Lebak dan Kota Cilegon dengan realisasi masing-masing sebesar 19,7%

dan 17,6%. Sementara itu, realisasi PAD terendah terjadi di Kota Serang sebesar 1,0%.

Page 44: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Dari sisi belanja daerah, realisasi tertinggi terjadi di Kabupaten Pandegelang mencapai 21,2%,

diikuti Kota Tangerang dan Kota Cilegon dengan realisasi masing-masing sebesar 12,2% dan

9,3%. Sementara itu, realisasi belanja terendah terjadi di Kabupaten Tangerang sebesar 7,7%.

2.4. REALISASI ALOKASI DANA APBN

Pagu Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk seluruh wilayah

Banten pada tahun 2021 adalah sebesar Rp15,41 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun

2020 yang sebesar Rp15,72 triliun. Menurut jenis belanja, penurunan didorong oleh

menurunnya Belanja Barang dan Belanja Pegawai, sementara pagu untuk Belanja Modal dan

Dana Desa mengalami peningkatan.

Tabel II.9. Alokasi APBN

Per Jenis Belanja di Provinsi Banten (Rp juta)

Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu (diolah)

Apabila dilihat menurut jenisnya, Penurunan pagu APBN di wilayah Provinsi Banten didorong oleh

menurunnya pagu pada Belanja Barang dan Belanja Pegawai masing-masing sebesar 11,8% (yoy)

2020 2021

PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %

Belanja Pegawai 3,883,395 709,467 18.3% 3,792,441 685,697 18.1%

Belanja Barang 4,870,659 593,988 12.2% 4,293,936 483,812 11.3%

Belanja Modal 2,623,272 176,913 6.7% 3,034,672 343,905 11.3%

Belanja Bantuan Sosial 20,325 0 0.0% 12,183 832 6.8%

Dana Alokasi Khusus (DAK) 3,200,795 649,762 20.3% 3,148,040 606,432 19.3%

Dana Desa 1,122,813 11,165 1.0% 1,135,032 95,528 8.4%

Total APBN 15,721,260 2,141,295 13.6% 15,416,304 2,216,206 14.4%

URAIAN

S.D. TW I-2021S.D. TW I-2020

Sumber: DJPK Kemenkeu dan BPKAD Provinsi Banten, diolah

Grafik II. 12. Realisasi Total Belanja Kab/Kota di Provinsi Banten

Page 45: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

dan 2,3% (yoy). Dari sisi realisasi APBN, capaian realisasi tertinggi terjadi pada DAK sebesar 19,3%

dan Belanja Pegawai sebesar 18,1%. Di sisi lain, realisasi terendah terjadi pada Belanja Bantuan

Sosial dan Dana Desa masing-masing sebesar 6,8% dan 8,4%. Sementara itu, sampai dengan

triwulan I 2020, APBN yang dialokasi ke Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2020 mampu

direalisasikan sebesar 14,4% terutama diperuntukan Belanja Pegawai dengan pangsa 30,9%,

diikuti DAK 27,4%, dan Belanja Barang sebesar 21,8%. Selanjutnya, Penyaluran dana desa sampai

dengan triwulan I 2021 tercatat mencapai 8,4% ke desa-desa yang tersebar di Kabupaten Serang,

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Tangerang.

Sumber: DJPK Kemenkeu

Grafik II. 13. Pangsa APBN

Per Jenis Belanja

Sumber: DJPK Kemenkeu

Grafik II. 14. Realisasi APBN

Per Jenis Belanja (Rp Juta)

Page 46: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab III. Perkembangan Inflasi

Daerah

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Banten

pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 1,39% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 1,45% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut

juga lebih rendah dibanding historis 3 tahun terakhir

yaitu sebesar 3,41% (yoy). Adapun angka tersebut

berada di atas realisasi inflasi Nasional dan regional

Jawa yang masing-masing mencapai 1,37% (yoy) dan

1,28% (yoy).

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, penurunan

tekanan inflasi di Provinsi Banten disebabkan oleh

penurunan tekanan harga pada 5 (lima) dari 11

(sebelas) kelompok pengeluaran. Adapun penurunan

terutama terjadi pada Kelompok Makanan, Minuman

dan Tembakau serta Kelompok Perawatan Pribadi dan

Jasa Lainnya.

Secara spasial, penurunan inflasi di Provinsi Banten

pada triwulan I 2021 terutama disebabkan oleh

penurunan tekanan inflasi di Kota Serang dan Kota

Cilegon.

Page 47: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

3.1 INFLASI BANTEN TRIWULAN I 2021

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Banten pada triwulan I 2021 tercatat

sebesar 1,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

1,45% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut juga lebih rendah dibanding historis 3 tahun terakhir

yaitu sebesar 3,41% (yoy). Adapun angka tersebut berada di atas realisasi inflasi Nasional dan

regional Jawa yang masing-masing mencapai 1,37% (yoy) dan 1,28% (yoy).

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III.1 Inflasi Banten dan Nasional (yoy) Grafik III.2 Inflasi Banten dan Regional (yoy)

Secara spasial, penurunan tekanan inflasi yang terjadi di Provinsi Banten pada triwulan I 2021

disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi pada Kota Serang dan Kota Cilegon yang

menjadi kota sampel IHK Provinsi Banten yakni masing-masing tercatat sebesar 1,75% (yoy)

dan 1,39% (yoy) pada triwulan I 2021 setelah pada triwulan sebelumnya tercatat 1,91% (yoy)

dan 1,45% (yoy). Sementara itu, satu kota lainnya yakni Kota Tangerang mengalami

peningkatan tekanan inflasi pada triwulan I 2021, yakni sebesar 1,65% (yoy) sedangkan pada

triwulan sebelumnya sebesar 1,18% (yoy). Sebagai informasi, Kota Tangerang merupakan

kota sampel IHK di Provinsi Banten dengan bobot inflasi terbesar.

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III.3 Inflasi Banten dan Historis (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III.4 Inflasi Banten dan Kota Sampel IHK

(yoy)

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, penurunan tekanan inflasi di Provinsi Banten

disebabkan oleh penurunan tekanan harga pada 5 (lima) dari 11 (sebelas) kelompok

pengeluaran. Adapun penurunan terutama terjadi pada Kelompok Makanan, Minuman

Page 48: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

dan Tembakau serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Inflasi kelompok

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya pada triwulan I 2021 mengalami penurunan tekanan

menjadi sebesar 6,10% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 8,25% (yoy). Lebih

lanjut, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau juga mengalami penurunan. Kelompok

ini pada triwulan I 2021 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,81% (yoy) menurun

dibandingkan triwulan IV 2020 mencapai 1,72% (yoy). Kelompok Pakaian dan Alas Kaki dan

kelompok Rekreasi, Olahraga dan Budaya juga berada dalam kondisi penurunan dengan

capaian inflasi pada triwulan I 2021 masing-masing sebesar 2,61% (yoy) dan 0.25% (yoy)

setelah pada sebelumnya mencapai sebesar 2,81% (yoy) dan 0,45% (yoy). Selanjutnya,

kelompok Pendidikan juga mencatatkan penurunan tekanan menjadi deflasi sebesar 0,10%

(yoy) dari sebelumnya sebesar 0,55% (yoy).

Dari sisi andilnya, penurunan tekanan inflasi di Provinsi Banten pada triwulan I 2021

terutama didorong oleh penurunan tekanan pada 4 kelompok, yaitu Kelompok Makanan,

Minuman, dan Tembakau, Kelompok Pakaian dan Alas Kaki, Kelompok Pendidikan dan

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Andil Kelompok Makanan, Minuman, dan

Tembakau di triwulan I 2021 yakni sebesar 0,46% (yoy) dan menjadi kelompok pengeluaran

dengan andil inflasi tertinggi. Adapun Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya memiliki

andil sebesar 0,32% (yoy), mengalami sedikit penurunan setelah pada triwulan sebelumnya

mencatat andil sebesar 0,43% (yoy). Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran

dan Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga menjadi

kelompok pengeluaran dengan andil terbesar ketiga dan keempat dengan masing-masing

sebesar 0,22% (yoy) dan 0,13% (yoy). Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

menjadi kelompok dengan andil inflasi terendah pada triwulan I 2021, dengan andil sebesar -

0,01% (yoy).

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III.5 Inflasi Kelompok Pengeluaran Provinsi Banten (yoy)

Page 49: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III.6 Andil Inflasi Kelompok Pengeluaran Provinsi Banten (yoy)

Adapun secara tahunanan kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masih

memberikan andil yang tertinggi di antara 11 kelompok pengeluaran dan mengalami

penurunan tekanan pada triwulan I 2021. Komoditas kelompok Makanan, Minuman, dan

Tembakau yang memberikan andil inflasi yang cukup besar pada inflasi Provinsi Banten

diantaranya minyak goreng, tahu mentah, cabai rawit dan merah, tempe, air kemasan, daging

sapi, dan rokok putih. Selanjutnya, beberapa komoditas Kelompok Penyediaan Makanan dan

Minuman/Resto adalah nasi dengan lauk. Sementara itu, komoditas yang memberikan tekanan

tertinggi berasal dari kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yaitu emas perhiasan.

Tabel III. 1

Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi triwulan I 2021 (yoy)

Sumber : BPS, data diolah

3.2. INFLASI BANTEN BERDASARKAN KELOMPOK PENGELUARAN

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya

NO KOMODITAS ANDIL NO KOMODITAS ANDIL

1 EMAS PERHIASAN 0.24 1 BAWANG PUTIH 0.12-

2 MINYAK GORENG 0.13 2 TELUR AYAM RAS 0.06-

3 TAHU MENTAH 0.09 3 PEPAYA 0.04-

4 CABAI RAWIT 0.08 4 TARIF LISTRIK 0.03-

5 CABAI MERAH 0.08 5 MELON 0.03-

6 TEMPE 0.05 6 APEL 0.02-

7 NASI DENGAN LAUK 0.05 7 LAPTOP/NOTEBOOK 0.01-

8 AIR KEMASAN 0.04 8 MOBIL 0.01-

9 DAGING SAPI 0.03 9 SABUN DETERGEN BUBUK/CAIR 0.01-

10 ROKOK PUTIH 0.03 10 BAWANG MERAH 0.01-

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

Page 50: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Inflasi kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya merupakan kelompok dengan inflasi

tertinggi pada triwulan I 2021. Pada triwulan I 2021, kelompok ini tercatat sebesar 6,10%

(yoy). mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2020 yang tercatat sebesar 8,25%

(yoy). Dari sisi andil, kelompok ini mencatat andil sebesar 0,32% (yoy) atau terbesar kedua

setelah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, sedikit menurun dibandingkan andil

pada triwulan sebelumnya yang mencapai 0,43% (yoy). Dilihat berdasarkan andil

subkelompoknya, penurunan inflasi pada kelompok ini didorong oleh inflasi pada 2

subkelompok. Subkelompok Perawatan Pribadi lainnya menjadi yang tertinggi dengan andil

0,24%, diikuti subkelompok Perawatan Pribadi dengan andil 0,08%, sementara subkelompok

Jasa Lainnya tercatat stabil.

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 7 Andil Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi

dan Jasa Lainnya (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Tabel III.2 Komoditas Penyumbang Inflasi

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa

Lainnya (yoy)

Berdasarkan komoditasnya, andil inflasi terbesar kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa

Lainnya didorong oleh komoditas emas perhiasan. Tingginya andil komoditas emas

perhiasan sejalan dengan harga emas dunia yang meningkat, didorong oleh tingginya

ketidakpastian pasar keuangan global akibat penyebaran COVID-19 yang semakin meluas.

Pada akhir triwulan I 2021, emas perhiasan tercatat sebesar USD1.796,79 per ounce, sedikit

menurun dibandingkan akhir triwulan IV 2020 yakni sebesar USD1.875,82 per ounce.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau

Inflasi kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau pada triwulan I 2021 tercatat

sebesar 1,72% (yoy), mengalami peningkatan tekanan dibandingkan triwulan IV 2020

yakni 2,53% (yoy). Dari sisi andil, kelompok ini mencatat andil paling tinggi pada triwulan I

2021 yakni sebesar 0,46% (yoy), dan menurun dibandingkan andil pada triwulan sebelumnya

yang mencapai 0,66% (yoy). Dilihat berdasarkan andil subkelompoknya, penurunan andil pada

kelompok ini di triwulan I 2021 terutama didorong oleh meningkatnya andil subkelompok

makanan. Adapun andil tertinggi berasal dari subkelompok makanan, yang tercatat sebesar

NO KOMODITAS ANDIL

1 EMAS PERHIASAN 0.24

2 SHAMPO 0.03

3 PARFUM 0.02

4 BEDAK 0.01

5 SABUN MANDI 0.01

PENYUMBANG INFLASI

Page 51: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

0,33% pada triwulan I 2021. Lebih lanjut, subkelompok rokok dan tembakau sebesar 0,08%,

dan subkelompok Minuman yang Tidak Beralkohol sebesar 0,05%.

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 8 Andil Inflasi Kelompok

Makanan, Minuman, dan Tembakau (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Tabel III. 3 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (yoy)

Berdasarkan komoditasnya, andil inflasi terbesar kelompok Makanan, Minuman, dan

Tembakau pada triwulan I 2021 disumbang oleh komoditas minyak goreng, tahu mentah,

cabai rawit dan cabai merah. Kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) global secara konsisten

ditransmisikan pada pergerakan harga minyak goreng domestik dan mendorong minyak

goreng menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada kelompok ini. Selain itu, kendala

produksi akibat tingginya intensitas curah hujan di wilayah sentra dan usainya masa panen

menyebabkan terkendalanya produksi komoditas hortikultura, seperti cabai rawit dan cabai

merah sehingga mendorong kenaikan harga komoditas dimaksud. Inflasi lebih lanjut tertahan

oleh deflasinya beberapa bahan pangan utama, seperti bawang putih, telur ayam ras dan

buah-buahan seperti pepaya, melon dan apel.

Kelompok Pakaian dan Alas Kaki

Inflasi kelompok Pakaian dan Alas Kaki merupakan kelompok dengan inflasi tertinggi

kedua pada triwulan I 2021. Pada triwulan I 2021, kelompok ini tercatat sebesar 2,61%

(yoy). mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2020 yang tercatat sebesar 2,81%

(yoy). Dari sisi andil, kelompok ini mencatat andil sebesar 0,12% (yoy), relatif stabil

dibandingkan andil pada triwulan sebelumnya yang tercatat memiliki andil yang sama. Dilihat

berdasarkan andil subkelompoknya, peningkatan inflasi pada kelompok ini didorong oleh

inflasi pada 2 subkelompok. Subkelompok Pakaian menjadi yang tertinggi dengan andil 0,09%

(yoy), diikuti subkelompok Alas Kaki dengan andil 0,04% (yoy).

NO KOMODITAS ANDIL NO KOMODITAS ANDIL

1 MINYAK GORENG 0.13 1 BAWANG PUTIH 0.12-

2 TAHU MENTAH 0.09 2 TELUR AYAM RAS 0.06-

3 CABAI RAWIT 0.08 3 PEPAYA 0.04-

4 CABAI MERAH 0.08 4 MELON 0.03-

5 TEMPE 0.05 5 APEL 0.02-

6 AIR KEMASAN 0.04 6 BAWANG MERAH 0.01-

7 DAGING SAPI 0.03 7 TOMAT 0.01-

8 ROKOK PUTIH 0.03 8 IKAN LELE 0.01-

9 DAGING AYAM RAS 0.03 9 MAKANAN RINGAN/SNACK 0.01-

10 ROKOK KRETEK FILTER 0.03 10 AYAM HIDUP 0.01-

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

Page 52: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 9 Andil Inflasi Kelompok

Pakaian dan Alas Kaki (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Tabel III.4 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi

Kelompok Pakaian dan Alas Kaki (yoy)

Berdasarkan komoditasnya, andil inflasi terbesar kelompok Pakaian dan Alas Kaki

didorong oleh komoditas baju muslim pria. Komoditas baju muslim pria memberikan andil

sebesar 0,03% (yoy), sementara sepatu anak dan baju muslim wanita sebagai komoditas

penyumbang andi terbesar kedua dan keduanya tercatat sebesar 0,02% (yoy).

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga pada triwulan I 2021

menjadi kelompok dengan tekanan inflasi terendah. Kelompok ini mengalami inflasi

sebesar 0,06% (yoy) pada triwulan I 2021, sedikit meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yakni sebesar 0,05% (yoy). Dilihat dari sisi andil, kelompok ini mencatatkan andil

sebesar 0,01% (yoy) dan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 10 Andil Inflasi Kelompok Perumahan,

Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Tabel III. 5 Komoditas Penyumbang Deflasi

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan

Bakar Rumah Tangga (yoy)

Berdasarkan komoditas, andil deflasi terbesar kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan

Bahan Bakar Rumah Tangga didorong oleh komoditas laptop/notebook dan telepon

seluler. Komoditas laptop/notebook dan telepon seluler keduanya memberikan andil deflasi

sebesar -0,01% (yoy). Tidak terdapat komoditas yang mengalami inflasi pada kelompok ini.

Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

NO KOMODITAS ANDIL NO KOMODITAS ANDIL

1 BAJU MUSLIM PRIA 0.03 1 BAJU KAOS BERKERAH WANITA 0.00-

2 SEPATU ANAK 0.02 2 SEPATU OLAH RAGA WANITA 0.00-

3 BAJU MUSLIM WANITA 0.01 3 JAKET PRIA 0.00-

4 SEPATU OLAH RAGA PRIA 0.01 4 CELANA DALAM PRIA 0.00-

5 BAJU KAOS TANPA KERAH/ T-SHIRT PRIA0.01 5 BH (BRA) 0.00-

6 KERUDUNG/JILBAB 0.01 6 ROK LUAR MODEL BIASA 0.00-

7 SEPATU PRIA 0.01 7 KEMEJA PANJANG BATIK PRIA 0.00-

8 CELANA PANJANG JEANS ANAK 0.00

9 BAJU ANAK STELAN 0.00

10 BAJU MUSLIM ANAK 0.00

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

NO KOMODITAS ANDIL

1 LAPTOP/NOTEBOOK 0.01-

2 TELEPON SELULER 0.01-

PENYUMBANG DEFLASI

Page 53: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tercatat mengalami deflasi sebesar

-0,31% (yoy) dan menjadi satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi pada triwulan

I 2021. Walaupun mencatat deflasi terdalam pada triwulan I 2021, namun mengalami

penurunan jika dibandingkan deflasi pada triwulan IV 2020 yang mencapai -0,55% (yoy).

Dilihat dari sisi andil, kelompok ini mencatatkan andil sebesar -0,01% (yoy) sedikit menurun

dibandingkan andil deflasi triwulan sebelumnya sebesar -0,02% (yoy). Berdasarkan andil

subkelompoknya, deflasi terutama didorong oleh subkelompok Peralatan Informasi dan

Komunikasi, sementara subkelompok lainnya cenderung tidak mengalami perubahan.

