Larangan Bunuh Diri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah larangan bunuh diri

Citation preview

Larangan Bunuh Diri

Tugas Mata Kuliah: Hadits AqidahDosen Pengampu: A. Sihabul Millah, MA

Disusun Oleh:Fajarotul Munawaroh(NIM: 13.20.782)

Program Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran dan Tafsir Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) An-NurYogyakarta2014

BAB IPENDAHULUAN

Fenomena bunuh diri kini semakin sering dijumpai dalam kabar-kabar lokal, nasional maupun internasional. Tindakan bunuh diri ini berasal dari berbagai kalangan, jenis kelamin maupun usia yang beraneka ragam. Bahkan, kini cukup sering terdengar pelaku bunuh diri adalah kalangan anak-anak dan remaja dengan berbagai penyebab. Ada yang karena tidak lulus Ujian Nasional, ada yang karena diputus pacar, ada yang karena kemiskinan keluarga sehingga malu dengan kawan-kawannya dan berbagai alasan lainnya. Yang paling baru kita jumpai kasus anak usia 5 tahun yang melompat dari lantai 19 apartemen karena tidak diizinkan menonton Spiderman oleh ibunya. Selain itu kasus bunuh diri yang baru saja meramaikan pemberitaan nasional adalah kasus bunuh diri salah satu tersangka kekerasan seksual di Taman Kanak-kanakJakarta InternationalSchool (JIS) dengan cara meminum cairan pembersih lantai yang terdapat di toilet Polda Metro Jaya.Maraknya kasus bunuh diri ini menarik untuk kita kaji bagaimana sejatinya Islam memandang tindakan bunuh diri. Adakah hadits-hadits aqidah yang membahas mengenai bunuh diri. Kemudian bagaimana kontekstualisasi hadits tersebut di masa sekarang. Berikut akan dibahas mengenai hadits-hadits aqidah dengan tema larangan bunuh diri beserta penjelasannya.

BAB IIPEMBAHASAN

Dalam kitab al-Lulu wal Marjan jilid pertama terdapat salah satu bab yaitu bab: Haram Bunuh Diri dan Tidak Akan Masuk Surga Kecuali Jiwa Patuh Beriman. Pada bab tersebut disebutkan lima hadits muttafaq alaih. Sementara dalam Shahih Muslim -yang pengulas paling baik dalam membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya- terdapat Bab Keharaman Membunuh Jiwa, Barangsiapa Bunuh Diri Maka Akan Diadzab di Dalam Neraka dan Tidak Akan Masuk Surga Kecuali Jiwa yang Muslim (47) pada Kitab Iman. Di bab tersebut ada 7 nomor hadits yang dituliskan, dimana 5 diantaranya juga yang terdapat dalam al-Lulu wal Marjan. Berikut ini akan dibahas dua hadits yang disebutkan dalam kedua kitab tersebut.

Hadits Pertama

: Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Siapa yang terjun dari gunung untuk bunuh diri, maka ia kelak di neraka jahannam akan tetap terjun untuk selama-lamanya. Dan siapa yang makan racun untuk bunuh diri, maka racun akan tetap di tangannya dijilatinya dalam neraka jahannam untuk selama-lamanya. Dan siapa yang membunuh diri dengan senjata besi maka besi itu akan tetap di tangannya untuk menikamkan ke perutnya dalam neraka jahannam untuk selamanya.[footnoteRef:2] [2: Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-LuLu Wal Marjan, terj. H. Salim Bahreisy, Al-LuLu Wal Marjan Himpunan Hadits Shahih Disepakati Oleh Bukhari dan Muslim, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), hlm. 35]

