Upload
rizqiana-yogi-cahyaningtyas
View
3.372
Download
5
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa teknik mesin, penguasaan dalam
mengerjakan benda kerja baik secara manual maupun
menggunakan mesin harus dipahami. Praktik pemesinan melatih
mahasiswa agar mampu menggunakan mesin yang baik dan
benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki
standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan.
Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa melakukan pekerjaan
dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan
praktik pemesinan. Kunci kesuksesan dari kerja bangku ini
adalah kesabaran dan ketelitian dalam bekerja. Ketrampilan
serta kemahiran dalam menggunakan mesin ini tidak mungkin
dapat dicapai dengan latihan sekali atau dua kali, namun perlu
pembiasaan serta berlatih terus-menerus.
Selain kemahiran menggunakan mesin dan perkakas
tangan, seorang pratikan juga harus memiliki sikap yang baik
dalam bekerja. Sikap baik tersebut meliputi pembiasaan
menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, penggunaan
alat pelindung diri tersebut selain untuk menjaga keselamatan
diri sendiri juga untuk menjaga keselamatan orang lain dan
lingkungannya. Selain itu seorang pratikan juga harus memiliki
tanggung jawab terhadap mesin dan alat yang digunakan.
Membersihkan mesin, memberikan pelumasan sebelum dan
sesudah menggunakan mesin, mengembalikan dan merapikan
alat/perkakas pada tempatnya adalah beberapa contoh tindakan
bertanggung jawab dalam praktik pemesinan.
Untuk itu pada laporan praktikum ini akan dibahas
mengenai alat, perkakas, dan mesin serta cara pengerjaan
benda kerja pada jobsheet matakuliah praktikum pemesinan.
1.2. Rumusan Masalah
1
A. Apa saja alat pengukur dan alat penanda yang digunakan dalam
pekerjaan membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan
menggerinda pada praktikum pemesinan?
B. Apa saja perkakas tangan yang digunakan dalam pekerjaan membubut,
mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan menggerinda pada
praktikum pemesinan?
C. Apa saja mesin yang digunakan dalam pekerjaan membubut,
mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan menggerinda pada
praktikum pemesinan?
D. Apa saja alat pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan
membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan
menggerinda pada praktikum pemesinan?
E. Bagaimana proses membubut, mengefrais, membuat roda gigi,
menyekrap, dan menggerinda pada praktikum pemesinan?
1.3. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui alat pengukur dan alat penanda yang digunakan
dalam pekerjaan membubut, mengefrais, membuat roda gigi,
menyekrap, dan menggerinda pada praktikum pemesinan.
B. Untuk mengetahui perkakas tangan yang digunakan dalam pekerjaan
membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan
menggerinda pada praktikum pemesinan.
C. Untuk mengetahui mesin yang digunakan dalam pekerjaan membubut,
mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan menggerinda pada
praktikum pemesinan.
D. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan
membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan
menggerinda pada praktikum pemesinan.
E. Untuk mengetahui proses membubut, mengefrais, membuat roda gigi,
menyekrap, dan menggerinda pada praktikum pemesinan.
Teknis penulisan laporan praktikum ini berpedoman pada
Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang
(UM, 2010).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Alat Pengukur dan Penanda
Pada praktik pemesinan, peralatan ukur yang digunakan harus benar-benar
presisi, maka peralatan ukur, cara memegang alat ukur, cara melakukan
pengukuran, dan kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi dalam pengukuran harus
benar-benar diketahui secara baik.
A. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
sepersepuluh, seperdua puluh, seperlima puluh, dan seperseratus milimeter.
Dalam praktik pemesinan, jangka sorong ini digunakan untuk mengukur panjang
benda kerja, mengukur kedalaman, dll.
Gambar 2.1 : Mengukur Menggunakan Jangka Sorong
Ketelitian dari jangka sorong bermacam-macam, yaitu ketelitian 0,1 mm,
0,05 mm, serta jangka sorong dengan ketelitian 0,001 mm. Pada praktik
pemesinan ini, penyusun menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm.
B. Siku-siku
Siku-siku merupakan peralatan yang dapat berfungsi untuk mengukur
kesikuan benda kerja, memeriksa kesejajaran garis, serta merupakan peralatan
3
bantu dalam membuat garis pada benda kerja. Dalam praktik pemesinan ini, siku-
siku digunakan untuk mengukur kesikuan antara benda kerja dengan pisau frais
saat pembuatan roda gigi.
Gambar 2.2 : Mengukur Kesikuan Benda Kerja
C. Stempel Angka
Stempel angka adalah alat yang digunakan untuk memberi
tanda angka pada besi dengan cara memukulnya dengan keras,
dan usahakan sekali pukul (Zarkasi, 2013 : 6). Dalam praktik
kerja bangku ini, stempel angka digunakan untuk menyetempel
NIM pada benda kerja.
Gambar 2.3 : Stempel Angka
D. Protractor
Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai dengan jenis kegunaannya
dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor adalah dari 0 derajat sampai
180 derajat. Dalam praktik pemesinan, protractor ini digunakan untuk mengukur
sudut saat pengasahan pahat menggunakan mesin gerinda.
4
Gambar 2.4 : Protractor
2.2. Perkakas Tangan
A. Ragum
Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya
penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja (Ambiyar, dkk, 2008 :
331). Pada praktik pemesinan, ragum digunakan dalam proses finishing yaitu
untuk menghilangkan bagian-bagian yang dapat menggores siapapun yang
memegangnya.
