25
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA FEBRUARI 2015 REFERAT : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR (F31) LAPORAN KASUS : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2) Disusun Oleh : Amrul Mushlihin 1102090113 Residen Pembimbing : dr. Anisa Supervisor Pembimbing: dr. Andi Suheyra Syauki, M.Kes, Sp.KJ

lapsus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lapsus

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUSUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA FEBRUARI 2015

REFERAT : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR (F31)LAPORAN KASUS : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI

MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2)

Disusun Oleh : Amrul Mushlihin

1102090113

Residen Pembimbing :dr. Anisa

Supervisor Pembimbing:dr. Andi Suheyra Syauki, M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2015

Page 2: lapsus

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK(F31.2)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. ANB

Umur : 21 Tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : menikah

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Lingkungan Bosso kab. Luwu

II. LAPORAN PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 14

Februari 2015 dari :

Nama : Tn. E (081242353867)

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Alamat : Lingkungan Bosso kab. Luwu

Hubungan dengan pasien : Ayah pasien

III. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama

Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien Perempuan umur 21 tahun dibawa dengan keluhan mengamuk yang

terjadi sekitar 1 minggu sebelum dibawa ke RS Wahidin Sudirohusodo. Saat

mengamuk pasien membanting barang-barang disekitarnya, melempari orang-

orang, terutama ayahnya. Pasien mengamuk bila keinginannya tidak dituruti,

Page 3: lapsus

dilarang dan dilawan perkataanya oleh ayahnya. Pasien juga mengata-ngatai

ayahnya gorilla dan pembunuh ibunya.

Gelisah juga dialami pasien sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Pasien sulit tidur, selalu mondar-mandir dalam rumah dan selalu ingin keluar

rumah. Pasien selalu tertawa sendiri, bicara sendiri dan selalu menyebut nama

mantan pacarnya “ASRUL”. Pasien tidak pernah berhenti bicara seharian. Pasien

juga sangat lama dalam kamar mandi, sikat gigi dan berwudhu berulang-ulang

kali dan kadang membersihkan kamar mandi walaupun kelihatannya tidak kotor.

Pasien juga diperhatikan sering berdandan menor, berpakaian yang mencolok

dengan manik-manik. Pasien juga mengatakan dapat membaca pikiran orang dan

mengaku dapat menjadi psikolog.

Ibu pasien meninggal 7 tahun yang lalu karena sakit jantung dan

hipertensi, pasien merasa terpukul. Kemudian ayah pasien menikah lagi 3 tahun

yang lalu. Pasien tidak setuju dan tidak suka ayahnya menikah lagi. Pasien

mengatakan ayahnya sengaja membunuh ibunya karena ingin menikah lagi,

sejak saat itu pasien mulai mengurung diri di kamar, sering menangis, jarang

makan dan tidak mau beraktifitas. Namun setelah itu pasien mulai beraktifitas

kembali.

Perubahan perilaku mulai jelas terlihat sejak kurang lebih 2 tahun yang

lalu setelah pasien ditinggalkan oleh suaminya. Pasien merasa sakit hati dan

sering memaki suaminya itu. Sejak saat itulah pasien mulai berdandan menor,

memakai pakaian yang mencolok dan manik-manik, sering keluar rumah, dan

banyak bicara.

Pasien sempat bekerja di Hypermart di Palopo 2 minggu yang lalu.

Sebelum sakit pasien adalah anak yang pendiam, tertutup, jarang bergaul dan

sopan terhadap orang tuanya.

Hendaya/disfungsi :

- Hendaya sosial ada

- Hendaya pekerjaan ada

- Hendaya waktu senggang ada

Page 4: lapsus

Faktor stressor psikososial

Ditinggalkan oleh suaminya

Hubungan dengan ayah dan ibu tirinya kurang baik

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik sebelumnya, seperti

infeksi, trauma kapitis dan kejang.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak merokok, tidak pernah mengonsumsi alkohol dan obat-obat

terlarang.