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 11 Andil Inflasi Kelompok Informasi,

Komunikasi, dan Jasa Keuangan (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Tabel III. 6 Komoditas Penyumbang Deflasi

Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan (yoy)

Berdasarkan komoditas, andil deflasi terbesar kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan didorong oleh komoditas laptop/notebook dengan andil deflasi sebesar -

0,01% (yoy). Tidak terdapat komoditas yang mengalami inflasi pada kelompok ini. Hal ini

sejalan dengan pola konsumsi masyarakat yang masih menahan konsumsinya untuk

komoditas sekunder dan tersier di tengah masa pandemi.

3.3 INFLASI SPASIAL MENURUT KOTA

Secara spasial, penurunan inflasi di Provinsi Banten pada triwulan I 2021 terutama

disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi di Kota Serang dan Kota Cilegon. Kota Serang

dan Kota Cilegon masing-masing tercatat sebesar 1,75% (yoy) dan 2,33% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan IV 2020 yang masing-masing sebesar 1,91% (yoy) dan 2,62% (yoy).

Adapun Kota Tangerang mengalami peningkatan tekanan inflasi pada triwulan I 2021, yakni

tercatat sebesar 1,65% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya sebesar 1,18% (yoy).

Kota Tangerang

Pada triwulan I 2020, inflasi Kota Tangerang tercatat mengalami peningkatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Tangerang pada triwulan I 2021

NO KOMODITAS ANDIL

1 LAPTOP/NOTEBOOK 0.01-

PENYUMBANG DEFLASI

Page 54: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

sebesar 1,65% (yoy) atau meningkat dibandingkan posisi pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,18% (yoy). Angka tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan historis 3

tahun terakhir yang sebesar 3,14% (yoy). Namun demikian, realisasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan capaian inflasi Provinsi Banten yang sebesar 1,39% (yoy).

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 12 Inflasi Kota Tangerang dan Provinsi

Banten (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 13 Inflasi Kota Tangerang dan historis

(yoy)

Peningkatan tekanan inflasi di Kota Tangerang didorong oleh peningkatan tekanan pada

5 kelompok. Lima keompok tersebut yaitu Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar

Rumah, Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga,

Kelompok Transportasi, Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan, serta Kelompok

Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran. Peningkatan terbesar terjadi pada Kelompok

Transportasi yang tercatat menjadi sebesar 0,82% (yoy) pada triwulan I 2021 meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya terdeflasi sebesar -1,49% (yoy).

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menjadi kelompok dengan inflasi tertinggi

di Kota Tangerang pada triwulan I 2021. Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya

pada triwulan I 2021 mengalami inflasi sebesar 5,78% (yoy). Inflasi kelompok ini tercatat

menurun dibandingkan posisi pada triwulan IV 2020 yang tercatat sebesar 8,10% (yoy).

Berada di posisi kedua adalah kelompok Pakaian dan Alas Kaki yang mengalami inflasi sebesar

2,72% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,77%

(yoy). Selanjutnya kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga

mengalami inflasi sebesar 2,24% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan posisi triwulan

sebelumnya yakni sebesar 2,11% (yoy). Di sisi lain, terdapat 1 (satu) kelompok pengeluaran

mengalami deflasi yakni kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya yang mencatat deflasi

sebesar -0,05% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan IV 2020 yang mencatat inflasi

sebesar 0,20% (yoy).

Dari sisi andil inflasi, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau menjadi kelompok

yang memberikan andil inflasi terbesar di Kota Tangerang pada triwulan I 2021.

Page 55: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau mencatatkan andil inflasi sebesar 0,38% (yoy)

di triwulan I 2021. Selanjutnya, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya serta kelompok

Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran berada pada posisi kedua dan ketiga dengan

andil inflasi masing-masing sebesar 0,29% (yoy) dan 0,19% (yoy). Disisi lain, kelompok

Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan menjadi kelompok yang memberikan andil deflasi

di Kota Tangerang pada triwulan I 2021, yakni tercatat sebesar -0,03% (yoy).

Tabel III. 7

Komoditas Penyumbang Inflasi dan deflasi Kota Tangerang

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Dilihat berdasarkan komoditasnya, emas perhiasan, minyak goreng dan cabai merah

menjadi tiga komoditas penyumbang andil inflasi terbesar Kota Tangerang pada triwulan

I 2021. Kelompok Bahan Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi kelompok dengan

komoditas yang menjadi penyumbang andil inflasi tertinggi, antara lain minyak goreng, cabai

merah, tahu mentah, cabai rawit, tempe, beras, dan daging sapi. Di sisi lain bawang putih,

telur ayam ras dan pepaya menjadi komoditas dengan andil deflasi terbesar di Kota Tangerang

pada triwulan I 2021.

Kota Serang

Inflasi Kota Serang pada triwulan I 2021 mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Serang pada triwulan I 2020 sebesar 1,75% (yoy) atau

mengalami penurunan dibandingkan posisi pada triwulan IV 2020 yang sebesar 1,91% (yoy).

Angka tersebut tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan historis 3 tahun terakhir

yang sebesar 4,22% (yoy), namun demikian lebih tinggi dibandingkan inflasi Provinsi Banten

triwulan I 2021 yang tercatat sebesar 1,39% (yoy).

NO KOMODITAS NO KOMODITAS

1 EMAS PERHIASAN 1 BAWANG PUTIH

2 MINYAK GORENG 2 TELUR AYAM RAS

3 CABAI MERAH 3 PEPAYA

4 TAHU MENTAH 4 TARIF LISTRIK

5 CABAI RAWIT 5 MELON

6 NASI DENGAN LAUK 6 LAPTOP/NOTEBOOK

7 TEMPE 7 APEL

8 BERAS 8 MOBIL

9 BAJU MUSLIM PRIA 9 SABUN DETERGEN BUBUK/CAIR

10 DAGING SAPI 10 KANGKUNG

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

Page 56: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 16 Inflasi Kota Serang dan Provinsi

Banten (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 17 Inflasi Kota Serang dan historis

(yoy)

Penurunan inflasi pada triwulan I 2021 terutama didorong oleh penurunan tekanan pada

6 (enam) kelompok pengeluaran. Kelompok Pribadi dan Jasa Lainnya, kelompok kelompok

Pakaian dan Alas Kaki serta Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau menjadi 3

kelompok yang mengalami penurunan inflasi tertinggi. Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa

Lainnya mencatatkan inflasi sebesar 5,97% (yoy) pada triwulan I 2021 setelah pada triwulan

sebelumnya sebesar 7,80% (yoy).

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya pada triwulan I 2020 menjadi kelompok

yang mengalami inflasi terbesar yakni mencapai 5,97% (yoy). Namun demikian, inflasi

pada kelompok ini juga mencatatkan penurunan paling besar dibandingkan posisi pada

triwulan IV 2020 yang mencapai 7,80% (yoy). Pada posisi kedua terdapat kelompok

Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga dengan inflasi sebesar 2,50%

(yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,42% (yoy).

Selanjutnya kelompok Kesehatan berada pada posisi ketiga dengan inflasi sebesar 2,34%

(yoy), mengalami peningkatan dibandingkan posisi sebelumnya yang sebesar 0,42% (yoy).

Sementara itu, kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah tercatat mengalami

inflasi sebesar 0,07% (yoy) atau menjadi yang terendah dibandingkan kelompok lainnya dan

tidak terdapat kelompok yang mengalami deflasi pada triwulan I 2021 ini.

Dari sisi andil, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi kelompok dengan

andil inflasi terbesar di Kota Serang pada triwulan I 2021. Kelompok ini mencatatkan andil

inflasi sebesar 0,51% di triwulan I 2021. Selanjutnya, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa

Lainnya memberikan andil sebesar 0,35% (yoy), atau sedikit menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga dan

Kelompok Transportasi keduanya berada pada posisi ketiga dengan andil inflasi yang sama,

yakni sebesar 0,16% (yoy). Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah

menjadi kelompok yang memberikan andil inflasi terendah di Kota Serang pada triwulan I

Page 57: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

2020 dengan andil sebesar 0,01% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2021 yang

memberikan andil deflasi sebesar -0,04% (yoy).

Tabel III. 10

Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Serang

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Dilihat berdasarkan komoditasnya, emas perhiasan, tahu mentah dan cabai rawit menjadi

tiga komoditas penyumbang andil inflasi terbesar Kota Serang pada triwulan I 2021.

Tekanan komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas dunia yang

cenderung fluktuatif dan sedikit meningkat hingga triwulan I 2021. Andil komoditas inflasi

tertinggi di Kota Serang banyak didominasi oleh kelompok Makanan, Minuman, dan

Tembakau, hal ini disebabkan Kota Serang yang bukan merupakan kota produksi sehingga

untuk pasokan bahan pangan utama mengandalkan distribusi dari daerah lainnya. Di sisi lain,

komoditas beras, bawang putih dan telur ayam ras menjadi komoditas dengan andil deflasi

terbesar di Kota Serang pada triwulan I 2021. Hal ini sejalan dengan cukupnya pasokan

komoditas seiring dengan cuaca yang kondusif, sebagai contoh komoditas beras di pasaran

sehingga tidak ada gejolak harga pada triwulan I 2021.

Kota Cilegon

Pada triwulan I 2021, inflasi Kota Cilegon mengalami sedikit penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Cilegon pada triwulan I 2021 sebesar 2,33% (yoy)

atau mengalami penurunan dibandingkan posisi pada triwulan sebelumnya yang sebesar

2,62% (yoy). Pencapaian tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan historis 3 tahun

terakhir yang sebesar 4,10% (yoy), namun realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian

inflasi provinsi Banten yang mencapai 1,39% (yoy).

NO KOMODITAS NO KOMODITAS

1 EMAS PERHIASAN 1 BERAS

2 TAHU MENTAH 2 BAWANG PUTIH

3 CABAI RAWIT 3 TELUR AYAM RAS

4 TEMPE 4 CABAI MERAH

5 AIR KEMASAN 5 KOPI BUBUK

6 UPAH ASISTEN RUMAH TANGGA 6 TARIF LISTRIK

7 DAGING AYAM RAS 7 APEL

8 ROKOK KRETEK FILTER 8 JERUK

9 MINYAK GORENG 9 PEPAYA

10 MIE 10 GULA PASIR

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

Page 58: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 18 Inflasi Kota Cilegon dan Provinsi

Banten (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik III. 19 Inflasi Kota Cilegon dan historis

(yoy)

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan I 2021 didorong oleh penurunan pada 7 (tujuh)

dari 11 (sebelas) kelompok pengeluaran, adapun Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa

Lainnya menjadi kelompok dengan penurunan tekanan inflasi tertinggi. Pada triwulan I 2021

kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mencatat inflasi sebesar 7,83% (yoy) turun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,53% (yoy).

Selain menjadi kelompok dengan penurunan tekanan inflasi tertinggi, kelompok

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga menjadi kelompok dengan inflasi tertinggi di

Kota Cilegon pada triwulan I 2021. Selanjutnya, terdapat kelompok Penyediaan Makanan

dan Minuman/Restoran serta kelompok Pakaian dan Alas Kaki berada pada posisi kedua dan

ketiga sebagai kelompok yang mengalami inflasi terbesar. Dua kelompok pengeluaran

tersebut tercatat inflasi masing-masing sebesar 3,73% (yoy) dan 3,29% (yoy). Sementara itu,

kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga menjadi kelompok dengan

inflasi terendah pada triwulan I 2021 yakni tercatat sebesar 0,25% (yoy). Tidak terdapat

kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi di Kota Cilegon pada triwulan I 2021.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi kelompok dengan andil inflasi

terbesar di Kota Cilegon pada triwulan I 2021. Kelompok Makanan, Minuman dan

Tembakau mencatatkan andil inflasi sebesar 0,88% di triwulan I 2021. Selanjutnya, kelompok

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya berada pada posisi kedua dengan andil inflasi sebesar

0,46%. Sementara itu, kelompok pengeluaran, kelompok Rekreasi, Olahraga dan Budaya

menjadi kelompok dengan andil inflasi terendah di Kota Cilegon pada triwulan I 2021, yaitu

keduanya sebesaar 0,01% (yoy) dan sejalan dengan tingkat inflasinya, tidak ada kelompok

pengeluaran yang memberikan andil deflasi pada triwulan ini.

Page 59: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Tabel III. 15

Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Cilegon

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Dilihat berdasarkan komoditasnya, emas perhiasan, cabai rawit dan rokok putih menjadi

3 komoditas penyumbang andil inflasi terbesar Kota Cilegon pada triwulan I 2021. Hal

ini tidak terlepas dari pergerakan harga emas dunia yang turut mendorong laju inflasi

komoditas emas perhiasan. Selain itu, kenaikan cukai rokok pada awal tahun turut

memberikan andil inflasi tiap bulan kepada komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter.

Beberapa komoditas yang menyumbangkan andil inflasi tertinggi didominasi dari kelompok

Makanan, Minuman dan Tembakau, yakni diantaranya adalah minyak goreng, cum-cumi, dan

rokok kretek filter. Hal ini sejalan dengan sifat Kota Cilegon yang bukan merupakan kota

produsen komoditas sehingga ketersediaan beberapa komoditas akan bergantung pada sentra

produksi di daerah lainnya. Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi di Kota

Cilegon adalah bawang putih, telur ayam ras dan kopi bubuk.

3.4 Program Pengendalian Inflasi Triwulan I 2020

Pada triwulan I 2021, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Banten telah

melakukan beberapa program koordinasi dalam rangka menjaga kestabilan inflasi. Secara

umum, pengendalian inflasi tetap mengacu pada prinsip 4K yakni: (1) Ketersediaan Pasokan,

(2) Kelancaran Distribusi, (3) Keterjangkauan Harga dan (4) Komunikasi Efektif. Secara khusus,

beberapa strategi yang telah dilaksanakan oleh TPID Provinsi Banten sebagai berikut:

Keterjangkauan Harga

a. Pelaksanaan Program Pasar Murah secara efektif sehingga penyaluran tepat sasaran serta

penerapan protokol kesehatan yang ketat. Adapun pelaksanaan program dilakukan secara

NO KOMODITAS NO KOMODITAS

1 EMAS PERHIASAN 1 BAWANG PUTIH

2 CABAI RAWIT 2 TELUR AYAM RAS

3 ROKOK PUTIH 3 KOPI BUBUK

4 ROKOK KRETEK FILTER 4 BERAS

5 MINYAK GORENG 5 TARIF LISTRIK

6 CUMI-CUMI 6 GULA PASIR

7 NASI DENGAN LAUK 7 ICE CREAM

8 BAYAM 8 KERAMIK

9 BUBUR 9 WAFER

10 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 10 SEMANGKA

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

Page 60: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

terkoordinasi, bersama Satgas Pangan Polda Banten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten/Kota dan Satgas Covid-19 Banten. Operasi dimaksud dilaksanakan untuk

melakukan sidak terhadap pelaku perdagangan dalam rangka mencegah praktik

penimbunan pasokan yang akan menyebabkan peningkatan harga komoditas.

b. Pemanfaatan plaform digital untuk menjual produk pertanian. Di tengah pembatasan

mobilitas masyarakat, pemanfaatan teknologi digital untuk melakukan pembelian

komoditas hortikultura untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketersediaan Pasokan

a. Peningkatan produktivitas pertanian melalui implementasi pengaturan pola tanam

sehingga dapat mengotimalkan lahan pertanian

b. Rencana pembangunan rice milling unit sebagai pusat tempat penggilingan padi termasuk

tempat pengeringan, usaha pemotongan ayam, dan sebagainya

c. Pembinaan klaster-klaster ketahanan pangan komoditas beras, cabai dan bawang merah,

bekerja sama dengan pemerintah daerah

Kelancaran Distribusi

a. Koordinasi dengan anggota TPID Provinsi, Kabupaten dan Kota, khususnya dengan Dinas

Perhubungan dan Polda Banten guna memastikan kelancaran distribusi bahan pangan

strategis di tengah masih berlakunya pembatasan mobilitas masyarakat.

b. Penjajakan kerjasama baik intra maupun antardaerah, guna memenuhi memastikan

kelancaran distribusi bahan pokok.

c. Rencana pembangunan Pasar Induk Agribisnis Banten Mandiri dan Pusat Distribusi Provinsi

Banten guna memperpendek rantai distribusi komoditas strategis

Komunikasi Efektif

a. High Level Meeting maupun Rapat Koordinasi dengan TPID Provinsi maupun

Kabupaten/Kota secara rutin guna membahas pengembangan klaster pangan dan

program terobosan guna memperkuat ketahanan pangan.

b. Pemaanfaatan teknologi dalam pengumpulan data statistik sektoral bersama Dinas

Komunikasi, Informatika, Statisrtik dan Persandian dalam rangka kegiatan pengendalian

inflasi. Hal ini dilakukan untuk monitoring dan integrasi data sektoral dalam rangka

mendukung pengendalian inflasi daerah.

c. Melakukan moral suasion dalam rangka membentuk ekspektasi masyarakat atas harga

bahan pangan strategis seperti melalui: (i) penyampaian upaya-upaya yang telah dilakukan

TPID dalam menjaga ketersediaan stok termasuk upaya penyediaan sarana pemasaran

yang efektif dalam penerapan protokol kesehatan; (ii) himbauan kepada masyarakat baik

Page 61: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

melalui media atau tokoh agama untuk melakukan konsumsi secara wajar serta bijak

berbelanja; dan (iii) inspeksi ke pasar-pasar dan pergudangan untuk memastikan

kewajaran harga dan ketersediaan stok.

3.5 Inflasi Triwulan Berjalan

Tekanan inflasi Provinsi Banten pada triwulan II 2021diperkirakan meningkat secara

tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Percepatan pemulihan ekonomi didukung

perluasan vaksinasi akan mendorong berlanjutnya tren peningkatan konsumsi dan mobilitas

masyarakat serta menyebabkan peningkatan tekanan inflasi. Meskipun pembatasan mobilitas

masyarakat masih berlangsung, berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional didukung

implementasi vaksinasi sebagai game changer, serta tren meningkatnya konsumsi masyarakat

pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2021 yang mendorong demand beberapa komoditas

strategis akan menyebabkan peningkatan tekanan inflasi.

Sampai dengan bulan April 2021, inflasi Provinsi Banten mencatat sedikit penurunan tekanan

dibandingkan triwulan I 2021. Pada bulan April 2021, Provinsi Banten tercatat inflasi sebesar

0,17% (mtm), 0,81% (ytd), dan 1,31% (yoy). Secara tahunan, inflasi Provinsi Banten berada

pada level di bawah inflasi Nasional yang mencapai 1,42% (yoy), namun berada sedikit diatas

Regional Jawa yang tercatat sebesar 1,26% (yoy). Adapun komoditas yang menyumbang

inflasi pada bulan berjalan antara lain cabai merah, cabai rawit, air kemasan, telepon seluler

dan ikan bawal. Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi dan menjadi penahan

tekanan inflasi lebih lanjut antara lain daging ayam ras, rokok kretek filter, jeruk, melon dan

rokok kretek.

