Upload
puspita-dian-maghfira
View
216
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGIUNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK
DAN GAS BUMIACARA III : KORELASI DAN
PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN
DISUSUN OLEH :RACHMAD IRMAN
12/331319/PA/14589ROMBONGAN : RABU
ASISTEN ACARA:ARIO GEGER
PRADIKA GUSTAF P.NOVIAN FAJAR TRI UTOMO
YOGYAKARTAMEI2015
1. KORELASI STRATIGRAFI
a. Hasil Digitasi Ulang
b. Interpretasi
Berdasarkan data hasil korelasi kronostratigrafi diatas terdapat dua
jenis lingkungan pengendapan yaitu Fluvial yang dicirikan oleh
tight dan blocky sand. Lingkungan pengendapan sungai ini
dicirikan dengan ukuran sand sedimennya yang blocky dan supai
sedimen yang terus menerus yang mengakibatkan sand tersebut
memiliki kedalaman sebesar 5170 – 5190 ft. Sand tersebut akan
sangat berpotensi sebagai reservoir. Semakin keatas ditemukan
endapan batubara yang mencirikan perubahan lingkungan
pengendapan dari fluvial ke rawa. Namun, endapan batubara ini
cuman sisipan karena hanya terdapat sumur SED-1. Setelah itu
terjadi peralihan lingkungan pengendapan yang ditandai dengan
terendapkannya Shale yang disebabkan oleh kenaikan muka air
laut dicirikan dengan ukuran butir sediemen seperti clay. Pada
kedalaman 5100 – 5160 ft terdapat perselingan antara batupasir
dan shale hal ini disebabkan karena peralihan lingkungan
pengendapan yang awalnya fluvial berubah ke Deltaik system.
Dimana ketika terjadi regresi maka yang terendapkan akan berupa
sand, Namun jika terjadi transgresi maka yang tersendapkan
berupa shale akibat terjadi proses reworking sedimem. Jadi secara
umum system tract yang berkembang adalah HST (High Stand
System Tract))
Dalam melakukan korelasi kronostratigrafi digunakan suatu datum
waktu yaitu Maximun Flooding Surface (MFS) karena sifatnya yang
kedtika proses sedien terjadi melampar luar dan terjadi ketika
kenaikan muka air laut (transgresi). Tight sand yang berada pada
berada pada kedalman 5170 – 5190 ft dapat berperan sebagai
Sequen Boundary.
2. KORELASI STRUKTUR
a. Hasil Digitasi Ulang
b. Interpretasi
Berdasarkan hasil korelasi data struktur diinterpretasikan bahwa
gaya kompresi merupakan gaya yang dominan terjadi pada daerah
tempat dilakukannya survey ini. Akibat gaya kompresi tersebut
menyebabkan litologi batuan shale dan sand tersebut membentuk
sebuah struktur geologi yang berupa lipatan (fold) tepatnya yaitu
antiklin. Selain antiklin ditemukan juga struktur geologi berupa
patahan (fault) yaitu berupa sesar naik. Sesar naik ini terbentuk
karena tekanan terus menerus yang diberikan oleh gaya kompresi
yang menyebabkan batua tersebut melewati batas elastisnya yang
kemudian menyebabkan batuan tersebut bersifat brittle sehingga
terbentuklah sesar naik. Pada petroleum system struktur geologi
berupa antiklin ini dapat menjadi system perangkat hidrokarbon
dimana keterdapatan sesar dan rekahan – rekahan yag terbentuk
akibat gaya kompresi yang terus bekerja dapat menjadi jalur
migrasi bagi hidrokarbon dari blocky sand yang diduga merupakan
source rock ke zoan reservoar. Keterdapatan sesar tersebut selain
dapat berperan sebagai jalur migrasi hidrokarbon sesar tersebut
juga dapat memberikan dampak negative terhadap petroleum
system jika sesar tersebut tidak bersifat sealing. Hal tersebut dapat
menyebabkan hidrokarbon tidak terakumulasi pada sau titik.
DAFTAR PUSTAKA
Sukmono Sigit.1999.Diktat Kuliah Seismik Stratigrafi. Jurusan Teknik
Geofisika FTM Institut Teknologi Bandung