Hadits tersebut muttafaq alaih namun merupakan lafadz dari Imam Bukhari dalam kitab shahihnya pada bagian Kitab Pengobatan (76) yaitu pada Bab Meminum Racun dan Berobat Dengannya (56), maksudnya meminum racun untuk mengobati sakit/mengakhiri rasa sakit, nomor hadits 5778.[footnoteRef:3] Sementara dalam Shahih Muslim yang penomorannya oleh Imam Nawawi terdapat pada Kitab Iman bab yang sudah disebutkan di atas nomor hadits 175 -dengan lafadz yang sedikit berbeda dari yang dikeluarkan Imam Bukhari-. [3: Lihat: Imam Al-Bukhari, Al-Jaami Ash-Shahiih Mukhtashar Al-Musnad min Hadiitsi Rasuulillaah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam wa Sunanihi wa Ayyaamihi; Al-Juz Ar-Raabi, (Kairo: al-Mathba'ah al-Salafiyah wa Maktabatuha, 1403 H/1983 M), hlm. 51]

Keterangan Hadits: Dari segi bahasa, redaksi dengan menggunakan kata qatala nafsahu (membunuh jiwanya) adalah bentuk ungkapan berlebihan guna menunjukkan suatu larangan atau dalam bentuk sederhana dapat diartikan sebagai bunuh diri. Sedangkan Jahannam adalah nama salah satu neraka di akhirat. Semoga Allah memberikan ampunan kita semua darinya dan juga dari semua jenis bala. Dinamakan Jahannam karena lembahnya yang begitu dalam. Dan disebut Jahannam karena tempat tersebut memiliki siksaan yang sangat berat.[footnoteRef:4] [4: Lihat: Imam An-Nawawi, Shahiih Muslim Bi Syarhin-Nawawi, terj. Wawan Djunaedi Soffandi, S.Ag, Terjemah Syarah Shahiih Muslim, (Jakarta Selatan: Mustaqiim, 2004), hlm. 715]

Makna yataradda adalah yanzilu yang artinya adalah turun atau terjun. Kata summan bisa dibaca samman atau simman. Ketiga cara baca tersebut sama-sama benar. Hanya saja cara baca samman yang lebih fasih dibandingkan dengan cara baca yang lainnya. Sedangkan cara baca simman disebutkan dalam kitab Al-Mathaali. Bentuk plural untuk kata ini adalah simaan. Sedangkan yang dimaksud dengan lafadz yatahassaahu adalah meneguk dan menelan racun secara pelan-pelan. Makna lafadz ini adalah menusuk atau menikam. Ada beberapa pendapat untuk menakwilkan susunan kalimat seperti ini. Pendapat yang pertama menyebutkan bahwa maksud dari kalimat kekal dalam neraka hanya berlaku bagi orang yang menghalalkan praktek tersebut setelah sebelumnya mengetahui tentang keharamannya. Tentu saja orang yang seperti ini menjadi kafir dan berhak mendapatkan hukuman sebagaimana yang disebutkan dalam matan hadits. Pendapat kedua menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan khulud (artinya: kekal) dalam matan hadits tersebut adalah dalam waktu yang sangat lama, bukan berarti kekal selama-lamanya. Pendapat ketiga menyebutkan bahwa memang asal hukuman perbuatan tersebut seperti yang disebutkan dalam matan hadits. Hanya saja setelah itu Allah bersifat dermawan sehingga memberitahukan kalau orang yang meninggal dunia dalam keadaan Muslim tidak akan kekal di dalam neraka.[footnoteRef:5] [5: Lihat: Imam An-Nawawi, Shahiih Muslim , (Jakarta Selatan: Mustaqiim, 2004), hlm. 716]