Secara spasial, pada bulan berjalan 3 Kota Sample IHK juga mencatat inflasi. Inflasi terbesar di

Kota Cilegon yang mencapai 0,22% (mtm), diikuti Kota Serang yang deflasi sebesar 0,19%

(mtm), dan Kota Tangerang yang mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm).

Sumber : BMKG

Gambar III.1 Perkiraan Gelombang Tinggi Sumber : BMKG

Gambar III.2 Peta Prakiraan Curah Hujan

Page 62: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Hingga triwulan II 2021, cuaca di hampir seluruh wilayah Indonesia diprakirakan kondusif

dengan curah hujan berada pada level rendah hingga menengah. Adapun pada bulan Juni

2021, kondisi curah hujan Banten juga diprakirakan pada level rendah hingga menengah dan

potensi banjir yang cenderung rendah. Hal tersebut diprakirakan mendukung ketersediaan

pasokan komoditas, khususnya komoditas hortikultura sehingga akan menahan peningkatan

tekanan inflasi. Selain itu, tekanan inflasi lebih lanjut juga akan tertahan oleh masih

berlangsungnya pembatasan mobilitas masyarakat dan harga emas dunia yang masih

cenderung fluktiatif. Pada akhir triwulan I 2021, emas global tercatat sebesar USD1.796,79

per ounce, menurun dibandingkan akhir triwulan IV 2020 yakni sebesar USD1.875,82 per

ounce.

Sumber : BPS, diolah

Grafik III. 24 Harga dan Pertumbuhan Emas Global

Di sisi lain, tekanan inflasi lebih lanjut diprakirakan berasal dari penyesuaian tarif Angkutan

Udara maupun tarif Angkutan Antar dan Dalam Kota. Pelarangan mudik jelang Idul Fitri pada

tahun 2021 diprakirakan mendorong beberapa pelaku usaha melakukan penyesuaian tarif

tiket semakin tinggi. Selain itu, tekanan lainnya juga diprakirakan berasal dari kenaikan tarif

rokok pada tahun 2021 sebagai dampak lanjutan kebijakan kenaikan cukai rokok sebesar 23%

Page 63: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab IV. Stabilitas Keuangan

Daerah, Pengembangan Akses

Keuangan dan UMKM

Secara umum, kondisi stabilitas keuangan daerah pada

triwulan I 2021 tetap terjaga pada level risiko yang aman.

Sementara itu, intermediasi perbankan di Provinsi Banten yang

dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat kembali

melandai dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan LDR

yang terjadi, dipengaruhi oleh penurunan kredit/pembiayaan

dibandingkan DPK yang tercatat melambat. Tren perbaikan

ekonomi yang terjadi di Banten dinilai masih belum mampu

mendorong permintaan kredit perbankan ditambah dengan

kehati-hatian perbankan yang cukup ketat dalam menyalurkan

kredit.

Dari sisi korporasi, penyaluran kredit perbankan kepada

korporasi mengalami kontraksi seiring belum kuatnya sektor

utama ekonomi Banten. Baik kredit modal kerja maupun

investasi, keduanya mengalami deselerasi terutama disebabkan

oleh kredit korporasi industri pengolahan. Di sisi lain,

penurunan lebih dalam pada kedua kredit tersebut tertahan

oleh kredit korporasi perdagangan yaitu perdagangan suku

cadang dan keperluan rumah tangga.

Berbeda dengan hal tersebut, kredit rumah tangga mengalami

sedikit kenaikan seiring adanya tambahan pendapatan

meskipun masih bersifat sementara ditunjukan oleh angka

tingkat pekerja paruh waktu dan indeks kondisi ekonomi (IKE)

dalam survei konsumen yang meningkat. Hal ini juga terutama

ditopang permintaan Kredit kategori KPR/KPA/Ruko yang

menguat.

Di sisi risiko kredit/pembiayaan, tingkat risiko kredit secara total

sedikit meningkat yang ditunjukan oleh tingkat Non

Performing Loan (NPL) pada seruh jenis penggunaan kredit

yang meningkat. Namun demikian, tingkat risiko terpantau

aman dan berada di bawah threshold yang ditetapkan yaitu

sebesar 5%.

Page 64: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN
Page 65: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

4.1. PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN

4.1.1. Kondisi Umum

Stabilitas keuangan di Provinsi Banten pada triwulan I 2021 berada dalam kondisi ketahanan

yang baik. Kinerja DPK tercatat melambat sementara posisi kredit mengalami kontraksi. Hal ini

dipengaruhi masih tertekannya kinerja swasta akibat pandemi Covid-19 yang masih berlanjut

yang mana pada periode yang sama tahun sebelumnya belum terjadi pembatasan aktivitas

masyarakat. Intermediasi perbankan terpantau lebih rendah dengan tingkat risiko kredit berada

dalam batas aman level indikatifnya. Dari sisi Aset, perbankan di Provinsi Banten pada Triwulan I

2021 mencatatkan aset senilai Rp250,90 triliun atau tumbuh sebesar 5,09% (yoy). Capaian ini

sedikit melambat dibandingkan triwulan IV 2020 yang tumbuh sebesar 8,08% (yoy) atau sebesar

Rp251,55 triliun.

4.1.2. Perkembangan Dana Pihak ketiga (DPK)

Secara nominal, DPK yang dihimpun oleh perbankan di Provinsi Banten sampai dengan triwulan

I 2021 sebesar Rp222,56 triliun atau tumbuh sebesar 7,47% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,61% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan

I 2021 dipengaruhi oleh deselerasi jenis produk giro dan tabungan. Di sisi lain, deposito

mengalami peningkatan kinerja dibandingkan sebelumnya.

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit

Perbankan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 2. Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan Jenis Simpanan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 3. Struktur Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan Golongan Nasabah

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 4. DPK Berdasarkan Lokasi

Penghimpunan

Page 66: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Simpanan masyarakat pada perbankan di Provinsi Banten didominasi oleh deposito dengan

pangsa sebesar 37,22%, diikuti oleh tabungan sebesar 36,41% dan giro sebesar 26,37%.

Simpanan deposito mengalami pertumbuhan sebesar 11,88% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan IV 2020 yang tumbuh sebesar 9,66% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan historis tiga tahun terakhir yang tercatat sebesar 9,88% (yoy). Di sisi lain, simpanan

tabungan tumbuh sebesar 8,09% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

15,13% (yoy). Capaian ini lebih rendah dibandingkan historis tiga tahun terakhir sebesar 12,12%

(yoy). Sejalan hal tersebut, simpanan giro tercatat mengalami perlambatan menjadi sebesar

1,05% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,20% (yoy) dan lebih

rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama tiga tahun terakhir sebesar 11,45% (yoy).

Berdasarkan golongan nasabah, proporsi terbesar DPK perbankan di Provinsi Banten masih

didominasi oleh nasabah perseorangan dengan pangsa mencapai 55,74%, diikuti oleh nasabah

korporasi (perusahaan) dengan pangsa 38,39%, dan pemerintah sebanyak 5,35%.

Secara spasial, mayoritas penghimpunan DPK berasal dari daerah dengan pangsa ekonomi

terbesar di Provinsi Banten. Posisi DPK Kabupaten Tangerang mencapai Rp105,48 triliun atau

47,40% dari total DPK di Provinsi Banten. Posisi selanjutnya adalah Kota Tangerang dengan nilai

mencapai Rp77,55 triliun dan pangsa sebesar 34,85%, dan diikuti Kota Cilegon senilai Rp15,81

triliun atau pangsa sebesar 7,10% dari total DPK Perbankan di Provinsi Banten. Pangsa dari ketiga

wilayah tersebut mencapai 89,35%, sementara untuk lima wilayah lainnya hanya sebesar

10,65%.

4.1.3. Perkembangan Kredit/Pembiayaan

Dari sisi Penyaluran Kredit, berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Banten pada triwulan I 2021

tercatat sebesar Rp342,59 triliun atau mengalami kontraksi sebesar -2,40% (yoy), dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,31% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga di bawah

rata-rata pertumbuhan tiga tahun terakhir sebesar 4,80% (yoy). Perlambatan terutama

disebabkan oleh deselerasi kinerja kredit modal kerja dan kredit investasi sementara kredit

konsumsi sedikit menguat. Kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar -0,45% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,94% (yoy). Sementara itu, kredit

investasi kembali mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar -12,67% (yoy) dibandingkan -

4,34% (yoy) pada triwulan lalu. Di sisi lain, kredit konsumsi tumbuh sebesar 1,82% (yoy)

dibandingkan 0,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dari sisi lokasi bank pelapor, penyaluran

kredit berdasarkan lokasi bank pada triwulan I 2021 tumbuh sebesar 4,54% (yoy) atau sebesar

Rp156,55 triliun, meningkat dibandingkan triwulan IV 2020 yang tumbuh 1,77% (yoy) atau

sebesar Rp152,23 triliun.

Berdasarkan jenisnya, kredit menurut lokasi proyek secara mayoritas ditujukan untuk kredit

produktif dengan 64,87% sedangkan kredit rumah tangga sebesar 35,13%. Sementara

Page 67: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

berdasarkan jenis penggunaan, posisi kredit di Provinsi Banten didominasi untuk kredit modal

kerja dengan pangsa 45,03% atau senilai Rp154,28 triliun, diikuti oleh kredit konsumsi dengan

pangsa 35,13% dan kredit investasi dengan pangsa 19,84%.

Sejalan dengan kontribusi daerah pada PDRB Provinsi Banten, mayoritas penyaluran kredit

di Provinsi Banten juga ditujukan ke wilayah yang memiliki ukuran ekonomi yang besar yaitu

Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. Dominasi penyaluran kredit

perbankan di Provinsi Banten berada di Kabupaten Tangerang dengan nilai mencapai Rp126,47

triliun atau sekitar 36,83% dari total kredit di Provinsi Banten. Penyaluran kredit terbesar kedua

disalurkan ke Kota Tangerang yang mencapai Rp89,46 triliun atau dengan pangsa 26,11%.

Sementara itu, Posisi penyaluran kredit ketiga terbesar di Provinsi Banten adalah Kota Cilegon

dengan nilai mencapai Rp50,42 triliun dengan pangsa sebesar 14,72%. Wilayah dengan pangsa

terkecil adalah Kabupaten Pandeglang dan Kota Serang dengan pangsa masing-masing sebesar

1,81% dan 2,90%.

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 5. Struktur Kredit Lokasi Proyek

Berdasarkan Golongan Debitur

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 6. Pangsa Kredit Spasial Berdasarkan

Lokasi Proyek

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 7. Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 8. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan

Non Performing Loan (NPL)

4.1.4. Tingkat Intermediasi dan Risiko Perbankan Umum

Dari sisi intermediasi perbankan di Provinsi Banten pada triwulan I 2021 tercatat mengalami

penurunan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 153,94%, lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 155,41%. Penurunan LDR yang terjadi

Page 68: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

terutama diakibatkan oleh kredit yang terkontraksi di tengah DPK yang melambat. Meskipun

demikian, angka LDR masih di atas 100% yang menunjukan besarnya peran pendanaan dari

kantor bank di luar Provinsi Banten untuk membiayai proyek yang berlokasi di Banten. Hal ini

tidak terlepas dari kewenangan plafon pemberian kredit korporasi besar yang mayoritas

merupakan kewenangan langsung dari kantor pusat bank yang berkantor di Jakarta.

Dari sisi risiko, rasio Non Performing Loan (NPL) mengalami kenaikan dari 2,26% pada triwulan

IV 2020 menjadi 2,59% pada triwulan I 2021. Rasio NPL tersebut masih berada di bawah ambang

batas yang ditetapkan BI sebesar 5%. Berdasarkan jenis penggunaan, kenaikan risiko kredit pada

triwulan I 2021 terjadi pada seruh jenis penggunaan kredit. NPL kredit modal kerja sebesar 1,42%

dari sebelumnya 1,18%; NPL kredit investasi sebesar 1,27% dari sebelumnya 1,13%; dan NPL

kredit konsumsi sebesar 3,02% dari sebelumnya 2,77%.

4.2. Kinerja Keuangan Sektor Korporasi dan Rumah Tangga

4.2.1. Ketahanan Sektor Korporasi

4.2.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan I 2021 tercatat mengalami perbaikan sejalan

dengan tren pemulihan ekonomi yang berlanjut. Lapangan usaha Industri Pengolahan dengan

pangsa 31,39% dan Perdagangan dengan pangsa 13,13% yang merupakan penggerak utama

perbaikan sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Kinerja didukung tingkat Purchasing

(PMI) Manufaktur negara mitra dagang utama Banten yang menunjukan

perbaikan. PMI Manufaktur Eropa dan Amerika Serikat tercatat meningkat masing-masing

sebesar 58,0 dan 59,0. Senada hal tersebut, Jepang juga mencatatkan kenaikan menjadi sebesar

51,3. Dari sisi domestik, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukan adanya perbaikan

optimisme tercermin dari peningkatan Saldo Bersih tertimbang (SBT) PMI dan SBT kapasitas

produksi berturut-turut sebesar 44,09% dan 75,11%.

Sumber: investing.com (diolah)

Grafik IV. 9. PMI Manufaktur Negara Mitra

Dagang Utama Banten

Sumber: SKDU Bank Indonesia (diolah)

Grafik IV. 10. Perkembangan Realisasi

SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha)

Page 69: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Aktivitas impor Provinsi Banten terutama berasal dari impor Bahan Baku Penolong (70,18%),

diikuti oleh impor barang modal (17,49%) dan impor barang konsumsi (12,33%). Secara lebih

rinci, impor bahan baku penolong didominasi oleh bahan baku olahan untuk industri (7,55%)

dan impor suku cadang dan perlengkapan barang modal (20,63%). Hal ini menyebabkan adanya

kerentanan bagi perusahaan yang mengutamakan sumber bahan baku impor antara lain bahan

kimia untuk Industri Petrokimia dan kebutuhan tekstil untuk Industri Alas Kaki Banten. Sejalan

dengan adanya rencana megaproyek petrokimia nasional untuk mengurangi dominasi impor

bahan baku yang diprakirakan baru dapat beroperasi penuh pada tahun 2035, maka pengawasan

atas kelancaran lalu lintas logistik impor, kondisi negara asal dan alternatif sumber bahan baku

perlu terus dijaga untuk mendukung kinerja korporasi secara berkelanjutan.

Sumber: Dirjen Bea Cukai, diolah

Grafik IV. 11. Pangsa Komposisi Nilai Impor

Bahan Baku Penolong

Sumber: Dirjen Bea Cukai, diolah

Grafik IV. 12. Pangsa Impor Banten Menurut

ISIC

4.2.2.1. Eksposur Perbankan dalam Sektor Korporasi

Kinerja DPK korporasi pada perbankan di Provinsi Banten memiliki pangsa 38,45% terhadap

total DPK dan pada triwulan I 2021 tumbuh sebesar 7,78% (yoy), melambat dibandingkan

20,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan terutama dipengaruhi deselerasi giro

dan tabungan korporasi. Giro Korporasi yang memiliki share 55,67% tercatat melambat sebesar

4,03% (yoy) dibandingkan 14,42% pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, tabungan

korporasi yang memiliki share 6,82% mengalami kontraksi sebesar -19,31% (yoy). Di sisi lain,

deposito yang memiliki share 37,51% korporasi mengalami peningkatan dari 17,64% (yoy)

menjadi sebesar 21,73% (yoy).

Dari sisi kredit, Kinerja penyaluran kredit perbankan triwulan I 2021 kepada sektor korporasi

di Provinsi Banten tercatat kontraksi dibandingkan periode sebelumnya. Posisi kredit

korporasi tumbuh sebesar -4,41% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,48% (yoy).

Hal ini terutama dipengaruhi oleh penurunan kredit pada Industri Pengolahan, Real Estate, Listrik,

Gas, dan Air. Menurut penggunaannya, penyaluran kredit sektor korporasi tercatat mengalami

Page 70: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

kontraksi kredit modal kerja serta dipengaruhi kredit investasi yang terkontraksi lebih dalam

dibandingkan periode sebelumnya.

Perkembangan Kredit Modal Kerja (KMK) Korporasi

Kontraksi KMK sektor korporasi utamanya terjadi pada sektor utama Provinsi Banten.

Berdasarkan kontribusinya, Kredit korporasi sektor industri pengolahan terutama bersumber

dari penurunan pada kredit korporasi Industri Pengolahan dengan andil -4,0%, Konstruksi

dengan andil -0,9%, dan Real Estate dengan andil -0,6%. Hal ini disinyalir akibat permintaan

global yang belum sekuat sebelumnya meskipun dalam tren yang membaik dan permintaan

perumahan yang masih terbatas. Industri Pengolahan dengan pangsa 54,4% tumbuh -7,35%

(yoy), kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,5% (yoy) terutama disebabkan oleh

penurunan penyaluran kredit pada sub Industri Minyak Goreng dari Kelapa Sawit Mentah (-

24,72%-yoy pada triwulan IV 2020 menjadi -99,10%-yoy pada triwulan I 2021) serta Industri

Logam Dasar Besi dan Baja (-3,75%-yoy pada triwulan IV 2020 menjadi -5,90%-yoy pada

triwulan I 2021).

Kontraksi ini tertahan oleh pertumbuhan

KMK korporasi pada Perdagangan,

Transportasi, dan Pertanian. KMK korporasi

perdagangan tumbuh 13,41% (yoy) terutama

didorong oleh sub Perdagangan Besar Logam

dan Bijih Logam; sub Perdagangan Besar

Barang-barang Keperan Rumah Tangga; serta

sub Perdagangan Besar Mesin-mesin, Suku

Cadang dan Perlengkapannya. Sementara itu,

Transportasi tumbuh sebesar 40,88% (yoy)

didorong terutama oleh kinerja sub Angkutan Udara Berjadwal; sub Angkutan Jalan Untuk

Barang; dan sub Jasa Pengiriman dan Pengepakan.

Perkembangan Kredit Investasi (KI) Korporasi

Kontraksi lebih dalam yang terjadi pada KI

sektor korporasi utamanya bersumber dari

penurunan pada Industri Pengolahan (andil:

-10,7%), Transportasi (-0,5%), dan

Pertanian (-0,2%). Pada Industri Pengolahan,

deselerasi kinerja terutama dipengaruhi kinerja

Sub Industri Logam Dasar Besi dan Baja sebesar

(1,49%-yoy pada triwulan IV 2020 menjadi -

26,78%-yoy pada triwulan I 2021) serta Industri

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 10. Pertumbuhan KMK sektor Korporasi

(%,yoy)

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 11. Pertumbuhan KI sektor Korporasi

(%,yoy)

Page 71: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Kimia Dasar, Kecuali Pupuk (-28,54%-yoy pada triwulan IV 2020 menjadi -43,03%-yoy pada

triwulan I 2021). Hal ini salah satunya sehubungan dengan telah selesainya pembangunan pabrik

Hot Strip Mill (HSM) II PT Krakatau Steel yang mulai dioperasikan April 2021.

