69
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS: KAPAS (Gossypium sp) Oleh: ELVRADO WEGA SENTURI 125040201111016 EKA PUTRI RIFANDANI 125040201111121 FEBI NILA KUSUMA 125040200111235 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Laporan Praktikum Tpt Kapas (Gossypium Sp) Aspek Bp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan TPT

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

KOMODITAS: KAPAS (Gossypium sp)

Oleh:

ELVRADO WEGA SENTURI 125040201111016

EKA PUTRI RIFANDANI 125040201111121

FEBI NILA KUSUMA 125040200111235

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2013

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Akhir Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Kapas

(Gossypium sp)

Nama dan NIM : 1. Elvrado Wega Senturi 125040201111016

2. Eka Putri Rifandani 125040201111121

3. Febi Nila Kusuma 125040200111235

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui

Asisten Lapang Asisten Kelas

Adwar Ardhi Pradana Dwi Wahyu Sulistyo Utomo

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapas merupakan salah satu komoditas tanaman indusri yang penting.Kebutuhan

serat kapas nasional akan berbanding lurus dengan meningkatnyavolume produksi sektor

industri tekstil dan produk tekstil (TPT) (Usman,1991). Nilai ekspor tekstil mencapai 15 %

dari ekspor non migas nasional,ironisnya industri yang berorientasi ekspor ini tidak didukung

oleh pasokanserat kapas domestik yang memadai, sehingga ketergantungan akan seratkapas

impor mencapai rata-rata 454 – 762 ribu ton kapas. Produksi kapasdalam negeri hanya

berkisar 1.600 – 2.500 ton atau sekitar 0,3 % darikebutuhan serat kapas dalam negeri. Jika

target produksi adalah 5 – 10 % dari kebutuhan nasional maka areal pengembangan harus

mencapai 30 – 50 ribu hektar (Dahlan, 2011).

Oleh karena itu perlu di kembangkan Teknologi Produksi Tanaman untuk mendukung

produksi tanaman kapas agar memenuhi kebutuhan industri tekstil.Penelitian yang ada telah

membuktikan bahwa kapas dengan pemberian mulsa jerami lebih berproduksi secara

maksimal dari pada kapasyang tidak menggunakan mulsa jerami. Hal ini dikarenakan

perlakuan mulsajerami dapat meningkatkan kesuburan tanah, mengatur kelembaban tanah,

selain itu mulsa jeramimerupakan media yang tepat sebagai tempat bagi para predator hama.

Penggunaan kapas varietas Kanesia 10 dan Kanesia 15 juga dapat mendukung produksi

tanama kapas karena varietas ini mempunyai produksi yang tinggi dan mudah dibudidayakan

di berbagai areal pengembangan. Kapas varietas Kanesia 15 yang merupakan kapas yang

dapat tahan terhadap kekeringan dan rentan terhadap hamaAmrasca biguttula.Iklim tropis

yang terdapat di Indonesia mendukung budidaya kapas varietas ini yang dapat ditanam di

daerah kering hdan dataran rendah.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil dari tanaman kapas Kanesia 10 dan

Kanesia 15

1.3 Manfaat

Mengetahui tingkat keefektifitasan produksi tanaman kapas dengan

menggunakan kapas varietas Kanesia 10 dan Kanesia 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kapas

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kapas

Gambar 1. Tanaman Kapas (Dahlan, 2011)

Menurut Usman (1991), tanaman kapas secara botanis disebut dengan

Gossypium sp yang memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranyayang

dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L,Gossypium

hersutum L dan Gossypium barbadense; dengan klasifikasisebagai berikut :

Kingdom : Plantae,

Devisi : Spermatophyta,

Kelas : Angiospermae,

Sub Kelas :Dicotyledonae,

Ordo : Malvales,

Famili : Malvaceae,

Genus : Gossypium,

Spesies : Gossypium sp.

2.1.2 Morfologi Tanaman Kapas

Akar tanamankapas umumnya dikembangbiakkan dari biji.Pada waktu

berkecambah calon akar tunggang tumbuh lebih dahulu masuk ke dalam

tanah, diikuti oleh keping biji.Kapas mempunyai akar tunggang yang panjang

dan dalam tergantung pada umur, besarnya tanaman, aerasi, dan stuktur

tanah.Akar tunggang sering lebih panjang daripada tanamannya sendiri. Dari

akar tunggang akan tumbuh akar-akar cabang. Akar cabang akan bercabang-

cabang lagi, dan membentuk akar-akar rambut. Kadang-kadang membentuk

lapisan akar dan sering akar-akar tersebut menembus permukaan tanah

(Dahlan, 2011).

Batang tanaman kapas dalam keadaan normal tumbuh tegak.Batang

berwama bijau tua, merah atau hijau bernoktah merah.Batang umumnya

berbulu dan ada pula yang tidak, serta ada yang ujungnya berbulu, pangkalnya

tidak berbulu.Dari setiap ruas, tumbuh daun dan cabang pada

ketiaknya.Panjang dan jumlah cabang berbeda-beda menurut jenis cabang dan

dipengaruhi oleh lingkungannya.Cabang vegetatif tumbuh pada batang pokok

dekat leher akar dan biasanya tumbuh ke atas.Cabang-cabang vegetatif baru

dapat berbunga dan berbuah setelah tumbuh cabang generatif.Banyaknya

cabang vegetatif bervariasi biasanya sekitar 3-4 cabang.

Cabang generatif tumbuh pada batang pokok atau pada cabang

vegetatif.Cabang generatif letaknya mendatar dan langsung

membentukbunga.Semua bunga dan buah tumbuh pada cabang

generatif.Cabang-cabangbuah yang pertama biasanya dihasilkan pada ketiak

daun ke-6 sampai ke-8 keatas pada batang pokok.Jumlah cabang generatif

antara 8-20 cabang (Balittas,1993).

Gambar 2. Batang dan cabang (Dahlan, 2011)

Daun pada tanaman kapas terbentuk daun pertama sampai kelima

merupakan daun belum sempuma.Bentuk daunagak bulat atau panjang.Setelah

daun kelima bentuk daun semakin sempumadan bentuknya sesuai dengan jenis

kapas. Terdapat paling sedikit 5 bentukdaun, yaitu bentuk entire, okra, twisted,

barbadense, dan normal.Bentuk daun normal mempunyai 5 sudut daun

(lekukan), kadang-kadanglebih atau kurang.Bentuknya bundar seperti jantung,

lekukan daunada yang dalam dan ada pula yang dangkal.Wama daun hijau,

hijaukemerahan, dan merah.Daun berbulu ada yang lebat panjang, lebat

pendek.ada yang berbulu jarang, bahkan ada yang halus tidak berbulu. Di

bagianbawah daun (pada tulang daun) terdapat nektar dan ada pula yang

tidakmengandung nektar (Balittas, 1993).

Gambar 3.Bentuk-bentuk daun (Dahlan, 2011).

Bunga pada tanaman kapas mulai muncul sekitar 30-45 hari dan mulai

mekar sekitar 45-60 hari saat waktu pagi hari (jam 6-7)dan layu pada siang

harinya tergantung jenis dan varietas kapas.Bunga pertama mulaitumbuh pada

batang di atas cabang vegetatif, berbentuk spiral dengan filotaksi3/8.Tiap

cabang generatif dapat tumbuh 6-8 bunga.Kuncupbunga berbentuk piramid

kecil ada pula yang melintir (frego) dan berwamahijau.Bagian-bagian

bunga:Tangkai bunga, Daun kelopak tambahan, Daun kelopak, Mahkota

bunga, Bakal buah, Tangkai kepala putik, Kepala putik, Tepung sari.

(Mauney,1984).

Tangkai bunga yang menghubungkan buah dan cabang tanaman.kadang-

kadang panjang atau pendek sesuai ukuran buah.Daunkelopak tambahan,

bentuknya segi tiga, bergaris berwama hijau, Nampak seperti kelopak

bunga.Bagian ini melekat pada daun kelopak dan tangkai bunga,mengelilingi

dan melindungi bagian-bagian bunga yang lunak.Besamyabermacam-macam

tergantung jenisnya.Daun kelopak.tertutup oleh daunkelopak tambahan.