Hadits Kedua

: : : : : : Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; "Ketika kami sedang ikut dalam perang Khaibar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Beliau berkata kepada seseorang yang mengaku dirinya telah masuk Islam; "Orang ini termasuk penduduk neraka". Ketika terjadi peperangan orang tadi berperang dengan sangat berani lalu dia terluka kemudian dikatakan (kepada Beliau); "Wahai Rasulullah, orang yang Baginda maksudkan tadi sebagai penduduk neraka, dia telah berperang hari ini dengan sangat berani dan dia telah gugur". Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata: "Dia akan masuk neraka". (Abu Hurairah) berkata; "Orang-orang semuanya menjadi ragu. Ketika dalam keraguan seperti itu, ada orang yang mengabarkan bahwa orang yang berperang tadi tidaklah mati melainkan setelah mendapatkan luka yang sangat parah namun ketika pada malam harinya dia tidak sabar atas luka yang dideritanya hingga akhirnya dia bunuh diri. Kejadian ini kemudian dikabarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Allahu Akbar, aku bersaksi bahwa aku ini hamba Allah dan Rasul-Nya". Kemudian Beliau memerintahkan Bilal agar menyerukan manusia bahwa tidak akan masuk surga melainkan jiwa yang benar-benar patuh Islam dan sungguh Allah akan menolong agama ini dengan seorang yang fajir (yang tidak jujur imannya)". [footnoteRef:6] [6: Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-LuLu, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), hlm. 35-36]

Hadits tersebut muttafaq alaih namun merupakan lafadz dari Imam Bukhari dalam kitab shahihnya pada bagian Kitab Jihad (56) yaitu pada Bab Allah Akan Menolong Agama Ini dengan Seorang yang Fajir (182), nomor hadits 3062.[footnoteRef:7] Sementara dalam Shahih Muslim yang penomorannya oleh Imam Nawawi terdapat pada Kitab Iman bab yang sudah disebutkan di atas nomor hadits 178 -dengan lafadz yang sedikit berbeda dari yang dikeluarkan Imam Bukhari-. [7: Lihat: Imam Al-Bukhari, Al-Jaami Ash-Shahiih Mukhtashar Al-Musnad min Hadiitsi Rasuulillaah Shallallaahu 'Alaihi Wasallaam wa Sunanihi wa Ayyaamihi; Al-Juz Ats-Tsaanii, (Kairo: al-Mathba'ah al-Salafiyah wa Maktabatuha, 1403 H/1983 M), hlm. 376-377]

Keterangan Hadits: Sababul wurud dari lafadz hadits tersebut adalah: Abu Hurairah berkata, kami ikut bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ke medan perang Khaibar. Maka beliau bersabda tentang seorang yang telah diajak masuk Islam: Inilah calon penghuni neraka! Maka ketika kami menghadapi pertempuran yang sangat sengit, laki-laki itu bertempur dengan gagah berani. Orang-orang pun melaporkan kepada Rasulullah tentang kepahlawanan laki-laki yang disebut-sebut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai calon penghuni neraka. Tak lama setelah itu, laki-laki tersebut tewas. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kembali menegaskan bahwa dia masuk neraka. Hampir saja kebanyakan orang-orang Islam yang ragu dengan ucapan Nabi tersebut, karena beliau selalu mengatakan dia calon penghuni neraka baik ketika terluka parah atau setelah dia meninggal dunia. Rupanya di malam hari, akibat luka parah yang dialaminya, tidaklah dia sabar lagi, dan diakhiri hidupnya dengan membunuh dirinya sendiri. Orang-orang pun menceritakan peristiwa bunuh diri itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau bertakbir dan mengucapkan syahadat untuk dirinya bahwa beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Setelah itu beliau perintahkan Bilal bin Rabah (muadzin Rasul) menyampaikan kepada orang banyak bahwa tidak akan masuk surga melainkan orang yang jiwa (pribadi)nya Muslim. Selanjutnya beliau bersabda: Sesungguhnya Allah taala menguatkan (membela) agama ini dan seterusnya bunyi hadits di atas. Hadits ini mengisyaratkan tentang motivasi seseorang yang berjuang (bertempur) di jalan Allah. Ada yang berjuang karena keberaniannya, ada yang ingin dikenal orang namanya (riya), ada yang betul-betul ingin menegakkan (menjunjung tinggi) kalimatullah (agama Islam) dalam sabilillah. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri karena tidak sabar dalam mengalami penderitaan, berarti kurang atau tidak adanya iman dan kebenaran dalam dirinya.[footnoteRef:8] [8: Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Dimasyqi, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm. 419-420]