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan yang sama. Tidak

berobat dan membaik sendiri.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan dibantu oleh bidan.

Pasien merupakan anak yang diinginkan. Riwayat kehamilan pada ibu

tidak diketahui.

2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai dengan anak seusianya.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai dengan anak seusianya.

Prestasi pasien di sekolah sedang-sedang. Pasien tamat Sekolah Dasar.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai dengan anak seusianya.

Pasien melanjutkan pendidikan hingga SMA

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Lanjut Hingga SMA

Page 5: lapsus

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sempat bekerja di

Hypermart 2 minggu yang lalu

c. Riwayat Pernikahan

Pasien sudah menikah, dan memiliki 2 orang anak

d. Riwayat Kehidupan beragama

Pasien memeluk agama Islam, dan termasuk orang yang rajin beribadah

e. Riwayat Militer

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer

f. Riwayat Pelanggaran Hukum

Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum

E. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara (♂ ,(♀), ♀, ♂). Tidak ada

riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama.

F. Situasi Sekarang

Pasien tinggal dengan ayah dan ibu tirinya serta 2 orang anaknya.

Hubungan dengan kedua orang tua kurang baik.

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien merasa dirinya tidak sakit sehingga tidak ingin meminum obat.

(Tilikan derajat 1)

IV. AUTOANAMNESIS (13 Februari 2015)

Keterangan :

DM : Doker Muda

P : Pasien

DM : Selamat siang , Ibu.

P : Selamat siang pak dokter ganteng.

DM : Kenalkan nama saya dokter Amrul, kalau nama Ibu siapa?

P : AN, dokter

Page 6: lapsus

DM : Berapa umur ta sekarang ibu?

P : kalau saya itu lahir 10-11-1993 dokter, masih muda kan dokter. Banyak

juga cowok yang sukaka karena masih muda dan cantik hahahaha

DM : Berarti 21 tahun bu.

P : Iye dokter 21 tahun mi berarti umurku sekarang.

DM : Ibu ANB kalau boleh saya tau, kita tinggal dimana?

P : saya tinggal di lingkungan Bosso kab. Luwu. Kampung cantik secantik

saya dokter.

DM : sama siapaki tinggal?

P : sama anakku 2 orang, sama bapak gorilla, sama istrinya bapakku, tidak

ku sukai bapak gorilla sama istrinya.

DM : Apa pekerjaan ta sekarang?

P : Saya ibu rumah tangga dokter, saya kerja juga di hypermart dokter?

DM : Oo, kapan itu bu? Hypermart di mana?.

P : 2 minggu yang lalu dokter. Di Palopo lah dokter masa di Makassar?

DM : hahaha iya yah. Kita tau di mana ini bu?

P : di Rumah sakit dokter

DM : iya di Rumah Sakit mana bu?

P : di Rumah Sakit Wahidin. Di Makassar. Di Sulawesi selatan

DM : bu ANB ini pagi, siang atau malam ?

P : siang pak dokter

DM : masih ingat apa yang ibu lakukan kemarin?

P : kemarin pagi itu saya mandi, sikat gigi, dandan cantik-cantik, makan…

dst. Siangnya saya mandi, bersihkan kamar mandi, shalat.

Malamnya….dst

DM : wah ibu ANB ingat semua yang ibu lakukan kemarin.

P : ialah dokter, ingatanku kuat. Saya juga bisa baca pikirannya dokter,

pikirannya wahyu(pasien di RS WS juga)

DM : oh bisaki baca pikiran orang, siapa saja yang ibu bisa baca pikirannya?

P : semua dokter.

DM : oh iya, kenapaki dibawa kesini?

Page 7: lapsus

P : ndak taumi juga. Itu bapakku na bilangka sakit padahal tidak sakitka.

Dasar gorilla, dia itu yang bunuh ibuku dokter karena mau kawin lagi.

Na lebih cantik saya daripada istrinya sekarang. Iya kan dokter hahaha

DM : katanya mengamukki di rumah, sampai ibu ANB lempari bapakta ?

