24
I. PENDAHULUAN Dasar titrasi asam-basa adalah reaksinnetralisasi, yaitu reaksi antara ion H + (H 3 O) + dari asam dengan ion OH - dari basa yang akan membentuk air. Sebagai contoh reaksi antara NaOH dengan HCl: Asam: HCl H + + Cl H + + H 2 O H 3 O + --------------------------------------------------- HCl + H 2 O H 3 O + + Cl - Basa: NaOH Na + + OH - Asam + Basa: HCl + H 2 O H 3 O + + Cl NaOH Na + + OH - H 3 O + + OH - H 2 O --------------------------------------------------- HCl + NaOH Na + + Cl - + H 2 O Asidimetri adalah titrasi larutan basa dengan larutan baku asam. Alkalimetri adalah titrasi larutan asam dengan larutan baku basa. Indikator asam basa

Laporan Praltikum Kimia Analitik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praltikum Kimia Analitik

Citation preview

Page 1: Laporan Praltikum Kimia Analitik

I. PENDAHULUAN

Dasar titrasi asam-basa adalah reaksinnetralisasi, yaitu reaksi antara ion H+ (H3O)+

dari asam dengan ion OH- dari basa yang akan membentuk air. Sebagai contoh reaksi

antara NaOH dengan HCl:

Asam: HCl → H+ + Cl

H+ + H2O → H3O+

---------------------------------------------------

HCl + H2O → H3O+ + Cl-

Basa: NaOH → Na+ + OH-

Asam + Basa: HCl + H2O → H3O+ + Cl

NaOH → Na+ + OH-

H3O+ + OH- → H2O

---------------------------------------------------

HCl + NaOH → Na+ + Cl- + H2O

Asidimetri adalah titrasi larutan basa dengan larutan baku asam. Alkalimetri

adalah titrasi larutan asam dengan larutan baku basa.

Indikator asam basa

Indikator asam-basa pada umumnya adalah senyawa organic yang bersifat asam

atau basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut:

HIn H+ + In-

(bentuk asam) (bentuk basa)

Page 2: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Bila hanya salah satu bentuk-bentuk itu yang berwarna tertentu disebut indicator

satu warna, misalnya timoolftalein (tak berwarna-biru), fenolftalein (tak berwarna-

merah), bila kedua bentuk itu mempunyai warna yang berbeda disebut indicator dua

warna, misalnya metal orange (merah-orange), metal merah (merah-kuning) dan banyak

lainnya. Pada titrasi asam basa indicator yang dipilih harus dapat berubah warna tepat

pada saat titik ekivalen tercapai.

Bobot ekivalen

Bobot ekivalen untuk reaksi netralisasi didefinisikan sebagai berikut: satu

ekivalen asam/basa adalah banyaknya asam/basa yang dapat melepaskan satu mol H+

atau OH-.

Misalnya:

1. HCL → H+ + Cl-

1 ek. HCl = 1 mol

2. H2SO4 → 2H+ + 2SO42-

1 ek. H2SO4 = ½ mol

3. NaOH → Na+ + OH-

1 ek. NaOH = 1 mol

II. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip reaksi netralisasi

2. Mahasiswa mampu melakukan analisis indicator secara titrasi asidi alkalimetri

III. TINJAUAN PUSTAKA

Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi hidrogen yang berasal

dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang

bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton

( asam ) dengan penerima proton ( basa ).

H+ +  OH- →  H2O

Page 3: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-

senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan asam, sebaliknya alakalimetri

adalah penetapan kadar-kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan

menggunakan larutan basa. Untuk menetapkan titik akhir proses netralisasi ini digunakan

indikator. Menurut W.Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam

bentuk asam atau basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna

yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu kebentuk yang lainnya

pada konsentrasi H+ tertentu dan pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat

diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting ialah

perubahan pH pada saat dan disekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat

dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.Larutan asam bila

direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat

basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat

berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat

netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut

dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus

ekuivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi. Titik

ekuivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat bereaksi habis dengan jumlah

mol basa. Untuk menentukan titik ekuivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan

indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan

dalam menentukan titik ekuivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil

reaksi.

Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam

atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-

basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu

dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi

menyangkut titrasi asam-basa maka disebut titrasi asidi-alkalimetri.Asidi dan alkalimetri

ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam

lemah ( basa bebas ) dengan suatu asam standar ( asidimetri ), dan titrasi asam yang

terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah ( asam bebas ) dengan suatu

Page 4: Laporan Praltikum Kimia Analitik

basa standar ( alkalimetri ). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk

membentuk air merupakan akibat reaksi – reaksi tersebut.

Prinsip Dasar Titrasi

Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam-basa.