Ayat al-Quran yang Sesuai dengan Hadits:

Allah taala berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. [Q.S. An-Nisaa - Ayat 29]Dalam kitab tafsirnya Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sehubungan dengan ayat ini Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sebuah besi, maka besi itu akan berada di tangannya yang dipakainya untuk menusuki perutnya kelak di hari kiamat di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan racun, maka racun itu berada di tangannya untuk ia teguki di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.Hadis ini ditetapkan di dalam kitab Sahihain. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abuz Zanad dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan lafaz yang semisal.[footnoteRef:9] Hadits tersebut merupakan hadits yang serupa dengan hadits pertama dalam pembahasan di atas, hanya saja yang terdapat di dalam Tafsir Ibnu Katsir merupakan lafadz yang terdapat dalam Shahih Muslim. Dalam al-Qur-an Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya dari umat manusia untuk tidak membunuh diri mereka sendiri, sebab Allah menyayangi mereka. Dengan alasan apapun dan sebesar apapun persoalan, atau musibah yang menimpa, manusia tidak diperkenalkan untuk bunuh diri. Hal ini dikarenakan jiwa dan raga tersebut adalah milik Allah semata. [9: Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsiirul Quraanul Adhiim, terj. Bahrun Abu Bakar, Lc., Tafsir Ibnu Kasir Juz 5 An-Nisa 24-An-Nisa 147, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm. 43]

Imam Adz-Dzahabi juga menyebutkan dalam kitabnya Al-Kabair, bahwa bunuh diri masuk ke dalam salah satu dari dosa-dosa besar. Dalam kitabnya tersebut tindakan bunuh diri merupakan dosa besar yang ke-duapuluh sembilan. Beliau juga menyebutkan ayat An-Nisa 29-30 serta 4 hadits mengenai larangan bunuh diri dan dua diantara hadits tersebut adalah dua hadits yang telah dibahas di atas.[footnoteRef:10] [10: Lihat: Imam Adz-Dzahabi, Dosa-Dosa Besar, (Jakarta: Ummul Qura, 2014), hlm. 228-231]

Kontekstualisasi Hadits:

Ayat al-Quran dan hadits-hadits tersebut di atas dengan jelas menunjukkan bahwa bunuh diri itu dilarang keras oleh Islam dengan alasan apa pun. Misalnya, seseorang menderita AIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tak ada harapan sembuh secara medis dan telah kehabisan harta untuk biaya pengobatannya. Islam tetap tidak membolehkan si penderita menghabisi nyawanya, baik dengan tangannya sendiri (bunuh diri dengan minum racun atau menggantung diri dan sebagainya), maupun dengan bantuan orang lain sekalipun dokter- dengan cara memberikan suntikan atau obat yang dapat mempercepat kematiannya (euthanasia positif). Atau dengan cara menghentikan segala pertolongan terhadap si penderita termasuk pengobatannya (euthanasia negatif). Sebab penderita yang menghabisi nyawanya dengan tangannya sendiri atau dengan bantuan orang lain itu berarti ia mendahului atau melanggar wewenang Tuhan. Padahal seharusnya ia bersikap sabar dan tawakkal terhadap musibah seraya tetap berikhtiar mengatasi musibah dengan berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga Allah berkenan memberi ampunan kepadanya dan memberi kesehatan kembali, apabila hidupnya masih bermanfaat dan lebih baik baginya. Dan sebaliknya mohon kematian segera apabila kematiannya itu lebih baik baginya.[footnoteRef:11] [11: Prof. Dr. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah; Kapita Selekta Hukum Islam, (Malang: PT Toko Gunung Agung, 1997), hlm. 163]