P : ku lempariki karena sering na larangka keluar-keluar. Tidak mau na

belikanka alat-alat make-up.

DM : bagusji tidur ta ?

P : aih susahka tidur dokter.

DM : terus apa yang ibu lakukan kalau tidak tidur?

P : biasaka jalan-jalan dalam rumah, nonton, nyanyi-nyanyi. Eh dokter toh

ada mantanku dulu namanya Asrul, uhh dia cinta sekali sama saya,

selalu na pikirkanka. Tapi putuska karena tidak ku sukami, seandainya

tidak putus mungkin menikahka sama Asrul, bagaimana itu di’ kalau

menikahka sama Asrul, hahahaha, lucunya itu

DM : ibu ANB sudah menikahkan, manami suami ta?

P : aih janganmi sebut-sebut dia dokter, pergimi dari 2 tahun lalu. Dia

kiraka mungkin tidak ada yang sukaka, banyaknyami cowok yang

kejar-kejarka. Tapi dok toh ada juga dokter yang periksaka kemarin

tampan juga, ku sukaki hehehehe

DM : ibu, tidak pernahki dengar suara-suara yang bisiki ki ?

P : Tidak adaji dokter. Suara yang bagaimana kah?

DM : suara yang bilang-bilangiki apakah, yang suruh-suruhki ?

P : iye tidak adaji dokter.

DM : atau bisaki liat bayangan atau sesuatu yang orang lain tidak bisa liatki?

P : tidak dokter. Tapi pernahka liat bayangan-bayangan di gudang

hypermart. Sekaliji, takut sekalika waktu itu.

DM : oh. Eh bu bisaki ulangi “1 3 5 7 8 9”

P : “1 3 5 7 8 9”

DM : kalau 100-7 berapa?

P : 93

DM : kurang 7 lagi?

Page 8: lapsus

P : 86 dokter

DM : ibu tau apa itu panjang tangan?

P : pencuri dokter

DM : kalau ibu ketemu dompet di jalan, ibu apai?

P : kalau dapatka dompet dijalan, ummm mauka belikan lipstick, baju baru,

celana baru sama sepatu baru.

DM : apa keinginan atau cita-cita bu?

P : saya itu doter, mauka beli rumah bagus, mobil bagus, pokoknya banyak

deh.

DM : iye selesaima tanya-tanyaki bu.

P : eh cepatnya dokter padahal mauka bicara-bicara

DM : istrahatmi ki bu. Terima kasih

P : iye dokter

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Perempuan menggunakan kemeja bercorak merah biru, celana jeans warna

biru, berdandan menor, memakai manik-manik, perawatan diri baik,

perawakan tubuh agak gemuk dan wajah sesuai umur.

2. Kesadaran

Berubah

3. Perilaku dan aktivitas motorik

Hiperaktif, Pasien sering mondar mandir dan sulit tenang, pasien juga

sering bernyanyi sendiri

4. Pembicaraan

Menjawab pertanyaan dengan Lancar, spontan, intonasi agak meninggi,

kesan membanjir.

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

Page 9: lapsus

B. Keadaan afektif (Mood), perasaan atau empati

1. Mood : Gembira

2. Afek : Hipertimia

3. Empati : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Sesuai taraf

pendidikan

2. Daya konsentrasi : Mudah beralih

3. Orientasi (waktu,tempat,orang) : Baik

4. Daya ingat (jangka panjang, jangka pendek,segera) : Baik

5. Pikiran abstrak : Terganggu

6. Bakat kreatif : Tidak Ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : Halusinasi auditorik tidak ada. Riwayat

halusinasi visual melihat bayangan saat kerja di gudang hypermart

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus pikiran

a. Produktivitas : cukup, Flight of Idea ada

b. Kontinuitas : kadang irelevan,

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi pikiran

Terdapat gangguan isi pikiran berupa :

Preokupasi : pasien selalu menyebut nama mantan pacarnya

“ASRUL”

Gangguan isi pikiran : waham kebesaran yaitu pasien mengaku dapat

membaca pikiran orang. Waham curiga yaitu pasien mencurigai

ayahnya telah membunuh ibunya.