Secara lebih lanjut, kontraksi tertahan oleh pertumbuhan KI korporasi pada Konstruksi dan

Perdagangan. KI korporasi Konstruksi tumbuh 12,9% (yoy) terutama didorong oleh sub

Bangunan Jalan Tol dan sub Instalasi Gedung. Sementara itu, Perdagangan tumbuh sebesar 7,2%

(yoy) didorong terutama oleh kinerja sub Perdagangan Eceran Bahan Konstruksi; sub

Perdagangan Impor Lainnya; dan sub Perdagangan Besar Barang-barang Keperan Rumah Tangga

lainnya.

4.2.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga

4.2.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan I 2021, Konsumsi Rumah Tangga masih menjadi penopang utama

perekonomian Provinsi Banten. Dari sisi permintaan, Konsumsi Rumah Tangga memiliki pangsa

mencapai 54,78% terhadap total PDRB Provinsi Banten. Sejalan dengan hal tersebut, DPK rumah

tangga menguasai 61,55% pembentukan total DPK di Provinsi Banten. Kondisi tersebut

mendorong pernya asesmen khusus dalam ketahanan komponen Konsumsi Rumah Tangga.

Faktor yang mempengaruhi kinerja sektor rumah tangga di Banten terutama tekanan pada

rumah tangga yang bekerja pada utama. Berdasarkan Data BPS Provinsi Banten pada Sakernas

Februari 2021, lapangan usaha yang mendominasi penyerapan tenaga kerja adalah Perdagangan

sebesar 22,21% atau mengalami kenaikan pangsa sebesar 0,13% dibandingkan Februari 2021.

berikutnya yang mendominasi yaitu Industri Pengolahan dengan persentase 19,75% dan

Pertanian sebesar 14,59% terhadap jumlah penduduk bekerja. Berdasarkan data yang sama,

penduduk bekerja pada sektor Industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 0,88%

dibandingkan Februari 2021. Di sisi lain, Sektor pertanian mengalami kenaikan pangsa tenaga

kerja sebesar 1,23% dibandingkan Februari 2020.

Di samping itu, Pandemi Covid-19 yang berlanjut pada awal 2021 masih memberikan

tekanan terhadap ketenagakerjaan namun tidak setinggi Agustus 2020. Kebijakan

pembatasan mobilitas masyarakat, PPKM Mikro, aktvitas WFH masih berlanjut namun disertai

adanya vaksinasi covid-19 sehingga dinilai dapat mendorong pelaku usaha. Jumlah

pengangguran karena covid-19 mengalami penurunan dari 205,24 ribu orang pada Agustus

2020 menjadi 104,31 ribu orang pada Februari 2021. Sementara itu, jumlah pekerja yang

mengalami pengurangan jam kerja juga menurun dari 1,5 juta orang menjadi 829,34 ribu orang

pada Februari 2021. Persentase penduduk usia kerja yang terdampak covid-19 juga menurun

menjadi 10,27% dari sebelumnya 19,18%. Meskipun demikian, tingkat pekerja penuh masih

menurun dari 72,58% menjadi 72,00% pada Februari 2021. Sementara itu, tingkat pekerja paruh

Page 72: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

waktu meningkat dari 17,88% menjadi 19,13%. Hal ini menunjukan bahwa pengurangan

pengangguran yang terjadi masih bersifat dipenuhi dari peningkatan pekerjaan sementara

sehingga dinilai belum dapat mendorong konsumsi sesuai harapan.

Dengan capaian tersebut, angka penduduk bekerja di Banten pada Februari 2021 sebesar 5,68

juta orang meningkat dibandingkan 5,55 juta orang pada Agustus 2020. Jumlah pengangguran

juga menurun dari 661,06 ribu orang menjadi 563,40 ribu orang pada Februari 2021. Dengan

demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menurun dari 10,64% pada Agustus 2020

menjadi 9,01% pada Februari 2021. Hal ini dinilai dapat menjadi indikasi adanya perbaikan

pendapatan dari sisi masyarakat terdampak covid-19 yang kembali bekerja.

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik IV. 12. Dampak Covid-19 terhadap

Pekerjaan (ribu orang)

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik IV. 13. Persentase Penduduk Bekerja dan

Pengangguran

Hal ini juga tercermin pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Banten triwulan I 2021

yang membaik tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari sebelumnya 55,93 menjadi

61,03 meskipun masih dalam level pesimis (nilai indeks <100). Angka indeks ini juga masih lebih

rendah dibandingkan triwulan I 2020 sebesar 100,03. Secara lebih rinci, ketersediaan lapangan

kerja saat ini mengalami perbaikan sehingga cenderung mendorong pendapatan. Sementara itu,

konsumsi barang tahan lama masih tertahan dan pengeluaran diutamakan untuk memenuhi

kebutuhan primer terlebih dahu.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik IV. 14. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik IV. 15. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

Page 73: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

4.2.2.2. Eksposur Perbankan dalam Sektor Rumah Tangga

Dana pihak ketiga (DPK) sektor rumah tangga pada triwulan I 2021 mencapai Rp124,05

triliun. DPK sektor rumah tangga tumbuh sebesar 6,52% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan IV 2020 yang tumbuh 10,54% (yoy). Perlambatan simpanan rumah tangga terutama

dipengaruhi oleh deselerasi komponen giro dan deposito. Komponen giro rumah tangga pada

triwulan I 2021 tercatat sebesar Rp5,74 triliun atau mengalami kontraksi sebesar -27,31% (yoy),

dibandingkan 16,20% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Selanjutnya, komponen deposito rumah

tangga tercatat sebesar Rp43,75 triliun atau tumbuh 6,04% (yoy), melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,40% (yoy). Di sisi lain, komponen tabungan dengan

nilai sebesar Rp74,55 triliun tumbuh sebesar 10,78% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 10,70% (yoy).

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 16. Perkembangan Pertumbuhan Kredit

dan DPK Rumah Tangga

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 17. Perkembangan Pertumbuhan DPK

Rumah Tangga

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 181. Perkembangan Pertumbuhan Kredit

Rumah Tangga

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 19. Perkembangan NPL Kredit Rumah

Tangga

Dari sisi penyaluran kredit, hingga triwulan I 2021 posisi penyaluran kredit kepada sektor

rumah tangga di Provinsi Banten sebesar Rp120,31 triliun. Kredit Rumah Tangga tercatat

tumbuh sebesar 1,94% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2020 sebesar 0,99% (yoy).

Secara nominal, kredit kepada sektor rumah tangga didominasi oleh KPR (Kredit Pemilikan

Rumah/Apartemen/Ruko) dengan nilai mencapai Rp72,23 triliun atau dengan pangsa sebesar

Page 74: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

60,03%, diikuti oleh kredit multiguna sebesar Rp26,81 triliun dengan pangsa sebesar 22,29%

dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar Rp7,19 triliun dengan pangsa sebesar 5,98%.

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 20. Pertumbuhan KPR/KPA/Ruko

Berdasarkan Tipe Rumah

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 21. Pertumbuhan KKB Berdasarkan Jenis

Kendaraan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 22. Perkembangan NPL

Kredit RT

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik IV. 23. Posisi NPL KKB

Berdasarkan Jenis Kendaraan

Kenaikan pertumbuhan kredit RT terutama dipengaruhi oleh akselerasi KPR di tengah

tertekannya laju kredit multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

KPR tumbuh sebesar 9,03% (yoy) melanjutkan tren kenaikan yang terjadi sejak triwulan III 2020.

Akselerasi KPR terjadi pada seruh jenis hunian terutama didorong oleh peningkatan kredit rumah

tinggal tipe 22 s.d 70 dan tipe diatas 70 yang masing-masing meningkat menjadi sebesar 8,65%

(yoy) dan 10,41% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya sebesar 7,12% (yoy) dan 8,59% (yoy).

Selain itu, kenaikan juga dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan kredit ruko/rukan menjadi

sebesar 0,70% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang kontraksi sebesar -0,28% (yoy).

Kelompok hunian yang masih mencatatkan kontraksi yaitu rumah tinggal sampai dengan tipe 21

yaitu sebesar -0,39% (yoy), membaik dibandingkan -1,81% (yoy) pada triwulan IV 2020.

Kredit Multiguna tumbuh 1,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan 3,15% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Selanjutnya, KKB tercatat mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar -30,92%

(yoy) dibandingkan -26,76% (yoy) pada triwulan IV 2020. Perlambatan yang terjadi pada KKB

terutama dipengaruhi oleh tertahannya permintaan kredit untuk pembelian mobil roda empat

yang belum dapat setinggi tahun sebelumnya dan tercatat kontraksi lebih dalam sebesar -22,92%

(yoy) menjadi sebesar -27,45% (yoy) pada triwulan IV 2020.

Page 75: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.3.1. Perkembangan Pembiayaan UMKM

Kredit Perbankan Provinsi Banten kepada UMKM pada triwulan I 2021 terkontraksi lebih

dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit kepada UMKM di Provinsi Banten

secara nominal tercatat sebesar Rp45,38 triliun atau sebanyak 13,25% dari total kredit yang

disalurkan di Provinsi Banten. Pangsa kredit UMKM tersebut sedikit menurun dibandingkan

triwulan III 2020 yaitu 13,39%. Memperhatikan hal ini, maka penyaluran kredit oleh perbankan

kepada UMKM di Provinsi Banten per terus didorong dan ditingkatkan terutama dalam rangka

mendorong pemulihan ekonomi nasional sehubungan dengan dampak pandemi Covid-19.

Penurunan ini dipengaruhi oleh kontraksi yang masih terjadi pada sebagian besar kredit UMKM.

Menurut lapangan usahanya, kredit UMKM dominan yang masih turun lebih dalam yaitu kredit

UMKM industri pengolahan (pangsa: 20,47%) tumbuh -12,37% (yoy) lebih dalam dibandingkan

-8,16% (yoy) pada triwulan sebelumnya dan kredit UMKM konstruksi (pangsa: 10,20%) yang

tumbuh -19,67% (yoy) dibandingkan -12,34% (yoy). Sementara itu, untuk perdagangan, hotel,

dan restoran (pangsa: 45,69%) mengalami perbaikan menjadi sebesar -0,26% (yoy)

dibandingkan -1,47% (yoy) pada triwulan IV 2020.

Sejalan dengan adanya kenaikan risiko kredit secara total, risiko kredit UMKM di Provinsi Banten

pada triwulan I 2021 juga mengalami peningkatan yang tercermin dari NPL sebesar 4,19% dari

sebelumnya sebesar 3,82%. Peningkatan NPL pada lapangan usaha utama kredit UMKM yaitu

PHR sebesar 2,97% dibandingkan 2,81% pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, NPL Industri

Pengolahan meningkat ke level 4,73% setelah pada periode sebelumnya tercatat 4,69%.

Menurut jenis penggunaannya, kredit modal kerja UMKM tercatat tumbuh sebesar 4,63% dan

kredit investasi UMKM sebesar 2,95% atau meningkat dibandingkan sebelumnya masing-masing

sebesar 4,22% dan 2,95%.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik IV. 24. Perkembangan Kredit UMKM

Sumber: Bank Indonesia

Grafik IV. 25. Perkembangan Kredit UMKM

Berdasarkan Lapangan Usaha

Page 76: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

4.3.2. Program Pengembangan UMKM Bank Indonesia

Bank Indonesia senantiasa mendorong pelaksanaan pengembangan UMKM dengan

mengedepankan pemberian dorongan akses UMKM kepada lembaga keuangan secara

seimbang dan berkualitas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

UMKM berkontribusi besar untuk menopang perekonomian termasuk dalam penyerapan tenaga

kerja sehingga berperan dalam stabilitas keuangan. Sehubungan hal tersebut, Bank Indonesia

melakukan berbagai upaya guna mewujudkan UMKM berdaya saing dan inklusif terutama

melalui pelaksanaan pilar kebijakan UMKM yaitu, korporatisasi, kapasitas, dan pembiayaan.

Dalam rangka mempercepat pemulihan UMKM pada masa pandemi Covid-19, Bank Indonesia

juga melakukan berbagai langkah, yaitu (1) melakukan komunikasi kebijakan untuk mendorong

UMKM memanfaatkan relaksasi kebijakan serta pro-aktif melayani penyelesaian masalah pada

UMKM bersama pemerintah daerah dan perbankan; (2) program virtual peningkatan kapasitas

UMKM melalui literasi keuangan digital dan pelatihan pencatatan keuangan melalui aplikasi SI-

APIK; (3) sinergi aksi mempercepat akses pembiayaan bersama BMPD (Badan Musyawarah

Perbankan Daerah), asosiasi, BUMN, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan KKMB (Konsultan

Keuangan Mitra Bank) melalui dukungan CSR (corporate social responsibility) serta alokasi PSBI

bagi UMKM binaan yang terdampak; serta perluasan pemanfaatan digital payment berupa

penggunaan aplikasi QR payment, Pemasaran online dan offline baik pada event nasional

maupun internasional dan korporatisasi merchant, serta instansi daerah sebagai off-taker.

Selain itu, program pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga diarahkan

terutama untuk mengurangi tekanan inflasi harga pangan yang bergejolak (volatile food) dan

mendorong Kinerja UMKM berorientasi ekspor dan mendukung pariwisata dalam rangka

mengurangi current account deficit (CAD).

4.3.2.1. Klaster Ketahanan Pangan

Hingga triwulan I 2021, KPw BI Provinsi Banten membina 5 klaster ketahanan pangan dengan

komoditas padi, cabai merah dan bawang merah yang tersebar di Provinsi Banten. Adapun upaya

pengembangan UMKM binaan KPW BI Banten hingga triwulan I 2021 sebagai berikut:

Klaster Cabai Merah Kab. Pandeglang dan Kab. Serang

Terdapat 2 klaster binaan KPw BI provinsi Banten yaitu Gapoktan Taruna Mekar di Kab.

Pandeglang dan Poktan Setia Kawan di Kab. Serang. Pengembangan dilakukan dengan

pembuatan demplot budidaya cabai proliga (produksi lipat ganda), penerapan good agricultural

product (GAP), mekanisasi pertanian, dan pengolahan pasca panen. Beberapa upaya yang

dilakukan KPw BI Provinsi Banten tidak hanya melalui strategi pengembangan sisi hulu dan off-

taker di hilir saja namun juga juga memberikan peningkatan akses kepada lembaga keuangan

Page 77: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

melalui pelatihan SiAPIK (Sistem Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan) dan penggunaan QRIS

guna mendorong kemudahan pencatatan keuangan usaha dalam rangka credit rating oleh

perbankan. Pada kelompok Taruna Mekar, keberhasilan matching perbankan ditunjukan dengan

berhasil diperolehnya pinjaman dari Bank Mandiri sebagai modal usaha. Selanjutnya, dalam ajang

apresiasi UMKM binaan Bank Indonesia yang dilakukan pada Januari 2021, Gapoktan Taruna

Mekar terpilih sebagai klaster championship dengan apresiasi klaster terbaik III subsektor

hortikultura tahun 2020 dengan hadiah alokasi anggaran program sosial BI dari Kantor Pusat

bank Indonesia.

Klaster Bawang Merah Kab. Serang dan Kab. Pandeglang

Terdapat 2 klaster binaan KPw BI provinsi Banten yaitu Poktan Mekar Jaya di Kab. Serang dan

Poktan Sejahtera di Kab. Pandeglang. Pada triwulan I 2021, kedua klaster tersebut menghasilkan

panen sebanyak 76,67 ton dari 13 Ha lahan yang ditanami. Pengembangan dilakukan dengan

budidaya off-season menggunakan irigasi kabut sehingga dapat panen 3 kali setahun, bantuan

fasilitasi irigasi dan pengairan, serta pembuatan penangkaran bibit bawang varian Crok Kuning.

Poktan juga memperoleh pelatihan SiAPIK dan sosialisasi QRIS dalam rangka peningkatan akses

keuangan.

Klaster Padi Kab. Lebak

Gapoktan Suka Bungah telah menjadi binaan KPw BI provinsi Banten sejak tahun 2015.

Pengembangan dilakukan dengan penggunaan bibit Jarwo Super, membuat penangkaran benih,

pengemasan hasil panen, dan fasilitasi mesin giling padi. Penjualan telah berhasil dilakukan

melalui berbagai channel antara lain Toko Tani Indonesia, marketplace, Instagram, dan penjualan

langsung kepada mitra yaitu PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Kelompok juga berhasil

memperoleh pinjaman dari Bank BRI.

On-going Pembentukan Klaster Ketahanan Pangan Potensial

Terdapat beberapa komoditas potensial yang sedang dalam tahapan persiapan pembinaan oleh

KPw BI Provinsi Banten yaitu Klaster Mina Padi dan Klaster Perikanan. Klaster Mina Padi

rencananya akan dikembangkan di Kab. Lebak bekerjasama dengan Dinas pertanian setempat

dan BPTP yang mana proses survei kelayakannya telah dilakukan pada triwulan I 2021. Bentuk

pelaksanaan pembinaan berupa demonstration plot (demplot) dan pelatihan budidaya Mina Padi

terutama menggunaan teknologi kincir air.

Selain padi, terdapat klaster bidang perikanan yang rencananya akan dilakukan di Kab.

Pandeglang tepatnya di Tanjung Lesung dan Binuwangen. Kelak, klaster Local Heroes

Binuwangen ini diarahkan untuk mampu memenuhi permintaan ekspor sehingga strategi

pembinaan yang dilakukan antara lain teknologi hu dan hilir produksi, penggunaan pakan yang

Page 78: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

berkualitas dan ramah lingkungan, off-taker ekspor dan business matching. Dalam

pemasarannya, klaster akan bekerjasama dengan PT Aruna Jaya Nuswantara yaitu platform digital

ekspor sektor perikanan. Survei kelayakan pembentukan klaster juga telah dilakukan pada

triwulan I 2021.

4.3.2.2. UMKM Binaan Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan UMKM dilakukan secara end-to-end process dari hu ke hilir, sehingga selain

membantu proses produksi, pengembangan dan perluasan pasar poduk UMKM juga didorong

melalui berbagai kegiatan yaitu Fasilitasi Expo, Business Matching, Business Coaching UMKM,

dan akses ke platform merchant online pada event Karya Kreatif Indonesia dan Karya Kreatif

Banten. Untuk perluasan akses ke pasar internasional, Bank Indonesia juga bekerja sama dengan

kantor perwakilan BI di luar negeri dan atase perdagangan dalam rangka expo perdagangan baik

online maupun offline.

Adapun UMKM yang menjadi binaan KPw BI Provinsi Banten yaitu KUB Mitra Mandala dengan

produk Gula Aren Hariang, KUB Sakinah dengan produk Anyaman Pandan Banjar, dan KUB Bina

Niaga dengan produk Sale Pisang Cilograng. Seruh kelompok tersebut telah melakukan penjualan

melalui marketplace. Melalui berbagai expo dan promosi internasional bersama KPw BI Banten,

KUB Mitra Mandala berhasil meningkatkan penjualannya ke berbagai negara didukung

meningkatnya tren penggunaan brown sugar di dunia, selain itu, KUB juga memperoleh

pembiayaan dari investor dan berhasil meraih juara 2 wirausaha muda syariah pada ajang lomba

FESyar 2020.