Gambar 2.5 : Ragum
B. Palu (Hammer)
Jenis palu dapat dibagi dua yaitu palu keras dan palu lunak. Palu yang
digunakan dalam praktik pemesinan ini adalah palu lunak yang berfugsi untuk
pemasangan atau pelepasan benda kerja dari ragum mesin. Palu lunak adalah palu
yang permukaan kepalanya terbuat dari bahan lunak seperti plastik, karet, kayu,
tembaga, timah hitam, dan kulit.
5
Gambar 2.6 : Palu Lunak
C. Kikir
Pemakaian kikir pada bengkel pemesinan adalah untuk menyayat
permukaan bahan benda kerja sedikit demi sedikit, sehingga dapat dihasilkan
permukaan benda kerja yang halus. Biasanya digunakan pada saat finishing,
sehingga menggunakan kikir dengan gigi halus.
Gambar 2.7 : Bagian-Bagian Kikir
D. Kartel
Kartel adalah suatu alat yang digunakan untuk membuat alur-alur kecil pada
permukaan benda kerja, agar tidak licin yang biasanya terdapat pada batang-
batang penarik atau pemutar yang dipegang dengan tangan. Hasil pengkartelan
ada yang belah ketupat dan ada yang lurus tergantung gigi kartelnya.
6
Gambar 2.8 : Kartel
2.3. Mesin
A. Mesin Bubut
Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang
dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata
potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Umumnya
pahat bubut dalam keadaan diam, pada perkembangannya ada jenis mesin bubut
yang berputar alat potongnya, sedangkan benda kerjanya diam. Dalam praktik
pemesinan ini, mesin bubut berfungsi untuk membuat/memproduksi benda-benda
berpenampang silindris, yaitu poros lurus, poros bertingkat (step shaft), poros
tirus (cone shaft), poros beralur (groove shaft), poros berulir (screw thread), serta
mengkartel.
Untuk perawatannya, chuck (cekam), meja mesin bubut, kepala lepas,
eretan, transporter, sumbu pembawa harus sering diberi pelumas. Selain itu mesin
bubut juga memerlukan pembersihan baik setiap selesai digunakan maupun secara
berkala.
Gambar 2.9 : Mesin Bubut
B. Mesin Skrap
7
Mesin sekrap adalah suatu mesin perkakas dengan gerakan utama lurus
bolak-balik secara vertikal maupun horizontal.
Prinsip pengerjaan pada mesin sekrap adalah benda yang disayat atau
dipotong dalam keadaan diam (dijepit pada ragum) kemudian pahat bergerak lurus
bolak-balik atau maju mundur melakukan penyayatan. Pahat yang digunakan
sama dengan pahat bubut. Hasil gerakan maju mundur lengan mesin/pahat
diperoleh dari motor yang dihubungkan dengan roda bertingkat melalui sabuk
(belt). Dari roda bertingkat, putaran diteruskan ke roda gigi antara dan
dihubungkan ke roda gigi penggerak engkol yang besar. Roda gigi tersebut
beralur dan dipasang engkol melalui tap. Jika roda gigi berputar maka tap engkol
berputar eksentrik menghasilkan gerakan maju mundur lengan. Kedudukan tap
dapat digeser sehingga panjang eksentrik berubah dan berarti pula panjang
langkah berubah. Mesin skrap dibedakan menjadi dua, yaitu vertikal dan
horizontal. Mesin sekrap datar atau horizontal (shaper) umum dipakai untuk
produksi dan pekerjaan serbaguna terdiri atas rangka dasar dan rangka yang
mendukung lengan horizontal sedangkan untuk mesin sekrap vertikal (slotter)
digunakan untuk pemotongan dalam, menyerut dan bersudut serta untuk
pengerjaan permukaan-permukaan yang sukar dijangkau. Selain itu mesin ini juga
bisa digunakan untuk operasi yang memerlukan pemotongan vertikal.
Gambar 2.10 : Mesin Skrap
C. Mesin Frais
Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses
kerja pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat
potong bermata banyak yang berputar. Pada saat alat potong berputar, gigi-gigi
8
potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja
mesin frais sehingga terjadilah pemotongan/penyayatan. Mesin ini dapat
digunakan untuk membentuk dan meratakan permukaan, membuat alur, membuat
roda gigi dan ulir, dan bahkan dapat dipergunakan untuk mengebor dan
meluaskan lubang.
Gambar 2.11 : Mesin Frais
D. Mesin Gerinda
Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk
mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja mesin
gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga
terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan.
Gambar 2.12 : Mesin Gerinda Tiang
2.4. Alat Pelindung Diri
A. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja.
9
B. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk, misalnya misal berdebu dan beracun.
C. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan, misalnya saat mengikir dan
menggergaji.
D. Baju dan Celana Kerja
Baju kerja berfungsi melindungi badan dari benda tumpul, benturan,
goresan saat praktik kerja bangku, sedangkan celana kerja berfungsi melindungi
bagian bawah tubuh dari benda tumpul, benturan, goresan saat bekerja.
E. Sepatu
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari
karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Bengkel Pemesinan Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang nomor 5 Malang
pada tanggal 24 Februari 2014 sampai 14 Maret 2014 pukul 12.45 – 17.00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
A. Membubut
ALAT :
1) Mesin bubut
2) Pahat muka
3) Pahat alur
4) Pahat ulir
5) Kunci T
6) Kunci L
7) Kartel
8) Coolant
9) Jangka sorong
10) Mal ulir
BAHAN :
Besi silinder dengan diameter 33 mm dan panjang 150 mm.