Page 10: lapsus

F. Pengendalian Impuls : Terganggu

G. Daya Nilai

1. Norma sosial : Terganggu

2. Uji daya nilai : Terganggu

3. Penilaian realitas : Terganggu

H. Tilikan (Insight)

Derajat 1 (Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit, dan tidak ingiin

meminum obat ).

I. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT :

A. Status Internus

Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran composmentis, tekanan

darah 130/90 mmHg, nadi 88 x/menit, frekwensi pernafasan 20x/menit dan

suhu tubuh 36,6°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung,

paru dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak

ada kelainan.

B. Status Neurologi

GCS : Eye 4, Verbal 6, Motorik 5. Gejala rangsang selaput otak : kaku

kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor diameter

2,5mm/2,5mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik

keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks

patologis.

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien Perempuan umur 21 tahun dibawa dengan keluhan mengamuk yang

terjadi 1 minggu sebelum dibawa ke RS WS. Saat mengamuk pasien

membanting barang-barang disekitarnya, melempari orang, terutama ayahnya.

Pasien mengamuk bila dilawan perkataanya dan tidak dituruti keingginannya.

Saat mengamuk pasien sering mengatai ayahnya gorilla dan pembunuh ibunya.

Page 11: lapsus

Pasien juga gelisah yang dialami sekitar 1 minggu yang lalu, pasien sulit

tidur, selalu mondar-mandir, tertawa sendiri, bicara sendiri, tidak berhenti bicara

seharian, selalu menyebut nama mantan pacarnya “Asrul”. Pasien selalu keluar

rumah walaupun tanpa tujuan yang jelas. Pasien sangat lama dalam kamar

mandi, biasa sikat gigi dan berwudhu berulang-ulang kali, membersihkan kamar

mandi hamper tiap hari walaupun kamar mandinya tidak kotor. Pasien juga

sering berdandan menor, berpakaian mencolok dengan manik-manik. Pasien

juga mengatakan dapat membaca pikiran orang lain dan mengaku dapat menjadi

psikolog.

Ibu pasien meninggal 7 tahun yang lalukarena sakit jantung dan hipertensi,

pasien sangat sedih. Ayah pasien menikah lagi 3 tahun yang lalu. Pasien tidak

suka dan tidak setuju ayahnya menikah lagi. Pasien mengatakn ayahnya sengaja

membunuh ibunya karena ingin menikah lagi. Sejak saat itu pasien sering

mengurung diri di kamar, sering menangis, jarang beraktifitas, susah tidur dan

jarang makan. Namun beberapa bulan kemudian pasien mulai membaik.

Pasien ditinggalkan suaminya kira-kira 2 tahun yang lalu. Pasien merasa

sakit hati dan sering memaki-maki suaminya. Sejak saat itu pasien mulai

berubah perilaku kembali, menjadi lebih banyak bicara, biasa bicara sendiri,

sering keluar rumah dengan, berdandan yang menor, pakaian yang mencolok

dengan manik-manik. Pasien sempat membaik selama kurang lebih 1 tahun.

Pasien sempat bekerja di hypemart di Palopo selama kurang lebih 2 minggu

sebelum pasien mengamuk dan akhirnya pasien dibawa ke RS WS. Sebelum

sakit pasien adalah anak yang pendiam, tertutup, jarang bergaul dan sopan

kepada orang tuanya.

Dari pemeriksaan status mental penampilan tampak perempuan

berkemeja corak merah biru, celana jeans biru, memakai manik-manik,

berdandan menor, perawakan agak gemuk, perawatan diri cukup dan wajah

sesuai umur. Kesadaran berubah, perilaku dan aktifitas psikomotor gelisah dan

hiperaktif. Menjawab pertanyaan dengan lancer, spontan, intonasi agak tinggi

dan kesan membanjir. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif.