Mengenai euthanasia negatif berikut ketetapan Majma Fiqh Al-Islami mengenai hal ini:1) .2) . 1. Jika denyut jantung dan nafas telah berhenti secara total dan tim dokter telah memastikan bahwa hal ini tidak bisa kembali2. jika semua aktifitas otak telah berhenti total kemudian (mati bantang otak) dan tim dokter (spesialis) telah memastikan bahwa hal ini tidak bisa kembali dan otak mulai mengalami kerusakan.Maka pada (dua) keadaan ini, boleh mencabut alat resusitasi yang terpasang pada orang tersebut walaupun sebagian anggota badan seperti jantung misalnya masih berdenyut dengan bantuan alat resusitasi. (Fatawa lit thabibil Muslim)Setelah mengetahui bahwa Islam begitu melarang bunuh diri, maka akan menarik untuk mengetahui data tentang angka bunuh diri negara-negara di dunia sebagai data perbandingan. Berikut ini ditampilkan data Rate of Suicide in Wealthy Countries tahun 2011 dari World Report on Violence and Health milik WHO halaman 196.

Jika kita lihat dari diagram di atas memang negara-negara Islam seperti Bahrain, Saudi Arabia, Brunai Darussalam, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Kuwait memiliki angka bunuh diri yang termasuk kecil dibandingkan negara-negara lain. Hal ini membuktikan faktor kepercayaan agama dan keyakinan ternyata cukup berpengaruh terhadap angka bunuh diri dalam sebuah negara.Negara yang memiliki angka bunuh diri yang sangat tinggi salah satunya adalah Jepang. Apabila kita mencari faktor penyebab mengapa di negeri Sakura ini angka bunuh diri sangat tinggi sampai-sampai pemerintahnya mengalokasikan dana yang cukup besar untuk mengurangi angka bunuh diri tersebut sejatinya cukup menarik. Negara yang di julukimatahari terbitini memiliki sebuah tradisi yang di anggap aneh di mata dunia, yaitu tradisi Harakiri. Harakiri merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan masyarakat Jepang, berupa ritual bunuh diri. Secara harfiah istilah Harakiri berarti membelah perut dengan pedang samurai. Dalam buku Sang Samurai, Legenda 47 Ronin dijelaskan Harakiri, dari kataHara(perut) danKiru(memotong) sama sekali bukan aksi konyol para pecundang. Pertaruhan teramat mahal untuk kehormatan, harga diri, pengabdian, dan menumpas rasa malu, adalah jawaban atas lelaku Harakiri. Harakiri juga bisa berbentukJunshi, alias kesetiaan sampai mati. Contohnya, ketika majikan seorangSamurai mati, maka para pengikut setianya melakukan bunuh diri, sebagai bukti kesetiaan sehidup dan semati. Junshi ini, bisa dilakukan perorangan ataupun bersama-sama. Ritual ini pun, dengan demikian, hanya berlaku untuk golongan tertentu: para Samurai, Shogun, atau Ronin. Pada mereka yang melaksanakan ajaran atau prinsip Bushido (The Way of Warrior, atau Jalan Samurai). Istilah lain untuk hara-kiri adalah Seppuku. Istilah Seppuku sebenarnya lebih tepat, karena Harakiri hanya menggambarkan perbuatan yang dilakukan. Pada jaman feodal di Jepang, Seppuku merupakan hak istimewa bagi para bangsawan dan samurai. Dunia