Jumlah daun kelopak bunga sama dengan mahkota bunga,yaitu 5 dan melekat

mengelilingi dasar mahkota bunga.Mahkota bunga, jumlahnya 5 buah dan

terletak di dalam kelopakbunga.Mahkota bunga mempunyai dasar sempit dan

melebar pada bagianatas.Warna mahkota bunga bermacam-macam ada yang

putih, kuning muda,gading, dan ada yang kuning kemerahan. Setelah terjadi

persarian mahkotabunga berubah wama menjadi ungu kemerahan sampai biru

kemerahan (Mauney,1984).

Dalam mahkota bunga terdapat ruangan yang mengandung tangkai dan

kepala putik, bakal buah, dan benang sari yang berlekatan satu sama laindan

membentuk sebuah tabung benang sari yang mengurung tangkai putiksampai

ujung (Darjanto dan Siti-Satifah, 1982). Benang sari biasanya berwama

kremdan ada pula yang berwama kuning (Balittas, 1993).Jika tidak ada

gangguan yang maka pembungaan kapas mempunyaipatron yang tetap,

munculnya bunga 1 ke-2.dan seterusnya sangat teratur.Misalnya bunga 1 (A1)

muncul 1 bunga, sekitar 3 hari kemudian munculbunga ke-2 (Bl).Sekitar 3 hari

kemudian muncul bunga ke-3 (C) dan padahari tersebut muncul 12 bunga dan

seterusnya (Lugard dalam Ditjenbun, 1978).

Buah pada tanaman pas terbentuk setelah terjadi penyerbukan oleh benang

sari ke putik.Bunga kapas yang mekar pada pagi hari dan kemudian kepala

putik membuka (reseptit).Bagian tangkai yang mengandung tepung sari

jugasegera membuka dan menghamburkan tepung sarinya.Tepung sari

dapatmelekat pada kepala putik dan mampu bertahan sampai 12 jam.Tepung

sariberkecambah dalam waktu yang singkat dan mencapai bakal buah

dalamwaktu sekitar 12-30 jam setelah persarian (Stewart dalam Mauney,

1984).Umumnya bunga kapas terjadi open pollinated, out crossing

35%.Setelah terjadi persarian, maka buah segera terbentuk.Dari bunga

sampaimenjadi buah masak sekitar 40-70 hari. Buah yang masak akan retak

danterbuka. Kebanyakan buah terdiri dari 3 ruang dan kadang-kadang 4-5

ruang.Bentuk dan besar serta warna buah berbeda-beda ada yang bulat

telur,bulat, dan ada yang segi tiga.Berat buah bervariasi antara 3-6 gram/buah.

Buah-buah berukuran besar umumnya terdapat pada buah-buah yang

terdapat dibagian bawah.Variasi ukuran buah terjadi baik antara varietas yang

berbeda,atau terjadi pada buah-buah yang letak buahnya berbeda.Warna buah

adahijau muda, hijau gelap berbintik-bintik yang mengandung kelenjar

minyak.Jumlah buah yang terbentuk tidak seluruhnya dapat dipanen,

umumnya buahyang dapat dipanen sekitar 10-20 buah/tanaman (Balittas,

1993).

Biji dan Serat yang terdapat di dalam kotak buah secara teratur.Tiap ruang

buah terdapat dua baris biji dan rata-rata setiap ruang biji terdiri dari 9

biji.Bentuk biji bulat telur, berwama cokelat kehitaman, panjangnya antara 6-

12mm, dengan berat 100 biji sekitar 6-17 gram.Kulit luar biji ada yang

berserat dan ada yang tidak.Serat ini melapisikulit biji sangat pendek, ada yang

tebal dan halus, atau tebal dan kasar, tipisserta halus.Serat melekat erat pada

biji, berwama putih atau krem ada pulayang berwama keabu-abuan. Serat

disebut "fuzz" (kabu-kabu).Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi di

luarnya terdapatlapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas).Kulit biji

menebalmembentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian

dalam.Pemanjangan seratberlangsung sekitar 13-15 hari.Pada waktu buah

masak kulit buah retak dankapasnya/seratnya menjadi kering dan siap

dipungut.Bagian serat terpanjang terdapat pada puncak biji.Berat serat kapas

sekitar 1/3 berat kapasberbiji.Panjang serat bervariasi tergantung pada jenis

dan varietas kapas.Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-

29 mm (Ditjenbun, 1977).

2.2 Syarat Tumbuh tanaman Kapas

Tanaman kapas membutuhkan perhatian yang cukup cermat dan teliti terhadap

faktor iklim. Syarat-syarattumbuh tanaman kapas antara lain :

Curah hujanyang diperlukan oleh tanaman kapas rata-rata 1.500 sampai

dengan 1.800 mm/tahun (minimum 175 sampai dengan 200 mm/bulan) yang

terbagi atas :Masa persiapan memerlukan air dengan intensitas hujan ringan,

Waktu umur 1 sampai dengan 3 bulan perlu hujan ringan untuk pembungaan dan

pembuahan. Disamping itu diperlukan kelembaban yang tinggi, sebaiknya ada

irigasi, Waktu siap untuk berbuah (umur 5 sampai dengan 7 bulan) tidak

memerlukan hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan biji

tanaman kaps dapat terganggu dan pada saat pembungaan dapat menyebabkan

gangguan pada saat persarian sehingga pembentukan buah menjadi terhenti

menjadikan kualitas buah yang buruk (Usman,1991).

Sinar matahari dan angin yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangannya,

tanaman kapas membutuhkan sinar matahari yang cukup banyak.Bila sinar

matahari kurang, dapat memperlambat masaknya buah dan masaknya tidak

seragam.Dengan adanya sinar yang cukup, buah dapat masak antara 70%-

90%.Sinar matahari yang kurang dari 50% tidak baik untuk tanaman

kapas.Sedangkan untuk arus angin yang berlebihan dapat menjadi gangguan bagi

tanaman kapas.Angin juga dapat menurunkan kualitas kapas, karena mengotori

serat buah yang belum dipetik.Angin yang mengandung uap air, sangat baik untuk

pertumbuhan kapas, Tetapi angin kencang dapat menyebabkan tanaman roboh dan

menghambat usaha pemberantasan hama serta hama serta penyakit (Usman,1991).

Suhu dan lokasi untuk budidaya kapas cocok ditanam di daerah dataran rendah

dengan ketinggian kurang dari 300 m dari permukaan laut.Dalam pertumbuhannya,

tanaman kapas membutuhkan suhu yang tinggi. Untuk pertumbuhan kapas yang

optimal, kapas memerlukan suhu antara 30° sampai dengan 34° C

(Usman,1991).Untuk keadaan tanah yang cocok digunakan budidaya kapas

dianjurkan pada tanah tanah lempung, tanah-tanah lempung berpasir, dan

tanahlempung liat.Struktur tanah yang baik untuk tanaman kapas adalah

remahsampai liat, serta mengandung humus (Usman,1991).

2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Kapas

Tanaman kapas dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan umur,

yaitu kapas dalam (umur sekitar 170-180 hari), kapas tengahan/medium (umur sekitar

140-150 hari), dan kapas genjah (<130 hari).Kapas yang ditanam di Indonesia

umumnya termasuk kapas berumur medium/tengahan.Pertumbuhantanaman setiap

kelompok berbeda, sebagai gambaran pertumbuhan tanaman kapas berumur dalam,

mulaibenih sampai panen (Hadad dan Sitepu, 1973).

Tabel Fase Pertumbuhan Tanaman Kapas(Hadad dan Sitepu, 1973)

Untuk kapas berumur tengahan kapas dipanen antara 140-150 hari, sedangkan kapas

berumur genjah sekitar 130 hari.Umur panen kapas dipengaruhi pula pembahan iklim,

makin kering panenan makin cepat.Dari pengamatan di lapang, kapas tengahan dalam

keadaan udara yang sangat kering bisa lebih cepat (130 - 140 hari selesai dipanen)

(Rusim-Mardjono et al., 2000).

2.4 Teknik Budidaya Tanaman Kapas

Penyiapan lahan dilakukan sebelum dengan pengolahan yang baik menggunakan

bajak dengan kedalaman 20 sampai dengan 30 cm dengan frekuensi 1 sampai dengan

2 kali. Tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman terdahulu.Tanah untuk tanaman kapas

sebaiknya bekas tanaman padi/palawija sehingga ada pergiliran tanaman untuk

menghindari berjangkitnya hama-hama dan penyakit kapas (Usman, 1991). Untuk

proses selanjutnya dilakukan pemilihan benih. Menurut Usman (1991), seleksi bibit

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dalam bercocok tanam kapas. Hal ini

berhubungan dengan pertumbuhan serta kualitas yang dihasilkan. Ciri-ciri bibit yang

baik adalah :Berasal dari varietas unggul, Buah yang kering dan tua serta mempunyai

daya kecambah lebih 80%, serta bebas dari hama dan penyakit. Sebelum

ditanamsebaiknya diaduk dengan pestisida atau fungisida untuk menghindari

kontaminasi jamur dan bakteri.

Proses penanaman yang perlu diperhatikan adalah waktu tanam, jarak tanam serta

cara penanamannya.

Waktu tanam yang tepat dapat ditentukan 5 bulan sebelum musim kemarau,

sehingga kapas dapat tumbuh baik dan mendapat air yang cukup.Kapas memerlukan

banyak air selama 3 sampai dengan 4 bulan sejak dari penanaman.Untuk mendapatkan

pertumbuhan kecambah yang baik,pada saat benih akan ditanam tanah harus cukup

basah danlembab. Waktu penanaman hendaknya dilakukan serentak,sehingga dapat

mencegah penyebaran hama dan penyakit sertamemudahkan pemerantasan. Untuk

jarak tanamantara barisan 90 sampai dengan 120 cm, kapas dalam barisan berkisar

antara 20 atau 25 cm, dan jumlah tanaman yang ditanam tiap hektarnya sebaiknya

50.000 sampai dengan 60.000 tanaman. Hal ini dimaksudkan agarsetiap tanaman

memperoleh sinar matahari, peredaran udaradan ruang tumbuh yang cukup, sehingga

akan memperolehhasil yang baik (Usman, 1991).

Tabel1.Jarak tanam dan jumlah tanaman per hektar (Usman, 1991).

Sedangkan cara penanaman menurut Usman (1991), untuk melakukan

penanamankapas, benih ditanam dengan tugal, yaitu dengan menugal(melubangi

tanah dengan mempergunakan kayu atau bambu)dan dalamnya lebih kurang 5 cm,

sedang untuk tanahberlempung agar lubangnya dibuat lebih dangkal.Tiap lubangdiisi

dengan 4 sampai dengan 5 biji benih, sedangakan padatanah yang tidak subur atau

agak liat sehingga sulit ditembuskecambah sebaiknya diisi sebanyak 8 sampai dengan

10 biji yang diletakkan secara bergerombol, agar ketika mulaiberkecambah dapat

dengan mudah bersama-sama menembuslapisan tanah.Lubang yang telah diisi biji

benih, ditutup dengan tanah gembur, ataupupuk kandang yang masak.

Pemeliharaan tanaman menurut Usman (1991), menjelaskan bahwa tanaman kapas

memerlukan pemeliharaan yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti :

Penjarangan bertujuan untuk mengurangi tanaman yang tumbuh terlalu padat

dalam satu lubang, sehingga diberikesempatan kepada tanaman yang tinggal untuk

tumbuh suburdan menghasilakn sesuai dengan tingkat produksi yangdiharapkan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kegiatanpenjarangan antara

lain :Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2sampai dengan 3 minggu,

Tanaman yang tumbuh cacat dicabut, Tiap lubang sebaiknya dipelihara 1 atau 2

pohon, atautergantung keadaan tanah.

Penyulaman diperlukan apabila tanaman tumbuh kurang dari 80%, diganti dengan

tanaman kapas yang baru,sehingga jumlah pohon sesuai yang

diinginkan.Penyulamansebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih

dari 10 hari.Hal ini untuk menjaga agar pertumbuhan tanamanserempak dan mudah

dalam pemeliharaan. Bibit tanaman yangakan disulam dapat diambil dari lubang lain

yang jumlahnyaberlebihan, dengan mencabut secara hati-hati agar akartunggang tidak

putus.

Penyiangan dilakukan dengan membuang rumput-rumput sekitar tanaman

kapas agar pertumbuhannya tidakterhambat. Rumput-rumput yang tidak dicabut dapat

menjadisarang hama dan penyakit serta dapat mengurangi hasil maupun mutu kapas

sampai 50%. Penyiangan dilakukansebaiknya tiga kali, yaitu pada saat tanaman

berumur 2 sampaidengan 3 minggu (penyiangan pertama), berumur 5

minggu(penyiangan kedua) dan ketika berumur 7 minggu (penyiangan ketiga).

Bersamaan dengan penyiangan, perlu dilakukanpembubunan, yaitu menguruk atau

membumbun tanah disekitar pohon sedemikian rupa untuk memberi kesempatan pada

tanaman kapas tumbuh subur.Khusus untuk daerah datar, pembumbunan pertama

dilakukan mengikuti barisan, pembumbunan kedua menyilangbarisan.Sedang untuk

daerah miring, pembumbunan dilakukansesuai dengan tingkat kemiringan tanah.

Untuk cara pemupukan yang bertujuan menambah tingkat kesuburan tanah,

tanaman kapas dapat dipupuk dengan pupuk anorganik (buatan) yaitu Urea atau ZA,

pupuk P (TSP) dan K.Cara pemupukan untuk pupuk Urea atau ZA diberikan sebanyak

dua kali, yaitu pemupukan pertama pada saattanaman berumur lebih kurang 2 minggu

dan pemupukankedua setelah tanaman berumur 6 sampai dengan 8 minggu,dengan

dosis 100 kg Urea atau 200 kg ZA per hektar.Pupukkalium Sulfat diberikan dengan

dosis 50 kg/ha, bila tanahkekurangan belerang.Pupuk TSP diberikan dengan dosis

100kg/ha.Pupuk TSP dan kalium Sulfat diberikan bersama-samapada waktu tanam

atau dapat juga diberikan bersamaan denganpemberian pupuk Urea atau ZA yang

pertama.Pemupukan pertama dilakukan dengan menggali lubang sedalam 5 cm.

kemudian pupuk dimasukkan danditutup rapat dengan tanah. Lubang pupuk dapat

dibuat dengantugal atau alat lain. Pemupukan kedua dilakukan denganmembaut alur

yang berjarak 10 sampai dengan 15 cm daripohon dan perlakuannya sama dengan

pemupukan pertama (Usman, 1991).

Menurut Usman (1991), Pemangkasan tanaman kapas bertujuan untuk menjaga

pertumbuhan kapas tidak terlalu tinggi, untuk mempermudahmelakukan

penyemprotan dan pemanenan. Pemangkasandilakukan pada saat tanaman berumur

110 sampai dengan 120hari.Pemangkasan dilakukan dengan pisau atau

guntingmaupun dengan tangan pada bagian yang lunak.

Proses panen dan pengolahan hasil menurut Usman (1991), menjelaskan bahwa

kegiatan panen danpengolahan hasil tanaman kapas adalah sebagai berikut:

Panen yang dilakukan agar diperoleh mutu kapas yang baik, pada waktu panen perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :Kriteria pemetikan buah, Saat pemetikan buah,

dan Cara pemetikan.

Untuk kriteria pemetikan buah harus memperhatikan Buah yang siap dipanen

menunjukkan tanda – tanda kulit/kelopaknya berwarna coklat tua, daun

kelopaktambahan sudah kering dan rapuh serta buah telahmekar sempurna dan kering,

dan Buah yang belum siap/tidak boleh dipanen, dengan tanda-tanda buah masih muda

dan kelopaknyaberwarna hijau, buah rusak karena serangan hama danbuah rusak

karena hujan lebat.Saat pemetikan buah yang baik adalah pada saat cuaca cerah dan

panas dan tidak banyak angin.Buah jangan dibiarkan terlalu lama merekahkarena

mudah kotor oleh debu. Buah dipetik secara berurutanbergantung pada yang telah

masak misalnya 1 sampai dengan2 buah/pohon, dengan selang waktu 5 sampai

dengan 7 hari.Pemetikan pertama sampai terakhir diperlukan waktu lebihkurang 1½

bulan.

Cara pemetikan buah kapas juga dapat mempengaruhi kualitas kapas yang akan

dihasilkan. Beberapa cara pemetikankapas yang baik antara lain :Pemetikan diakukan

dengan kedua belah tangan, yaitutangan kiri memegang kelopak buah, dan tangan

kananmenarik kapas berbiji dari kelopaknya,Buah sebaiknya langsung dipisahkan

antara yang baikdengan yang buruk,Hasil petikan dapat dikumpulkan dalam

bakul/kantungterigu atau karung,Hasil petikan tidak boleh bercampur dengan daun-

daunatau kelopak buah,Kapas yang telah dipetik jangan bercampur dengankotoran

atau debu.

Pengolahan hasil dari tanaman kapas, terdiri dari duakegiatan yaitu :

Pengeringan kapas yang telah dipetik harus segera dijemur.Penjemuran dilakukan di

bawah sinar matahari, kalautidak ada sinar matahari agar dianginkan.Kapas

yangmasih lembab jangan ditumpuk.Pengeringan berlangsung 3 sampaidengan 5 hari,

sehingga kadar airnya mencapai 7sampai dengan 8%. Untuktempat penjemuran harus

bebas darikotoran dan debu.Setelah kapas kering dilakukan penyimpanan yang

biasanya disimpan dalam karung.Kapas kering jangan disimpan di

tempatlembab.Kapas harus disimpan ditempat yang bersih,sehingga kebersihan dan

mutunya tetap trejamin.Baru setelah empat minggu penyimpanan, kapas

dapatdipisahkan dari biji dan serat kapas (sebaiknyamenggunakan mesin).Mutu kapas

yang didasarkan pengolahan, tingkat kemasakanbuah, warna dan kandungan

kotorannya, dibagi menjadi :

Golongan A : kapas bersih, jernih, berserat halus, tidak tercampur dengan kapas rusak

serta berkadar air 8%, dan

Golongan B : warna kapas kuning kemerahan, masih ada kotoran daun/lainnya,

bercampur kapas rusak dan berkadar air 8%.

2.5 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas Kapas

Varietas Kanesia 15 berasal dari hasil persilangan antara ISA 205 A dengan ALA

73-2M.Kapas Kanesia-15 menghasilkan serat dengan mutu prima, antara lain

kandungan serat sekitar 44%, panjang 30 mm, kekuatan 32,16 g/tex, elastisitas serat

5,63; kehalusan serat 4,9 mic, serta keseragamannya mencapai 86,46%. Varietas

kapas ini menghasilkan 962 kg – 2,2 ton kapas berbiji/ha pada kondisi ketersediaan

air terbatas, dan 1,6 – 3,6 ton pada kondisi suplai air optimal.Keunggulan kapas

varietas Kanesia-15 memiliki produksi tinggi dan beradaptasi baik pada lahan dengan

ketersediaan air terbatas. Tahan terhadap hamaAmrasca biguttula. Varietas kapas

Kanesia 15 ini potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri perseratan.

Lokasi pengembangan potensial adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara

Barat, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. ( Balittas,

2012 )

Kapas Kanesia 10 mulai berbunga pada umur tanaman 55-60 hari, berat kapas

mencapai 556 g/ 100 buah. Kapas varietas ini menghasilkan mutu serat yang baik,

diantaranya adalah persen serat sebesar 44,8 - 47,15 %, panjang + 29 mm, kekuatan

27,13 g/tex, elastisitas 6,27 %, kehalusan serat 4,38 mic, dan memiliki tingkat

keseragaman serat 83,70 %. Potensi produksi kapas ini mencapai 3

ton/ha.Keunggulan kapas Kanesia 10 yakni dalam hal tingkat produktivitas dan

mempunyai indeks stabilitas ± 1, artinya bahwa varietas tersebut mampu beradaptasi

secara luas di berbagai areal pengembangan.Varietas kapas ini potensial

dikembangkan secara komersial oleh agroindustri perseratan. Lokasi pengembangan

potensial adalah Jatim, Jateng, NTB, Sulsel, DIY, Bali, dan NTT (Balittas, 2012)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapang Teknologi Produksi

Tanaman komoditas kapas adalah 30 September 2013 hingga 26 November 2013

yang bertempat di Lahan Praktikum Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya Desa

Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, KabupatenMalang.

3.2 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat :

1. Meteran, untuk megukur luas bedengan (2,5 x 0,5 meter)

2. Kayu, untuk mengikat tali raffia sebagai pembatas lahan.

3. Tali raffia, sebagai pembatas pada lahan.

4. Cangkul, untuk menggemburkan tanah pada lahan.

5. Gembor untuk menyirami tanaman, guna memenuhi kebutuhan airtanaman.

6. Tugal untuk membuat lubang tanam.

7. Cangkil untuk membersihkan rumput (penyiangan), pembumbunan, danmerapikan

lahan.

8. Penggaris untuk mengukur tinggi tanaman.

9. Label untuk menandai tanaman sample.

10. Ember untuk wadah pencampur pupuk.

11. Kamera untuk mendokumentasikan tanaman penagamatan.

12. Alat tulis untuk mencatat data-data penting saat pengamatan dilapang.

3.1.2 Bahan :

1. Biji kapas varietas Kanesia 15 sebagai bahan tanam.

2. Pupuk kandang dan Pupuk anorganik (Urea 240 gram, SP-36 320gram, dan KCl 70

gram) sebagai penambah nutrisi siap pakai bagitanaman.

3. Air sebagai sumber irigasi nutrisi bagi tanaman dan pelarut pupuk.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan Bedengan.

Menyiapkan meteran, tali raffia, dan kayu

Mengukur lebar bedengan (2,5 m x 0,5 m)

Tancapkan kayu pada sudut-sudut petak yang dibuat

Talikan tali raffia sebagai pembatas bedengan pada kayu di sudut-sudut petak

Lahan siap diolah.

3.3.2 Pengolahan Lahan

Menyiapkan cangkul, cetok, gembor, ember, dan pupuk kandang

Sirami tanah yang gersang menggunakan gembor berisi air agar mudah diolah

Mulai mengolah lahan dengan meninggikan bedengan (tinggi bedengan kapas 30 cm)

Setelah tanah gembur, taburi pupuk kandang diatasnya secara merata menggunakan

ember

Tanah siap digunakan.

3.3.3 Penanaman

Menyiapkan benih, tugal, furadan, dan pupuk (Urea, KCl, dan SP36)

Tugal pada tanah dengan jarak tanam 50 x 25 cm

Masukkan benih 5 biji per lubang tanam

Taburi furadan secukupnya di atas biji yang telah dimasukkan ke lubang

Tutup lubang tanam dengan tanah

Tugal pada kanan dan kiri lubang tanam

Berikan urea pada lubang sebelah kanan, dan campuran SP36 dengan KCl di sebelah

kiri

Tutup lubang pupuk dengan tanah

Bibit siap untuk tumbuh.

3.3.4 Perlakuan umum setelah tanam

Pemeliharaan

Siapkan ember, air, dan cetok

Lakukan penyiraman

padatanaman kapas

Bersihkan gulma yang

mulaitumbuh di sekitar

pertanamankapas

Penyulaman

Siapkan tugal, benih

kapas,ember yang berisi air

Tugal pada bagian

lubangtanaman yang tidak

tumbuh

Letakkan benih 3 biji per lubang

tanam

Penjarangan

Siapkan cetok atau kayu

Amati lubang tanam

yangtumbuh lebih dari dua

tanaman

Pilih tanaman yang terbaik

Pembumbunan

Menyiapkan cetok dan ember

yang berisi air

Lakukan penyiraman pada

tanaman kapas agar mudah untuk

digemburkan

Gemburkan tanah disekitar

perakaran tanaman kapas dan

lakukan pembumbunan

3.3.5 Pengamatan

v

Pengamatan pertumbuhan tanaman kapas (mulai minggu ke lima setelah tanam)

Siapkan penggaris, buku, danalat

tulis

Tentukan tanaman yang

akandijadikan sampel (12

tanamanpada 6 lubang tanam)

Ukur tinggi

tanamanmenggunakan penggaris

Hitung jumlah dau pada masing

– masingtanaman sampel

Hitung jumlah

keseluruhancabang (lateral +

terminal), mulaiminggu ke enam

HST

Hitung jumlah cabang

produktifdan tidak produktif,

mulaiminggu ke tujuh HST

Catat hasil pengamatan

3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman di ukur untuk mengetahui pertumbuhan yang terjadi pada

komoditas kapas dimana pertumbuhan kapas pada lahan berbeda – beda

karena unsur hara yang diserap juga berbeda. Tinggi tanaman diukur dari

pangkal batang sampai ujung tertinggi. Kegiatan pengukuran ini dilakukan

setiap minggu dengan menggunakan alat bantu penggaris.

3.4.2 Jumlah Daun

Jumlah daun di amati untuk mengetahui perkembangan tanaman kapas. Daun

yang diamati adalah daun yang sudah membuka sempurna dan pengamatan

daun di hitung tiap minggu.Semakin banyak daun pada tanaman semakin baik

kualitas tanaman.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1 Data Pengamatan Tinggi Tanaman

Tabel 1. Tinggi Tanaman kelas A

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas A)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 9 14 23.5 27 37 482 10 16 24.5 29 30 353 10 16 26.5 27.2 36 404 11 18 24 23 32 365 8 18 28 26.5 30 386 9 13 26 27.3 37 417 12 17 23 25.8 32 378 10 17 23.5 25.8 30 379 8 15 25.4 25.6 39 4210 10 15 26.5 27 33 35

Rata-rata 11 15.9 25.1 26.4 33.6 38.9Tabel 2. Tinggi Tanaman Kelas B

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas B)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 - 15 20 24 31 392 - 20 25 33 41 413 - 18 23 26 32 434 - 19 24 30 38 455 - 20 20 34 48 496 - 18 22 27 30 347 - 17 23 24 29 388 - 15 24 28 30 329 - 15 24 27 34 3710 - 17 26 33 37 44

Rata-rata - 17.4 23.1 28.6 35 40.2

Tabel 3. Tinggi Tanaman Kelas C

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas C)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 9 15.5 17 20 23 292 9 16.5 20.5 23 25 333 14 20 25 27 29 424 10.5 17.5 20 28 32 345 14 22.5 30.5 33 35 376 13 23 28 37 39 457 11 16.5 20 23 28 308 11 19 23 26 28 329 - 17 19 22 25 3410 - 10 11 12 13 14

Rata-rata 11.4375 17.75 21.4 25.1 27.7 33

Tabel 4. Tinggi Tanaman Kelas D

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas D)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 14 16 16 22 20 232 15 16 16 30 45 533 14 17 17 29 43 644 15 18 17 42 31 375 12 14 18.5 29 30 326 13 16 16 31 31 377 12 12 12 33 28 308 12 13 13 39 37 439 11 13 13 29 33 3410 12 14 15 44 43 54

Rata-rata 13 14.9 15.4 32.8 34.1 40.7

Tabel 5. Tinggi Tanaman Kelas E

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas E)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 13.5 19 27 32 44 532 13.5 17 30 37 45 553 11.5 16 23 34 44 524 10 18 25 37 37 535 10 13 28 29 40 496 11.5 16 25 30 41 427 13.5 17 24 33 50 508 15 18 28 31 40 479 9 15.5 19 28 31 3910 9.5 18 24 28 50 49

Rata-rata 11.7 16.8 25.3 31.9 42.2 48.9

Tabel 6. Tinggi Tanaman Kelas F

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas F)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 19 25 32 45 50 522 17 21 29 42 50 503 17 20 26 46 55 574 13 14 20 30 60 605 12 18 24 30 53 576 13 19 22 31 40 607 14 20 22 27 56 598 12 19 25 29 52 579 11 16 25 29 50 5410 15 22 27 28 40 46

Rata-rata 14.3 19.4 25.2 33.7 50.6 55.2

Tabel 7. Tinggi Tanaman Kelas G

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas G)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 8 16.5 25 30 32 402 15.5 21 32 36 39 393 12.5 20 29 31 40 474 16 20 34 38 44 485 15.5 22 31 40 48 566 12 21 32 38 51 597 10 18 30 37 47 568 23 30 46 51 61 759 12 21 34 45 57 6610 23 35 50 56 60 77

Rata-rata 14.8 22.5 34.3 40.2 47.9 56.3

Tabel 8. Tinggi Tanaman Kelas H

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas H)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 12 17 25 30 43 502 13 18.5 27.5 30 44 513 12 17 30 34 43 514 13 18 30 36 45 51.55 15 20 33.5 38.5 48 586 13 17 27.5 31 41 507 13 17 28.5 35.5 44 49.58 13 18 30 36.5 48 599 15 17 31 33 49 6010 13 18 30 41.5 42 64

Rata-rata 13.2 17.8 29.3 34.6 44.7 54.4

Tabel 9. Tinggi Tanaman Kelas I

Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas I)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 10 18 23.8 38.7 46.1 592 10 13 18 27.5 36.5 38.93 10.5 16 23.8 36.5 44.5 56.14 9 15 26.3 35.5 49.4 55.35 10.5 13 19.5 37.8 49 606 13.4 14 21.7 36.4 31.8 50.57 9.5 15 22 39.6 46.3 578 9.8 15 22.3 39 44.6 53.99 12 16 24.8 40.5 46.2 58.310 13 13 20.4 38 47 54

Rata-rata 10.8 14.8 22.3 37.0 44.1 54.3

Rata-rata Tinggi Tanaman Kanesia 10

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HSTKelas A 11 15.9 25.1 26.4 33.6 38.9Kelas C 11.4 17.75 21.4 25.1 27.7 33Kelas E 11.7 16.8 25.3 31.9 42.2 48.9Kelas G 14.8 22.5 34.3 40.2 47.9 56.3Kelas I 10.8 14.8 22.3 37 44.1 54.3Rata-rata 11.94 17.55 25.68 32.12 39.1 46.28

Rata-rata Tinggi Tanaman Kanesia 15

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST

Kelas B 0 17.4 23.1 28.6 35 40.2

Kelas D 13 14.9 15.4 32.8 34.1 40.7

Kelas F 14.3 19.4 25.2 33.7 50.6 55.2

Kelas H 13.2 17.8 29.3 34.6 44.7 54.4

Rata-rata 10.125 17.375 23.25 32.425 41.1 47.625

Grafik 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST0

10

20

30

40

50

60

Kanesia 15Kanesia 10

4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun

Tabel 1. Jumlah Daun Kelas A

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas A)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 8 12 18 35 52 592 6 10 14 21 39 403 7 8 10 27 37 334 7 9 12 24 29 335 7 9 12 26 35 356 7 11 14 24 40 307 9 14 24 27 29 588 7 10 14 20 31 539 8 10 15 24 30 4110 7 9 15 20 26 52

Rata-rata 7.3 10.2 14.8 24.8 34.8 43.4

X

Y

Pengamatan

Tabel 2. Jumlah Daun Kelas B

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas B)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 - 9 17 20 33 292 - 21 28 34 44 593 - 17 24 35 38 414 - 23 29 37 46 635 - 12 21 28 41 426 - 18 19 32 40 597 - 18 26 27 41 458 - 19 19 29 33 329 - 11 25 27 32 3610 - 15 24 38 46 56

Rata-rata - 16.3 23.2 30.7 39.4 46.2

Tabel 3. Jumlah Daun Kelas C

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas C)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 3 6 5 7 13 192 3 5 6 6 13 203 5 6 8 9 22 234 4 5 6 8 13 295 5 6 10 11 17 256 4 9 10 12 23 297 3 5 6 7 25 318 3 5 7 9 15 219 - 5 6 7 16 2010 - 4 5 5 6 7

Rata-rata 3.75 5.6 6.9 8.1 16.3 22.4

Tabel 4. Jumlah Daun Kelas D

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas D)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 11 10 10 18 20 232 8 9 15 38 45 533 11 13 14 22 43 644 10 11 13 26 31 375 10 12 14 29 30 326 6 8 16 25 31 377 8 7 10 21 28 308 7 9 10 30 37 439 8 8 17 32 33 3410 11 13 12 37 43 54

Rata-rata 9 10 13.1 27.8 34.1 40.7

Tabel 5. Jumlah Daun Kelas E

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas E)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 4 6 9 18 25 252 4 6 9 18 23 293 4 6 8 16 22 234 4 6 8 11 16 175 4 6 8 13 14 176 4 5 8 17 20 237 4 6 8 13 25 268 4 6 9 14 20 199 3 6 8 9 13 1510 4 6 7 13 18 26

Rata-rata 3.9 5.9 8.2 14.2 19.6 22

Tabel 6. Jumlah Daun Kelas F

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas F)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 11 14 30 31 38 402 11 14 32 34 34 353 8 12 23 25 37 394 8 12 17 20 32 355 8 11 17 24 28 366 9 13 21 22 41 497 7 9 15 18 36 428 9 12 24 28 32 379 8 12 19 23 25 3810 10 14 21 28 30 37

Rata-rata 8.9 12.3 21.9 25.3 33.3 38.8

Tabel 7. Jumlah Daun Kelas G

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas G)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 7 10 14 16 16 212 8 12 17 20 31 283 7 11 14 15 22 284 8 12 17 19 25 275 8 12 21 25 37 346 7 12 18 24 31 417 5 7 11 14 18 208 11 14 25 36 37 499 8 11 19 28 29 3910 11 21 38 45 44 48

Rata-rata 8 12.2 19.4 24.2 29 33.5

Tabel 8. Jumlah Daun Kelas H

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 15 (Kelas H)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 9 13 19 24 31 312 9 11 19 34 39 423 8 11 15 22 27 284 10 14 19 25 25 295 8 12 16 26 31 366 9 14 18 29 28 307 8 12 17 28 31 348 10 13 18 28 28 339 10 14 17 26 28 3510 8 13 20 25 30 32

Rata-rata 8.9 12.7 17.8 26.7 29.8 33

Tabel 9. Jumlah Daun Kelas I

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Senin Kanesia 10 (Kelas I)

TanamanSampel

Pengamatan

Pertama(21 HST)

Pengamatan Kedua(28 HST)

Pengamatan Ketiga(35 HST)

Pengamatan

Keempat(42 HST)

Pengamatan Kelima(49 HST)

Pengamatan

Keenam(56 HST)

1 8 12 17 23 30 312 9 10 16 17 20 293 8 12 12 22 26 314 6 11 16 34 52 465 7 10 17 23 30 416 9 11 15 19 36 337 8 12 19 28 33 408 8 12 14 22 27 339 8 14 24 26 34 3910 7 11 17 24 30 35

Rata-rata 7.8 11.5 16.7 23.8 31.8 35.8

Rata-rata Jumlah Daun Kanesia 10

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HSTKelas A 7.3 10.2 14.8 24.8 34.8 43.4Kelas C 3.75 5.6 6.9 8.1 16.3 22.4Kelas E 3.9 5.9 8.2 14.2 19.6 22Kelas G 8 12.2 19.4 24.2 29 33.5Kelas I 7.8 11.5 16.7 23.8 31.8 35.8Rata-rata 6.15 9.08 13.2 19.02 26.3 31.42

Rata-rata Jumlah Daun Kanesia 15

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HSTKelas B 0 16.3 23.2 30.7 39.4 46.2Kelas D 9 10 13.1 27.8 34.1 40.7Kelas F 8.9 12.3 21.9 25.3 33.3 38.8Kelas H 8.9 12.7 17.8 26.7 29.8 33Rata-rata 6.7 12.825 19 27.625 34.15 39.675

Grafik 2. Rata-rata Jumlah Daun

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Kanesia 15Kanesia 10

Pengamatan

X

Y

4.1.3 Data Pengamatan Umur Awal Berbunga

Data Hasil Pengamatan Umur Awal Berbunga (HST)Tanaman Sampel

Kelompok Senin / A / RetnoKanesia 10

Kelompok : Senin / F/ TomoKanesia 15

1 - 35 HST2 42 HST 35 HST3 - 35 HST4 - 42 HST5 42 HST 42 HST6 42 HST 42 HST7 35 HST 42 HST8 42 HST 42 HST9 35 HST 42 HST10 35 HST 49 HST

Rata – Rata 39 HST 41 HST

Grafik 3. Histogram Rata-Rata awal Berbunga

Perlakuan Varietas38

38.5

39

39.5

40

40.5

41

41.5

P1 = Varietas Kanesia 10P2 = Varietas Kanesia 15

4.2 Pembahasan4.2.1 Pembahasan Parameter Tinggi Tanaman

Dari grafik rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat perbedaan antara tinggi

tanaman kanesia 10 dan kanesia 15 yang tidak berbeda jauh antar perlakuan

dimana pada awal pertumbuhan kapas varietas kanesia 10 pertumbuhan lebih

tinggi daripada kapas varietas kanesia 15 dikarenakan pada salah satu kelompok

komoditas kapas kanesia 15 tidak dilakukan pengamatan sehingga data yang

diperoleh kurang yang menyebabkan rata-rata tinggi tanaman berbeda. Untuk

proses pertumbuhan selanjutnya antara perlakuan varietas kanesia 10 dan kanesia

15 hampir sama dan pada akhir pengamatan didapatkan hasil rata-rata tinggi

tanaman pada kapas varietas kanesia 15 memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari

pada kapas varietas kanesia 10. Hal ini mungkin disebabkan karena kapas varietas

kanesia 15 yang dapat lebih tahan terhadap kekeringan yang mampu beradaptasi

pada kondisi lahan kering sehingga pada kondisi lahan yang kurang air kapas dapat

tumbuh baik. Hal sesuai ditunjukan pada literatur Khan et al. (2008) menyatakan

bahwa varietas kapastahan kering antara lain ditunjukkan denganindeks kerusakan

sel yang rendah akibat suhuyang tinggi dan konduksi stomata yang

tinggi.Sumberdaya genetik yang berpotensi sebagaidonor gen ketahanan terhadap

kekeringan antaralain adalah MCU 9, Auburn 200, Reba, Reba BTK12 Thailand,

ISA 205 A dan ALA 73-2M, danaksesi tersebut telah digunakan dalam

perakitandua varietas tahan keterbatasan air yaitu Kanesia14 dan Kanesia 15

(Sumartini et al., 2008). Kanesia14 dan Kanesia 15 merupakan dua varietas

baruyang dihasilkan dari program pengembanganvarietas kapas tahan terhadap

keterbatasan air.Kapas kanesia 15 sudah teruji sebagai varietas unggul yang

memiliki produksi tinggi.Curah hujan juga berpengaruh pada pertumbuhan

tanaman maka dari itu curah hujan yang cukup dapat mendukung pertumbuhan

kapas.Selain pemanfaatan curah hujan perlu dilakukan perlu dilakukan pemberian

air irigasi apabila kondisi air dilahan tidak mampu mencukupi kebutuhan tanaman

yang digunaka sebagai bahan pelarut pupuk dan mensuplai nutrisi untuk tumbuh

tanaman.

Hal ini sesusai dengan Untuk tumbuh dengan baik, kapas memerlukan curah

hujan 500-1.600 mm selama 120 hari pertumbuhan dengancurah hujan bulanan

tidak melebihi 400 mm(Riajaya, 2002). Selain jumlah curah hujan secarakumulatif,

keberhasilan budidaya kapas jugaditentukan oleh tercukupinya kebutuhan airkapas

sesuai perkembangan tanaman. Dengandemikian, pada areal pengembangan

kapasdengan iklim erratik dimana curah hujanterkonsentrasi pada awal

pertumbuhan tanamanyang kebutuhan airnya relatif sedikit dankemudian terhenti

pada saat kebutuhan air kapastinggi, maka produktivitas kapas akan

sangatrendah.Pada daerah tadah hujan, pengembangan kapas tanpa tambahan

irigasitidak mampu menghasilkan kapas berbiji secaraoptimal, sehingga perluasan

areal pengembangan kapas tidak diimbangi dengan peningkatanproduksi

(Mardjono, 2005).Penyerapan nutrisi juga dapat mempengaruhi tinggi tanaman

apabila unsur hara atau nutrisi yang diserap tanaman dapat terserap baik

pertumbuhan tanaman menjadi baik, hal yang sama terdapat pada jurnal yang

menyatakan Pertumbuhan akar kapas akan berlangsung normal pada suhu30o-35oC,

dan suhu 32o-40o C akan mengganggudistribusi akar yang berakibat

perkembanganakar kurang dalam. Burke dan Upchurch (1995) menambahkan

bahwa gangguan suhu padasistem perakaran akan menurunkan

konduktivitashidrolik perakaran itu sendiri, menekanpenyerapan nutrisi yang

berakibat padagangguan pada regulasi sintesa dan distribusihormon.

4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah DaunPada grafik jumlah daun ditunjukan adanya perbedaan jumlah daun yang

berbeda jauh antara kanesia 10 dan kanesia 15 dimana jumlah daun pada varietas

kanesia 15 memiliki jumlah daun yang lebih banyak. Hal ini juga dipengaruhi dari

tinggi tanaman yang membedakan jumlah daun antar perlakuan yang dapat dilihat

tinggi kanesia 15 yang lebih tinggi mempunyai jumlah daun yang banyak. Jumlah

daun yang banyak mempengaruhi proses fotosintesis tanaman untuk proses

pembentukan zat makanan dan pembentukan bunga. Untuk memaksimalkan

pembentukan bunga yang merupakan bakal calon buah kapas,perbedaan jumlah

dan ukuran daun sangat berpengaruh.Daun dapat berkembang baik pada suhu yang

optimal karena semakin banyak daun maka semakin banyak CO2 yang dapat

ditangkap oleh daun yang menyebabkan hasil fotosintat yang di transfer untuk

pembentukan bunga dapat maksimal.

Dalam literatur dijeaskan Suhu optimal untuk perkembangan daun kapas

adalah 26oC (Reddy et al., 1997b).Suhuoptimum untuk perkembangan cabang

generatif,kuncup bunga, dan buah adalah 30oC.Suhulebih tinggi dari 30oC

menyebabkan cabanggeneratif lebih pendek. Sedangkan pada suhulebih dari 40oC,

inisiasi pembentukan kuncupbunga kapas akan terhenti secara total,sedangkan

cabang vegetatif akan semakin memanjang (Reddy et al., 1992a, c). Arevalo et al.

(2005) menjelaskan bahwa suhu udara yangtinggi dalam waktu lebih dari dua

minggumenurunkan kandungan klorofil dan enzim-enzim yang berpengaruh

terhadap efektivitasfotosintesis.CO2 di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan pada

reaksi fotosintesis.Perubahan iklim memicu peningkatan konsentrasi CO2 dalam

udara.Beberapa hasil penelitian telah menyimpulkanbahwa konsentrasi CO2 yang

tinggi dapat menyebabkan perubahan anatomis, misalnyastruktur anatomi daun

(Kriedemann et al., 1976),yang antara lain berpengaruh langsung terhadapukuran

daun dan pengaruh tak langsung padakecepatan fotosintesis (Kramer,

1981).Pengaruh positif kenaikan konsentrasi CO2udara adalah meningkatnya

pertumbuhanbiomasa di atas tanah, luas daun, dan produksikapas (Kimball et al.,

2002; Reddy et al., 2000; Paulet al., 2002). Hal ini berkaitan dengan

meningkatnyakecepatan fotosintesis, rasio C/N, danefisiensi penggunaan N dan air

(Masle, 2000; Lindan Wang, 2002; Wu et al., 2006; Chen et al., 2005).Peningkatan

efisiensi fotosintesis secara langsungakan meningkatkan produktivitas

yangdilakukan dengan meningkatkan Kapasitas tanaman untuk menangkap sinar

matahari.Kimbal (1986) melaporkan bahwa kenaikankonsentrasi CO2 dari 330

sampai 660 ul/lmeningkatkan produksi kapas sebesar 95%.

4.2.3 Pembahasan Parameter Umur Awal Berbunga

Pada histogram dapat dilihat pada varietas kanesia 10 menunjukan rata-rata

umur berbunga lebih awal dibandingkan dengan varietas kanesia 15 hal ini

mungkin disebabkan karena masa vegetatif pada kanesia 15 lebih panjang.

Penggunaan pupuk mempengaruhi fase awal pembentukan bunga, penggunaan

pupuk N yang berlebihan akan menyebabkan fase vegetatif tanaman menjadi

panjang jadi perlu diaplikasikan ke lahan pupuk KCl yang mengandung unsur hara

K dan SP-36 yang mengandung unsur P untuk mendukung proses pembungaan.

Pada aplikasi di lahan pemupukan kedua hanya diberikan pupuk Urea yang

mengandung unsur hara N. Hal ini mungkin yang mengakibatkan pembentukan

bunga lebih lamban pada kanesia 15 dan karakteristik kapas varietas kanesia 15

yang lebih lama pembungaannya. Pada literature juga dijelaskan hal yang

samayaitu strategi pemupukan terutama Nitrogen harus ditundaatau diatur, karena

curah hujan yang tinggi padaawal pertumbuhan tanaman akan

memacupertumbuhan vegetatif. Penyesuaian aplikasipemupukan N dilakukan

dengan meningkatkan frekuensi pemupukan dari yang biasanya duakali bisa

menjadi tiga kali agar pertumbuhan vegetatif terkendali.Pemupukan berimbang

(Fosfat dan Kalium) sangat disarankan denganpemberian tetap di awal. Tetapi pada

kapas varietas kanesia 15 menunjukan semua tanaman dapat berbunga secara

merata dibandingkan kapas varietas kanesia 10, karena pada lahan kapas kanesia

10 terdapat penyakit yang menyebabkan daun keriting sehingga tidak bisa

membuka dengan normal untuk proses fotosintesis yang akan digunakan untuk

proses pembentukan bunga.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa dengan

penggunaan kapas varietas kanesia 15 dapat mendukung produksi tanaman kapas hal

tersebut dapat dilihat pada hasil yang ditunjukan yaitu rata-rata tinggi tanaman yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kapas varietas kanesia 10. Kapas kanesia 15 juga

memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan kapas kanesia 10 dimana jumlah

dan ukuran daun yang baik dapat mempengaruhi produksi kapas karena daun mampu

lebih banyak menangkap CO2 sebagai bahan fotosintesis untuk pembentukan buah

kapas.

Hal ini didukung dari literatur bahwa konsentrasi CO2 yang tinggi dapat

menyebabkan perubahan anatomis, misalnyastruktur anatomi daun (Kriedemann et al.,

1976),yang antara lain berpengaruh langsung terhadapukuran daun dan pengaruh tak

langsung padakecepatan fotosintesis (Kramer, 1981).Kimbal (1986) melaporkan bahwa

kenaikankonsentrasi CO2 dari 330 sampai 660 ul/lmeningkatkan produksi kapas sebesar

95%. Kapas kanesia 10 lebih cepat berbunga dibandingkan dengan kanesia 15 dan

pemberian pupuk N dapat menyebabkan fase vegetatif lebih lama sehingga proses

pembentukan bunga berjalan lamban.

5.2 Saran

5.2.1 Asisten Kelas

Sudah cukup baik untuk melatih kedisiplinan praktikan tetapi dalam melakukan

penjelasan di dalam kelas sebaiknya lebih jelas lagi agar semua dapat

mengerti.Dan untuk bimbingannya selama ini kami ucapkan terima kasih.

5.2.2 Asisten Lapang

Harus lebih tanggap dalam praktikum jika ada praktikan yang melakukan

kesalahan sebaiknya diingatkan atau praktikan belum mengerti sebaiknya

dijelaskan lebih lanjut lagi agar tidak ada kesalahpahaman.Dan untuk

bimbingannya selama ini kami ucapkan terima kasih.

5.2.3 Kegiatan Praktikum

Semoga untuk praktikum selanjutnya lebih baik lagi, ditambah fasilitas yang

baik dan alat-alat yang digunakan dalam praktikum dilengkapi untuk

mendukung kegiatan praktikum sehingga dapat bermanfaat untuk semua.

DAFTAR PUSTAKA

Arevalo, L.M., A.R. Fayetteville, D.M. Oosterhuis, R.S. Brown, and D.L. Coker.2005.

Physiological Response of Cotton to High Night Temperatures. Beltwide Cotton

Conferences, New Orleans, Louisiana – January 4 - 7, 2005.

Balittas.1993. Koleksi, Konservasi, Evaluasi, dan Utilisasi Plasma Nutfah Kapas. Laporan

Hasil Penelitian ARMP 1992/1993. Balittas, Malang. p.39.

Burke, J.J. and D.R. Upchurch.1995. Cotton Rooting Patterns in Relation to Soil

Temperatures and the Thermal Kinetic Window. Agronomy Journal, 87: 1210–1216.

Chen, F.J., G. Wu, F. Ge, M.N. Parajulee, and R.B. Shrestha. 2005. Effects of Elevated CO2

and Transgenic Bt Cotton on Plant Chemistry, Performance, and Feeding of an Insect

Herbivore, The Cotton Bollworm. Entomology Experimentale Application, 115: 341–

350.

Dahlan, Dahliana. 2011. Buku Ajar : Mata Kuliah Budidaya Tanaman Industri. Makasar :

Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Darjanto dan Siti-Satifah.1982.Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan.PT

Gramedia Jakarta.143 hal.

Ditjenbun.1977. Varietas dan Sifat-Sifat serta Kwalitas Kapas di Indonesia.Ditjenbun,

Deptan. 1977. 38 hal.

Ditjenbun. 1978. Pedoman Bercocok Tanam Kapas.Direktorat Jenderal Perkebunan,

Deptan.p. 106.

Hadad, E.A clan D. Sitepu.1973. Kemungkinan pertanaman kapas di Propinsi Sumatera

Selatan.Pemberitaan LPTI No. 15-16 Sept-Des. 1973: 48-64.

Kimball, B.A. 1986. Influence of Elevated CO2 on Crop Yield.In H.Z. Enoch and B.A.

Kimball (Eds.) Carbon Dioxide Enrichment of Greenhouse Crop.Physiology, Yield, and

Economics. CRC Press, Boca Raton, Fl. 2 : 105– 115.

Kramer, P.J. 1981.Carbon Dioxide Concentration, Photosynthesis, and Dry Matter

Production. Bioscience, 31: 29-33

Kriedemann, P.E., R.J. Sward, and W.J.S. Downton. 1976. Vine Response to Carbon Dioxide

Enrichment during Heat Stress.Australian Journal of Plant Physiology, 3: 605-618

Mardjono, R. 2005. Kapas Genjah Tahan Amrasca biguttula untuk Mendukung

Pengembangan Kapas di Wilayah Kering. Makalah Orasi Profesor Riset.Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Deptan. Bogor. p.51.

Mauney, lR.1984. Anatomy and Morfology of Cultivated Cottons.ARS-USDA Phoenix.

Arizona. "Cotton" Number 24 in series Agronomy.American Society ofAgronomy.

Publisher Madison, Wisconsin USA: 59-79.

Paul, D., H. Graham, C. Debra, A.V. David, M. Christina, P.J. David, A.H. Bruce,

C.R.Hinkle, and G.D. Bert. 2002. Elevated Atmospheric Stimulates Aboveground

Biomass in a Fire-Regenerated Scrub-Oak Ecosystem. Global Change Biology, 8:90–

103.

Reddy, K.R., H.F. Hodges, and B.A. Kimball.2000. Crop Ecosystem Responses to Global

Change: Cotton. p. 161–187. In K.R. Reddy and H.F. Hodges (Eds.) Climate Change

and Global Crop Productivity. CABI Publ., New York.

Reddy, K.R., H.F. Hodges, and J.M. McKinion.1992b. A Comparison of Scenarios for the

Effect of Global Climate Change on Cotton Growth and Yield. Australian Journal on

Plant Physiology, 24 : 707–713.

Reddy, V.R., Reddy, K.R., and Baker, D.N. 1992a.Temperature Effects on Growth and

Development of Cotton During the Fruiting Period. Agronomy Journal, 83 :211–217.

Riajaya, P.R. 2002. Kajian Iklim pada Tanaman Kapas.Monograf Balittas No. 7. p. 88-87.

Rusim-Mardjono, M Sahid, H. Sudarmo, Suprijono, dan Sudamadji.2000. Uji multilokasi

galur-galur kapas berumur genjah. Laporan Penelitian MTT 199912000. Balittas

Malang.

Usman, Nazaruddin. 1991. Pedoman Praktis Budidaya Tanaman Perkebunan. PdMahkota:

Jakarta.

Wu, G., F.J. Chen, and F. Ge. 2006. Response of Multiple Generations of Cotton Bollworm

Helicoverpa armigera Hubner, Feeding on Spring Wheat, to Elevated Cotton. Journal

of Applied Entomology, 130:2–9.

Khan, A.I., I.A. Khan, and H.A. Sadaqat. 2008. Heat Tolerance is Variable in Cotton

(Gossypium hirsutum L.) and Can Be Exploited for Breeding of Better Yielding

Cultivars Under High Temperature Regimes. Pakistan Journal of Botany, 40(5): 2053-

2058.

Sumartini, S., Abdurrachman, and E. Sulistyowati.2008. Galur-Galur Harapan Kapas di

Lahan Tadah Hujan. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 14(3): 87-94.

LAMPIRAN

1. Dokumentasi kapas kanesia 15

(7 HST 7-10-2013) (28 HST 28-10-2013) (35 HST 04-11-2013)

(42 HST 11-11-2013) (49 HST 18-11-2013) (56 HST 25-11-2013)

3. Perhitungan Pupuk

Rekomendasi pupuk

a. Pupuk UREA : 400 kg/Ha

b. Pupuk SP 36 : 500 kg/Ha

c. Pupuk KCL : 500 kg/Ha

Kebutuhan pupuk per tanaman

a. UREA : 0,75 g/tanaman

b. SP36 : 0,75 g/tanaman

c. KCl : 0,75 g/tanaman

Jarak Tanam = 50 cm x 25 cm

= 0,5 m x 0,25 m

= 0,125 m2

Luas Lahan = p x l

= 50 x 0,5

=2,5 m2

Populasi Tanman = Luas Lahan

Jarak Tanam

= 2,5

0,25

= 20 tanaman

Kebutuhan Pupuk Per Petak

UREA = 400 kg x 2,5 m2

10.000 m2

= 0,1 kg/m2

SP36 = 500 kg x 2,5 m2

10.000 m2

=0,125 kg/m2

KCl = 500 kg x 2,5 m2

10.000 m2

= 0,125 kg/m2

Pupuk Per Tanaman

Kebutuhan pupuk per petak

Jumlah tanaman

UREA =10020

=50 gr /tanaman

SP 36 =12520

=6,25 gr / tanaman

KCl =12520

=6,25 gr / tanaman

4. Deskripsi Varietas Kanesia 10

Asal : Hasil persilangan antara LRA 5166 x SRT 1 yang diikuti dengan seleksi individu

dan seleksi galur; Spisies : Gossypium hirsutum L; Umur tanaman mulai berbunga : 55 – 60

hari; Tinggi tanaman : 110,17 cm; Bentuk tanaman : Tegak; Warna batang : Hijau

kemerahan; Bulu pada daun : 296,7/cm2 (jarang dan pendek); Bulu pada batang : Jarang;

Tipe percabangan : Kompak; Bentuk daun : Normal; Warna petal : Krem; Warna tepungsari :

Kuning; Rata-rata berat 100 buah : 556 g; Tipe buah waktu merekah : Normal; Warna biji

delinted : Coklat; Berat 100 biji delinted : 8,14 g; Persen serat : 44,8 – 47,125 %; Panjang

serat : 28,96 mm; Kekuatan serat : 27,13 g/texElastisitas ; serat : 6,27 %; Kehalusan serat :

4,38 mic; Keseragaman serat : 83,70 %; Produktivitas- dengan pestisida : 2.457,2 kg kapas

berbiji - tanpa pestisida : 1,757,2 kg kapas berbiji; Ketahanan terhadap : - H. Armigera :

Agak tahan, - P. Gossypiella : Agak tahan Catatan : Perlu penggunaan insektisiada benih

untuk pengendalian A. bigutulla.

Deskripsi Varietas Kanesia 15

Asal : Hasil persilangan antara ISA 205 A dengan ALA 73-2M.Tanaman: Tinggi 106-

138 cm, Bentuk segitiga; Percabangan: tipe menyebar, jumlah cabang vegelatif 2,09, jumlah

cabang generatif 12,97; Batang: warna hajau kemerahan, kerapatan bulu: lebat; Daun:

kerapatan rambut pada bagian bawah helai daun: 369,2/cm2 (sangat banyak), bentuk normal,

warna hijau, kandungan nektar: ada; Bunga: umur mulai kuncup 45 hari, umur bunga mulai

mekar 58-60 hari, warna petal krem, warna tepungsari krem, bercak pada dasar mahkota

bunga: tidak ada, bentuk kelopak bunga nomal, posisi kepala putik terhadap tepung sari: di

atas; Buah: Bentuk bulat, ketajaman bentuk ujung buah: tumpul, tipe buah merekah: nomal,

jumlah buah per pohon: 16,37, rata-rala berat 100 buah: 491 g: Biji: wama biji delinted:

coklat, berat 100 biji delinted: 8,14 g; Serat wama putih, persentase: 44,16, panjang:29,97

mm, kekuatan:32,16 g/tex, elaslisitas: 5,63%, kehalusan:4,9 mic, keseragaman: 84,46%;

Sifat-sifat Khusus: produktivitas rata-rata (kondisi keterbatasan air): 962-2237 kg kapas

berbii/ha, produktivitas rata-rata (dengan pengairan): 1617-3617 kg kapas berbiji/ha

ketahanan terhadap kekeringan: sedang, tahan A.bigutula.