Page 12: lapsus

Mood gembira, afek hipertimia, empati tidak dapat dirabarasakan,

keserasian tidak serasi. Pengetahuan sesuai taraf pendidikan, daya kosentrasi

mudah beralih. Tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat, dan orang. Ingatan

jangka panjang, pendek, segera baik. Pikiran abstrak terganggu. Kemampuan

menolong diri sendiri cukup.

Tidak didapatkan gangguan persepsi, arus pikir secara produktifitas

cukup, flight of ideas ada, kontiunitas kadang irelevan. Hendaya bahasa tidak

ada. Didapatkan isi piker preokupasi sering memikirkan dan menyebut mantan

pacarnya. Gangguan isi piker berupa waham kebesaran dan curiga. Pengendalian

impuls terganggu, daya nilai terganggu, tilikan 1, dan dapat dipercaya.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

A. AKSIS I

Berdasarkan alloanamnesis, autonamnesis dan pemeriksaan status mental

didapatkan gejala klinis yang bermakna berupa pola perilaku sering mengamuk,

berbicara sendiri, gelisah, sering pergi-pergi. Keadaan ini menimbulkan

penderitaan (distress) keluarga pasien, serta terdapat hendaya (dissability) pada

fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehinga dapat

disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental, ditemukan hendaya berat dalam menilai

realita berupa waham kebesaran dan waham curiga, sehingga didiagnosis

Gangguan Jiwa Psikotik.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya

kelainan berarti sehingga kemungkinan adanya Gangguan mental organik

dapat disingkirkan.

Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental

didapatkan afek yang hipertimia, mood gembira, flight of ideas ada, psikomotor

hiperaktif sehingga memenuhi kriteria mania. Terjadi periode remisi dari fase

mania dulu ke fase mania sekarang dimana pasien juga pernah mengalami hal

yang sama sebelumnya dan pernah mengalami penyembuhan.

Page 13: lapsus

Pasien juga disertai waham kebesaran yaitu mengatakan mampu membaca

pikiran orang lain, mengaku dapat menjadi psikolog. Waham curiga yaitu

mencurigai ayahnya sengaja membunuh ibunya. Sehingga berdasarkan Pedoman

Penggolongan Diagnosis Gangguan jiwa (PPDGJ) III diagnosis diarahkan pada

Gangguan Afektif Bipolar, Episode kini Manik dengan Gejala Psikotik

(F31.2).

B. AKSIS II

Pasien adalah anak yang pendiam, tertutup, jarang bergaul dan sopan

kepada orang tuanya. Sehingga tidak dapat dimasukkan dalam ciri kepribadian

tertentu.

C. AKSIS III

Tidak ada diagnosis.

D. AKSIS IV

Ditinggalkan oleh suaminya.

Hubungan dengan ayah dan ibu tiri kurang baik.

E. AKSIS V

Global Assesment Functioning (GAF) Scale 50 - 41, gejala berat,

disabilitas berat.

IX. DAFTAR PROBLEM

1. Organobiologik

Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna tetapi terdapat

ketidakseimbangan neurotransmitter di otak sehingga membutuhkan

psikofarmakoterapi.

2. Psikologik

Terdapat hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya waham

kebesaran dan waham curiga yang menimbulkan gejala psikis sehingga

pasien memerlukan psikoterapi.

3. Sosiologik

ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan

penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

Page 14: lapsus

X. PROGNOSIS

Dubia

Faktor pendukung :

- Gejala klinis adalah berupa gejala positif : berupa waham dan afek

hipertimia.

- Stressor psikososial jelas

- Keluarga mendukung kesembuhan pasien

- Tidak terdapat riwayat yang sama dalam keluarga.

Faktor penghambat :

- Tidak diketahui kepatuhan dalam meminum obat, karena pasien sendiri

yang ingin mengurus pengobatannya.