juga mengenal bentuk bunuh diri yang lain di Jepang, misalnyaKamikaze, yaitu pasukan udara yang bertempur berani mati, dan sanggup meluluhlantakkanPearl Harbour, Amerika Serikat yang akhirnya menyebabkan jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki.Bukan berita aneh, jika di Jepang melakukan kesalahan kecil dan dosa sosial dianggap meruntuhkan harga diri. Jika seorang pejabat terindikasi korup, mereka memilih mundur dan bahkan ada yang melakukan bunuh diri. Mereka, bangsa Jepang, jauh dari watak pengecut dan pecundang.Etos kerja yang tinggi dalam kebudayaan Jepang membentuk karakter mereka yang anti kegagalan. Jika mereka gagal dalam prestasi belajar atau bekerja maka salah satu bentuk mereka mempertanggung-jawabkannya adalah dengan bunuh diri. Harga diri mereka sangat tinggi jadi ketika merasa malu semisal pemimpin suatu perusahaan lalu perusahaan tersebut bangkrut maka hampir dipastikan berita selanjutnya adalah mengenai peristiwa bunuh diri. Selain itu juga faktor banyak warga Jepang mempercayai adanya reinkarnasi. Hal ini membuktikan kembali bahwa suatu tindakan bunuh diri sangat terpengaruh dengan keyakinan yang dianut oleh seseorang. Oleh karena itu jika seorang Muslim sampai melakukan bunuh diri tentu dipertanyakan keimanannya. Selain studi kasus Jepang, yang menarik di negeri kita adalah angka bunuh diri di Gunung Kidul yang jauh lebih tinggi dibanding kota-kota besar seperti Jakarta. Kabupaten Gunung Kidul (Yogyakarta) terkenal sebagai daerah yang memiliki angka bunuh diri anak dan remaja tertinggi di Indonesia. Menurut kepolisian setempat, sepanjang tahun 2011 terdapat 28 kasus peristiwa bunuh diri anak dan remaja. Menurut sumber Wahana Komunikasi Lintas Spesialis, persentase angka bunuh diri di kabupaten Gunung Kidul adalah sembilan kasus per 100.000 penduduk. Sebagai perbandingan, persentase angka bunuh diri di Jakarta hanya sekitar 1,2 kasus per 100.000 penduduk. Secara khusus di kabupaten Gunung Kidul, dikenal istilah pulung gantung. Istilah ini merujuk pada kepercayaan setempat mengapa seseorang sampai melakukan bunuh diri. Diyakini, orang melakukan tindakan bunuh diri karena merasa memperoleh pulung atau wahyu berupa semacam tanda bintang dari langit di malam hari. Bintang ini berbentuk cahaya bulat berekor seperti komet, kemerah-merahan agak kuning dengan semburan biru. Bintang ini jatuh dengan cepat, menuju atau seolah-olah menuju, ke rumah (atau dekat rumah) si korban bunuh diri. Si korban akan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri dari sinilah imbuhan gantung itu berasal. Mitos pulung gantung ini selalu muncul dari mulut ke mulut, sesudah terjadi peristiwa bunuh diri yang dialami oleh warga. Mitos pulung gantung ini seolah menjadi pembenaran suratan nasib secara alamiah, yang tidak perlu dipertanyakan lebih lanjut.[footnoteRef:12] [12: Lihat: Darmaningtyas, Pulung Gantung: menyingkap tragedi bunuh diri di Gunung Kidul, Penerbit Salwa: Yogyakarta, 2002. ]