Pada event Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang diselenggarakan pada bulan Maret 2021 dan

sebagia bagian Road to Karya Kreatif Banten (KKB) 2021, KPw BI Provinsi Banten juga

menyelenggarakan expo dan event belanja online bertajuk Belanja Karya Kreatif Banten. Hal ini

dilakukan sebagi bagian on-boarding UMKM dan inklusi keuangan sebab pembayaran dilakukan

menggunakan digital payment dan QRIS. Event tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan

platform belanja online Blibli.com. Terdapat 14 UMKM Unggulan baik binaan maupun mitra

UMKM BI Banten yang telah lolos kurasi BI dan IDEA tergabung dalam event tersebut. Menurut

kategori produknya, penjualan terutama pada produk makanan dan minuman (39%) dan

kategori kain (25%), diikuti oleh produk pakaian (21%) dan produk kerajinan (15%) dari total

penjualan dalam periode event tersebut. Selain melakukan showcase produk secara hybrid yaitu

online pada berbagai channel dan offline berlokasi di Aula Surosowan KPw BI Banten, dilakukan

penandatangan inisiasi business matching pembiayaan antara pelaku UMKM dengan Bank BRI

dan Bank BJB.

Page 79: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

On-going Pembentukan UMKM LED Potensial

Mengawali tahun 2021, KPw BI Provinsi Banten berencana untuk melakukan perluasan

pembinaan UMKM dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi lokal yaitu pada

komoditas talas beneng dan kain tenun baduy. Komoditas Talas Beneng yang akan

dikembangkan berlokasi di Kab. Pandeglang. Sebagai langkah awal telah dilakukan

penandatangan dokumen inisiasi klaster antara KPw BI Provinsi Banten dan Perkumpulan Talas

Beneng Indonesia (Pertabenindo) Banten bersama Dinas Pertanian Provinsi Banten. Adapun

berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan strategi pegembangan akan menyasar akses pasar

lokal dan ekspor bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan pembuatan

demplot budidaya talas beneng organik. Talas beneng yang saat ini sedang menjadi primadona

dan dikembangkan di berbagai daerah diharapkan mampu mendorong kemajuan daerah dan

unggul dibandingkan daerah lainnya. Produksi talas beneng kemudian akan diolah menjadi

produk setengah jadi yaitu tepung maupun berbagai produk akhir.

Komoditas lainnya yang akan dikembangkan pada tahun 2021 yaitu kain tenun baduy. Inisiasi

dilakukan dengan melibatkan para pengrajin tenun di wilayah Baduy Luar melalui peningkatan

kapasitas teknik tenun mulai dari pewarnaan, desain, hingga finalisasi produk. KPw BI Provinsi

Banten juga memfasilitasi penyediaan mesin serta berbagai pelatihan dengan melibatkan

desainer Indonesia yaitu Bapak Wignyo Rahadi.

Dari sisi syariah, Bank Indonesia juga melakukan pemberdayaan pesantren. Pemberdayaan

pesantren meliputi Kegiatan santripreneurship yang bertujuan meningkatkan ilmu dan

pengetahuan santri mengenai pengelolaan sektor usaha potensial yang dapat dilakukan oleh

masing-masing pondok pesantren. Bekerjasama dengan Koperasi Mitra Santri Nasional (KMSN)

serta dibantu juga oleh Pimpinan Ponpes Tanara. Pemberdayaan Pesantren dilakukan di 5

pesantren yang bekerjasama dengan KPw BI Banten, yaitu Pondok Pesantren Modern Daarun

Naim, Pondok Pesantren Manahijussadat, Pondok Pesantren Roudlotul Huda, Pondok Pesantren

Al-Kirom, dan Pondok Pesantren Al-Furqoon.

Page 80: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

BOKS

KETAHANAN KORPORASI UTAMA BANTEN TETAP SOLID

Kinerja korporasi di Provinsi Banten selama masa pandemi covid-19 masih terjaga. Profitabilitas

korporasi terpantau masih berkinerja positif meskipun menurun tercermin dari Return on Assets

(RoA) tercatat sebesar 1,93 pada triwulan IV 2020, lebih rendah dibandingkan 3,31 pada triwulan

I 2020. Sementara itu, kemampuan membayar utang atau repayment capacity yang tercermin

dari Interest Coverage Ratio (ICR) tercatat sebesar 2,06, sedikit meningkat dari 1,94 pada triwulan

I 2020. Dari sejumlah korporasi yang berkantor pusat atau yang memiliki pabrik bervaluasi

signifikan di Banten, sebanyak 37,5% korporasi memiliki RoA di atas rata-rata serta ICR di atas

threshold atau berada dalam kuadran II. Kuadran tersebut didominasi oleh korporasi yang

bergerak di subsektor industri kimia, industri makanan & minuman, serta industri TPT. Kinerja

subsektor kimia tetap solid didorong tetap tingginya kebutuhan produk kemasan, bahan/alat

pembersih, dan disinfektan baik di dalam maupun luar negeri.

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, diolah

Gambar. Kuadran Business & Financial Condition Provinsi Banten

Masa Pre dan On Pandemi

Berdasarkan kuadran Business & Financial Condition Provinsi Banten, diketahui bahwa terjadi

perubahan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva (asset) untuk menghasilkan profit

dan pengelolaan beban suku bunga dalam aktivitas perusahaan baik pada masa sebelum

pandemi (triwulan I 2020) maupun saat pandemi dengan data terakhir hingga triwulan IV 2020.

Kondisi terbaik dari kuadran ini berada pada kuadran II yang mana RoA berada di atas rata-rata

dan ICR di atas threshold yang ideal. Akibat adanya penurunan pendapatan korporasi pada masa

pandemi maka perusahaan harus melakukan berbagai efisiensi, adapun subsektor industri

Page 81: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

pendukung otomotif, industri logam, dan konstruksi mengalami pergeseran dari kuadran I

menjadi Kuadran IV dengan ICR di bawah 1,5.

Penurunan ICR menjadi di bawah threshold menunjukan bahwa permintaan kredit perusahaan

pada subsektor tersebut kepada perbankan melemah. Perlambatan sejalan dengan penurunan

daya beli masyarakat yang menekan penjualan kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, maka pada

awal tahun 2021 pemerintah mulai memberlakukan relaksasi PPnBM serta memperluas cakupan

kendaraan untuk mendorong permintaan lebih lanjut. Senada hal tersebut, perlambatan daya

beli juga menahan pembelian hunian tinggal terutama pada tipe menengah besar yang kemudian

membuat persediaan cukup banyak bagi para pengembang yang kemudian menahan sisi

investasi bangunan swasta. Terkait kedua hal ini, Bank Indonesia melonggarkan uang muka

kredit/pembiayaan kendaraan bermotor (KKB) dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan

manajemen risiko. Selain itu, guna mendorong permintaan perumahan maka BI melakukan

pelonggaran rasio LTV/FTV kredit properti dan KPR Inden sebesar paling tinggi 100% bagi bank

yang memenuhi rasio NPL/NPF dan bagi kredit properti yang memerlukan Inden dengan

memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

Page 82: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab V. Penyelenggaraan Sistem

Pembayaran dan Pengelolaan

Uang Rupiah

Seiring dengan semakin membaiknya pertumbuhan

ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2021 dan

semakin meningkatkan preferensi masyarakat dalam

bertransaksi secara nontunai di masa pandemi, kinerja

transaksi Sistem Pembayaran (SP) non tunai di

beberapa sektor tercatat mengalami peningkatan.

Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

mengalami perbaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya, meskipun transaksi Kliring secara nominal

dan volume mengalami perlambatan. Namun

demikian, transaksi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) tercatat masih

mengalami penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya sebagai dampak masih terhambat dan

terbatasnya kegiatan bisnis dan operasional KUPVA BB

serta permintaan penukaran uang yang masih rendah.

Pada Triwulan I 2021, dari Sistem Pembayaran tunai,

perputaran uang melalui Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Banten mengalami net outflow

sebesar Rp1,1 triliun, menurun dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat net outflow sebesar Rp3,98

triliun.

Sementara itu, dari sisi upaya Pemerintah untuk

menahan dampak pandemi COVID-19 terutama ke

masyarakat, terjadi peningkatan penyaluran bantuan

sosial di Provinsi Banten yang bersumber dari APBN

baik Program Sembako maupun Program Keluarga

Harapan. Upaya penyaluran bantuan tersebut

dilakukan secara nontunai sebagai bagian dari program

digitalisasi. Program digitalisasi ekonomi di Provinsi

Banten juga menunjukkan perkembangan,

sebagaimana ditunjukkan dengan meningkatnya

jumlah National Merchant Repository (NMR) QR Code

Indonesia Standard (QRIS) di berbagai komunitas

masyarakat, termasuk UMKM. Hal ini sejalan dengan

semakin baiknya penetrasi digital di Provinsi Banten,

salah satunya dengan menjadikan QRIS sebagai sarana

pembayaran nirsentuh di tengah upaya pemulihan

ekonomi nasional di era pandemi COVID-19.

Page 83: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

5.1.1. Perkembangan Transaksi RTGS

Transaksi keuangan non tunai di Provinsi Banten melalui Sistem BI - Real Time Gross

Settlement (RTGS) pada triwulan I 2021 mengalami peningkatan baik secara nominal

maupun volume. Secara nominal, transaksi melalui RTGS mencapai nilai Rp232,58 triliun,

meningkat sebesar 0,20% (yoy) setelah pada triwulan IV 2020 tumbuh lebih tinggi sebesar

1,84% (yoy). Sedangkan dari segi volume, jumlah transaksi RTGS pada triwulan I 2021 sebanyak

56.553 transaksi, meningkat sebesar 48,19% (yoy), dan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV

2020 yang tumbuh sebesar 45,98% (qtq). Adanya peningkatan transaksi melalui BI-RTGS ini

searah dengan peningkatan realisasi pengeluaran pemerintah dan berbagai faktor lain yang

terindikasi sebagai respon pelaku usaha terhadap perbaikan ekonomi di tahun 2021. Transaksi

non tunai melalui BI-RTGS dan pembayaran menggunakan kartu juga ikut mengalami

peningkatan, seiring dengan perbaikan ekonomi Banten dan meningkatnya preferensi

masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai di masa pandemi.

5.1.2. Perkembangan Transaksi Kliring

Transaksi non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada triwulan I

2021 secara nominal mengalami pertumbuhan positif dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Nominal transaksi pada triwulan I 2021 tercatat sebesar Rp11,05 triliun atau

kontraksi -5.84% secara year on year, dan melemah -8.10% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencatat nominal sebesar Rp12,03 triliun (qtq). Kontraksi ini selaras dengan

data transaksi berdasarkan volume, dimana pada triwulan I 2021 tercatat transaksi sebesar

235.043 bilyet menurun -12% (yoy) dan dibandingkan secara qtq kontraksi sebesar -20%. Masih

berlanjutnya penurunan nominal transaksi kliring tersebut sebetulnya telah terjadi sejak triwulan

II 2020 pada saat awal mula pandemi COVID-19 melanda di Indonesia. Penurunan kinerja

pertumbuhan transaksi ini sejalan dengan kinerja ekonomi Provinsi Banten yang

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 1. Transaksi RTGS di Provinsi Banten

Berdasarkan Nominal

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 2. Transaksi RTGS di Provinsi

Banten Berdasarkan Volume

Page 84: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

direpresentasikan oleh PDRB yang sama-sama masih menunjukkan kontraksi 0.39% pada

triwulan I 2021, serta sebagai dampak natural terhadap perlambatan perputaran uang di bank.

Sebagaimana tren sejak tahun 2015, kliring kredit masih lebih mendominasi transaksi SKNBI di

Provinsi Bantendibandingkan dengan kliring debit. Pangsa transaksi kliring kredit pada triwulan I

2021 terhadap total transaksi SKNBI mencapai 94.32%.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 3. Nominal Transaksi Kliring di

Provinsi Banten Berdasarkan Jenis

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 4. Volume Transaksi Kliring di

Provinsi Banten Berdasarkan Jenis

Sejalan dengan transaksi secara triwulanan, total perputaran kliring harian berdasarkan volume

pada triwulan I 2021 mengalami penurunan. Volume perputaran kliring harian pada triwulan I

2021 mengalami kontraksi yakni 8,10% (yoy). Sedangkan berdasarkan nominal, perputaran

kliring harian pada triwulan I 2021 mencapai nilai Rp11,05 Triliun, menurun dibandingkan

triwulan IV 2020 yang mencapai Rp12,03 Triliun.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 5. Nominal Transaksi Kliring Harian di

Wilayah Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 6. Volume Transaksi Kliring Harian di

Wilayah Provinsi Banten

5.1.3. Elektronifikasi Transaksi Pemerintah

5.1.3.1 Bantuan Sosial Non Tunai

Berdasarkan sumber anggaran, program elektronifikasi Bantuan Sosial (Bansos) yang

diimplementasikan di Provinsi Banten terdiri atas dua jenis yaitu bantuan sosial yang berasal dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bantuan sosial yang berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bansos yang berasal dari APBN terdiri dari Bantuan

Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH), sementara yang berasal dari

Page 85: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

APBD yaitu Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu). Namun demikian Jamsosratu

tersebut belum mulai disalurkan hingga triwulan III 2020, dimana pemerintah daerah Provinsi

Banten lebih memfokuskan pada penyaluran Jaring Pengaman Sosial (JPS) bagi masyarakat rentan

terhadap dampak sosial akibat wabah corona virus disease 2019 (COVID-19).

Dalam rangka fasilitasi dan monitoring penyaluran bantuan sosial non tunai (BSNT) di Provinsi

Banten, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten melakukan koordinasi intensif terkait

penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai dengan Dinas Sosial se-Provinsi Banten, Kepolisian Daerah

Banten, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dan Koordinator Teknis. Selain itu juga,

sebagai upaya untuk terus mencapai penyaluran BSNT sesuai dengan 6T (tepat sasaran, tepat

jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, tepat harga, dan tepat administrasi), Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Banten senantiasa melalukan berbagai upaya yang mencakup analisis 3I dan

2K di antaranya, pengkinian data untuk memastikan setiap KPM benar-benar layak menerima

bantuan, sehingga kuota dapat terpenuhi secara optimal, melanjutkan pengkinian data KPM

berbasis NIK secara berkwla dan dilaporkan melalui SIKNG, meningkatkan koordinasi di level

teknis Kabupaten/Kota untuk melakukan pendataan KPM yang belum menerima KKS sehingga

dapat ditindaklanjuti oleh bank penyalur, dan melakukan edukasi serta sosialisasi pedoman

pelaksanaan BSNT terbaru 2021 secara lebih masif kepada Dinsos di level Kabupten/Kota se-

Provinsi Banten.

a. Program Sembako

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V. 7. Program Sembako per Kabupaten/Kota

Program Sembako merupakan kelanjutan BPNT yang disalurkan di seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Banten dengan dengan nominal per Maret 2020 sebesar Rp200.000/KPM yang

disalurkan melalui Bank Penyalur BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri. Secara spasial, pada Maret

2021, penyaluran Program Sembako paling besar dilakukan di Kabupaten Tangerang yakni

kepada 125.432 KPM dengan nominal sebesar Rp24,97 miliar atau sebesar 31%, diikuti

Kabupaten Lebak yakni sebanyak 93.513 KPM dengan nominal bantuan Rp18,7 miliar atau

22.92%. Adapun untuk penyaluran bulan Maret dan April 2021 disalurkan sekaligus pada akhir

Page 86: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

bulan Maret 2021 disebabkan oleh tertundanya bantuan bulan Maret 2021 sebagai implikasi dari

proses perbaikan data dari sisi Kemensos dan dipercepatnya penyaluran bantuan pada bulan April

secara bertahap sebagai tindak lanjut dari arahan Presdien RI dalam Ratas 17 Maret 2021.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.8. Nominal Penyerapan Program

Sembako Di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.9. Penyerapan KPM Program Sembako

di Provinsi Banten

Dilihat dari sisi Keluarga Penerima Manfaat (KPM), jumlah KPM penerima Program Sembako pada

Maret 2021 berjumlah 407.954 KPM dengan persentase penyerapan 107.4%. Sedangkan dari

sisi nominal, diketahui pada triwulan triwulan 2021 nominal penyaluran ialah Rp260,79 miliar

menurun seiring dengan menurunnya jumlah KPM yang menerima bantuan dibandingkan

dengan triwulan IV 2020. Sementara itu, dari sisi penyerapan, dibandingkan dengan triwulan IV

2020, nilai penyerapan pada triwulan I 2021 telah mencapai lebih dari 100% karena adanya

percepatan penyaluran bantuan pada April secara bertahap pada Maret 2021.

dipercepatnya penyaluran bantuan pada bulan April secara bertahap sebagai

b. Program Keluarga Harapan (PKH)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.10. Nominal Penyaluran PKH

Di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.11. Penyerapan KPM PKH

Di Provinsi Banten

Jumlah dana Program Keluarga Harapan (PKH) yang disalurkan di seluruh Kota/Kabupaten di

Provinsi Banten pada tahap II 2021 tercatat sebesar Rp201,26 miliar. Berdasarkan jumlah KPM,

terjadi penurunan sebesar 8%, yaitu dari 315.237 KPM pada tahap I 2021 menjadi 290.782

KPM pada tahap II 2021.

Page 87: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Dari sisi penyerapan, PKH telah terserap sebesar 94.36% atau 274.380 KPM dari total

penyaluran untuk 292.839 KPM. Angka penyerapan PKH di Provinsi Banten masih belum

mencapai 100% antara lain dikarenakan KPM baru masih belum menerima Kartu Keluarga

Sejahtera (KKS) dan terdapat KPM lama yang kehilangan KKS sehingga tidak dapat melakukan

pencairan BSNT. Secara spasial KPM, penyaluran PKH paling besar dilakukan di Kabupaten

Tangerang yakni 125.432 KPM atau setara 30.75% dari total penyaluran di Provinsi Banten,

diikuti dengan Kabupaten Lebak sebanyak 93.513 KPM, dan Pandeglang sebanyak 68.138

KPM.

Secara nominal, penyaluran yang dilakukan untuk Provinsi Banten pada tahap II 2021 sebesar

Rp201,26 miliar atau mencapai 99%. Penyaluran PKH pada tahap II ini dilakukan pada akhir

Maret 2021, sesuai arahan Presiden RI dalam Ratas 17 Maret 2021 agar disalurkan bertahap

untuk Kabupaten/Kota.

5.1.3. Perkembangan QRIS

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.12. Perkembangan NMR

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.13. Sebaran Merchant

Pada triwulan I 2021, National Merchant Repository (NMR) di Provinsi Banten tercatat sejumlah

450,095 merchant atau tumbuh sebesar 16.61% (qtq), melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22.17% (qtq). Meskipun demikian,

sampai dengan posisi terakhir pada Mei 2021 jumlah NMR di Provinsi Banten terus mengalami

peningkatan menjadi 486,408 NMR.