Reaksi ini menghasilkan larutan yang pHnya lebih netral. Secara umum metode titrimetri

didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut

aA + tT → Produk

dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T, untuk

menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan

( larutan standar ) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat ekuivalen mol titran sama

dengan mol analitnya begitu pula mol ekuivalennya juga berlaku sama, dengan demikian

secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua. Asam lemah dan basa

lemah ini umunya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang

mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang

ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga

indikator tidak mempengaruhi pH larutan, dengan demikian jumlah titran yang

diperlukan untuk terjadi perubahan warna seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga

tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL)

indikator ( 0,1 % dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran

dengan konsentrasi 0,1 M.

Indikator asam-basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak

terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolpthalein

(pp) seperti diatas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan

berwarna dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi (dalam larutan

basa).

Page 5: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda-beda dan akibatnya

mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Fenolphtalein tergolong asam

yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak

berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan

memberikan warna terang karena anionya.

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic dimana didalam suatu

larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna

kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan

mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari

ion-ionnya.

Mengingat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi didasarkan pada

jumlah zat pereaksi yang tepat saling menghabiskan dengan zat tersebut. Sehingga

berlaku : jumlah ekivalen analat = jumlah ekivalen pereaksi atau ( V x N ) analat = ( V x

N ) pereaksi. Maka jumlah pereaksi harus diketahui dengan teliti sekali, sebagai berat

gram ataupun sebagai larutan dengan konsentrasi dan volume. Larutan yang diketahui

dengan tepat konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi diusebut larutan standar/larutan

baku, seperti dijelaskan diatas.

Telah dikemukakan, bahwa larutan NaOH dipakai untuk titrasi asam, tetapi

NaOH tidak dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni. Oleh karena itu, konsentrasi

tepatnya tidak dapat dihitung dari beratnya NaOH yang ditimbang dan volume larutan

yang dibuat walaupun kedua-duanya dilakukan secara cermat. Larutan NaOH ini harus

distandarisasi atau dibakukan terlebih dahulu yakni ditentukan konsentrasinya yang

setepatnya atau sebenarnya. Cara ini mudah untuk standarisasi atau pembakuan ialah

dengan cara titrasi, misalnya larutan NaOH itu dipakai sebagai titran untuk menitrasi

suatu larutan standar.

IV. METODELOGI

4.1 Bahan-bahan

Larutan baku Asam Oksalat

Page 6: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Larutan NaOH

Indikator Fenolftalein

Cuka jenis Diksi

Akuades

Kertas putih

Tissue

4.2 Alat-alat

Buret/Biuret

Pipet Volume

Gelas Beker

Enlemeyer

Corong

Bola hisap

4.3 Cara Kerja

a. Pembakuan larutan NaOH

1. Pipet 10 ml larutan baku asam oksalat dengan pipet volume yang

kering dan bersih, kemudian dimasukkan larutan ke dalam indicator

2. Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein

3. Titrasi larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak

berwarna menjadi merah muda

4. Dicatat volume NaOH yang digunakan

5. Ulangi pekerjaan sekali lagi

6. Dihitung normalitas rata-rata NaOH sampai empat angka di belakang

koma.

b. Menentukan kadar sampel

1. Pipet 10 ml larutan cuka jenis diksi dengan pipet volume yang kering

dan bersih, kemudian dimasukkan larutan ke dalam Enlemeyer

2. Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein

3. Titrasi larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak

berwarna menjadi merah muda

4. Dicatat volume NaOH yang digunakan

Page 7: Laporan Praltikum Kimia Analitik

5. Ulangi pekerjaan sekali lagi

6. Dihitung kadar rata-rata sampel sampai dua angka di belakang koma

dalam satuan gram/100 ml (% b/v)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

1. Data penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Percobaan Volume H2C2O4.2H2O Volume NaOH

I 10 mL 10,3 mL

II 10 mL 10,1 mL

2. Data penentuan kadar sampel (asam asetat)

Percobaan Volume CH3COOH Volume NaOH

I 10 mL 17 mL

II 10 mL 17,1 mL

5.2 Pembahasan

a. Menentukan Normalitas

Normalitas Percobaan I :

V1 N1 = V2 N2

10ml x 0,1 N = 10,3ml x N2

N2 = 1

10,3

N2 = 0,097N

Normalitas Percobaan II :

Page 8: Laporan Praltikum Kimia Analitik

V1 N1 = V2 N2

10ml x 0,1 N = 10,1ml x N2

N2 = 1

10,1

N2 = 0,099N

Rata-rata Normalitas Percobaan I & II :

N rata−rata=0,097 N+0,99 N2

N rata−rata=0,098 N

b. Menentukan Kadar Sampel

Percobaan I :

%Sampel=FP ×1

ValensiCuka×

Volume NaOHVolumeCuka

×N NaOH × BM Cuka

1000× 100 %

%Sampel=25 ×11

×17 ml10 ml

×0,098 N ×60

1000×100 %

%Sampel = 25 × 1,7 × 0,00588 × 100%

%Sampel = 0,2499 × 100%

%Sampel = 24,99 %

Percobaan II :

%Sampel=FP ×1

ValensiCuka×

Volume NaOHVolumeCuka

×N NaOH × BM Cuka

1000× 100 %

%Sampel=25 ×11

×17,1 ml10 ml

×0,098 N × 60

1000× 100 %

%Sampel = 25 × 1,71 × 0,00588 × 100%

%Sampel = 0,25137 × 100%

Page 9: Laporan Praltikum Kimia Analitik

%Sampel = 25,137 %

Rata-rata %Sampel:

% Sampel rata−rata=24,99 %+25,137 %2

% Sampel rata−rata=25,06 %

Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Reaksi dasar dalam

titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa,

yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut :

H+ + OH-  →  H2O

Pada praktikum kali ini, praktikan membuat larutan standar dan

menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Titik akhir titrasi ialah

titik dimana setelah penambahan setetes demi setetes larutan ke larutan lain, tepat

berubah warna ketika diaduk/digoyang-goyangkan.

NaOH merupakan larutan baku sekunder sehingga peru distandarisasi

dengan asam oksalat dihidrat yang merupakan larutan baku primer. Ini

dikarenakan NaOH bersifat higroskopis dan tidak stabil. Syarat senyawa dapat

dijadikan standar primer : kemurnian 100%, bersifat stabil pada suhu kamar dan

suhu pemanasan karena biasanya standar primer dipanaskan dahuu sebelum

ditimbang, tersedia di mana-mana, memiliki berat molekul (Mr) yang tinggi, hal

ini untuk menghindari kesalahan relative pada saat menimbang.

Perlu diperhatikan, saat meneteskan PP, larutan yang telah diteteskan

harus segera dititrasikan, karena jika terlalu lama didiamkan, maka larutan itu

akan terkontaminasi dengan udara, warna yang semula oink ketika dteteskan PP

akan menjadi pudar. Asam oksalat dihidrat dan asam asetat dalam cuka

perdagangan perlu diencerkan dahulu agar titrannya tidak terlalu banyak dan tidak

terlalu pekat.

Reaksi dalam pembuatan larutan standar :

H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq)          Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)

Reaksi dalam penentuan kadar asam cuka :

Page 10: Laporan Praltikum Kimia Analitik

CH3COOH (aq) + NaOH(aq)          NaCH3COOH (aq) + H2O(l)

Percobaan 1 merupakan asidimetri, menggunakan larutan baku asam

untuk menentukan jumlah basa yang ada. Percobaan 2 merupakan alkalimetri,

menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada.

Bila kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang

diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum

diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam

dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri.

Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah

kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka

beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk

larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan

yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan

standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan standar

sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui

secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7.

            Syarat-syarat larutan standar primer adalah :

1. Sangat murni atau mudah dimurnikan

2. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang

3. Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen tinggi untuk mengurangi

kesalahan penimbangan

4. Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi

5. Mempunyai rumus molekul yang pasti

Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan

dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl.

Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter

diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir

titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan

agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran

Page 11: Laporan Praltikum Kimia Analitik

dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang

lain.

Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan

yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi

antara dua larutan tertentu. Dalam asidi-alkalimetri indikator yang digunakan

adalah indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah. Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam

atau basa yang bersangkutan. Beberapa penunjuk yang biasa digunakan untuk

titrasi asam-basa:

PenunjukWarna Larutan

Trayek pHAsam Basa

Sindur Metil      ( SM ) Merah Sindur 3,1 - 4,4

Merah Metil    ( MM ) Merah Kuning 4,2 - 6,2

Lakmus             ( L ) Merah Biru 5,0 - 8,0

Merah netral     ( MN ) Merah Kuning 6,8 - 8,0

Phenolphthalein  ( PP ) Tak berwarna Merah lembayung 8,2 - 10,0

Thymolphthalein ( TP ) Tak berwarna Biru 9,3 - 10,5

Pada percobaan titrasi antara NaOH dan CH3COOH yaitu titrasi asam

lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator

PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika

indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti

jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP

sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat.

Pada peniteran asidimetri pada percobaan yang dilakukan adalah

penetapan kenormalan NaOH dengan menggunakan asam oksalat sebagai larutan

standar primer yang berfungsi sebagai titran. Indikator yang digunakan adalah

indikator PP. Indikator PP ditambahkan 2 tetes pada larutan NaOH 10 ml,

menyebabkab warna larutan NaOH berwarna merah lembayung. Perubahan warna

menjadi merah lembayung dikarenakan indikator bereaksi dengan basa (NaOH).

Page 12: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Setelah ditambah indikator, lalu titrat dititrasi dengan titran hingga mencapai titik

akhir ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi tidak berwarna. Hal ini

dikarenakan penambahan [H+] sehingga [OH-] berkurang dan keseimbangan

bergeser ke kiri, perubahan ini menjadi HIn hingga titik akhir warna tidak terlihat.

Pengerjaan titrasi dilakukan secara duplo untuk lebih meyakinkan bahwa titik

akhir sudah tercapai dan hasil dari dua kali titrasi hendaknya jangan berbeda lebih

dari 0,05 ml. Setelah didapat titik akhir pada volume asam oksalat 10 ml dan 10

ml, maka dapat dihitung kenormalan NaOH standar yang dapat digunakan untuk

menetapkan kadar asam yang akan ditetapkan kadarnya. Dari perhitungan

didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,0098 N.

Pada peniteran alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan

kadarnya adalah asam cuka perdagangan. Sebanyak 10 ml asam cuka diencerkan

didalam labu ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah

diencerkan dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Larutan asam

cuka yang ditambahkan indikator PP tidak mengalami perubahan warna. Lalu

asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada saat titik

akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan

penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke

kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi

merah lembayung yang disebut warna basa indikator. Setelah didapat titik akhir

pada volume NaOH 17 ml dan 17,1 ml, maka dapat dihitung kadar CH3COOH

perdagangan. Dari perhitungan didapatkan kadar rata-rata CH3COOH sebesar

25,06 % (di wadah cuka tertulis 25%).

Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi

diantaranya :

Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus

bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa

yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.

Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang

seharusnya.

Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.

Page 13: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indicator

Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat

penimbangan.

Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi

Dalam kehidupan sehari-hari asidi alkalimetri memiliki peranan penting.

Misalnya dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH)2) digunakan sebagai antasida

untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang farmasi asidi alkalimetri

digunakan untuk menentukan gugus obat sulfat.

No. NamaWarna

Trayek pHAsam Basa

1 Asam pikurat tidak berwarna kuning 0,1 - 0,8

2 Biru Timol merah kuning 1,2 - 2,8

3 2,6-Dintrofenol tidak berwarna kuning 2,0 - 4,0

4 Kuning metil merah kuning 2,9 - 4,0

5 Jingga metil merah jingga 3,1 - 4,4

6 Hijau bromkresol kuning biru 3,8 - 5,4

7 Merah metil merah kuning 4,2 - 6,3

8 Lakmus merah biru 4,5 - 8,3

9 Purpus bromkresol kuning purpur 5,2 - 6,8

10 Biru bromtimol kuning biru 6,0 - 7,6

11 Merah fenol kuning merah 6,4 - 8,0

12 p- α - Naftolflatein kuning biru 7,0 - 9,0

13 Purpus kresol kuning biru 7,4 - 9,6

14 Fenolftalein tidak berwarna merah 8,2 - 10,0

15 Timolftalein tidak berwarna biru 9,3 - 10,5

16 Kuning alizarin R kuning violet 10,1 - 12,0

17 1,3,5- Trinitrobenzen tidak berwarna jingga 12,0 - 14,0

Page 14: Laporan Praltikum Kimia Analitik

Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi

dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan

jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+] = [OH-] = 107.

Pada peniteran asam lemah-basa kuat. pH nya pada titik ekivalen > 7

karena kebasaan konjugat asam lemah CH3COO-. Indikator yang tepat untuk titik

akhir titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2 –

10,00.

Page 15: Laporan Praltikum Kimia Analitik

VI. KESIMPULAN

1. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan oksalat pada dua kali pengulangan percobaan adalah 10,3 ml dan 10,1 ml yang menghasilkan rata-rata Normalitas dengan menggunakan rumus titrasi adalah 0,098 N.

2. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan asam asetat pada dua kali pengulangan percobaan adalah 17 ml dan 17,1 ml yang menghasilkan rata-rata persen sampel dengan menggunakan rumus % sampel adalah 25,06%.

3. Warna merah muda adalah warna yang muncul sebagai penanda bahwa larutan oksalat dan larutan asam asetat telah mencapai titik ekuivalen.

Page 16: Laporan Praltikum Kimia Analitik

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta

Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia :  Jakarta

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press :

Jogjakarta

Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Kalman

Media Pustaka : Jakarta

Page 17: Laporan Praltikum Kimia Analitik

LAMPIRAN

Gambar 1.Biuret

Gambar 2.Proses Titrasi

Gambar 3.Larutan Asam Oksalat (sebelum titrasi)

Gambar 4.Larutan Asam Oksalat (setelah titrasi)

Gambar 5.Larutan Asam Cuka (sebelum titrasi)

Gambar 6.Larutan Asam Cuka (setelah titrasi)