Sekali lagi hal ini membuktikan kepada kita bahwa faktor kepercayaan dan keyakinan-lah yang sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan atau tidaknya tindakan bunuh diri. Menurut Prof. Dr. H. Masjfuk Zuhdi dalam Masail Fiqhiyah penyebab utama terjadinya bunuh diri di masyarakat adalah karena kurangnya iman dan kurang percaya pada diri sendiri. Karena itu untuk menangkalnya harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan di tingkatan dakwah Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah dan takwanya kepada Allah Yang Maha Kuasa. Tipe-Tipe Bunuh Diri Sosiolog terkemuka Perancis Emile Durkheim (1858-1917) dengan bukunya Le Suicide menyatakan bahwa bunuh diri terjadi karena perpecahan kontrol sosial secara eksternal dan memperkenalkan 4 jenis bunuh diri Anomic, Egoism, Altruism, dan Fatalism sebagai kontrol sosial terhadap individu. Sebagai aturan umum bahwa frekuensi bunuh diri berbanding terbalik dengan derajat integrasi dalam komunitas dimana individu berada.[footnoteRef:13] [13: Lihat: Wiranata Adisasmita, Bunuh Diri: Topik Klasik, Menggoda, Populer, dan Berbahaya.]

Durkheim mencoba untuk melakukan analisis terhadap bunuh diri yang selama ini secara eksklusif didasarkan pada sudut pandang psikologis dan individualistik. Ini berarti bunuh diri merupakan gejala sosial yang dikerangkai oleh kondisi atau struktur kemasyarakatan yang melingkupinya. Menurut Emile Durkheim, manusia adalah mahluk pertama dan terutama sebagai mahluk sosial yang dapat bertahan sepanjang sejarah dengan hidup dan bekerja sama dengan sesama manusia. Kebutuhan untuk menjadi bagian dari komunitas tertanam sangat dalam pada individu. Individu dalam komunitas akan saling berinteraksi, dan kebebasan yang dibatasi oleh kontrol sosial berdasarkan seperangkat norma dan nilai sebagai aturan umum. Akhirnya manusia manusia dalam kehidupan sosial akan mengenai dan sekaligus terkena oleh norma dan nilai itu sendiri. Dalam hubungan timbal balik inilah perilaku bunuh diri dapat dipilah-pilah berdasarkan derajat integrasi sosial individu terhadap komunitas. Kuat-lemahnya sikap individu terhadap komunitasnya akan menyebabkan terjadi kasus bunuh diri bertipe altruism dan egoism. Sedang kuat-lemahnya kontrol komunitas terhadap individu akan membentuk kasus bunuh diri bertipe fatalism dan anomic.[footnoteRef:14] [14: Lihat: Wiranata Adisasmita, Bunuh Diri: Topik Klasik, Menggoda, Populer, dan Berbahaya.]

1. Tipe pertama adalah bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Inilah corak bunuh diri akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang dilakukan individu. Maksudnya, individu tidak cukup untuk melakukan pengikatan diri dengan kelompok sosial. Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan panduan hidupnya.Sebagai contoh, orang-orang yang sudah lanjut usia (elderly) yang membunuh diri mereka sendiri setelah kehilangan kontak atau sentuhan dari teman atau keluarganya bisa dimasukkan ke dalam kategori ini.2. Kedua, bunuh diri altruistik (altruistic suicide) sebagai hasil dari integrasi sosial yang terlalu kuat. Individu sedemikian menyatu dengan kelompok sosial, sehingga kehilangan pandangan terhadap keberadaan individualitas mereka sendiri. Puncaknya mendorong untuk berkorban demi kepentingan kelompoknya. Contoh, bunuh diri yang dilakukan kalangan anggota militer. Fenomena ini sering dilakukan tentara Jepang pada PD II dengan melakukan aksi Kamikaze untuk menghancurkan kekuatan musuh seperti yang telah dibahas di atas, termasuk pula tindakan Harakiri. Bom bunuh diri yang mengatasnamakan jihad juga masuk dalam kategori ini. 3. Ketiga adalah bunuh diri anomik (anomic suicide) yang berarti bunuh diri yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum, serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami kekosongan. Terdapat empat jenis bunuh diri yang disebabkan situasi anomik ini, yakni a. Anomi ekonomis akut, yang berarti kemerosotan secara sporadis pada kemampuan lembaga-lembaga tradisional (seperti agama dan sistem-sistem sosial pra-industrial) untuk meregulasikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. b. Anomi ekonomis kronis, yang maknanya adalah kemerosotan regulasi moral yang berjalan dalam jangka waktu lama. Misalnya saja Revolusi Industri yang menggerogoti aturan-aturan sosial tradisional. Tujuan untuk meraih kekayaan dan milik pribadi ternyata tidak cukup untuk menyediakan perasaan bahagia. Tidak aneh misalnya, jika saat itu angka bunuh diri lebih tinggi terjadi pada orang yang kaya daripada orang-orang yang miskin. c. Anomi domestik akut, yang dapat dipahami sebagai perubahan yang sedemikian mendadak pada tingkatan mikrososial yang berakibat pada ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi. Misalnya saja keadaan menjadi janda merupakan contoh terbaik dari kondisi anomi semacam ini. d. Anomi domestik kronis yang dapat dirujuk pada kasus pernikahan sebagai institusi atau lembaga yang mengatur keseimbangan antara sarana dan kebutuhan seksual dan perilaku di antara kaum lelaki dan perempuan. Seringkali yang terjadi adalah lembaga perkawinan secara tradisional sedemikian mengekang kehidupan perempuan, sehingga membatasi peluang- peluang dan tujuan-tujuan hidup mereka. 4. Tipe keempat adalah bunuh diri fatalistik (fatalistic suicide) yang merupakan akibat dari regulasi atau pengaturan yang berjalan secara bersambung dan berlebihan terhadap kehidupan individu. Di sini individu merasakan hidupnya tidak berharga karena sedemikian tertindas atau dibatasi ruang geraknya. Fenomena banyak orang yang mengakhiri hidupnya secara tragis tak terlepas dari fakta bahwa masyarakat di kota-kota besar mengalami tekanan sosial atau tekanan kelompok yang sangat serius. Contoh kasus yang baru-baru ini terjadi seperti yang telah disinggung di bagian pendahuluan yakni kasus bunuh diri salah satu tersangka kekerasan seksual di TK JIS di toilet Polda Metro Jaya.