Kendala dalam peningkatan jumlah merchant di Provinsi Banten antara lain masih disebabkan

oleh pandemi COVID-19, sehingga mengurangi laju Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran

(PJSP) dalam mengakuisisi merchant untuk menggunakan QRIS. Selain untuk transaksi

perdagangan, QRIS di Provinsi Banten juga telah dimanfaatkan sebagai salah satu kanal

pembayaran transaksi pemerintah khususnya pembayaran pajak dan retribusi sebagian Pemda

yaitu 44% atau 4 dari 9 Pemda yang ada. Perkembangan ini semakin menunjukkan adanya

komitmen Pemda setempat untuk dapat menerapkan Elektronifikasi Transaksi Pemerintah (ETP)

secara menyeluruh. Pembayaran pajak maupun retribusi daerah menggunakan QRIS juga dapat

Page 88: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

menjadi salah satu upaya untuk memitigasi potensi penyebaran dan penularan virus COVID-19 di

masa pandemi saat ini.

Selain itu, akseptasi QRIS di Provinsi Banten juga terus meluas di antaranya untuk keperluan

pembayaran ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf), unit usaha maupun administrasi

pondok pesantren, fasilitas kesehatan, sampai dengan moda transportasi. Sebagai contoh ialah

moda transportasi BRT, Bus Si Tayo, dan Angkot Si Benteng yang dikelola oleh Pemerintah Kota

Tangerang bersama dengan BUMD PT. Tangerang Nusantara Global. Ketiga moda transportasi

ini per 1 Maret 2021 telah secara efektif menerapkan pembayaran non tunai menggunakan QRIS,

meskipun masih QRIS statis. Kemudian dari kategori wisata khas Provinsi Banten, Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Lesung menjadi salah satu contoh destinasi wisata yang telah

mengimplementasikan QRIS pada sarana pendukung dan akomodasi penginapan yakni Hotel

Tanjung Lesung Beach Hotel dan Kalicaa Village.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.14. Perkembangan NMR

Sedangkan dilihat berdasarkan pangsa QRIS terhadap UMKM, Provinsi Banten diketahui

menempati peringkat ke-5 secara nasional dengan total akuisisi QRIS tertinggi sebesar 491.450

NMR. Posisi ini berada setelah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Apabila

dilihat lebih rinci, kategori usaha mikro di Provinsi Banten menjadi pelaku usaha paling

mendominasi penggunaan QRIS yakni mencapai 59.19% atau sebanyak 290,840 NMR, disusul

oleh jenis pelaku usaha kecil mencapai 23.59% atau sebanyak 115.934 NMR.

Sebagai upaya untuk terus mendorong penggunaan QRIS di masyarakat, meskipun dalam masa

pandemi COVID-19, KPwBI Banten masih terus konsisten melakukan berbabagi kegiatan edukasi,

sosialisasi, rapat koordinasi, dan Forum Group Discussion (FGD) bersama berbagai stakeholder

termasuk PJSP dan komunitas yang sudah ditargetkan, di antaranya sosialisasi QRIS kepada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) se-Provinsi Banten, Asosiasi Pedagang Kaki Lima, instansi

Page 89: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

vertikal, dan aparat penegak hukum (Apgakum), dan mahasiswa khususnya melalui Generasi

Baru Indonesia (GenBI).

5.2. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Pada Triwulan I 2021, total perputaran uang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Banten tercatat mengalami net outflow sebesar Rp1,12 triliun. Net outflow

mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi triwulan IV 2020 (qtq) yaitu sebesar Rp3,98

triliun. Kondisi net outflow tersebut merupakan implikasi dari lebih rendahnya total nominal

inflow yaitu senilai Rp1,1 trilun, namun lebih tinggi dibandingkan inflow pada triwulan

sebelumnya sebesar Rp0,51 triliun. Sementara itu, total nominal outflow sebesar Rp2,22 triliun

tercatat menurun 51% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2020 yang mencatatkan outflow Rp4,49

triliun.

Penurunan realisasi net outflow salah satunya terjadi akibat adanya penurunan proyeksi

perbankan akibat adanya migrasi sebagian rekening nasabah sebagai respon isu pending merger

dan implementasi merger 2 (dua) perbankan baik konvensional maupun syariah. Meskipun

demikian, potensi peningkatan outflow pada beberapa triwulan ke depan masih mungkin terjadi

selaras dengan beberapa penyebab utama lainnya di antaranya:

1. Peningkatan realisasi pengeluaran pemerintah untuk membiayai berbagai program

pembangunan di antaranya di bidang pendidikan (sarana dan prasarana sekolah umum

& berkebutuhan khusus), kesehatan (program peningkatan layanan pembangunan sarana

kesehatan), infrastruktur (peningkatan & pembukaan jalan/jembatan baru untuk

membuka akses kepada masyarakat serta peningkatan kualitas sumber daya air), dan

ketahanan pangan dan infrastruktur sosial (peningkatan/perbaikan Rumah Tidak Layak

Huni).

2. Terdapat 4 (empat) proyek prioritas di Provinsi Banten yaitu pengembangan konvektivitas

Jalan Serang-Panimbang, pengembangan kawasan industry terintegrasi Wilmar,

pengembangan KEK Tanjung Lesung, dan pengembangan wilayah Kota Baru Maja yang

merupakan major project untuk mengurangi kesenjangan dan mendorong pemerataan.

3. Posisi geografis Banten yang menjadi penyangga Jakarta, cukup berpengaruh terhadap

behavior perbankan di Banten yang selama ini sebagian besar memenuhi kebutuhan

uangnya dari Kantor Pusatnya di Jakarta (khususnya pemenuhan uang untuk Tangerang

Raya). Adanya pengetatan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk

wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Banten menyebabkan pengalihan kegiatan pengelolaan

rupiah beberapa Bank dari DPU ke Provinsi Banten.

Page 90: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.15. Perkembangan Perputaran

Uang di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.16. Total Temuan

Uang Tidak Asli di Provinsi Banten

Sementara itu, jumlah uang tidak asli yang ditemukan di Provinsi Banten pada triwulan I 2021

sebanyak 115 lembar, yang terdiri atas 44 lembar uang pecahan Rp100,000 dan 71 lembar

pecahan Rp50,000. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan dengan temuan uang tidak

asli atau uang palsu pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 264 lembar.

Dari total temuan tersebut, diketahui juga bahwa Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Banten paling banyak menerima pengaduan temuan uang palsu yaitu berasal dari perbankan

yang melaporkan melalui BI-CAC (Bank Indonesia-Counterfeit Analysis Center).

Dalam rangka terus menekan peredaran uang palsu maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Banten konsisten untuk melakukan berbagai langkah strategis, salah satunya edukasi dan

sosisaliasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah (CIKUR) atau yang saat ini tercakup pada program CBP

(Cinta, Bangga, dan Paham) Rupiah. Sampai dengan Triwulan I 2021, diketahui terdapat berbagai

stakeholder dan komunitas yang disasar di antaranya pimpinan perbankan cabang

kabupaten/kota, para pelaku usaha baik mikro, kecil, menengah, dan besar, pondok pesantren,

aparat penegak hokum (apgakum), serta mahasiswa khususnya melalui Komunitas Generasi Baru

Indonesia (GenBI) Provinsi Banten. Lebih lanjut, meskipun di tengah pandemi COVID-19, Bank

Indonesia tetap melakukan berbagai upaya edukasi dan sosialisasi untuk terus meningkatkan

literasi dan pemahaman masyarakat terkait ciri keaslian uang Rupiah walaupun dengan cara yang

berbeda, seperti webinar maupun edukasi melalui media sosial (IG LIVE).

Kemudian dari sisi temuan Uang Rupiah Layak Edar (ULE) di Provinsi Banten, diketahui bahwa

berdasarkan survey tingkat kelayakan uang yang beredar pada tahun 2020 memeroleh hasil 9.6

untuk Uang Pecahan Besar (UPB), dan 6.4 untuk Uang Pecahan Kecil (UPK). Angka mengalami

penurunan dari tahun 2019 pada semester II yakni 11 untuk UPB dan 7 untuk UPK. Keterbatasan

layanan penukaran uang dan kas keliling menjadi pemicu penurunan kualitas uang yang beredar.

Pandemi COVID-19 juga ikut mempengaruhi layanan penukaran di loket perbankan yang dibatasi

bahkan beberapa perbankan juga meniadakan karena alasan Kesehatan yakni memitigasi risiko

penularan virus.

Page 91: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PENUKARAN VALUTA ASING

Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) berizin

diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pasar keuangan terutama pasar valuta

asing domestik yang sehat. Pasar keuangan domestik yang sehat diperlukan guna turut

menciptakan kestabilan nilai rupiah dan mendorong kelangsungan ekonomi nasional. Oleh

karena itu, diperlukan adanya pengaturan dan pengawasan KUPVA BB untuk mencegah

dimanfaatkannya KUPVA BB sebagai sarana pencucian uang, pendanaan terorisme, atau

kejahatan lainnya.

Berdasarkan data KUPVA BB di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten,

sampai dengan akhir triwulan IV 2020, jumlah penyelenggara KUPVA BB berizin tercatat

sebanyak 51 (lima puluh satu) perusahaan tersebar di Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.17. Sebaran KUPVA

di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.18. Rekapitulasi Transaksi KUPVA BB

di Provinsi Banten

Berdasarkan lokasi usaha penyelenggara KUPVA BB, sebanyak 88.23% kantor Pusat KUPVA BB

berlokasi wilayah Tangerang Raya, yakni Tangerang Selatan sebanyak 23 (dua puluh tiga) KUPVA

BB, Kota Tangerang sebanyak 16 (enam belas) KUPVA BB, dan Kabupaten Tangerang sebanyak

6 (enam) KUPVA BB. Sementara 11.77% berada di wilayah lainnya yaitu Kota Cilegon sebanyak

3 (tiga) KUPVA BB, Kabupaten Lebak 2 (dua) KUPVA BB dan di Kota Serang 1 (satu) KUPVA BB.

Dominasi jumlah KUPVA BB di wilayah Tangerang Raya, salah satunya dipicu oleh adanya Bandara

Internasional Soekarno-Hatta yang menjadi pusat aktivitas masyarakat untuk melakukan

perjalanan dari dan menuju luar negeri. Aktivitas ini erat kaitannya dengan frekuensi dan

intensitas kegiatan jual beli valuta asing yang dilakukan oleh KUPVA BB di sekitarnya.

Perkembangan usaha KUPVA BB dapat digambarkan dari aktivitas transaksi jual beli valuta asing

yang berjalan selama kegiatan operasional penyelenggaraan KUPVA BB di wilayah Provinsi

Banten. Pada triwulan I 2021, jumlah transaksi jual-beli valuta asing senilai Rp632,88 miliar atau

menurun sebesar -44.17% dibandingkan triwulan I 2021 (yoy), dan menurun -24.05%

dibandingkan dengan triwulan IV 2020 (qtq). Sedangkan dilihat dari proporsinya, penjualan

valuta asing di Provinsi Banten masih sedikit lebih mendominasi sekitar 50.26% dibandingkan

dengan transaksi pembeliannya.

Page 92: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Tren penurunan transaksi ini menunjukkan masih adanya pelemahan aktivitas KUPVA BB di masa

pandemi, meskipun penurunannya tidak separah triwulan II dan III 2020 pada saat penyebaran

virus COVID-19 masih cukup tinggi maupun berbagai kebijakan pemerintah terkait social and

physical distancing masih ketat diberlakukan. Adapun imbas lain dari tren penurunan transaksi

valuta asing, menyebabkan beberapa KUPVA BB di Provinsi Banten mulai menekan biaya

operasional dengan mengurangi sumber daya manusia (pegawai) hingga menutup sementara

usaha sampai dengan waktu yang belum dapat ditentukan.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.19. Pangsa Mata Uang Yang

Ditransaksikan

Sumber: Bank Indonesia

Grafik V.20. Pangsa Mata Uang Yang

Dominan Ditransaksikan

Berdasarkan mata uang yang ditransaksikan selama triwulan I 2021, mayoritas transaksi adalah

dalam Dolar Amerika Serikat (USD) senilai Rp267,91 miliar (42.33%), diikuti oleh Dolar Singapura

(SGD) senilai Rp245,41 miliar (38.78%), kemudian diikuti oleh Euro senilai Rp29,75 miliar

(4.00%). Sementara itu, apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2020, mata uang yang

mendominasi ditransaksikan dalam jual beli valuta asing di Provinsi Banten ialah Dolar Singapura

mencapai Rp343,8 miliar atau 47.08% dari total transaksi.

Sementara itu, di tengah kondisi pandemi, sampai dengan triwulan I 2021 Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Banten tetap menyelesaikan target pemeriksaan umum kepada 6

penyelenggara KUPVA BB dan 1 PTD BB secara daring maupun secara langsung dengan tetap

memperhatikan protokol kesehatan. Kemudian, sesuai kewenangan KPwDN untuk memproses

perizinan KUPVA BB dan PTD BB, KPwBI Provinsi Banten juga sampai dengan Mei 2021 sedang

memproses perizinan baru melalui e-licensing sebanyak 2 (dua) calon KUPVA BB dan 2 (dua)

calon PTD BB. Selain itu, bertepatan dengan telah berlakunya secara efektif Peraturan Bank

Indonesia terkait persyarakan pendidikan minimal D3 bagi pengurus KUPVA BB per tahun 2021,

serta jatuh adanya 30 dair 51 KUPVA BB yang masa izin usahanya jatuh tempo pada tahun

2021, maka KPwBI Banten sedang menggalakkan himbauan maupun memproses permohonan

perpanjangan izin KUPVA BB di wilayah kerja Provinsi Banten.

Page 93: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Menindaklanjuti target pembentukan minimal 2 (dua) Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi

(TP2DD) di Provinsi Banten pada tahun 2021, serta selaras dengan penerbitan Keputusan Presiden

No. 3 tahun 2021 tentang Satuan Tugas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah, yang

mengatur kewajiban pembentukan Satgas P2DD di tingkat pusat dan pembentukan TP2DD untuk

tiap pemerintah provinsi serta kabupaten/kota, sampai dengan Triwulan I 2021 diketahui bahwa

telah terbentuk 5 (lima) TP2DD dengan rincian 4 (empat) TP2DD Kota/Kabupaten yaitu Kota

Serang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Lebak, serta 1 (satu) TP2DD

Provinsi. Pembentukan TP2DD ini menjadi salah satu indikator untuk meningkatkan stagging

Pemda mencapai level digitalize. Adapun berdasarkan level kesiapan ETP, diketahui saat ini

Provinsi Banten diketahui telah memiliki 5 Pemda yang berada pada stage digitalize, 2 commit,

dan 2 sisanya berada pada stage aware. Sedangkan berdasarkan penilaian indeks IETPD yang

mempertimbangkan 5 (lima) aspek yaitu Implementasi, Realisasi, Kontribusi terhadap PAD,

Kesiapan, dan Dukungan Strategis, diketahui sampai dengan Triwulan I 2021 Provinsi Banten

terkategorisasi maju dengan skor 75.7.

Ceremonial Pembentukan dan Penetapan TP2DD di Provinsi Banten

Melalui pembentukan TP2DD ini, diharapkan dapat mendorong terlaksananya pengelolaan

keuangan daerah yang lebih baik dan senantiasa mampu mengikuti perkembangan digitalisasi di

bidang sistem pembayaran. Peningkatan efisiensi, kemudahan, dan inklusivitas, serta ekosistem

BOKS

Provinsi Banten Telah Membentuk 5 (lima) TP2DD di Level Provinsi

maupun Kabupaten/Kota

Page 94: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

ekonomi keuangan dan digital yang terintegrasi juga diharapkan dapat tercapai dengan

terbentuknya TP2DD ini sehingga pada akhirnya akan mampu mengoptimalkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan meningkatkan tata kelola keuangan Pemda yang semakin govern.

Tindak Lanjut Pembentukan TP2DD

Sebagai wujud dukungan dan penerapan fungsi advisory terhadap pemerintah daerah, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten terus berkomitmen untuk mendorong implementasi

ETP guna meningkatkan transaksi keuangan daerah dan mengintegrasikan sistem pengelolaan

keuangan daerah selaras dengan telah dibentukan 5 TP2DD dari 9 Pemda, berikut merupakan

beberapa tindak lanjut yang akan dan sedang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Banten sampai

dengan Triwulan II 2021:

1. Rapat koordinasi penyusunan roadmap Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah

(ETPD) Provinsi Banten.

2. Rapat koordinasi rencana pembentukan TP2DD di 4 kabupaten/kota lainnya di antaranya

Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Pandeglang.

3. Monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan tugas TP2DD dalam rangka mendorong

pemahaman, motivasi, dan level kompetensi OPD maupun masyarakat dalam

mengimplementasikan ETP. Serta mendorong mendukung Pemda untuk mengikuti

Championship P2DD.

Page 95: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab VI. Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan Masyarakat

Seiring dengan mulai pulihnya perekonomian Banten,

kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada

periode Februari 2021 mengalami perbaikan. Hal ini

ditandai dengan penurunan Tingkat Pengangguran

Terbuka menjadi sebesar 9,01. Hal ini didorong oleh

peningkatan jumlah angkatan kerja disertai dengan

menurunnya jumlah pengangguran dibandingkan posisi

Agustus tahun lalu.

Namun demikian, kesejahteraan hidup masyarakat di

Provinsi Banten tercatat masih belum pulih, hal ini

dicerminkan oleh meningkatnya angka kemiskinan baik

di Pedesaan maupun di Perkotaan. Pandemi Covid-19

memicu kenaikan Garis Kemiskinan yang meningkat

pada September 2020 sebesar 1,4% serta Persentase

Penduduk Miskin sebesar 6,6%.

Lebih lanjut, kenaikan angka kemiskinan tersebut

mendorong meningkatnya ketimpangan masyarakat

sebagaimana ditunjukkan oleh angka Gini Ratio pada

September 2020. Gini Ratio Provinsi Banten meningkat

0,002 dibandingkan posisi Maret 2020 menjadi 0,365.

Kesenjangan kualitas hidup masyarakat wilayah Banten

Utara dengan Banten Selatan masih menjadi masalah

struktural. Hal ini ditunjukkan oleh perbedaan antara

IPM di Tangerang Raya dengan di Kabupaten Lebak dan

Kabupaten Pandeglang.

Page 96: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

6.1. KETENAGAKERJAAN

Di tengah masih berlanjutnya masa pandemi COVID-19, kondisi ketenagakerjaan Provinsi

Banten mengalami perbaikan. Kondisi ketenagakerjaan tidak hanya dilihat dari seberapa besar

peningkatan pengangguran yang terjadi, melainkan juga seberapa besar pekerjaan yang hilang

akibat pandemi. Berdasarkan data BPS Provinsi Banten, jumlah angkatan kerja pada Februari

2021 tercatat sebanyak 6,25 juta orang, atau naik sekitar 37,08 ribu orang dibandingkan posisi

bulan Agustus 2020 sebanyak 6,21 juta orang. Kenaikan jumlah angkatan kerja secara

keseluruhan ini sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk bekerja di Provinsi Banten. Adapun

jumlah penduduk yang bekerja mengalami sedikit peningkatan pada periode Februari 2021.