XI. RENCANA TERAPI

Psikofarmakologi

- Risperidon 2mg 3 x 1

- Natrium divalproex (Depakote ®) 250mg 3 x 1

- Chlorpromazine 100 mg 0-0-1

Psikoterapi Suportif :

Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam

memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian

mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping

yang mungkin timbul selama pengobatan, serta motivasi pasien supaya minum

obat secara teratur.

Sosioterapi :

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang disekitar pasien

tentang penyakit pasien sehingga dapat menerima dan tercipta dukungan sosial

dalam lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu penyembuhan

pasien.

Page 15: lapsus

XII. FOLLOW UP

- Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai

efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek

samping obat yang diberikan.

- Awasi resiko jatuh karena pasien hiperaktif

XIII. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan bipolar adalah gangguan mood yang kronis dan berat yang

ditandai dengan episode mania, hipomania, campuran atau depresi.

Menurut buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ-III), pedoman diagnostik untuk Gangguan Afektif Bipolar Episode kini

Manik dengan Gejala Psikotik dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria:1

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala

psikotik (F30.2) dan

Harus sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,

depresif, atau campuran) dimasa lampau.

Pada pasien ini ditemukan adanya episode mania yang ditandai dengan

adanya mood dan afek yang meningkat selama 1 minggu, disertai adanya lebih

banyak bicara, hiperaktif, flight of ideas, gelisah, waham kebesaran dan waham

curiga. Sebelum timbul episode manik, sekitar 2 tahun yang lalu pasien pernah

mengalami hal yang sama. Pasien kemudian sembuh sendiri dan menjalankan

aktifitas seperti biasa sebelum timbul gejala episode manik yang membuat

pasien dibawa ke RS WS oleh bapaknya. Sekitar 3 tahun yang lalu pernah

mengalami gejala depresi. Dari beberapa episode yang timbul dan adanya remisi

sempurna diantara episode tersebut maka pasien didiagnosis dengan Gangguan

Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan Gejala Psikotik.

Medikasi yang diberikan berupa obat antipsikotik dan obat antimania

disertai dengan intervensi psikososial untuk memperkuat perbaikan klinis.

Risperidon termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole, merupakan antagonis

monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergic 5-

HT2 dan Dopaminergik D2. Risperidon berikatan dengan reseptor alfa1

Page 16: lapsus

adrenergik dan tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun

risperidon merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala

positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktifitas

motoric dan induksi katalepsi disbanding neuroleptik klasik. Antagonis serotonin

dan dopamine sentral yang seimbang dapat mengurangi kecendrungan timbulnya

efek samping ekstrapiramidal, dia dapat memperluas aktifitas terapeutik

terhadap gejala negative dan afektif dari skizofrenia.

Natrium divalproex (Depakote ®) merupakan obat antikejang, biasa

dikonsumsi untuk mencegah kemunculan kejang dan dapat diberikan hingga

jangka waktu 1 tahun. Natrium divalproex bekerja dengan cara menghambat

neurotransmitter di otak. Obat ini dimetabolisme di hati dan dieskresi di ginjal.

Obat ini termasuk obat yang bekerja sentral, yakni bekerja langsung di dalam

sistem saraf pusat.

Chlorpromazine memblok reseptor dopaminergic di postsinaptik

mesolimbic otak, memblok kuat efek alfa adrenergic, menekan hormone-hormon

yang diproduksi oleh hypothalamus dan hipofisis, menekan Reticular Activating

Sistem (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism basal, temperature tubuh,

kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat penderita

berada dalam fase akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan

memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan menciptakan

suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan pasien.

Prognosis pasien ini adalah dubia. Dinilai dengan melihat factor-faktor

pendukung dan penghambat penyembuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III). Jakarta

: FK Jiwa Unika Atmajaya. 2003.

Page 17: lapsus

2. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Bina Rupa Aksara, Jakarta. 2012.

3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta. 2007