Upload
rifki-muhammad-iqbal
View
143
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN
Amphibi
NAMA : Rifki Muhammad Iqbal
NIM : 1211702067
KELAS : III B
KELOMPOK : 2
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amphibia merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh,
yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan
bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung
oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang
penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya
memberikan penigkatan yang berarti dalam efesiensi peredaran dan dengan demikian
meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak
berubah-ubah.(Kimball.1999).
Amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan
hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk
melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. (Campbell. 2008).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah membandingkan karakter setiap
spesimen yang dipersiapkan sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar (tak
ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu
(akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-
paru),namun beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis
yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah. (Mukayat,
1989).
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh,
yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan
bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung
oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang
penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya
memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian
meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak
berubah-ubah. (Kimball, 1999).
Ada 3 bangsa dalam kelas amphibian, yaitu Ordo Caudata (Urodela), adalah amphibia
yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung (kadal).
Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya
hilang,Ordo Salienta (Anura), pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan
dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi
eksternal. Ordo Apoda (Gymnophiana), tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang,
kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang. Antara mata dan hidung ada tentakel
yang dapat ditonjolkan keluar. (Kimball, 1999).
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibian, dibedakan atas kepala, badan dan anggota
gerak. Kepala berbentuk segitiga , dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar,
bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang bawah tidak bergerigi, rahang atas
bergerigi atau tidak. Pada umumnya vomer bergigi, kedudukan vomer terhadap nares
posterior sangat penting untuk diidentifikasi. Di dalam mulut terdapat lidah yang melekat
pada dasar bawah bagian anterior. Lubang hidung satu pasang terletak dekat ujung moncong
mata besar dan mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata bawah yang lebih tipis. Di
sebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar yang lebar dan jelas dapat pula tertutup
kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang disebut membran tympanum. (Jasin, 1992).
Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo punggung
hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat pesendian antara
columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka.
Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus
dan dilengkapi dengan 4 buah jari. tungkai belakang lebih panjang. Diantara jari-jari pada
umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya tergantung dari jenisnya. Pada sisi
ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum suarticulare. Pada metatarsa
luaratutau tuberculum metatarsal dalam. (Schaums, 1989).
Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air,
disarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis
kodok pegununganmenyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan.
Sementara jenis kodokhutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang
lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi
kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari
kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak
menetas menjadi berudu ataukecebong yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas
dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki
belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan
bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat
sebagai kodok atau katak kecil. Kodok dan katakkawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya
pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan
berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa
jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung
(Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan
berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan
oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar
manakala digunakan. (Anonim, 2012).
Banyak amphibia memperlihatkan prilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam,
khususnya selama musim kawin. Katak umumnya merupakan makhluk yang diam, tetapi
banyak spesies mengeluarkan suara-suaru untuk memanggil pasangan kawin selama musim
kawin. Jantan bias bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau menarik betina.
(Campbell, 2008).
Keadaan kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin
dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan
tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya
kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan
cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan
orange. (Jasin, 1992).
Amphibia merupakan tetrapoda atau vetebrata darat yang paling rendah. Amphibia.
Tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan; mungkin hal itu terjadi
pada zaman devon. Transisi dari air ke darat tampak pada, modifikasi tubuh untuk berjalan di
darat, disamping masih memiliki kemampuan berenang di air, tumbuhnya kaki, sebagai
pengganti beberapa pasang sirip, merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana
udara, pengganti insang oleh paru-paru. (Jasin,1992).
Adapun berbicara mengenai hukum mengonsumsi hewan ambibi dalam hal ini katak
menurut hukum islam adalah haram , hal ini dapat ditelaah melalui salah satu dari hadits Nabi
saw sebagai berikut:
- د�و�اء� - ف�ى �ه�ا �ج�ع�ل ي ض�ف�د�ع� ع�ن� وسلم عليه الله صلى ��ى �ب الن �ل� أ س� #ا �يب ط�ب ��ن أ
. - �ه�ا - �ل ق�ت ع�ن� وسلم عليه الله صلى �ى( �ب الن �ه�اه� ف�ن
Artinya:
“Ada seorang tabib menanyakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai katak,
apakah boleh dijadikan obat. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk
membunuh katak.” (HR. Abu Daud no. 5269 dan Ahmad 3/453. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). (Milanti, 2012).
Al Khottobi rahimahullah mengatakan, “Dalil ini menunjukkan bahwa katak itu
diharamkan untuk dimakan. Katak termasuk hewan yang tidak masuk dalam hewan air yang
dihalalkan.