Apabila dibandingkan dengan Agustus 2020, jumlah penduduk bekerja tercatat menurun dari

sebelumnya 5,55 juta orang menjadi 5,69 juta orang.

Sumber : BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 1 Pertumbuhan PDRB dan Jumlah

Penduduk Bekerja di Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah Grafik VI. 2. Perkembangan Indikator

Ketenagakerjaan Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 3. Angkatan Kerja dan TPAK

Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 4 Penduduk Bekerja dan TPT

Provinsi Banten

Peningkatan jumlah angkatan kerja pada Februari 2021 diikuti oleh adanya kenaikan pada

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK pada Februari 2021 tercatat sebesar 64,28%,

atau mengalami peningkatan sebesar 0,41% dari posisi Februari 2020 namun turun sebesar

0,20% apabila dibandingkan Agustus 2020. Grafik VI.2 menunjukkan bahwa dalam lima tahun

terakhir jumlah angkatan kerja dan penduduk bekerja di Provinsi Banten relatif stabil.

Page 97: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Selaras dengan peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk bekerja, pada Februari

2021 angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Banten tercatat menurun. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Banten tercatat 9,01% pada Februari 2021, menurun

1,63% dibandingkan bulan Agustus 2020 yang mencapai 10,64%. Dengan demikian, TPT pada

bulan Februari 2021 ini menjadi yang tertinggi kedua dalam 5 (lima) tahun terakhir, dengan TPT

bulan Agustus 2020 menjadi yang tertinggi. Adapun TPT terendah terjadi pada posisi di bulan

Februari 2019 yang tercatat sebesar 7,58%.

Pada bulan Februari 2021, terdapat 1,85 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak Covid-

19, mengalami penurunan sebesar 849,82 ribu orang atau sebesar 45,98% dibandingkan

dengan posisi bulan Agustus 2020. Adapun komposisi penduduk usia kerja yang terdampak

pandemi Covid-19 yakni 104,31 ribu orang menjadi pengangguran, 24,02 ribu orang Bukan

angkatan kerja (BAK), 40,71 ribu orang sementara tidak bekerja, dan 829,33 juta orang bekerja

dengan pengurangan jam kerja (shorter hours) karena Covid-19. Pengangguran karena Covid-19

adalah penduduk usia kerja yang termasuk pengangguran dan memiliki pengalaman berhenti

kerja karena Covid-19 pada periode Feburari 2020 hingga Februari 2021. Sedangkan Bukan

angkatan kerja (BAK) karena Covid-19 adalah penduduk usia kerja yang termasuk bukan

angkatan kerja dan memiliki pengalaman berhenti karena Covid-19.17

Sumber : BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 5. TPT Provinsi di Jawa dan Nasional

Pada periode Februari 2021, angka TPT Provinsi Banten masih lebih tinggi dibandingkan dengan

TPT nasional yang tercatat sebesar 6,26% dan menjadi provinsi dengan TPT tertinggi kedua

secara nasional setelah Provinsi Kepulauan Riau. Sejak resmi terbentuk pada tahun 2000, Provinsi

Banten menjadi provinsi dengan angkat TPT yang lebih tinggi dibandingkan angka nasional, dan

menjadi Provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi selama 3 tahun terakhir. Hal ini menjadi

tantangan utama bagi pemerintah Provinsi Banten di tengah meningkatnya investasi di berbagai

sektor usaha, terutama industri pengolahan untuk memastikan ketersedian lapangan kerja dan

mendorong tingkat penyerapan tenaga kerja.

17 BRS Provinsi Banten Februari 2021

Page 98: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Dari sisi penyerapan tenaga kerja berdasarkan struktur lapangan pekerjaan utama di Provinsi

Banten, pada periode Februari 2021, lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja

adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan dominasi pangsa mencapai 22,21%. Sektor

Industri dengan pangsa terbesar kedua mencapai 19,75% dalam menyerap tenaga kerja,

kemudian ketiga ialah sektor Pertanian dengan pangsa 14,59%. Dari grafik IV.7, terlihat adanya

pergeseran penyerapan tenaga kerja yang sebelumnya didominasi oleh industri pengolahan pada

Februari 2019 menjadi sektor perdagangan besar dan eceran sejak periode Agustus 2019.

Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2016 sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan

mendominasi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten. Hal ini sejalan dengan distribusi PDRB

di Provinsi Banten pada triwulan I 2021 yaitu Industri Pengolahan masih menjadi sektor yang

paling mendominasi pada struktur PDRB dengan pangsa sebesar 31,46%, diikuti oleh sektor

perdagangan sebesar 13,13%. Sementara itu, pangsa lapangan usaha Pertanian terhadap PDRB

Provinsi Banten sepanjang berada di posisi ke-lima yaitu dengan pangsa 6,51%, setelah Real

Estate dan Konstruksi dengan kontribusi sebesar 8,60%. Meskipun kontribusi sektor Pertanian

terhadap PDRB Banten relatif kecil, pangsa penyerapan tenaga kerjanya termasuk yang tertinggi

ketiga setelah sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

pertanian menjadi salah satu sektor penyerap tenaga kerja, didukung oleh ketersediaan lahan

pertanian dan syarat masuk ke sektor tersebut yang relatif tidak terlalu sulit. Selanjutnya,

diperlukan upaya untuk selalu meningkatkan peran sektor pertanian mengingat produktivitas

sektor pertanian yang relatif rendah, yang selanjutnya berdampak pada rendahnya pendapatan

para pekerja di bidang Pertanian dibandingkan lapangan usaha lainnya. Namun demikian, sektor

pertanian merupakan salah satu dari sedikit sektor yang tetap mengalami pertumbuhan positif di

masa pandemi COVID-19 dalam tiga triwulan terakhir.

Page 99: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 6 Pertumbuhan PDRB

Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 7. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja

per Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 8. Tenaga Kerja

Menurut Status Pekerjaan

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 9. Perkembangan Tenaga Kerja

Menurut Status Pekerjaan

Berdasarkan status pekerjaan, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi formal dan jumlah

tenaga kerja yang bekerja di sektor formal pada periode Februari 2021 tercatat sebesar 49,51%

atau sebanyak 2,82 juta orang, mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode Agustus

2020 yang tercatat sebesar 50,83%. Sementara pekerja informal mengalami kenaikan dari

49,17% menjadi 50,49% atau sebanyak 2,87 juta orang pada Februari 2021. Secara terperinci,

penurunan pekerja di sektor formal tersebut didorong oleh menurunnya tenaga kerja dengan

status pekerjaan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan peningkatan pekerja di sektor informal

terutama didorong oleh meningkatnya tenaga kerja dengan status pekerja bekerja sendiri dan

pekerja keluarga/ tidak dibayar.

Page 100: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 10. Pangsa Penduduk Bekerja

Menurut Pendidikan Tertinggi

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah Grafik VI. 11. Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Kabupaten/Kota Posisi Agustus 2020

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik VI. 12. Tingkat Pengangguran Terbuka

Berdasarkan Pendidikan Tertinggi

Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Banten, data pengangguran hingga periode Agustus

2020 menunjukkan bahwa angka tertinggi terjadi di Kabupaten Tangerang dengan TPT mencapai

13,06%, diikuti oleh Kota Cilegon dan Kabupaten Serang dengan TPT masing-masing sebesar

12,69% dan 12,22%. Adapun ketiga wilayah yang mencatatkan angka TPT tertinggi tersebut

merupakan sentra-sentra industri di Provinsi Banten.

Sementara itu berdasarkan latar belakang pendidikan, Tingkat Pengangguran tertinggi (TPT)

tertinggi masih berasal dari lulusan SMK dan SMA dengan TPT masing-masing sebesar 14,84%

dan 11,75%. Adapun angka ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan TPT lulusan SMK

dan SMA pada periode Agustus 2020 yang masing-masing mencapai 18,28% dan 13,65%. Data

ini mengindikasikan penyerapan tenaga kerja dengan pendidikan SMA dan SMK sudah

mengalami sedikit perbaikan namun belum optimal, sehingga dapat menyebabkan terjadinya

mismatch atau kesenjangan antara kualifikasi yang dipersyaratkan oleh industri dengan

kompetensi para pencari kerja.

Adapun Tingkat Penganggurang Terbuka (TPT) lulusan SMP dan SD tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan lulusan SMA. Pada Februari 2021, tercatat TPT lulusan SMP dan SD masing-

Page 101: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

masing sebesar 9,15% dan 5,05%. Angka ini mengalami peningkatan dari periode sebelumnya

di tahun 2019 masing-masing sebesar 7,22% dan 4,33%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tingkat penyerapan tenaga kerja dengan pendidikan yang relatif rendah lebih mudah terutama

pada pekerjaan sektor informal seperti sektor jasa, pertanian, perdagangan, dan lain-lain. Adapun

kondisi pandemi COVID-19 tetap memberikan dampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja

di seluruh kategori latar belakang Pendidikan. Sedangkan di periode yang sama Februari 2021,

TPT yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi tercatat sebesar 6,69%, meningkat dibandingkan

periode yang sama Februari 2020 yang tercatat hanya mencapai 3,58%. Hal ini menjadi salah

satu indikator bahwa terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja seiring dengan pemulihan

ekonomi Banten hingga triwulan I 2021.

Meskipun TPT lulusan SMA dan SMK telah mengalami sedikit penurunan pad Februari 2021,

tingginya TPT lulusan SMA dan SMK menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran

di Provinsi Banten. Adanya pergeseran kualifikasi permintaan kapasitas tenaga kerja dari

berpendidikan rendah menjadi berpendidikan menengah dan tinggi, menjadi salah satu

penyebab tingginya TPT lulusan SMA dan SMK, seiring dengan semakin berkembangnya

teknologi yang digunakan oleh industri di Provinsi Banten. Adanya pergeseran kualifikasi tenaga

kerja perlu diimbangi oleh kualitas tenaga kerja yang tersedia di Provinsi Banten, terlebih untuk

industri pengolahan padat modal, yang relatif memerlukan keahlian tenaga kerja tertentu

sehingga dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, industri tidak mengambil tenaga kerja yang

berasal dari luar Provinsi Banten yang memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan sesuai

kebutuhan industri.

Selain itu, tingginya angka penggangguran di Provinsi Banten juga disebabkan oleh besarnya

jumlah penduduk migran yang datang ke Provinsi Banten untuk mencari pekerjaan. Lokasi

geografis Provinsi Banten yang strategis yaitu sebagai penghubung antara Pulau Jawa dan

Sumatera, didukung oleh banyaknya Industri skala besar dan menengah serta relatif tingginya

Upah Minimum Regional (UMR) dan adanya Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK)

menjadi daya tarik utama bagi pencari kerja dari daerah lain. Pada awal tahun 2021 ini, UMSK

Banten pada sektor-sektor produktif meningkat sebesar 1,5%. Meskipun demikian, tingginya

minat penduduk migran untuk datang ke Provinsi Banten tidak selalu diiringi dengan tingkat

keterampilan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan lowongan kerja yang ada

sehingga pada akhirnya menambah jumlah pengangguran di Provinsi Banten.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi

Banten, pemerintah perlu menciptakan lapangan pekerjaan yang bersifat padat karya, baik

industri pengolahan maupun industri lainnya, tanpa mengabaikan industri padat modal.

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah diharapkan dapat mendorong perkembangan dan

masuknya investasi dengan memberikan insentif ataupun kemudahan dalam hal perizinan

Page 102: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

maupun fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, pemerintah juga harus terus mengupayakan

peningkatan kualitas pendidikan dan penyesuaian kualifikasi pendidikan, terutama pada sekolah

kejuruan. Program Link and Match yang dilakukan Kementerian Perindustrian, yaitu

penandatanganan MoU kerjasama antara SMK dengan dunia usaha dan industri di Provinsi

Banten untuk memberikan keterampilan bagi lulusan SMK sesuai kebutuhan industri perlu

didorong dan diawasi sehingga mampu mencetak lulusan-lulusan yang siap kerja. Terkait dengan

pengembangan SDM di Banten, pemerintah daerah tengah menggencarkan pemanfaatan skema

insentif Super Tax Deduction (STD). Fasilitasi oleh pemerintah daerah melalui pembentukan klinik

STD sehingga mempermudah bagi industri yang akan memanfaatkan insentif dimaksud dan

selaras dengan program kampus merdeka yang telah diinisiasi sebelumnya.

6.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

6.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten secara konsisten mengalami peningkatan

dan mencatatkan angka yang lebih tinggi dari IPM Nasional. Namun, berdasarkan kota dan

kabupaten di Provinsi Banten, terdapat perbedaan yang cukup tinggi antara IPM di Tangerang

Raya dengan IPM di Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang. Hal ini

mencerminkan masih adanya kesenjangan kualitas hidup masyarakat antara wilayah Banten

Utara dengan Banten Selatan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam

membangun kualitas hidup manusia yang menunjukkan akses penduduk terhadap hasil

pembangunan antara lain pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya di suatu wilayah.

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI.14. IPM Banten dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 15. IPM Provinsi di Jawa

Page 103: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI.16. IPM per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan

standar hidup layak. Dimensi umur panjang dan hidup sehat dicerminkan oleh Angka Harapan

Hidup saat lahir (AHH). Dimensi Pengetahuan dicerminkan oleh indikator Harapan lama sekolah

dan Rata-rata lama sekolah. Sementara dimensi Standar Hidup layak digambarkan oleh

pengeluaran per kapita disesuaikan.

IPM Provinsi Banten secara konsisten terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2020

mencapai level 72,45. Sejak tahun 2015, status pembangunan Banten berubah dari kategori

mengindikasikan adanya kemajuan dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat di

Provinsi Banten.

Secara spasial pulau Jawa, IPM Provinsi Banten pada tahun 2020 berada di posisi tertinggi ketiga

setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Secara nasional, IPM Provinsi Banten berada di posisi

kedelapan dan selalu tercatat lebih tinggi dari angka nasional.

Sedangkan secara spasial Provinsi Banten, IPM Kota Tangerang Selatan adalah yang tertinggi di

Provinsi Banten yaitu mencapai 81,36 pada tahun 2020

ngerang Selatan sejak tahun 2016 seiring

meningkatnya IPM dari 79,38 pada tahun 2015 menjadi 80,11. Selanjutnya, terdapat 4 (empat)

Kota Cilegon, Kota Serang dan Kabupaten Tangerang.

Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Kondisi ini tidak mengalami perubahan dibanding periode

sebelumnya. Relatif tingginya deviasi antara IPM di daerah yang berada di wilayah Utara dengan

wilayah Selatan, menjadi salah satu indikator masih adanya kesejangan kualitas hidup antara

masyarakat di Banten Utara dengan di wilayah Banten Selatan, terutama di Kabupaten Lebak,

Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.

Page 104: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI.17. Rata-rata Lama Sekolah

Provinsi Di Jawa

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 18. Rata-rata Lama Sekolah per

Kabupaten Kota di Provinsi Banten

Salah satu komponen yang digunakan dalam perhitungan IPM adalah angka Rata-rata Lama

Sekolah (RLS). Pada tahun 2020, RLS di Provinsi Banten mencapai 8,99 tahun, meningkat 1,69%

(yoy) dibandingkan RLS tahun 2019 sebesar 8,74 tahun. Angka 8,99 tahun tersebut

mencerminkan bahwa rata-rata pelajar di Banten menamatkan sekolah pada pertengahan masa

kelas 3 (tiga) tingkat Sekolah Menengah Pertama. Dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau

Jawa, RLS Provinsi Banten berada di posisi terbesar ketiga setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta

yang tercatat sebesar 11,13 tahun dan 9,55 tahun. Sama seperti tahun sebelumnya, RLS Banten

pada tahun 2020 juga lebih tinggi dari angka Rata-rata Lama Sekolah nasional yaitu 8,48 tahun.

Sejalan dengan angka IPM, angka RLS di Kota Tangerang Selatan merupakan yang tertinggi di

Provinsi Banten, yaitu sebesar 11,81, diikuti oleh Kota Tangerang dan Kota Cilegon memiliki

angka RLS terbesar kedua dan ketiga di Provinsi Banten, masing-masing 10,69 tahun dan 9,87

tahun. RLS di Kota Tangerang Selatan tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan RLS di

DKI Jakarta dan menunjukkan bahwa rata-rata pelajar menamatkan sekolah pada tingkat Sekolah

Menengah Atas kelas 3. Sementara itu, RLS terendah dialami oleh kabupaten Lebak sebesar 6,4

tahun yang mencerminkan bahwa rata-rata pelajar di kabupaten Lebak hanya menamatkan

sekolah di tingkat sekolah dasar kelas 6.

6.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP)

Di tengah perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian di Provinsi Banten, Nilai Tukar

Petani (NTP) pada triwulan I 2021 mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan

NTP pada dua subsektor yaitu tanaman pangan dan peternakan namun di tahan oleh

subsektor Perkebunan Rakyat.

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani yang

mencerminkan daya beli masyarakat di pedesaan. NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga

yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP yang meningkat

menunjukkan kemampuan petani untuk membeli barang dan jasa yang dikonsumsi semakin

Page 105: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

menguat, namun jika NTP melambat dapat mengindikasikan penurunan kemampuan petani

untuk membeli barang dan jasa yang dikonsumsi.

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 19. Nilai Tukar Petani Provinsi

Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 20. Nilai Tukar Petani Berdasarkan

Subsektor

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 21. Pertumbuhan PDRB Sektor

Pertanian dan NTP Provinsi Banten

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik VI.22. Nilai Tukar Petani

Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional

NTP di Provinsi Banten pada triwulan I 2021 tercatat menurun ditengah peningkatan kinerja

sektor pertanian, yakni sebesar 99,69 setelah pada triwulan IV 2020 berada pada posisi 100,74,

atau menurun sebesar 2,31%. Adapun penurunan NTP terutama didorong oleh menurunnya NTP

pada subsektor pangan dan peternakan, yakni tercatat masing-masing sebesar 98,43 dan 94,32

setelah pada triwulan sebelumnya tercatat masing-masing sebesar 100,74 dan 95,49. Di sisi lain,

subsektor hortikultura, perkebunan rakyat, dan perikanan mengalami peningkatan pada triwulan

I 2021. Subsektor hortikultura menjadi subsektor dengan peningkatan terbesar, yakni tercatat

103,78 setelah pada triwulan sebelumnya berada pada posisi 100,38 didukung oleh perbaikan

harga komoditas hortiukultura seiring mulai kondusifnya curah hujan di triwulan I 2021.

Berdasarkan komponen pembentuk, menurunnya NTP dikarenakan adanya penurunan Indeks

Harga yang Diterima Petani (lt), namun terjadi kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani

(lb). Adapun Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) tercatat sebesar 109,01, sedikit menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yakni 109,05. Sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani

(lb) mengalami peningkatan menjadi sebesar 109,35 setelah pada triwulan IV 2020 tercatat

sebesar 108,25.