Empat jenis kategori yang dirumuskan oleh Emile Durkheim ini bisa dijadikan landasan teori alasan mengapa seseorang melakukan tidakan bunuh diri. Integrasi dan peraturan memainkan peranan yang sangat kuat dimana harus terjadi keseimbangan agar tercipta suasana yang normal di dalam suatu masyarakat yang hidup bersama.[footnoteRef:15] [15: Lihat: Santi Mariana dalam Skripsi "Bunuh Diri Sebagai Pilihan Sadar Individu" Analisa Kritis Filosofis Terhadap Konsep Bunuh Diri Emile Durkheim, (FIB Program Studi Filsafat Universitas Indonesia, 2012), hlm. 61]

BAB IIIPENUTUP

Demikianlah pembahasan mengenai hadits aqidah yang berkaitan dengan larangan bunuh diri dalam Islam. Dapat disimpulkan bahwa bunuh diri hukumnya haram dalam Islam apapun alasannya. Namun mengenai menurut Imam Nawawi dalam syarahnya ada tiga pendapat. Pendapat pertama kekal dalam neraka hanya berlaku bagi orang yang menghalalkan praktek tersebut setelah sebelumnya mengetahui tentang keharamannya. Pendapat kedua menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan khulud (artinya: kekal) dalam matan hadits tersebut adalah dalam waktu yang sangat lama, bukan berarti kekal selama-lamanya. Pendapat ketiga menyebutkan bahwa memang asal hukuman perbuatan tersebut seperti yang disebutkan dalam matan hadits. Hanya saja setelah itu Allah bersifat dermawan sehingga memberitahukan kalau orang yang meninggal dunia dalam keadaan Muslim tidak akan kekal di dalam neraka.Tindakan bunuh diri juga sangat terkait dengan keyakinan dan kepercayaan seseorang, untuk itulah sangat penting penanaman nilai-nilai keimanan, ketauhidan serta pemahaman tentang adanya kehidupan setelah kematian (akhirat) sejak usia dini. Karena fenomena bunuh diri ternyata juga sudah sangat sering dijumpai pelakunya adalah anak-anak dan remaja dengan alasan yang sangat sederhana. Terdapat empat jenis kategori yang dirumuskan oleh Emile Durkheim sebagai alasan mengapa seseorang melakukan tidakan bunuh diri yakni: Anomic, Egoism, Altruism, dan Fatalism. Integrasi dan peraturan memainkan peranan yang sangat kuat dimana harus terjadi keseimbangan agar tercipta suasana yang normal di dalam suatu masyarakat yang hidup bersama.

1