BAB III
METODE KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Gunting Pinset Spesimen awetan katak / kodok
LupSarung tangan
karetTissue
Nampan
3.2. Prosedur Kerja
Spesimen awetan katak / kodok
Diamati bagian kepala, kaki, dan karakter umum dari spesimen, lalu digambar dan ditentukan tipe jenisnya
Hasil Pengamatan dan Gambar
4.2. Pembahasan
Yang pertama kami mengamati Katak (Rana sp) adalah satu anggota dari class
Amphibia. Secara morfologi Kulitnya selalu basah apabila hewan berada di luar air. Kulit
dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan
keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis
dan salurannya melelui epidermis bermuara di permukaan kulit. Kakikatak terdiri atas
sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas
(brancium), lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki
belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti). Jumlah jari
katak tungkai depan empat jari dan tungkai belakang lima jari. Pada tungkai belakang
memanjang yang berpotensi untuk melompat. Kulit katak sangat penting dalam respirasi dan
proteksi. Kulit yang tipis fleksibel membagi bagian luar badan untuk melindungi organisme
terhadap penyakit, berfungsi dalam pernapasan, penyerapan air, sebab katak tidak pernah
minum. Di lengkapi dengan kelenjar mukosa yang menyebabkan kulit terjaga
kelembabannya, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar memiliki
kelenjar granular dan kelenjar mukus. Keduanya mirip, akan tetapi hasil produksinya berbeda.
Kelanjar granular memproduksi zat abnoxious atau racun untuk melindungi diri dari musuh.
Keduanya dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar (kelenjar yang tidak mempunyai saluran
pengeluaran, tetapi produknya di keluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami.
Kelenjar racun dapat menimbukan iritasi pada kulit).Kulit katak juga berfungsi dalam
pertukaran gas. (Kimball, 1999).
Dengan klasifikasi katak sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
Fylum :Chotdata
Sub fylum :Vertebrata
Kelas :Amphibia
Famili :Ranidae
Genus :Rana
Spesies :Rana sp
Yang kedua kami mengamati kodok (Bufo sp), secara
morfologi Kepalakodok dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau
anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah
halus lunak. Kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil
makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung
yang berfungsi dalam pernapasan, 2 mata yang besar spherikdengan
diameter 1 cm, dibelakangnya 2 lubang pipih tertutup oleh membrane
tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang
suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di
dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk
menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang
badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa
makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma
dari alat reproduksi. Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan
sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada
kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari
(digiti). (Jasin, 1992).
Kulitnya sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit yang tipis
fleksibel membagi bagian luar badan untuk melindungi organisme
terhadap penyakit, berfungsi dalam pernapasan, penyerapan air, sebab
katak tidak pernah minum. Di lengkapi dengan kelenjar mukosa yang
menyebabkan kulit terjaga kelembabannya, bagi spesies yang hidup di air,
mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar memiliki
kelenjar granular dan kelenjar mukus. Keduanya mirip, akan tetapi hasil
produksinya berbeda. Kelanjar granular memproduksi zat abnoxious atau
racun untuk melindungi diri dari musuh. Keduanya dikelompokkan sebagai
kelenjar alveolar (kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluaran,
tetapi produknya di keluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami).
Kelenjar racundapat menimbukan iritasi pada kulit.kodok adalah bilateral
simetris, dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian tengah disebut
medial, samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior, bagian
belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang
bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput,
kerongkongan/ cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut atau abdomen,
pantat pelvis serta bagian kaudal. (Jasin, 1992).
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas klasifikasi kodok adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Fylum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Annura
Famili : Bufodae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo sp
BAB V
KESIMPULAN
Dapat kami simpulkan dari hasil praktikum yang telah kami lakukan
dengan spesies yang kami amati dengan spesies Katak (Rana sp) dan
Kodok (Bufo sp).
Perbedaan Katak (Rana sp) dan Kodok (Bofo sp) ialah:
Katak ( Rana sp) Kodok (Bufo sp)
Ukuran badan lebih kecil
Kulit lebih licin dan mempunyai
warna yang mencolok
Tidak mempunyai pundi hawa
Tidak mengalami penebalan
pada kulit
Ukuran badan lebih besar
Kulitnya tidak licin dan
warnanya kecoklatan
Selaput renang tidak terlalu
jelas
Mempunyai pundi hawa
Mengalami penebalan oleh zat
keratin
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Kodok dan katak. http file://kelasamphibi.html.( Tanggal 27
Oktober 2011 ).
Campbell.Neil A. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.1999.
Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya. 1992.
Kimball, J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1999.
Mukayat, Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. 1989.
Schaums. Tss Biologi Ed. 2. Erlangga.: Jakarta.1989.