10
B. Membuat Roda Gigi
ALAT :
1) Mesin skrap
2) Pisau skrap
3) Piringan pembagi seri
A-1
4) Engkol
5) Kunci L
6) Siku-siku
7) Jangka sorong
8) Alat tulis
9) Mandril
10) Kunci inggris
11) Ragum
BAHAN :
Bahan plastik pejal berdiameter 82,5 mm dan tebal 20 mm
C. Mengefrais
1) Mesin frais
2) Pisau frais
3) Engkol
4) Coolant
5) Waterpas
6) Palu lunak
7) Palu keras
8) Jangka sorong
9) Ragum
10) Kikir
BAHAN :
Balok besi dengan ukuran panjang 131 mm, lebar 40 mm, dan tinggi
21,3 mm.
D. Menggerinda
ALAT :
1) Mesin gerinda tiang
2) Protractor
3) Coolant
BAHAN :
1) Besi pahat
2) Mata bor M 12 dan M..
E. Menyekrap
ALAT :
1) Mesin skrap
2) Engkol
3) Waterpas
4) Coolant
BAHAN :
Balok besi dengan ukuran
panjang 130 mm, lebar 40
mm, dan tinggi 21,3 mm.
3.3. Jobsheet Praktikum Pemesinan
A. Membubut
11
1) Jobsheet I
2) Jobsheet II
B. Membuat Roda Gigi
Gambar 3.3 : Jobsheet 3 Praktikum Pemesinan
C. Mengefrais
12
Gambar 3.4 : Jobsheet 4 Praktikum Pemesinan
D. Menggerinda
1) Pahat muka
Gambar 3.5 : Jobsheet 5 Praktikum Pemesinan
2) Pahat Ulir
\
Gambar 3.6 : Jobsheet 6 Praktikum Pemesinan
3) Mata Bor
13
Gambar 3.7 : Jobsheet 7 Praktikum Pemesinan
E. Menyekrap
Gambar 3.8 : Jobsheet 8 Praktikum Pemesinan
3.4. Keselamatan Kerja
1) Berdoalah sebelum bekerja.
2) Jangan bergurau selama menggunakan mesin.
3) Periksa keadaan mesin, apakah ada kerusakan atau keadaan yang
mungkin dapat membahayakan pratikan saat bekerja.
4) Gunakan selalu ganjal parallel pada setiap pencekaman benda kerja dan
pahat.
5) Jangan mengubah kecepatan putaran mesin saat mesin hidup.
6) Jangan melebihi kecepatan mesin yang diizinkan.
7) Jangan menyentuh bagian mesin yang berputar saat mesin bekerja.
8) Saat menggerinda pada gerinda duduk, dudukan benda kerja harus
berjarak 2 mm dari batu gerinda, jika tidak benda kerja akan masuk di
antara dudukan dan batu gerinda sehingga dapat merusak batu gerinda.
14
9) Gunakan selalu coolant saat proses pembubutan, pengefraisan,
menggerinda, dan menyekrap.
10) Pakailah alat pelindung diri selama bekerja.
11) Jangan membersihkan tatal/beram selama mesin hidup.
12) Biasakan meletakkan alat dengan rapi setelah menggunakan.
13) Bersihkan mesin dari kotoran, beram, dan coolant setelah selesai
digunakan.
14) Berikan pelumasan pada bagian-bagian mesin yang bergerak.
15) Kondisikan mesin pada keaadaan semula jika telah selesai digunakan.
3.5. Cara Kerja
A. Membubut
Membubut Bertingkat
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Bersihkan bagian-bagian mesin bubut dari kotoran maupun beram.
4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin bubut yang bergerak.
5) Kondisikan mesin bubut sehingga siap untuk dipakai.
6) Aturlah kecepatan mesin.
7) Lakukanlah pemanasan terhadap mesin bubut sekitar 5-10 menit
agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas
yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen
mesin.
8) Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum
(chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai
dengan bentuk pengerjaan menggunakan kunci T, dan yakinkan
bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
9) Kemudian pasang pahat bubut muka pada pemegangnya (tool post),
kemudian lakukan setting dengan benda kerjanya.
10) Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur pemakanan
(feed), putaran mesin (rpm) sesuai dengan kecepatan potong, serta
kedalaman pemakanan (depth of cut).
15
11) Nyalakan mesin dan lakukan pembubutan rata dengan panjang 100
mm dan hingga diameter benda kerja mencapai 31 mm, sambil
selalu memberikan coolant pada benda kerja.
12) Setelah itu lakukan pembubutan rata dengan panjang 60 mm dan
hingga diameter benda kerja mencapai 28 mm, jangan lupa untuk
selalu memberikan coolant pada benda kerja.
13) Lakukan kembali pembubutan rata dengan panjang 30 mm dan
hingga diameter benda kerja mencapai 26 mm.
14) Hilangkan bagian runcing pada sisi depan dan belakang benda kerja
dengan cara posisikan pisau bubut sehingga membentuk sudut 450,
lalu lakukan pembubutan.
15) Hentikan mesin.
16) Jika ukuran benda kerja telah sesuai dengan ukuran yang diminta
pada jobsheet, lepas benda kerja dari chunk menggunakan kunci T.
17) Berikan pelumasan pada benda kerja untuk mengkindari korosi.
Membubut Alur, Tirus, dan Ulir.
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Bersihkan bagian-bagian mesin bubut dari kotoran maupun beram.
4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin bubut yang bergerak.
5) Kondisikan mesin bubut sehingga siap untuk dipakai.
6) Aturlah kecepatan mesin.
7) Lakukanlah pemanasan terhadap mesin bubut sekitar 5-10 menit
agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas
yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen
mesin.
8) Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum
(chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai
dengan bentuk pengerjaan menggunakan kunci T, dan yakinkan
bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
9) Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan
dipakai.
16
10) Pasang pahat bubut muka pada pemegangnya (tool post), kemudian
lakukan setting dengan benda kerjanya.
11) Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur pemakanan
(feed), putaran mesin (rpm) sesuai dengan kecepatan potong, serta
kedalaman pemakanan (depth of cut).
12) Lakukan pembubutan rata dengan panjang 100 mm dan hingga
diameter benda kerja mencapai 31 mm, sambil selalu memberikan
coolant pada benda kerja.
13) Setelah itu lakukan pembubutan rata dengan panjang 60 mm dan
hingga diameter benda kerja mencapai 28 mm, jangan lupa untuk
selalu memberikan coolant pada benda kerja.
14) Lakukan kembali pembubutan rata dengan panjang 30 mm dan
hingga diameter benda kerja mencapai 26 mm.
15) Hilangkan bagian runcing pada sisi depan dan belakang benda kerja
dengan cara posisikan pisau bubut sehingga membentuk sudut 450,
lalu lakukan pembubutan.
16) Hentikan mesin.
17) Lepas pahat bubut rata dari toolpost, kemudian ganti dengan pahat
bubut alur.
18) Posisikan pahat bubut pada 50 mm dari depan benda kerja.
19) Atur kecepatan mesin sehingga putarannya menjadi 1/3 dari putaran
normal.
20) Gerakkan pahat maju hingga diameter kecil alur tercapai, kemudian
dimundurkan.
21) Geser pahat alur untuk mencapai lebar alur kemudian digerakkan
maju lagi hingga ukuran diameter kecil dan lebarnya tercapat.
22) Lakukan pembubutan alur sampai kedalamannya mencapai…
23) Hentikan mesin.
24) Lepaslah pahat alur dari toolpost, lalu gantilah dengan pahat muka.
25) Lepaslah kunci toolpost, lalu atur eretan atas hingga membentuk
sudut 110, lalu kunci kembali dan kencangkan dengan baut.
17
26) Nyalakan mesin lalu lakukan pembubutan tirus sesuai dengan
permintaan pada jobsheet dengan menggeser kepala lepas (tail
stock), dengan cara ini proses pembubutan tirus dilakukan sama
dengan proses membubut lurus dengan bantuan dua senter.
27) Matikan mesin.
28) lepas baut toolpost lalu kembalikan ke posisi semula, dan kunci
kembali.
29) Lepas pahat muka dari toolpost, lalu ganti dengan pahat ulir.
30) Atur kecepatan sedang pada mesin bubut.
31) Memajukan pahat pada diameter luar ulir.
32) Setting ukuran pada handle ukuran eretan atas menjadi 0 mm.
33) Tarik pahat ke luar benda kerja, sehingga pahat di luar benda kerja
dengan jarak bebas sekitar 10 mm di sebelah kanan benda kerja.
34) Atur pengatur kisar menurut tabel kisar yang ada di mesin bubut,
geser handle gerakan eretan bawah untuk pembuatan ulir.
35) Masukkan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm.
36) Putar spindel mesin sampai panjang ulir yang dibuat terdapat
goresan pahat, kemudian hentikan mesin dan tarik pahat keluar.
37) Periksa kisar ulir yang dibuat dengan menggunakan caliber ulir
Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan.
Kalau kisar belum sesuai periksa posisi handle pengatur kisar pada
mesin bubut.
38) Gerakkan pahat mundur dengan cara memutar spindel arah
kebalikan, hentikan setelah posisi pahat di depan benda kerja
39) Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan
memajukan eretan atas.
40) Langkah dilanjutkan sampai kedalaman ulir maksimal tercapai.
41) Ukurlah panjang dan kedalaman pemakanan untuk ulir.
42) Lepas penda kerja dari chunk, lalu pasanglah dengan posisi terbalik.
Cekam benda kerja dengan kuat.
43) Lepas pahat ulir dari toolpost, lalu gantilah dengan kartel. Pasang
kartel dengan kedudukan setinggi senter.
18
44) Perputaran mesin dengan gerakan kartel diatur pada gerakan lambat.
45) Tempelkan kartel di sebelah kanan benda kerja yang bagiannya
akan dikartel.
46) Jalankan mesin bubut dan kedua gigi kartel harus berputar dan
jangan sampai lepas dari benda kerja. Usahakan pengkartelan
pertama sudah dalam sehingga tidak menimbulkan hasil yang
bertumpuk.
47) Hentikan mesin.
48) Jika ukuran benda kerja telah sesuai dengan ukuran yang diminta
pada jobsheet, lepas benda kerja dari chunk menggunakan kunci T.
49) Berikan pelumasan pada benda kerja untuk menghindari korosi.
B. Membuat Roda Gigi
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Bersihkan bagian-bagian mesin bubut dari kotoran maupun beram.
4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin bubut yang
bergerak.
5) Kondisikan mesin bubut sehingga siap untuk dipakai.
6) Aturlah kecepatan mesin.
7) Lakukanlah pemanasan terhadap mesin bubut sekitar 5-10 menit
agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas
yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen
mesin.
8) Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit plastik as pada ragum
(chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai
dengan bentuk pengerjaan menggunakan kunci T, dan yakinkan
bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
9) Ganti center berputar dengan chuck bor dan pasang mata bor center
lalu lakukan pengeboran dengan bor M 12.
10) Setelah plastik as terlubangi, hentikan mesin lalu lepaslah dari
chunk menggunakan kunci T.
19
11) Pasang madril pada plastik as, kencangkan menggunakan kunci
inggris, namun jangan terlalu kencang.
12) Pasang benda kerja pada chunk. Cekam pada madrilnya
13) Kemudian pasang pahat bubut muka pada pemegangnya (tool
post), kemudian lakukan setting dengan benda kerjanya.
14) Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur pemakanan
(feed), putaran mesin (rpm) sesuai dengan kecepatan potong, serta
kedalaman pemakanan (depth of cut).
15) Nyalakan mesin lalu bubutlah plastik as hingga diameternya
menjadi 80 mm.
16) Matikan mesin. Ukur benda kerja, jika sudah sesuai, lepaskan
benda kerja dari chunk.
17) Lakukan penghitungan terhadap roda gigi dengan jumlah gigi 30.
Modul (m) = 2,5 mm
Jumlah gigi (z) = 30
i = 40
Tinggi kepala gigi (hk) = 1 X m
¿1 X 2,5 mm=2,5 mm
Tinggi kaki gigi (hf) = 114
X m
¿ 54
X 2,5 mm=3,125 mm
H=Hk+Hf
= 2,5 mm + 3,125 mm = 5,625 mm
Diameter tusuk (Dt) = Z X m
¿30 X 2,5 mm
¿75 mm
Diameter Kepala (Dk) = Dt−2.Hk
¿75 mm−5 mm
¿70 mm
Diameter Luar (Dl )=Dt+2. Hk
= 75 mm + 5 mm = 80 mm
20
18) Pasang benda kerja pada mesin frais dengan cara dijepit dengan
cekam rahang tiga yang dipasang pada poros kepala pembagi.
19) Teliti kebersihan dan kerusakan pisau terlebih dahulu sebelum
dipasang agar pisau nantinya dapat berputar tanpa adanya
gangguan-gangguan.
20) Pasang pisau frais pada arbor panjang. Menggunakan pisau frais
dengan modul 2,5 mm.
21) Pasang pisau frais secara mantap pada main spindle mesin frais.
22) Pasang pisau pada mesin frais dengan kencang dan benar.
Pemasangan pisau frais harus tegak lurus terhadap sumbu poros
dan sumbunya satu garis dengan sumbu benda kerja.
23) Lakukan penghitungan piring pembagi. Karena jumlah gigi yang
akan dibuat adalah 30 gigi, maka 40z
=4030
Jadi engkol pada kepala
pembagi diputar 1 kali putaran lebih 10 lubang pada piring
pembagi yang mempunyai 30 lubang.
24) Gantilah piring pembagi pada mesin frais dengan piringan pembagi
seri A-1.
25) Setting kedalaman pemotongan dengan cara :
Gerakkan meja hingga benda kerja yang telah dicekam pada
tempat yang akan disayat berada pada posisi tengah di bawah
pisau.
Tempelkan kertas tipis yang telah dibasahi pada permukaan
benda kerja.
Hidupkan mesin hingga pisau frais berputar dan siap menyayat
Dekatkan benda kerja menuju pisau frais hingga menyentuh
kertas tipis.
Bila pisau telah menyentuh kertas tipis, hentikan mesin dan
setinglah ukuran pada angka nol
Bebaskan benda kerja dengan menggerakkan lurus dan naikkan
sesuai kedalaman yang disyaratkan
26) Pada saat akan menghidupkan mesin pastikan :
21
Bagian bagian yang belum dikencangkan seperti
pemasangan ragum,pisau frais,penyokong arbor dsb. harus
dicek terlebih dahulu.
Tidak ada bagian yang tergerai yang dipakai oleh operator
yang dapat terlilit bersama putaran cekam/benda kerja,
seperti tangan baju panjang, gelang,kalung, dan rambut.
Pastikan tombol ON/OFF atau tuas pembebas serta poros
engkol pada mesin berfungsi dengan baik.
27) Hidupkan mesin.
28) Sayatlah gigi pertama dengan pemakanan otomatis dan aturlah
langkah meja sehingga akan berhenti apabila pahat telah sampai
di ujung benda kerja.
29) Setelah satu kali penyayatan telitilah ketepatan profil maupun
ketepatan ukuran agar dapat dilakukan perbaikan bila masih
kurang. Ukur juga kedalaman gigi sedalam 5, 625 mm.
30) Lakukan pemakanan pada gigi ke tiga dan selanjutnya hingga
selesai yaitu gigi ke 30.
31) Jika sudah, matikan mesin lalu lepas benda dari kepala pembagi.
Usahakan semua ukuran benar.
32) Bersihkan semua dari sisa-sisa pekerjaan.
33) Lepas penyokong arbor serta pisau modulnya dan kembalikan
peralatan pada tempat yang disediakan.
34) Bubutlah roda gigi sampai bersih dari sisa-sisa penyayatan.
35) Jangan lupa hilangkan bagian-bagian yang runcing.
C. Mengefrais
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Bersihkan bagian-bagian mesin frais dari kotoran maupun beram.
4) Kondisikan mesin frais sehingga siap untuk dipakai.
5) Pasang pisau (cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor
6) Aturlah kecepatan mesin.
7) Setting kedalaman pemotongan dengan cara :
22
Gerakkan meja hingga benda kerja yang telah dicekam pada
tempat yang akan disayat berada pada posisi tengah di bawah
pisau.
Hidupkan mesin hingga pisau frais berputar dan siap menyayat
Dekatkan benda kerja menuju pisau frais hingga menyentuh
permukaan benda kerja.
Bila pisau telah menyentuh benda kerja, hentikan mesin dan
setinglah ukuran pada angka nol.
Bebaskan benda kerja dengan menggerakkan lurus.
8) Nyalakan mesin dan kran coolant.
9) Lakukan pemakanan pada benda kerja sedikit demi sedikit sampai
sesuai dengan ukuran yang diminta.
10) Ukurlah benda kerja menggunakan jangka sorong, jika sudah
sesuai lepaslah benda kerja dari ragum.
11) Lepaslah pisau dari ring arbor.
12) Bersihkan mesin frais dari kotoran, beram, dan coolant.
13) Kembalikan bagian-bagian dan peralatan mesin pada posisi awal.
14) Cekam benda kerja yang telah difrais pada ragum, lalu kikir
bagian-bagian tajam yang dapat menggores pemegang benda
kerja.
D. Menggerinda
Mengasah pahat bubut rata
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Nyalakan mesin gerinda, dan mulailah menggerinda bagian sudut
rake sebesar 120-200 pada bidang yang disebut bidang rake.
4) Gerindalah sudut basis maksimal 80 dan sudut mata pahat utama
maksimal 50 secara bergantian.
5) Gerindalah sudut muka sebesar 120-200 dan sudut mata potong
bantu maksimal 250.
23
6) Ulangi penggerindaan secara halus pada keempat bidang di atas
hingga memperoleh ukuran yang sesuai. Agar tidak gosong,
celupkan pahat pada coolant/air dingin sesering mungkin.
7) Ukur sudut masing-masing bidang menggunakan protractor sesering
mungkin.
8) Cek masing-masing sudut sesuai dengan ketentuan.
9) Hilangkan bagian yang sekiranya membahayakan/menggores orang
lain yang menyentuhnya.
Mengasah pahat bubut ulir
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Nyalakan mesin gerinda, dan mulailah menggerinda bagian sudut
bebas maksimal 80 .
4) Gerindalah sudut puncak sebesar 600. Usahakan bentuk puncah
pahat adalah segitiga samakaki.
5) Gerindalah sudut muka sebesar 120-200 dan sudut mata potong
bantu maksimal 250.
6) Ulangi penggerindaan secara halus pada masing-masing bidang di
atas hingga memperoleh ukuran yang sesuai. Agar tidak gosong,
celupkan pahat pada coolant/air dingin sesering mungkin.
7) Ukur sudut masing-masing bidang menggunakan protractor sesering
mungkin.
8) Cek masing-masing sudut sesuai dengan ketentuan.
9) Hilangkan bagian yang sekiranya membahayakan/menggores orang
lain yang menyentuhnya.
Mengasah mata bor
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Nyalakan mesin gerinda, dan mulailah menggerinda mata bor
dengan mengikuti alur yang sudah ada.
4) Bentuklah masing-masing sisi sudut puncak mata bor hingga
membentuk sudut 1180.
24
5) Gerindalah bagian beban potong sehingga membentuk sudut 80-120.
6) Pertajamlah bagian mata pisau bor yang berada pada pertemuan dua
sudut iris sehingga membentuk sudut pemusat sebesar 1200-1350.
7) Ulangi penggerindaan secara halus pada masing-masing bidang di
atas hingga memperoleh ukuran yang sesuai. Agar tidak gosong,
celupkan mata bor pada coolant/air dingin sesering mungkin.
8) Ukur sudut masing-masing bidang menggunakan protractor sesering
mungkin.
E. Menyekrap
1) Gunakan alat pelindung diri.
2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.
3) Bersihkan bagian-bagian mesin skrap dari kotoran maupun beram.
4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin skrap yang
bergerak.
5) Kondisikan mesin skrap sehingga siap untuk dipakai.
6) Pasang benda kerja pada ragum mesin dengan benar dan kuat.
Benda kerja harus tegak lurus dengan pisau skrap. Gunakan
waterpass untuk mengukur kerataan permukaan benda kerja.
7) Pasang pisau skrap.
8) Periksa panjang langkah dengan memutar roda pengecek langkah
menggunakan tangan.
9) Hidupkan saklar utama dan motor penggerak
10) Hubungkan kopling melalui handel “ON’OFF” mesin
11) Perhatikan langkah lengan luncur terhadap pergeseran meja. Meja
harus bergeser pada waktu lengan luncur bergerak kebelakang
12) Besar kelilingnya tiap pergeseran meja dapat diatur dengan
mengubah-mengubah posisi baut pengikat pada roda yang beralur
13) Dengan memutar tuas otomatis / eretan pahat akan bergerak
14) Besar pergeseran tiap langkah, dapat diatur dengan menggeser-
geser otomatis pengatur lanngkah.
15) Tuas gerakan otomatis dilepas, gerakan eretan berhenti
16) Dengan melepas kopling, mesin berhenti.
25
17) Stel panjang langkah dengan cara :
Mengendorkan Mur Penggunci penyetel panjang langkah.
Putar engkol ke kanan untuk menggubah / menambah langkah
dan memutar engkol ke kiri untuk mengurangi langkah.
Setelah penyetelan, mur pengunci dikencangkan kembali.
18) Menyetel posisi langkah dengan cara :
Kendorkan lengan pengunci
Putar engkol, posisi langkah atau bergeser tanpa mengurangi
atau menambah panjang langkah
Kencangkan kembali langkah pengunci.
19) Menyetel feeling besar penggeser meja dengan cara :
Kendorkan baut pengunci
Bila digeser menjadi titik pusat feeling semakin besar
20) Menyetel feeding gerakan eretan alat dengan cara menggeser block
pengatur feeding mendekati lengan penggerak feeding sebaliknya
untuk memperkecil feeding cukup dengan menggeser blok
pengatur feeding menjahui lengan penggerak feeding.
21) Setelah mesin diatur, posisikan pisau skrap pada posisi nol dengan
cara dekatkan ujung pisau skrap sampai menyentuh permukaan
benda kerja.
22) Geser eretan melintang sampai pisau skrap berada di posisi sekitar
10 mm di samping benda kerja.
23) Tentukan kedalaman pemakanan benda kerja, lalu hidupkan mesin
dan gerakkan tuas otomatis. Jangan lupa untuk sesalu memberikan
coolant pada benda kerja selama penyayatan.
24) Hentikan mesin jika pemakanan pertama telah selesai, lalu geser
kembali eretan melintang ke posisi semula dan atur kembali
kedalaman benda kerja yang akan disayat.
25) Lakukan langkah nomor 24 secara berulang sampai ukuran benda
kerja sesuai dengan jobsheet.
26) Jika ukuran sudah sesuai, lepaskan benda kerja dari ragum
menggunakan engkol.
26
27) Pastikan mesin tidak berhubungan lagi dengan arus listrik,
Bersihkan mesin dari kotoran, beram, maupun coolant. Lumasi
bagian-bagian mesin yang bergerak, lalu posisikan bagian-bagian
mesin ke posisi awal.
28) Pasang benda kerja pada ragum, hilangkan bagian-bagian runcing
yang dapat menyebabkan luka pada orang yang menyentuhnya
dengan cara dikikir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Membubut
A. Membubut Bertingkat
Benda kerja berupa besi silinder dengan panjang 150 mm dan diameter
32 mm dibubut bertingkat dengan ukuran pada tingkatan pertama dengan
panjang 40 mm dan diameter 31 mm, pada tingkatan kedua dengan panjang
30 mm dan diameter 28 mm, serta tingkatan ketiga dengan panjang 30 mm
dan diameter 28 mm.
Namun hasil ukuran membubut bertingkat tidak sesuai dengan
permintaan pada jobsheet. Ada 3 kesalahan, yaitu pada diameter tingkatan
pertama dan ketiga, serta adanya lubang pada tingkatan ketiga yang
disebabkan terlalu banyak pemakanan karena kesalahan dalam memutar
handle eretan melintang.
B. Membubut Alur, Tirus, Ulir, dan Mengkartel
27
Benda kerja berupa besi silinder dengan panjang 150 mm dan diameter
32 mm dibubut bertingkat dengan ukuran tingkatan pertama panjang 70 mm
dan diameter 26 mm, serta tingkatan kedua dengan diameter 20 mm dan
panjang 70 mm. Benda kerja lalu dibubut alur dengan diameter 10 mm dan
panjang 10 mm. Lalu dibubut tirus dengan sudut 110, dan panjang 30 mm
kemudian dibubut ulir dengan diameter 20 mm dan panjang 50 mm.
terakhir, benda kerja dikartel sepanjang 21 mm pada tingkatan pertama.
Namun hasil ukuran pekerjaan ini tidak sesuai dengan permintaan pada
jobsheet. Ada 5 kesalahan, yaitu panjang total benda kerja yang seharusnya
140 mm menjadi 138 mm, diameter dan panjang pada tingkatan kedua, serta
diameter dan panjang benda kerja pada tingkatan pertama.
Gambar 4.1 : Hasil Membubut
4.2. Membuat Roda Gigi
Benda kerja berupa as berbahan plastik dengan diameter awal 82,5 mm dan
tebal 20 mm. Benda kerja lalu dibubut sehingga diameternya menjadi 80 mm.
Lalu difrais menggunakan pisau seri 5 dengan modul 2,5 mm serta piringan
pembagi seri A-1 dengan jumlah lubang 30. Hasil akhirnya adalah roda gigi
berbahan plastik dengan diameter 80 mm, jumlah gigi 30 gigi, dan kedalaman gigi
5,625 mm.
4.3. Mengefrais
Benda kerja berupa balok besi dengan ukuran awal 131 mm X 21,3 mm X
40 mm difrais pada keempat sisinya sehingga ukuran benda kerja menjadi 131
mm X 18 mm X 32 mm.
4.4. Menggerinda
A. Mengasah Pahat Bubut Rata
Benda kerja berupa batangan besi berbentuk balok. Digerinda ujungnya
sehingga membentuk sudut rake sebesar 120-200 pada bidang rake, sudut
28
basis sebesar 80 dan sudut mata pahat utama sebesar 50 serta sudut muka
sebesar 120-200 dan sudut mata potong bantu maksimal 250.
Gambar 4.2 : Hasil Mengasah Pagat Bubut Rata
B. Mengasah Pahat Bubut Ulir
Benda kerja berupa batangan besi berbentuk balok. Digerinda ujungnya
sehingga membentuk segutiga sama kaki dengan ukuran sudut bebas sebesar
80, sudut puncak sebesar 600, sudut muka sebesar 120-200 dan sudut mata
potong bantu maksimal 250.
Gambar 4.3 : Hasil Mengasah Pahat Bubut Ulir
C. Mengasah Mata Bor
Mata bor digerinda dengan mengikuti alur yang telah ada sehingga
ujung mata bor membentuk sudut masing-masing sisi sudut iris mata bor
hingga membentuk sudut 1180.
4.5. Menyekrap
Benda kerja berupa balok besi dengan ukuran awal 131 mm X 21,3 mm X
40 mm difrais pada keempat sisinya sehingga ukuran benda kerja menjadi 131
mm X 18 mm X 32 mm.
29
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Semua teknisi yang bekerja pada bengkel kerja mesin harus dapat
menggunakan semua peralatan yang ada di bengkel baik berupa perkakas mesin
maupun perkakas tangan. Hal ini penting karena masing-masing perkakas
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada dasarnya manusia dapat bekerja
dengan mudah, aman dan dapat menghasilkan benda kerja yang baik.
Selain ketrampilan dalam menggunakan peralatan tangan, orang-orang yang
bergerak pada bidang teknik akan selalu berhubungan dengan bidang pengukuran.
Pada praktik pemesinan, peralatan ukur yang digunakan harus benar-benar presisi.
Guna menghasilkan pengukuran yang presisi, maka peralatan ukur, cara
memegang alat ukur, dan cara melakukan pengukuran harus benar-benar
diketahui secara baik. Di samping itu para pekerja di dalam bengkel kerja mesin
30
harus mengetahui dan mampu mengaplikasikan penggunaan alat pelindung diri
serta prosedur bekerja dan sikap di dalam bengkel yang sesuai dengan Standar
Operasional (SOP) sehingga praktik tidak membahayakan keselamatan diri sendiri
maupun pratikan/orang lain.
Penggunaan alat kerja, alat ukur, serta mesin inilah yang
diaplikasikan dalam praktik pemesinan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jobsheet yang diberikan
oleh dosen pembimbing. Karena praktikum pemesinan
merupakan pekerjaan yang harus dikuasai dalam mengerjakan
benda kerja bagi seseorang yang berkecimpung dalam bidang
teknik mesin, maka praktik pemesinan sangat dibutuhkan untuk
melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja serta
mesin yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda
kerja yang memiliki standar tertentu sesuai dengan lembar kerja
yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa
melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan
tata cara pengerjaan praktik pemesinan.
5.2. Saran
Saran yang ditujukan kepada pengelola sebagai berikut :
Sebagai bengkel yang berada di lingkungan akademik, Bengkel Pemesinan
Universitas Negeri Malang tentu harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai
standar kelayakan bengkel. Di Bengkel Pemesinan Universitas Negeri Malang ini
terdapat 14 unit mesin bubut, namun yang dapat dioperasikan hanya 7 unit. Mesin
skrap berjumlah 2 unit, namun yang dapat digunakan hanya 1 unit. Mesin frais
ada 3 unit, namun 1 unit dalam kondisu rusak. Sedangkan mesin gerinda ada 2
unit dan keduanya dapat berfungsi dengan baik. Maka mesin yang seperti itu
harus mendapat perlakuan khusus, seperti perbaikan atau jika perlu dilakukan
penambahan atau penggantian dengan mesin yang baru. Karena kurangnya jumlah
31
mesin dapat mengurangi keefektifan pembelajan serta keefektifan waktu dalam
menyelesaikan benda kerja sesuai jobsheet.
Selain itu penataan penyimpanan peralatan dan bahan di bengkel ini juga
kurang baik. Masih ada beberapa alat dan bahan yang berserakan atau tidak tertata
rapi. Beberapa sarana dan prasarana juga mengalami kerusakan, Sehingga proses
belajar mengajar dan praktik di Bengkel Pemesinan Universitas Negeri Malang
dapat terlaksana dengan efektif dan efisien serta mampu menghasilkan peserta
didik yang berkompeten di bidangnya.
Selain saran yang ditujukan pada pengelola, saran yang ditujukan kepada
mahasiwa antara lain :
1. Dalam praktik pemesinan para mahasiwa harus lebih bertanggung jawab
dalam penggunaan alat alat kerja.
2. Perlunya ketelitian dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktik
pemesinan sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
3. Perlunya kedisiplinan dalam melaksanakan piket.
4. Mahasiswa harus menjaga kebersihan lingkungan kerja.
5. Demi keamanan praktik mahasiswa diharapkan menerapkan prinsip K3.
DAFTAR PUSTAKA
Ambiyar, dkk. 2008. Teknik Pembentukan Plat Jilid 2 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumbodo, W., dkk. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri untuk SMK Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang : Universitas Negeri Malang.
32
Widarto, dkk. 2008. Teknik Pemesinan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
33