Page 106: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Secara spasial, terdapat 19 provinsi dengan angka NTP berada di atas angka 100. Adapun NTP

Provinsi Banten sebesar 99,69 tercatat dibawah angka nasional, yakni 103,29 dan menduduki

posisi pertama sebagai provinsi dengan NTP terbesar di wilayah Jawa dan posisi ke-20 secara

nasional. Namun demikian, berdasarkan grafik IV.19 terlihat bahwa bahwa pertumbuhan NTP

Banten secara tahunan dalam dua triwulan terakhir hingga triwulan I 2021 masih mengalami

penurunan yang cukup signifikan.

6.2.3. Tingkat Kemiskinan

Tantangan mengenai kesejahteraan masyarakat di Provinsi Banten kembali menjadi hal yang

harus diperhatikan lebih serius terutama di masa Pandemi COVID-19. Hal ini ditandai oleh

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten menjadi 6,60%.

Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan

penduduk di suatu wilayah. BPS menggunakan konsep kemampuan penduduk untuk memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam melakukan pengukuran kemiskinan. BPS

mendefinisikan penduduk miskin sebagai penduduk yang pengeluaran rata-ratanya tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pengeluaran untuk kebutuhan dasar tersebut terdiri dari

bahan makanan dan bukan makanan yang secara nominal diukur sebagai garis kemiskinan.

Garis kemiskinan di Provinsi Banten pada bulan September 2020 sebesar Rp515.111,00 per

kapita per bulan meningkat sebesar 1,40% dibandingkan Maret 2020 yang mencapai

Rp508.092,00 per kapita per bulan. Berdasarkan wilayah, Garis Kemiskinan Provinsi Banten di

perkotaan Rp532.097 sementara di pedesaan sebesar Rp474,487 per kapita per bulan, masing-

masing meningkat sebesar 0,8% dan 3,0% dibandingkan posisi Maret 2020.

Berdasarkan komponennya, Garis Kemiskinan di Provinsi Banten didominasi oleh komponen

Makanan senilai Rp370,293 dengan pangsa 71,86%, sementara komponen Non Makanan

sebesar Rp144,818 dengan pangsa 28,11%. Lebih dominannya GK Makanan terjadi di perkotaan

maupun di pedesaan masing-masing sebesar 70,85% dan 74,93%. Komoditas yang menjadi

penyumbang terbesar di komponen Makanan antara lain adalah beras, rokok kretek filter, daging

dan telur ayam ras, roti, serta mie instan. Sementara itu komponen utama GK Non Makanan

adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Page 107: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI.23. Garis Kemiskinan

di Provinsi Banten

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik VI.24. Garis Kemiskinan

Menurut Komponen

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten pada bulan September 2020 sebanyak 857,64 ribu

orang, mengalami peningkatan sebanyak 81,65 ribu orang dibandingkan posisi bulan Maret

2020 sebanyak 775,99 ribu orang. Angka persentase kemiskinan pada bulan September 2020

juga meningkat yaitu sebesar 6,60% dari sebelumnya 5,9% pada Maret 2020 dan merupakan

yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan data lima tahun terakhir, jumlah penduduk

miskin pada yang tercatat pada September 2020 merupakan yang terbesar di Provinsi Banten

terjadi sejak periode Maret 2015 yaitu sebanyak 702 ribu orang dengan presentase 5,90%.

Jumlah penduduk miskin setelah itu terus mengalami tren penurunan dan mencapai jumlah

terendah pada September 2019 yang mencapai 641,42 ribu orang dengan tingkat kemiskinan

4,94%, namun mengalami peningkatan pada tahun 2020 akibat Pandemi COVID-19.

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI.25. Perkembangan Kemiskinan

di Provinsi Banten

Page 108: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI.26. Kemiskinan Berdasarkan

Wilayah di Provinsi Banten

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik VI.27. Persentase Kemiskinan per

Provinsi di Pulau Jawa

Berdasarkan wilayah, peningkatan angka kemiskinan di Banten, didorong oleh meningkatnya

jumlah penduduk miskin baik di perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan jumlah penduduk

miskin meningkat sebesar 5,03% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 472,84 ribu

sedangkan di pedesaan peningkatan jumlah penduduk miskin mencapai 8,18% dengan jumlah

penduduk miskin sebanyak 303,14 ribu dibandingkan data Maret 2020.

Di wilayah regional Jawa, persentase penduduk miskin di Provinsi Banten berada di posisi

terendah kedua setelah DKI Jakarta, yaitu dengan angka kemiskinan 6,63%. Tingkat kemiskinan

di Provinsi Banten tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar

10,19%. Angka kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa pada periode September 2020 terjadi di DI

Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan presentase sebesar 12,8% dan 11,84%.

Perlu upaya bersama untuk mengoptimalisasi realisasi berbagai program pengentasan kemiskinan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah di tengah meningkatnya jumlah dan persentase

penduduk miskin akibat Pandemi COVID-19 antara lain pemberian bantuan sosial yang berasal

dari APBN dan APBD. Program bantuan sosial yang berasal dari APBN adalah Bantuan Pangan

Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH), sementara yang berasal dari APBD yaitu

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu).

6.2.4. Perkembangan Gini Ratio

Tingkat Ketimpangan di Provinsi Banten tercatat stabil walaupun sedikit mengalami

peningkatan yang dicerminkan oleh meningkatnya Gini ratio pada periode September 2020

dibandingkan Maret 2020 yang terjadi baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Hal

ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten.

Salah satu indikator yang kerap digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat adalah

tingkat ketimpangan ekonomi di suatu wilayah. Semakin besar ketimpangan di suatu daerah

mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak merata di seluruh wilayah sehingga terjadi

deviasi dari rata-rata pengeluaran per kapita antar kabupaten/kota dalam satu provinsi atau antar

provinsi dalam satu negara. Ketimpangan masyarakat ini diukur salah satunya dengan gini ratio

Page 109: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) selama dua kali dalam satu tahun, yaitu di bulan

Maret dan September.

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 27. Perkembangan Gini Ratio

Provinsi Banten dan Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik VI. 28. Perkembangan Gini Ratio

berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik VI. 29. Perkembangan Gini Ratio

per Provinsi di Pulau Jawa

Angka gini ratio Provinsi Banten pada bulan September 2020 sebesar 0,365 atau mengalami

peningkatan dibandingkan posisi Maret 2020 sebesar 0,363. Tingkat ketimpangan di Provinsi

Banten secara konsisten terus mengalami penurunan meskipun akibat Pandemi COVID-19

mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk miskin. Selain itu, sejak

Maret 2015, tingkat ketimpangan di Provinsi Banten selalu lebih rendah dibandingkan nasional.

Hal ini dapat diartikan adanya perbaikan pada tingkat kesenjangan ekonomi di Provinsi Banten

dari tahun ke tahun seiring pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten yang juga menunjukkan

akselerasi.

Berdasarkan wilayah, meningkatnya ketimpangan di Provinsi Banten terutama terjadi diperkotaan

yaitu dari 0,360 pada Maret 2020 menjadi 0,361 pada September 2020. Angka gini ratio di

pedesaan tidak mengalami perubahan yaitu 0,296 pada September 2020. Lebih lanjut diketahui

bahwa angka gini ratio di pedesaan Provinsi Banten sepanjang 5 tahun terakhir selalu lebih

Page 110: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

rendah dibandingkan di perkotaan yang menunjukkan bahwa pendapatan maupun pengeluaran

masyarakat di wilayah pedesaan relatif lebih merata dibandingkan di perkotaan.

Secara regional Jawa, dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa pada bulan September,

nilai gini ratio Provinsi Banten berada di posisi ke tiga terendah setelah Jawa Tengah dan Jawa

Timur yaitu 0,359 dan 0,364. Sementara itu, Provinsi DI Yogyakarta mencatatkan angka gini ratio

tertinggi di Pulau Jawa sebesar 0,437.

Page 111: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Bab VII. Prospek Perekonomian

Daerah

Untuk keseluruhan tahun 2021, perekonomian Provinsi

Banten diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan

tahun 2020 disebabkan oleh adanya progress vaksinasi

yang akan mendorong Konsumsi Rumah Tangga,

Investasi, baik swasta maupun pemerintah, dan kinerja

ekspor baik antar daerah maupun luar negeri. Dari sisi

penawaran, sebagian sektor utama diperkirakan akan

tumbuh meningkat antara lain Industri Pengolahan,

Perdagangan, Pertanian, Akomodasi & Makan Minum,

dan Transportasi & Pergudangan. Perbaikan

pertumbuhan juga didorong oleh berbagai stimulus yang

diberikan Pemerintah, termasuk relaksasi kebijakan Rasio

Loan to Value (LTV) yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten

tersebut akan berdampak pada peningkatan tekanan

inflasi pada tahun 2021. Peningkatan laju tekanan inflasi

diperkirakan terjadi pada kelompok Makanan, Minuman

dan Tembakau seiring mulai meningkatnya permintaan

masyarakat terutama pada momentum HBKN. Meski

demikian, inflasi Provinsi Banten 2021 diperkirakan masih

akan sejalan dengan target pemerintah yaitu di kisaran

3,0±1% (yoy).

Page 112: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2021

Untuk keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten diperkirakan akan

tumbuh membaik, dibandingkan realisasi pada tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi Banten

diprakirakan akan berada pada kisaran 3%-4% secara year on year. Adanya program vaksinasi

diperkirakan akan membuat pemulihan ekonomi global dan domestik serta juga akan mendorong

ekspektasi pelaku usaha. Berbagai stimulus juga diperkirakan mendorong pertumbuhan

perekonomian, termasuk relaksasi kebijakan Loan to Value (LTV) yang telah dikeluarkan Bank

Indonesia sejak triwulan I 2021.18

Di sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh meningkat

dibandingkan dengan tahun 2021. Konsumsi masyarakat, yang memiliki pangsa terbesar dari

PDRB Provinsi Banten, merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten. Daya

beli masyarakat diperkirakan meningkat seiring prospek pendapatan masyarakat yang membaik

pada tahun 2021. Vaksinasi diperkirakan akan mulai mendorong aktivitas ekonomi global dan

domestik sehingga pada akhirnya akan berdampak pada ekspektasi konsumsi. Lebih lanjut,

adanya bantuan sosial yang diberikan pemerintah juga diharapkan dapat menjadi pendorong

pertumbuhan komponen ini pada tahun 2021.

Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan meningkatnya rata-rata indeks

Survei Konsumen khususnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 70,00 pada

bulan April-Mei 2021. Adapun indeks tersebut terus mengalami perbaikan secara gradual seiring

dengan meningkatnya optimisme masyarakat akan kondisi ekonomi ke depan serta optimisme

masyarakat terhadap kegiatan usaha dan penghasilan enam bulan mendatang. Kondisi tersebut

juga didukung oleh Google Mobility Index yang menunjukkan peningkatan mobilitas masyarakat

di atas baseline pada Mei 2021 untuk pergerakan dari dan ke toko bahan makanan, apotek, dan

wilayah residensial.

Peran sektor Pemerintah juga mengalami peningkatan pada tahun 2021 seiring penggunaan

anggaran APBD dalam rangka penanganan pandemi COVID-19. Berdasarkan informasi dari

BPKAD Provinsi Banten, Pemerintah Provinsi kembali akan melakukan refocusing anggaran untuk

penanganan COVID-19. Saat ini progress refocusing masih menunggu persetujuan DPRD Provinsi

Banten. Selanjutnya, Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2021 juga telah menyiapkan

anggaran sebesar Rp 56,46 miliar untuk program Bantuan Sosial lanjutan program COVID-19.

18 Bank Indonesia (BI) menerbitkan ketentuan pelonggaran Rasio Loan To Value (LTV) Untuk Kredit Properti,

Rasio Financing to Value (FTV) untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan

Kendaraan Bermotor melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 23/2/PBI/2021 tentang Perubahan Ketiga atas

PBI No. 20/8/PBI/2018 tentang Rasio LTV Untuk Kredit Properti, Rasio FTV untuk Pembiayaan Properti, dan Uang

Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PBI LTV/FTV dan Uang Muka). Ketentuan ini berlaku

efektif 1 Maret 2021.

Page 113: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

Selanjutnya, investasi juga diperkirakan akan meningkat pada tahun 2021. Saat ini investasi

swasta yang tertunda pembangunannya pada tahun 2020 diperkirakan akan mulai berjalan pada

tahun 2021. Beberapa proyek investasi yang akan berjalan diantaranya merupakan proyek

investasi yang bersifat multiyears, seperti pembangunan pabrik di sektor petrokimia, kimia, alas

kaki, otomotif, makanan minuman, dan sebagainya. Untuk investasi lainnya, pelaku usaha masih

menunggu kepastian selesainya masa pandemi COVID-19. Disisi investasi pemerintah,

pembangunan proyek Tol Serang-Panimbang serta sport center juga diperkirakan akan

mendorong peningkatan pertumbuhan sektor investasi pada tahun 2021.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten tahun 2021 juga akan didukung oleh membaiknya kinerja

ekspor yang didukung oleh ekspor luar negeri serta ekspor antar daerah. Kinerja ekspor luar

negeri diperkirakan membaik seiring proyeksi perbaikan volume perdagangan dunia pada tahun

2021. Ekspor ke negara tujuan utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa dan Jepang

diperkirakan meningkat seiring proyeksi pertumbuhan beberapa negara tersebut yang juga mulai

membaik.

Sementara itu di sisi penawaran, kinerja mayoritas sektor utama di Provinsi Banten diperkirakan

juga akan membaik pada tahun 2021. Industri pengolahan diperkirakan akan mengalami

peningkatan pertumbuhan seiring normalisasi permintaan ekspor dari negara mitra dagang

sebagai dampak pemulihan ekonomi global. Lebih lanjut, kinerja Industri Kimia diperkirakan

meningkat seiring beroperasinya pabrik polyethylene milik PT Chandra Asri Petrochemical sejak

akhir tahun 2019 yang akan mendorong peningkatan kapasitas produksi sehingga akan dapat

semakin berkontribusi terhadap perekonomian Provinsi Banten. Selain itu, sektor Perdagangan,

Konstruksi, Transportasi dan Real Estate juga diperkirakan akan membaik seiring peningkatan

ekpektasi masyarakat pada tahun 2021 pasca dilakukannya program vaksinasi. Berdasarkan hasil

FGD dan liaison, dampak relaksasi LTV serta PPnBM diperkirakan mulai terasa pada triwulan III

2021 baik pada penjualan perumahan maupun kendaraan bermotor.

SSumber : Bank Indonesia

Grafik VII.1 Indeks Ekspektasi Konsumen

Survei Konsumen

Sumber : Liaison

Grafik VII.2 Perkembangan Likert Scale Realisasi

Investasi dan Perkiraan 1 Tahun

Page 114: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

7.2. PROSPEK INFLASI TAHUN 2021

Inflasi Provinsi Banten pada tahun 2021 masih berada dalam sasaran inflasi nasional sebesar

3,0% ± 1%. Angka tersebut diperkirakan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun

2020. Pemulihan ekonomi yang didorong program vaksinasi akan menyebabkan peningkatan

ekspektasi konsumsi masyarakat. Meski demikian, penguatan koordinasi antara Bank Indonesia

dengan pemerintah daerah, serta kebijakan pemerintah untuk menjaga harga di level stabil

diperkirakan dapat menjaga inflasi Provinsi Banten masih berada dalam koridor sasaran inflasi

nasional selama momen pemulihan ekonomi.

Berdasarkan kelompok komoditasnya, inflasi provinsi Banten pada tahun 2021 diperkirakan

didorong utamanya oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau. Sementara kelompok lainnya diperkirakan relatif stabil jika dibandingkan

dengan capaian tahun 2020. Adanya bencana banjir yang berdampak pada beberapa lahan

pertanian di wilayah provinsi Banten berpotensi mempengaruhi tekanan inflasi di tahun 2021.

Meski demikian, jumlah produksi, produktivitas dan mutu hasil tanaman pangan berpotensi

mengalami peningkatan yang terindikasi dari peningkatan anggaran program untuk tahun 2021.

Selain itu, peningkatan inflasi dari kelompok bahan makanan di sepanjang tahun 2021 dapat

ditahan dengan kesiapan infrastruktur pertanian, seperti sarana pengairan dan konektivitas serta

telah adanya BUMD agribisnis milik pemerintah daerah.

Laju inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan cukai rokok

diperkriakan akan mendorong peningkatan laju inflasi pada kelompok ini. Meski demikian,

keputusan pemerintah untuk tetap memberikan subsidi listrik selama pandemi COVID-19

diperkirakan akan dapat menahan peningkatan tekanan kelompok Perumahan, Air, Listrik Gas

dan Bahan Bakar.

7.3. FAKTOR RISIKO

Beberapa hal yang dapat menjadi faktor pendorong (upside risk) maupun faktor penahan

(downside risk) pertumbuhan ekonomi lebih lanjut serta inflasi Provinsi Banten adalah sebagai

berikut:

FAKTOR PENDORONG FAKTOR PENAHAN

1) Kinerja industri pengolahan diperkirakan

melanjutkan perbaikan, terutama pada

subsektor industri utama unggulan Banten.

Industri alas kaki masih mendapatkan

peningkatan order untuk ekspor sepatu olah

raga. Sementara dari sisi penjualan domestik,

1) Risiko pandemi global virus Covid-19 yang

berkepanjangan berpotensi menurunkan

perekonomian dan perdagangan global,

khususnya dari sektor transportasi udara dan

laut, manufaktur, logistik, pariwisata, dan

sektor jasa lainnya. Meski demikian, mulai

Page 115: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

kinerja industri logam berpotensi meningkat

seiring pertumbuhan sektor konstruksi.

2) Proyek padat karya pembangunan

infrastruktur di tahun 2021 terus berlanjut,

antara lain pembangunan tol Serang-

Panimbang, tol Serpong-Balaraja, sport

center Banten, Pusat Distribusi Regional, dan

lainnya.

3) Dampak relaksasi LTV dan PPnBM

diperkirakan mulai terasa pada semester II

2021, yang berdampak terhadap

perdagangan kendaraan dan perumahan.

4) Peningkatan pagu APBD Provinsi Banten

tahun 2021, peningkatan UMP Provinsi

Banten sebesar 1,5% atau menjadi sekitar

Rp2.400.000 serta penyaluran bantuan sosial

dapat mendorong tingkat konsumsi dan daya

beli masyarakat lebih lanjut.

dilakukannya program vaksinasi diperkirakan

akan mulai mendorong aktivitas

perekonomian.

2) Potensi ketidakpastian adanya

penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2021 yang

dapat berdampak terhadap permintaan

ekspor industri alas kaki.

3) Pengalihan fungsi lahan pertanian di Provinsi

Banten yang signifikan menjadi lahan industri

dan perumahan. Hal tersebut berpengaruh

terhadap produksi pertanian Provinsi Banten

serta meningkatkan ketergantungan

terhadap wilayah lain untuk memenuhi

kebutuhan pangan.

4) Potensi anomali cuaca dengan adanya bibit

siklon tropis yang mendorong peningkatan

curah hujan akan berpotensi mengganggu

hasil pertanian Provinsi Banten pada tahun

2021.

Page 116: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN