83
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS DEXTROMETHORPHAN HBr dan DIPHENHYDRAMINE HCl DALAM SEDIAAN OBAT BATUK CAIR SECARA ULTRA PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (UPLC) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana sains Disusun Oleh : Muhamad Faisal Fuad 062108031 PROGRAM STUDI KIMIA

LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS

DEXTROMETHORPHAN HBr dan DIPHENHYDRAMINE HCl

DALAM SEDIAAN OBAT BATUK CAIR SECARA ULTRA

PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (UPLC)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana sains

Disusun Oleh :

Muhamad Faisal Fuad

062108031

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2012

Page 2: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengembangan Metode Analisis Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl dalam Sediaan Obat Batuk Cair Secara

Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC)

Nama : Muhamad Faisal Fuad

NPM : 062108031

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui

Bogor, Maret 2013

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Eka Herlina, M.Pd) (Drs. Agus Taufiq, M.Si)

Mengetahui,

Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan

Ketua Ilmu Pengetahuan Alam

Dekan

( Drs. Husain Nashrianto, M.Si ) ( Dr. Prasetyorini, M.Si )

Page 3: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat

Rahmat dan Inayah-Nya yang dilimpahkan penulis memperoleh kekuatan dan

kekuatan tenaga dan fikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan segala kenikmatan-Nya. Shalawat dan salam penulis haturkan pada Nabi

akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menuntun seluruh umat

manusia ke jalan Allah SWT.

Skripsi ini, dibuat untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Sains, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Pakuan Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besar nya kepada :

1. Ibu Dr. Prasetyorini, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

2. Bapak Drs. Husain Nashrianto, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi

Kimia, FMIPA Universitas Pakuan Bogor.

3. Dra. Eka Herlina, M.Pd dan Drs. Agus Taufiq, M.Si. selaku pembimbing

yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan selama penulisan skripsi

ini.

4. Orang tua tercinta, yang selalu menjadi penyemangat dan memberi doa yang

tulus.

Penulis memohon saran yang bersifat membangun bagi para pembaca.

Terima kasih.

Penulis

iii

Page 4: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

MUHAMAD FAISAL FUAD. 062108031. 2012. : “Development of Analytical

Methode Dextromethorphan HBr and Diphenhydramine HCl in Liquid

Cough Preparation Using Ultra High Performance Liquid Chromatography

(UPLC)”, supervised by Dra. Eka Herlina, M.Pd. and Drs. Agus Taufiq, M.Si.

SUMMARYAnalytical methode development performed over demand of faster

analysis, especially on industry demanding faster analysis with minimum cost. The author tries to develop analytical methode Dextromethophan Hbr and Diphenhydramine HCl in liquid cough preparations of using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) become Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC). In previous studies for determination of vitamin B1, B2, and B6 in a multivitamin supplement beverages using HPLC at pressures < 4000 Psi takes 15 minutes with a gradient mobile phase method, and only takes 3 minutes using UPLC at pressure 4000 Psi - 15000 Psi. It is expected that the development of these methods to UPLC will make the run time (injection time) faster. This study aims to find a method that is faster and more efficient methods of analysis Dextromethorphan HBr and Diphenhydramine HCl with UPLC utilization.

Methodology of the research consisted of searching an optimum flow rate, verification, and data processing. Searching an optimum flow rate by comparing the suitability parameters system including resolution (separation of power), relative standard deviation (RSD), and tailing factor at flow rate of 0.20, 0.30, and 0.40 mL / min. The verification that is perform including precision, accuracy, and selectivity.

Based on system suitability test results, the optimal flow rate is on 0.30 mL/min. After verification, the results that is obtained meet requirements of the verification tests with the resolution on 2.247, relative standard deviation (RSD) on 0.50% for Dextromethorphan HBr, 0.55% for Diphenhydramine HCl, and recovery for Dextromethorphan HBr on 99.97%, and Diphenhydramine HCl on 100.50%.

Keywords: Methode development, UPLC, HPLC, Liquid cough medicine.

iv

Page 5: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

MUHAMAD FAISAL FUAD. 062108031. 2012. : “Pengembangan Metode

Analisis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam Sediaan

Obat Batuk Cair Secara Ultra High Performance Liquid Chromatography

(UPLC)”, Dibimbing oleh Dra. Eka Herlina, M.Pd. dan Drs. Agus Taufiq,

M.Si.

RINGKASANPengembangan metode analisis dilakukan seiring tuntutan waktu analisis

yang semakin cepat, terutama pada industri yang menutut kecepatan dengan biaya seminimal mungkin. Penulis mengembangkan metode analisis Dextromethophan Hbr dan Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat batuk cair secara High Performance Liquid Chromatography (HPLC) menjadi menggunakan Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC). Pada penelitian sebelumnya untuk penetapan vitamin B1, B2, dan B6 pada suatu minuman suplemen multivitamin menggunakan HPLC pada tekanan < 4000 psi membutuhkan waktu 15 menit dengan metode fase gerak gradien, sedangkan membutuhkan waktu 3 menit jika menggunakan UPLC pada tekanan 4000 Psi – 15000 Psi. Diharapkan dengan pengembangan metode ini ke UPLC akan didapatkan run time (waktu injeksi) yang jauh lebih singkat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode yang lebih cepat dan lebih efisien untuk metode analisis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dengan pemanfaatan UPLC.

Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian laju alir yang optimum, verifikasi, dan pengolahan data. Penelitian laju alir yang optimum dilakukan dengan membandingkan parameter kesesuaian sistemnya yang meliputi resolusi (daya pisah), simpangan baku relatif (RSD), dan tailing factor (faktor pengekoran) pada laju alir 0.20, 0.30, dan 0.40 mL/menit. Verifikasi yang dilakukan meliputi presisi, akurasi, dan selektivitas.

Berdasarkan hasil uji kesesuaian sistem, laju alir yang optimal adalah pada kecepatan 0.30 mL/menit. Setelah diverifikasi, hasil yang didapatkan memenuhi persyaratan uji verifikasi yaitu dengan resolusi 2.247, simpangan baku relatif (RSD) 0.50% untuk Dextromethorphan HBr, 0.55% untuk Diphenhydramine HCl, dan recovery 99.97% untuk Dextromethorphan HBr, 100.50% untuk Diphenhydramine HCl.

Kata Kunci : Pengembangan metode, UPLC, HPLC, Obat batuk cair.

v

Page 6: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................iii

RINGKASAN.............................................................................................iv

SUMMARY.................................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................viii

DAFTAR TABEL.......................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...........................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................2

1.4 Hipotesis............................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................4

2.1 Kromatografi.....................................................................................4

2.1.1 Skema Pembagian Kromatografi....................................................4

2.2 HPLC.................................................................................................7

2.3 UPLC...............................................................................................12

2.4 Uji Kesesuaian Sistem.....................................................................14

2.5 Verifikasi.........................................................................................18

2.6 Batuk................................................................................................19

2.7 Obat Batuk.......................................................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................25

vi

Page 7: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................25

3.2 Alat dan Bahan................................................................................25

3.3 Metode Penelitian............................................................................25

BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................28

4.1 Uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan HPLC........................................28

4.2 Uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan 3 laju alir...........30

4.4 Verifikasi metoda pemeriksaan Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC........................................33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................38

5.1 Kesimpulan......................................................................................38

5.2 Saran................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA................................................................................39

Lampiran....................................................................................................41

vii

Page 8: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Pembagian Kromatografi..........................................................5

Gambar 2. Skema alat HPLC................................................................................10

Gambar 3. Contoh kromatogram KCKT...............................................................14

Gambar 4. Contoh perhitungan faktor asimetri....................................................15

Gambar 5. Cara mengukur tR; Wh/2; Wb; dan σ suatu puncak kromatogram....17

Gambar 6. Struktur Dextromethorphan HBr........................................................22

Gambar 7. Struktur Diphenhydramine HCl..........................................................23

Gambar 8. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan HPLC........................................................28

Gambar 9. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2 mL/menit........30

Gambar 10..............Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.3 mL/menit........30

Gambar 11.Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.4 mL/menit........31

viii

Page 9: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

DAFTAR TABEL

Tabel . Syarat kesesuaian sistem PT. Kalbe Farma Tbk......................................18

Tabel 2. Hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorpan HBr dan Diphenhydramine

HCl dengan HPLC.................................................................................................29

Tabel 3. Hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorpan HBr dan Diphenhydramine

HCl dengan UPLC.................................................................................................31

Tabel 4. Hasil Uji selektifitas pada laju alir 0.3 mL/menit dengan UPLC............33

Tabel 5. Data hasil uji presisi Dextromethorphan HBr.........................................34

Tabel 6. Data hasil uji presisi Diphenhydramine HCl...........................................35

Tabel 7. Data hasil uji akurasi Dextromethorphan HBr........................................36

Tabel 8. Data hasil uji akurasi Diphenhydramine HCl..........................................36

ix

Page 10: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram alir metodologi penelitian..................................................41

Lampiran 2. Diagram alir preparasi standar dan sampel.......................................42

Lampiran 3. Rumus perhitungan uji kesesuaian system :.....................................43

Lampiran 4. Data hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan HPLC........................................................45

Lampiran 5. Data hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2 mL/menit........46

Lampiran 6. Data hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.3 mL/menit........47

Lampiran 7. Data hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.4 mL/menit .

Lampiran 8. Data hasil uji verifikasi presisi pemeriksaan Dextromethorphan HBr

dan Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC. .

Lampiran 9. Data hasil uji verifikasi akurasi pemeriksaan Dextromethorphan HBr

dan Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC. .

x

Page 11: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman telah menuntut untuk semakin cepat dalam hal

kecepatan analisis. Seiring berjalannya waktu setiap orang, perusahaan, atau

badan penelitian selalu mencari metode yang lebih cepat, tepat, dan efisien untuk

suatu pemeriksaan.

Sejalan dengan perkembangan ilmu sains dan teknologi, metode analisis

dari zaman ke zaman juga mengalami perubahan. Perubahan metode tersebut

disesuaikan dengan peruntukannya, karena kondisi yang berubah, ataupun

tuntutan kecepatan analisis.

Kromatografi pada awalnya hanya digunakan untuk pemeriksaan

kualitatif, tetapi saat ini kromatografi telah berkembang menjadi untuk analisis

kuantitatif. Seperti analisis menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC)

yang pada awalnya hanya untuk kualitatif, sekarang setelah terdapat alat yang

disebut High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) yang

menggabungkan TLC dengan densitometri sehingga dapat dilakukan pengujian

kuantitatif menggunakan TLC.

Selain HPTLC, telah dikembangkan beberapa alat instrumentasi

kromatografi untuk keperluan analisis lainnya, meliputi Gas Chromatography

(GC), High Performance Liquid Chomatography (HPLC). Sekarang ini ada alat

yang baru diperkenalkan yaitu Ultra Performance Liquid Chromatography

(UPLC) yang jauh lebih cepat jika di dibandingkan dengan HPLC.

Metode saat ini yang sering digunakan oleh Industri Farmasi, salah

satunya adalah HPLC terutama untuk industri yang menjadikan United State

Pharmacopeae (USP) sebagai standar. Adanya UPLC ke dunia industri maka

banyak dari industri farmasi yang beralih dari HPLC ke UPLC untuk pemeriksaan

kadar zat aktif.

Metode yang dipakai untuk pemeriksaan Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl di tempat penelitian adalah menggunakan HPLC dengan

1

Page 12: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

run time (waktu injeksi) + 7 menit untuk satu injeksi, dan belum ada metode

dengan UPLC. Metode analisis menggunakan HPLC merupakan analisis yang

bisa dikategorikan cepat, tetapi di industri mereka membutuhkan analisis yang

lebih cepat dan efisien dari ini. Hal ini dikarenakan tuntutan kebutuhan produk

dengan waktu yang cepat dengan biaya seminimal mungkin, dan jumlah lot

produk yang banyak.

Prinsip kedua alat ini hampir serupa, yaitu kromatografi cair-cair, hanya

berbeda pada pompa, dan kolom yang digunakan. Kolom yang digunakan

mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari HPLC, dan pompa yang digunakan

adalah pompa bertinggi (lebih tinggi dari HPLC, > 4000 Psi) dikarenakan

perbedaan pompa dan kolom yang digunakan, maka metode yang digunakan

harus disesuaikan dan harus diverifikasi kembali.

Pada penelitian sebelumnya untuk penetapan vitamin B1, B2, dan B6 pada

suatu suplemen multivitamin menggunakan HPLC pada tekanan <4000 psi

membutuhkan waktu 15 menit dengan metode fase gerak gradien, dan hanya

membutuhkan waktu 3 menit. Jika menggunakan UPLC pada tekanan

4000 Psi – 15000 Psi. Sehingga diharapkan dengan pengembangan metode ini ke

UPLC akan didapatkan run time yang jauh lebih singkat.

1.2 Perumusan Masalah

Run time yang cukup panjang untuk satu injekan yaitu + 7 menit untuk

analisis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat

batuk cair menggunakan HPLC, maka dibutuhkan metode yang dapat

menganalisis kadar Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam

sediaan obat batuk cair yang lebih cepat dari metode tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Mendapatkan metode yang lebih cepat dan lebih efisien untuk penetapan

kadar Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dengan pemanfaatan

UPLC.

2

Page 13: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

1.4 Hipotesis

Metode analisis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl pada

sediaan obat batuk cair menggunakan UPLC lebih cepat dan efisien bila

dibandingkan dengan HPLC.

1.5 Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini, waktu analisis Dextromethorphan HBr dan

Diphenhyramine HCl pada sediaan obat batuk cair, menjadi lebih cepat dengan

penggunaan UPLC.

3

Page 14: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kromatografi

Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen

yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, yaitu fasa stasioner (fasa

diam), dan fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang

fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan

fasa gerak cenderung membawanya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada

fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak, suatu campuran dapat

dipisahkan. Komponen yang kurang larut dalam fasa gerak, yang lebih kuat

terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen

yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat.

Penemu kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba

memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang

berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk

melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada

waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk

memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui

sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.

Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi

beberapa golongan besar yaitu kromatografi gas dan kromatografi cair.

2.1.1 Skema Pembagian Kromatografi

Pembagian kromatografi menurut jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat

dilihat pada skema dibawah ini :

4

Page 15: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Kromatografi

Padat Cair Ion Exchange Gel

Gas Cair Gas Cair Cair

Fase Diam

Fase GerakCair

Pembagian ini selanjutnya dapat dibagi lagi seperti terlihat pada skema

berikut:

1. Kromatografi Gas :

a. Gas Liquid Chromatography (GLC)

b. Gas Solid Chromatography (GSC)

2. Kromatografi Cair :

a. Liquid Liquid Chromatography (LLC) - Paper Chromatography (PC),

High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

LLC adalah pembagian kromatografi dimana partisi terjadi antara fase

gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair. Dalam hal ini fase diam tidak

boleh larut dalam fase gerak. Umumnya sebagai fase diam digunakan air dan

sebagai fase gerak adalah pelarut organik. Misalnya pada kromatografi kertas,

sebagai fase diam adalah air yang terserap pada serat selulosa dari kertas.

Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar,

dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang

(umumnya bidang datar) yaitu betuk kertas. Seluruh bentuk kromatografi

memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan

fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa

komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang

berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.

5

Gambar 1. Skema Pembagian Kromatografi

(Sumber: Yazid, 2005 )

Page 16: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Dalam kromatografi kertas, fase diamnya adalah kertas serap yang sangat

seragam dan fase geraknya adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah

dilakukan dimana proses dikenal sebagai "analisis kapiler". Metode-metode ini

sangat sesuai dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas

dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi.

Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu

bubuk selulosa. Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-

alat yang teliti atau mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan

dan materi-materi yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan

dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika

dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas

dengan jalan memotong-motongnya, kemudian dilarutkan secara terpisah.

b. LSC (Liquid Solid Chromatography)-TLC (Thin Layer

Chromatography), dan Kolom

LSC adalah kromatografi penyerapan. Sebagai adsorben digunakan silika

gel, alumina, penyaring molekul atau gelas berpori dipak dalam sebuah kolom

dimana komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase gerak.

Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan teknik

pemisahan yang masuk golongan ini. 

c. Ion Exchange

Teknik ini menggunakan zeolitas, resin organik atau anorganik sebagai

penukar ion. Senyawaan yang mempunyai ion-ion dengan afinitas yang berbeda

terhadap resin yang digunakan dapat dipisahkan. Analisis asam-asam amino

adalah yang umum dilakukan dengan cara ini. Contoh lain adalah asam-asam

nukleat dan analisis garam-garam anorganik.

d. Ekslusi : - GP (Gel Permeation)- GF (Gel Filtration)

Dalam teknik ini, gel non ionik berpori banyak dengan ukuran yang sama

digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan ukuran

molekulnya (BM). Molekul-molekul yang kecil akan memasuki pori-pori dari gel

6

Page 17: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

sedangkan molekul besar akan melewati sela-sela gel lebih cepat bila

dibandingkan dengan molekul yang melewati pori-porinya. Jadi urutan elusi

mula-mula adalah molekul yang lebih besar, molekul sedang, dan terakhir

molekul yang paling kecil. Bila sebagai penyaring digunakan sephadex (gel yang

hidrofil) maka teknik ini disebut gel filtration chromatography dan bila digunakan

gel yang hidrofob (polystyrene-divinylbenzene) disebut gel permeation

chromatography.

Teknik kromatografi yang umum digunakan di bidang farmasi yaitu

kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi

gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

2.2 HPLC

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia.

KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan

fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padatan.

2.2.1 Sejarah HPLC

Pada awal tahun 60an adalah awal dimulainya sejarah tentang HPLC.

Selanjutnya pada akhir tahun 70an dimulainya peningkatan material material

kolom dan intrumentasi dari HPLC.

Pada awal tahun 80an HPLC mulai terkenal, dan mulai banyak digunakan

di dunia industri. Semenjak 2006 banyak perusahaan yang mengembangkan

instrumen analisis HPLC. Penamaan yang digunakan untuk alat yang merupakan

perkembangan dari HPLC ini berbeda beda setiap perusahaan yang

memproduksinya, dan nama intrumen tersebut antara lain Ultra high Performance

Liquid Chromatography (UPLC), Rapid Resolution Liquid Chromatography

(RRLC), Ultra Fast Liquid Chromatography (UFLC), dan Rapid Separation

Liquid Chromatography (RSLC).

Banyak kelebihan metode HPLC ini jika dibandingkan dengan metode

kromatografi cair klasik. Kelebihan itu antara lain :

Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran

7

Page 18: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Mudah melaksanakannya

Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi

Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang

dianalisis

Resolusi yang baik

Dapat digunakan bermacam-macam detektor

Kolom dapat digunakan kembali

Mudah melakukan “sample recovery” (Johnson, 1991).

HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari

kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah

grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuat

waktu analisis menjadi lebih cepat.

HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil

untuk material terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas

permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase diam dan molekul-molekul

yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari

komponen-komponen dalam campuran.

Perkembangan yang lebih luas melalui kromatografi kolom

mempertimbangkan metode pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode

ini sangat otomatis dan sangat peka.

2.2.2 Jenis HPLC menurut polaritas fasa gerak dan fasa diam.

Jika dilihat dari sifat polaritas fase gerak dan diamnya maka HPLC dapat

dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Fase Normal

Walaupun nama fase ini adalah fase normal, teknik ini merupakan teknik

yang tidak biasa digunakan dalam analisis rutinitas. Pada fase ini kolom yang

digunakan mempunyai polaritas yang lebih tinggi jika di badingkan dengan

eluennya.

8

Page 19: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat

lebih lama pada silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar.

Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati

kolom.

2. Fase Terbalik

Pada teknik fase terbalik ini polaritas eluen lebih tinggi jika di bandingkan

dengan kolom yang digunakan. Teknik ini mempunyai kelebihan, yaitu eluen

yang digunakan lebih murah, oleh karena itu teknik ini sering kali digunakan di

industri untuk analisis sehari hari.

Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk

atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals.

Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan

pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada

dalam molekul-molekul air atau metanol. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini

akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom.

2.2.3 Jenis elusi HPLC

Elusi pada kromatografi cair kinerja tinggi dapat dibagi menjadi dua

sistem yaitu:

Sistem elusi isokratik.

Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak

dengan perbandingan tetap, atau dapat dikatakan komposisi fase gerak tetap

selama elusi.

Sistem elusi gradien.

Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang

perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu, komposisi fase gerak

berubah-ubah selama elusi.(Azhar,2010)

9

Page 20: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Eluen

Pompa

Injektor

Kolom

Detektor

Display

Buangan

2.2.4 Skema alat HPLC

Gambar diatas memperlihatkan alat atau komponen dasar yang biasa

digunakan pada alat HPLC, yaitu :

1. Eluen, yang berfungsi membawa sampel yang diperiksa ke dalam kolom

pemisah. Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau fasa gerak

adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat

variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi

ada beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu fasa gerak harus :

a. Murni, tidak terdapat kontaminan

b. Tidak bereaksi dengan wadah (packing)

c. Sesuai dengan detektor

d. Melarutkan sampel

e. Memiliki visikositas rendah

f. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"

g. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang

karena prosedur pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal

biayanya. Dari semua persyaratan di atas, persyaratan a sampai dengan d

merupakan yang sangat penting.

10

Gambar 2. Skema alat HPLC

(Sumber: Efendy, 2004)

Page 21: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

2. Pompa, yang berfungsi mendorong eluent dan sampel agar masuk ke dalam

kolom, dan kecepatan alir atau tekanan dapat diatur.

3. Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel didistribusikan

ke dalam kolom.

4. Kolom pemisah, berfungsi memisahkan komponen komponen yang berada

pada sampel. Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya

suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang

sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :

Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung

pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang

yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros

mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.

Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar

dan panjang kolom 25 -100 cm.

5. Oven, merupakan alat yang digunakan untuk mengkondisikan suhu kolom

yang digunakan.

6. Detektor, suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen

sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarya

(analisis kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi,

gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi

respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap

aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat

diperoleh.

Sebagian besar detektor yang dipakai pada KCKT tidak merusak sehingga

komponen cuplikan dapat dikumpulkan dengan mudah ketika mereka

melewati detektor. Biasanya pelarut dihilangkan dengan mudah dengan cara

penguapan, kecuali pada pertukaran ion yang memerlukan tatakerja khusus.

(Johnson, 1991)

7. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data (weiss. J ,

1995)

11

Page 22: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

2.3 UPLC

UPLC merupakan salah satu dari KCKT, dan prinsip dari alat ini sama

persis dengan HPLC. Perbedaannya dengan HPLC adalah tekanan pada sistem

kromatografi. Pompa HPLC mampu menghasilkan tekanan yang tinggi tetapi

tidak setinggi UPLC (HPLC < 4000 Psi, UPLC > 4000 Psi) dapat menghasilkan

tekanan hingga 15000 Psi.

Komponen dari alat ini serupa dengan Instrumen HPLC, alat ini memiliki

pompa untuk mengalirkan eluen, injektor, kolom, oven dan detektor. Tekanan

yang tinggi merupakan hasil gabungan dari pompa dan kolom berbeda yang

digunakan pada HPLC.

Pompa, pompa yang digunakan di UPLC sanggup bekerja hingga tekanan

15000 Psi.

Kolom, kolom yang digunakan mempunyai ukuran partikel yang jauh

lebih kecil jika di bandingkan dengan kolom yang digunakan pada HPLC

(< 3.5µm).

2.3.1 Detektor pada UPLC

Detektor, pada alat UPLC ini alat detektor yang digunakan umumnya

serupa dengan detektor pada alat HPLC, detektor yang sering digunakan adalah :

1. Detektor TUV (Tunable Ultraviolet)

Detektor ini merupakan detektor absorbansi sinar UV dan visible.

Detektor ini memiliki dua pilihan sel, sel analitik volume 500 nanoliter dengan

panjang 10 mm, dan sel sensivitas tinggi volume 2.4 mikroliter dengan panjang 25

mm. Detektor TUV ini dapat beroperasi pada panjang gelombang dari 190 nm

hingga 700 nm.

Detektor ini merupakan detektor yang digunakan pada penelitian ini.

Detektor ini menggunakan prinsip yang sama dengan spektrofotometri, yaitu

menggunakan prinsip hukum lambert beer, yaitu : ”Bila suatu cahaya

monokromatis melalui suatu medium transparan, maka turunnya intensitas

cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambahnya tebal dan kepekatan

medium” .

12

Page 23: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Hukum tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

A = a. b. c atau dalam keadaan lain dapat dituliskan:

A = ε. b. c

dimana:

A = absorbansi

a = tetapan absorpsivitas

ε = koefisien ekstingsi molar

b = tebal kuvet yang dilalui sinar (cm)

c = konsentrasi (mg /L) atau (mol /L)

Tebal kuvet yang dilalui sinar (b) dan konsentrasi (c) adalah faktor yang

sangat menentukan bagi harga absorbansi sehingga harus ditunjukkan secara jelas.

Jika konsentrasi dalam prosedur analisis dinyatakan sebagai mol / L (molar) maka

tetapan disebut absorptivitas molar (ε).Akan tetapi bila konsentrasi dinyatakan

sebagai gram/ L maka tetapan disebut absorptivitas (a). (Underwood A L,1990)

2. Detektor PDA (photodiode array)

Detektor ini merupakan detektor absorbansi sinar UV dan visible, dan

dapat beroperasi pada panjang gelombang antara 190 nm hingga 500 nm. Detektor

ini sama seperti detektor TUV memiliki dua pilihan sel, sel analitik volume 500

nanoliter dengan panjang 10 mm, dan sel sensivitas tinggi volume 2.4 mikroliter

dengan panjang 25 mm. Kelebihan detektor ini jika dibandingkan dengan TUV

adalah mendeteksi pada semua panjang gelombang, sehingga data yang

didapatkan berupa 3 dimensi yaitu, Panjang gelombang, absorbansi ,dan

absorbansi.

3. Detektor ELS (evaporative light Scattering)

Detektor ini dilengkapi nebulizer yang telah di desain khusus untuk,

UPLC.

Dengan tekanan yang tinggi, maka komponen yang dipisahkan akan cepat

terpisah, dan lebih cepat terpisah jika dibandingkan dengan HPLC karena

mempunyai tekanan yang lebih besar dari HPLC.

13

Page 24: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

2.4 Uji Kesesuaian Sistem

Pengujian kesesuaian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah alat,

metode dan sistem kromatografi cair kinerja tinggi yang digunakan dapat

memberikan hasil yang baik dalam proses analisis. Uji kesesuaian sistem

dilakukan dengan perhitungan menggunakan data kromatogram dari hasil lima

kali pengulangan injeksi 20 µL standar dengan konsetrasi yang sama ke dalam

alat KCKT. Berikut merupakan contoh kromatogram KCKT :

Gambar 3. Contoh kromatogram KCKT

Menurut Farmakope Amerika (USP), suatu sistem dikatakan sesuai jika

memenuhi persyaratan salah satu uji seperti resolusi (daya pisah), presisi, faktor

asimetri puncak, efisiensi kolom dan faktor kapasitas.

2.4.1 Resolusi (Daya Pisah)

Dalam kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT/HPLC), resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2

puncak yang saling berdekatan (ΔtR = tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak

(W1 + W2)/2

2.4.2 Simpangan Baku Relatif

Uji simpangan baku relatif kesesuaian sistem dilakukan dengan

perhitungan menggunakan data kromatogram dari hasil lima kali pengulangan

injeksi standar dengan konsentrasi yang sama ke dalam alat KCKT. Batas

simpangan baku relatif uji kesesuaian sistem adalah 2.0% (Ditjen POM, 1995)

14

Page 25: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Rumus untuk perhitungan simpangan baku relatif adalah :

SB=√∑i=1

i=n

(Xi- X )2

n−1

SBR=SBX

×100 %

Keterangan :

SD = Standar deviasi/ simpangan baku (SB)

Xi – X = Simpangan dan observasi terhadap rata-rata sampel

N = Banyaknya data

%RSD = Relatif standar deviasi/ simpangan baku relatif

X = Rata-rata kadar

2.4.3 Faktor asimetri (tailing factor, TF)

Jika puncak yang akan dikuantifikasi adalah asimetri (tidak setangkup),

maka suatu perhitungan asimetrisitas merupakan cara yang berguna untuk

mengontrol atau mengkarakterisasi sistem kromatografi. Puncak asimetri muncul

karena berbagai faktor. Peningkatan puncak yang asimetri akan menyebabkan

penurunan resolusi, batas deteksi, dan standar deviasi.

Gambar 4. Contoh perhitungan faktor asimetri

Faktor Asimetri (TF)= (a+b)2a

Keterangan : a = ½ Puncak awal

b = ½ Puncak ekor

h = Tinggi puncak

15

Page 26: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Gambar tersebut menunjukkan bagaimana menghitung nilai faktor

asimetri (tailing factor, TF). Kromatogram yang memberikan harga TF =1

menunjukkan bahwa kromatogram tersebut bersifat setangkup atau simetris.

Harga TF > 1 menunjukkan bahwa kromatogram mengalami pengekoran (tailing).

Semakin besar harga TF maka kolom yang dipakai semakin kurang efisien.

Dengan demikian harga TF dapat digunakan untuk melihat efisiensi kolom

kromatografi.

2.4.4 Efisiensi Kolom Ukuran efisiensi kolom adalah jumlah lempeng (plate number, N) yang

didasarkan pada konsep lempeng teoritis pada distilasi. Jumlah lempeng (N)

dihitung dengan:

Yang mana:

tR : waktu retensi solut

σt : simpangan baku lebar puncak

Wh/2 : lebar setengah tinggi puncak

Wb : lebar dasar puncak

16

Page 27: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Gambar dibawah menjelaskan bagaimana cara menghitung tR; Wh/2; Wb;

dan σ suatu puncak kromatogram.

Gambar 5. Cara mengukur tR; Wh/2; Wb; dan σ suatu

puncak kromatogram

2.4.5 Kapasitas kolom

Faktor kapasitas kolom dirumuskan dengan:

Keterangan:

k’ = faktor kapasitas

tR = merupakan waktu retensi solut

tM = waktu retensi fase gerak (waktu retensi solut yang tidak tertahan

sama sekali).

Volume retensi yang bersesuaian juga dapat digunakan karena volume

retensi berbanding lurus dengan waktu retensi. Volume retensi kadang-kadang

terpilih dibanding waktu retensi karena tR bervariasi dengan kecepatan alir.

Volume retensi selanjutnya dihitung dengan rumus:

V = (Vr-Vm)/Vm

Keterangan :

Vr = volume retensi solut

Vm = volume retensi fase gerak (waktu retensi solut yang tidak tertahan

sama sekali).

17

Page 28: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Syarat kesesuaian sistem yang digunakan di internal Quality Control (QC)

PT. Kalbe Farma adalah :

Tabel 1. Syarat kesesuaian sistem PT. Kalbe Farma Tbk

SYARAT

Faktor Asimetri < 2,0

Simpangan Baku Relatif < 2,0 %

Resolusi > 1.5

2.5 Verifikasi

Verifikasi merupakan proses pembuktian bahwa laboratorium uji mampu

mendemonstrasikan bahwa metode analisis yang digunakan memiliki kelayakan

kinerja untuk melakukan sebuah penetapan rutin sesuai dengan karakteristik

kinerja metode. Hal ini mensyaratkan dilakukannya pengujian terhadap parameter

kinerja metode misalnya presisi dan akurasi.

Pengulangan perlu dilakukan jika dalam tahapan analisis terindikasi

perlunya dilakukan modifikasi metode. Verifikasi juga harus dilakukan jika:

Terjadi pergantian instrumen analisis

Terjadi pergantian pereaksi yang spesifik

Terjadi perubahan pada pengaturan laboratorium yang dapat

mempengaruhi hasil analisis

Metode digunakan pertama kali oleh staf baru

Metode telah digunakan dalam waktu yang cukup lama (Wood et

al, 2004).

Pada penelitian ini parameter verifikasi yang dilakukan meliputi :

2.5.1 Selektifitas

Selektifitas adalah kemampuan metode analisis untuk membedakan analat

yang akan ditetapkan terhadap senyawaan lain yang terdapat dalam sampel.

Selektifitas atau spesifitas suatu metode menyatakan kemampuan penetapan

secara akurat dan khusus dari komponen lain yang dicurigai dapat mengganggu

18

Page 29: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

kondisi pengujian. Pengujian selektifitas pada KCKT mengacu pada nilai resolusi

yang dihasilkan dari kromatogram.

2.5.2 Presisi

Presisi didefinikan sebagai nilai kedekatan dari hasil analisis yang dapat

diterima, dengan tujuan mengetahui kesalahan akibat operator. Presisi diterapkan

pada pengukuran berulang (Repeatability) yang menunjukkan hasil pengukuran

individual didistribusikan di sekitar nilai rata-rata dengan mengabaikan letak nilai

rata-rata terhadap nilai yang sebenarnya.

Pengujian repeatability ini dilakukan pada contoh, analis, peralatan dan

laboratorium yang sama pada waktu yang berdekatan. Penetapan repeatability

dilakukan dengan melakukan pengujian contoh minimal enam kali terhadap

sampel dengan konsentrasi analit 100 % kemudian ditentukan nilai standar deviasi

dan koefisien variasi contoh (BPOM, 2006).

2.5.3 Akurasi

Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai

sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value). Nilai

akurasi dapat ditunjukkan oleh nilai keperolehan kembali (% recovery).

Pemeriksaan akurasi pada produk obat pada umumnya dilakukan dengan

cara mengukur matriks sampel telah diketahui konsentrasinya pada konsentrasi

yang berbeda, dibandingkan dengan nilai sebenarnya, dan dihitung nilai

keperolehan kembali (% recovery) dengan rumus :

% recovery= kadar terukurkadar sebenarnya

×100 %

2.6 Batuk

2.6.1 Pengertian dan Fisiologi Batuk

Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit dan

dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Refleks batuk lazimnya diakibatkan

oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernafasan, yang terletak dibeberapa

bagian dari tenggorokan. Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang

19

Page 30: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari

dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian, batuk

merupakan suatu mekanisme perlindungan (Halim,1996).

2.6.2 Penyebab Batuk

Refleks batuk dapat timbul akibat radang (infeksi saluran pernafasan),

alergi (asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru-paru),

perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi (gas, bau). Penyebab

utama batuk adalah infeksi virus misalnya influenza, selesma, dan radang pada

cabang serta hulu tenggorokan. Penyebab lain dari batuk antara lain peradangan

pada paru-paru, tumor dan juga akibat dari suatu efek samping obat (Tan dan

Kirana, 1987).

2.6.3 Jenis-Jenis Batuk

Batuk produktif

Merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan

zat-zat asing ( kuman, debu dan sebagainya ) dan dahak dari batang tenggorokan.

Maka, jenis batuk ini tidak boleh ditekan.

Batuk Non Produktif

Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan atau

memang pengeluarannya memang tidak mungkin. Batuk jenis ini tidak ada

manfaatnya, maka haruslah dihentikan (Tan dan Kirana, 1987).

2.7 Obat Batuk

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan untuk menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala-gejala penyakit, luka-luka, kelainan pada

manusia atau hewan dan untuk memperindah badan atau bagian badan lainnya

(Anief, 1994).

Obat dikelompokkan atau digolongkan berdasarkan :

a. Menurut letak aksi anatomis, contohnya obat-obat yang bekerja

pada susunan syaraf pusat.

20

Page 31: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

b. Menurut penggunaan terapi (berdasarkan khasiat), contohnya obat

hipnotik (menidurkan)

c. Menurut mekanisme aksi farmakologis

d. Menurut sumber asli atau sifat kimia, penggunaan dan sifat

farmakoterapi. Penggolongan obat Menurut Undang-Undang :

e. Obat yang dapat dijual bebas.

f. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas (dulu

disebut daftar W), yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan

kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual

bebas.

g. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaaljik = berbahaya)

yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus

dengan resep dokter.

h. Obat narkotik (dulu disebut obat daftar O = opiat) untuk

memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotik diwajibkan

melaporkan jumlah dan macamnya. Selain penggolongan obat

menurut undang-undang tersebut diawasi pula penggunaan obat

bahan psikotropik.

Yang disebut obat bebas yaitu obat yang tidak digolongkan sebagai obat

keras, obat psikotoprik, obat narkotik, maupun obat bebas terbatas.(Yahya,1993)

Obat batuk dan pilek digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit

sehingga disebut simtomatik. Batuk dan pilek menyerang saluran pernapasan

bagian atas dan seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek

dapat digunakan bila dirasakan gejala sudah mengganggu.

Pada umumnya obat batuk akan mengandung satu atau lebih komponen

berikut, yaitu ekspektoran (berkhasiat untuk memudahkan mengeluarkan dahak

melalui refleks batuk) dan antihistamin (zat untuk mencegah atau meredam aksi

alergi). Ada pula pabrik farmasi yang menambah dengan Antitusif (zat peredam

batuk), baik yang berasal dari narkotika, maupun yang bukan narkotik. Akhir-

akhir ini ada pula yang menambahkan bahan Mukolitik (pengencer dahak yang

21

Page 32: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

kental), dan Surfaktan (bahan pencegah melekatnya dahak pada dinding saluran

pernapasan dan diharapkan dapat memperlancar pengeluaran dahak melalui

refleks batuk). (Danusantoso, 2001).

2.7.1 Dextromethorphan HBr

Dextromethorphan HBr merupakan derivat fenantren non-narkotik sintesis

berkhasiat menekan rangsangan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein tapi

bertahan lebih lama. Tidak berkhasiat analgetis, sedatif, sembelit, atau adiktif,

maka tidak termasuk daftar narkotika. Mekansime kerjanya berdasarkan

peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada penyalahgunaan dengan dosis

tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP dengan menimbulkan semacam euforia,

maka kadang kala digunakan oleh pecandu obat-obatan. Efek sampingnya hanya

ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala

dan gangguan lambung usus. (Tjay, 2010)

Dibawah ini merupakan struktur bangun, dan informasi fisik tentang

Dextromethorphan HBr :

Gambar 6. Struktur Dextromethorphan HBr

(Sumber: Jl Donato et. al, 2012)

Nama Kimia : 3-Metoksi-17-Metil-9α,13α, 14α,-Morfinan hidrobromida

Rumus Empiris : C18H25NO.HBr.H2O

Berat Molekul : 370,33

22

Page 33: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Pemerian : Hablur hampir putih atau serbuk hablur, bau lemah.

Meleleh pada suhu lebih kurang 113°C.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan

kloroform, tidak larut dalam eter.

(Ditjen POM, 1995)

2.7.2 Diphenhydramine HCl

Diphenhydramine HCl berfungsi sebagai penekan batuk dan mempunyai

efek antihistamin (antialergi) dan mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik

pada bronkitis. Memiliki efek samping yaitu pengaruh pada kardiovaskular dan

SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan psikomotor, gangguan darah, gangguan

saluran cerna, reaksi alergi, efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering,

pandangan kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi,

reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksifotosensitivitas, efek ekstrapiramidal,

bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin, mialgia,

paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambutrontok.

(http://www.diskes.jabarprov.go.id/InformasiObat)

Berikut ini merupakan rumus bangun dan data fisik dari Diphenhydramine

HCl :

Gambar 7. Struktur Diphenhydramine HCl

(Sumber: El-Sayed et. al, 2011)

Nama Kimia : 2-(diphenylmethoxy)-N,N-dimethylethylamine hydrochloride

Rumus Empiris : C17H21NO•HCL

23

+

Page 34: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Berat Molekul : 291.82

Pemerian : Hablur kristal putih atau serbuk kristal putih, dan tidak

berbau.

Kelarutan : Sangat larut dalam air dan Alkohol.

24

Page 35: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Quality Control

PT. Kalbe Farma TBK dari bulan Maret 2012 hingga Mei 2012.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 2 Bahan yang digunakan :

Bahan yang digunakan adalah working standar Dextromethorphan HBr

dan Diphenhydramine HCl, asetonitril untuk HPLC , asam trifloroasetat (TFA),

dan aquabidest.

3.2.2 Alat yang digunakan :

Alat yang digunakan adalah HPLC Waters 2487; UPLC Waters; vial

HPLC Waters; vial UPLC Waters; syring 10 mL; penyaring 0.45 nm; penyaring

0.2 nm; labu ukur 50 mL; labu ukur 20 mL; pipet ukur 2.0 mL; pipet serologi 10

mL; ultrasonic; vortex; sentrifuse; botol eluen; dan neraca analitik Metler Toledo.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Sistem Kromatografi HPLC :

Sistem kromatografi HPLC yang digunakan mempunyai perbandingan

fasa gerak asetonitril dengan trifluoro acetic acid (TFA) 0.1% sebanyak 38:62,

volume injeksi 20 µL, Jenis kolom Waters Atlantis dc 18 4.6 x 150 mm dengan

ukuran partikel 5 µm, detektor UV dengan panjang gelombang 220 nm, laju alir

1.0 mL/menit, dan dengan suhu ruangan (tanpa oven).

3.3.2 Sistem Kromatografi UPLC

Sistem kromatografi UPLC yang digunakan mempunyai perbandingan

fasa gerak asetonitril dengan trifluoro acetic acid (TFA) 0.1% sebanyak 38:62,

volume Injeksi 1.4 µL, Jenis kolom Acquity UPLC HSS T3 2.1 mm x 50 mm

dengan ukuran partikel 1.8 µm, detektor UV dengan panjang gelombang 220 nm,

laju alir 0.20 mL/menit, 0.30 mL/menit, dan 0.4 mL/menit dengan suhu ruangan

(tanpa oven).

25

Page 36: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

3.3.3 Preparasi standar

Ditimbang 62.5 mg working standar Diphenhydramine HCl dan 37.5 mg

working standar Dextromethorphan HBr. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL

dilarutkan, dihimpitkan dengan aquabidest, dan dipipet sebanyak 2.0 mL kedalam

labu ukur 20 mL. Larutan ditambahkan dengan methanol hingga tanda tera

kemudian dihomogenkan (Larutan Standar-> 125 µg/mL Diphenhydramine HCl,

dan 75 µg/mL Dextromethorphan HBr)

3.3.4 Preparasi sampel

Ditentukan berat jenis sampel dengan piknometer, ditimbang sebanyak 2.5

kali berat jenis sampel kedalam labu ukur 50 mL sebanyak 6 kali, ditambahkan

aquabidest sebanyak 10 mL, disonikasi selama 15 menit, ditambahkan metanol pa

hingga tanda batas, divorteks selama 5 menit, disonikasi kembali selama 15 menit,

larutan dihomogenkan, dituangkan ke dalam tabung sentrifuse, dan disertrifuse

selama 15 menit (Filtrat = Larutan Sampel).

Kandungan teoritis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl

yang tertera pada etiket obat batuk yang diperiksa adalah Dextromethorphan HBr

sebesar 7.5 mg/ 5 mL, dan Diphenhydramine HCl 12.5 mg / 5 mL.

3.3.5 Uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl

menggunakan HPLC.

Disaring larutan standar menggunakan filter 0.45 µm. Diinjeksikan larutan

standar dan sampel pada laju alir 1.0 mL/menit. Dihitung nilai parameter

kesesuaian sistennya yang meliputi resolusi (daya pisah), presisi, dan faktor

asimetri puncak.

3.3.6 Pencarian laju alir yang optimal pada UPLC.

Pencarian laju alir yang optimal dilakukan dengan membandingkan tiga

nilai parameter uji kesesuaian sistem yang meliputi resolusi (daya pisah),

simpangan baku relatif dan faktor asimetri pada laju alir 0.20 mL/menit, 0.30

mL/menit, dan 0.40 mL/menit.

Disaring larutan standar menggunakan filter 0.20 µm, diinjeksikan larutan

standar pada laju alir 0.20 mL/menit, 0.30 mL/menit, dan 0.40 mL/menit

26

Page 37: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

sebanyak 5 kali. Dibandingkan nilai parameter uji kesesuaian sistemnya pada

masing masing laju alir yang meliputi resolusi , simpangan baku relatif area

puncak , dan faktor asimetri puncak.

Dilakukan verifikasi terhadap laju alir yang memiliki nilai kesesuaian

sistem paling baik.

3.3.7 Verifikasi laju alir baru.

Verifikasi yang dilakukan meliputi parameter resolusi (daya pisah),

presisi, dan akurasi.

3.3.7.1 Resolusi

Larutan standar disaring menggunakan filter 0.20 µm, diinjeksikan ke

dalan sistem UPLC sebanyak 5 kali dengan laju alir yang memiliki nilai parameter

kesesuaian sistem paling baik. Dihitung nilai resolusi dari kromatogram

Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl yang dihasilkan.

3.3.7.2 Presisi

Larutan standar disaring menggunakan filter 0.20 µm, diinjeksikan ke

dalan sistem UPLC sebanyak 10 kali dengan laju alir yang memiliki nilai

parameter kesesuaian sistem paling baik. Dihitung nilai simpangan baku relatif

area dari kromatogram Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl yang

dihasilkan.

3.3.7.3 Akurasi

Dicampurkan sejumlah zat aktif yang telah ditimbang seksama dengan

campuran plasebo sehingga menghasilkan campuran dengan kadar 80%, 100%

dan 120%, masing-masing diuji triplo. Disiapkan masing-masing konsentrasi

sebanyak 3 replikasi (BPOM, 2006). Diinjeksikan masing-masing dari larutan

sampel tersebut dan juga larutan standar ke dalam sistem UPLC. Dihitung kadar,

% recovery, dan simpangan baku relatif dari Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl.

27

Page 38: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl

menggunakan HPLC.

Pada Uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine

HCl menggunakan HPLC dengan 5 replikasi menghasilkan kromatogram seperti

ditunjukkan gambar 8 berikut :

Pada gambar 8 diatas menunjukkan hasil kromatogram Dextromethorphan

HBr dan Diphenhydramine HCl menggunakan HPLC dengan metode yang telah

tervalidasi sebelumnya dan menjadi metode pemeriksaan rutin. Dari data 5 kali

injeksi didapatkan hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 2 dibawah ini :

28

Gambar 8. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan HPLC.

Page 39: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Tabel 2. Hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorpan HBr dan Diphenhydramine

HCl dengan HPLC

Zat Aktif Parameter Hasil Persyaratan

Dextromethophan

HBr

Waktu

Retensi4.439 -

Simpangan

Baku

Relatif

0.62

%< 2.0%

Faktor

Asimetri1.465 < 2.0%

Resolusi - > 1.5

Diphenhydramine

HCl

Waktu

Retensi5.056 -

Simpangan

Baku

Relatif

0.70

%< 2.0%

Faktor

Asimetri1.684 < 2.0%

Resolusi 1.960 > 1.5

Tabel 2 diatas menunjukkan Dextromethorphan HBr mempunyai waktu

retensi 4.439 menit dengan faktor faktor asimetri puncak 1.465, simpangan baku

relatif luas area puncak 0.62% dan resolusi 1.960 Diphenhydramine HCl

mempunyai waktu retensi 5.056 menit, faktor asimetri puncak 1.684, dan

simpangan baku relatif luas area puncak 0.70%., data lebih rinci dapat dilihat pada

lampiran 4.

Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi yang lebih cepat

dikarenakan sifatnya yang lebih mudah larut dalam fasa gerak dengan komposisi

asetonitril : TFA 0.1% (dalam air) dengan perbandingan 38 : 62, jika

dibandingkan dengan Diphenhydramine HCl.

29

Page 40: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

4.2 Uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl

menggunakan UPLC dengan tiga laju alir.

Pada uji kesesuaian sistem Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine

HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2 mL/menit, 0.3 mL/menit, dan 0.4

mL/menit dihasilkan kromatogram sebagai berikut :

Gambar 9. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2 mL/menit.

Gambar 10. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.3 mL/menit.

30

Page 41: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Gambar 11. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.4 mL/menit.

Dari ketiga kromatogram diatas didapatkan hasil yang ditampilkan pada

Tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3. Hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorpan HBr dan Diphenhydramine

HCl dengan UPLC

Zat Aktif Parameter Laju Alir(mL/menit) Hasil Syarat

Dextromethophan HBr

Waktu Retensi0.2 1.523

-0.3 1.2930.4 0.985

Simpangan Baku Relatif

0.2 0.31< 2.0%0.3 0.82

0.4 1.29

Faktor Asimetri0.2 0.990

< 2.00.3 0.9820.4 0.966

Resolusi0.2 -

-0.3 -0.4 -

Diphenhydramine HCl

Waktu Retensi0.2 1.775

-0.3 1.5050.4 1.106

Simpangan Baku Relatif

0.2 0.33< 2.0%0.3 0.83

0.4 0.58

Faktor Asimetri0.2 1.323

< 2.00.3 1.3340.4 1.374

Resolusi0.2 2.239

> 1.50.3 2.2470.4 2.109

31

Page 42: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

4.2.1 Uji kesesuaian sistem dengan UPLC pada laju alir 0.2 mL/menit

Pada Tabel 3 diatas menunjukkan hasil 5 kali injeksi pada laju alir 0.2

mL/menit Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi 1.523 menit, faktor

asimetri puncak 0.990 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, dan simpangan

baku relatif luas area puncak 0.31% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00%.

Diphenhydramine HCl mempunyai waktu retensi 1.775 menit dengan faktor

asimetri puncak 1.323 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, simpangan baku

relatif luas area puncak 0.33% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00% dan

mempunyai resolusi 2.239 memenuhi syarat tidak kurang dari 1.500%. Hasil uji

kesesuaian metode pada laju alir 0.2 mL/menit secara rinci dapat dilihat pada

lampiran 5.

4.2.2 Uji kesesuaian sistem dengan UPLC pada laju alir 0.3 mL/menit

Pada Tabel 3 diatas menunjukkan hasil 5 kali injeksi pada laju alir 0.3

mL/menit Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi 1.293 menit dengan

faktor asimetri puncak 0.982 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, dan

simpangan baku relatif luas area puncak 0.82% memenuhi syarat tidak lebih dari

2.00%. Diphenhydramine HCl mempunyai waktu retensi 1.505 menit dengan

faktor asimetri puncak 1.334 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, simpangan

baku relatif luas area puncak 0.83% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00% dan

mempunyai resolusi 2.247 memenuhi syarat tidak kurang dari 1.500%. Hasil uji

kesesuaian metode pada laju alir 0.3 mL/menit secara rinci dapat dilihat pada

lampiran 6.

4.2.3 Uji kesesuaian sistem dengan UPLC pada laju alir 0.4 mL/menit

Pada Tabel 3 diatas menunjukkan hasil 5 kali injeksi pada laju alir 0.4

mL/menit Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi 0.958 menit dengan

faktor asimetri puncak 0.966 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, dan

simpangan baku relatif luas area puncak 1.29% memenuhi syarat tidak lebih dari

2.00%. Diphenhydramine HCl mempunyai waktu retensi 1.106 menit dengan

faktor asimetri puncak 1.374 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, simpangan

baku relatif luas area puncak 0.58% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00% dan

mempunyai resolusi 2.109 memenuhi syarat tidak kurang dari 1.500%. Hasil uji

32

Page 43: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

kesesuaian metode pada laju alir 0.4 mL/menit secara rinci dapat dilihat pada

lampiran 7.

4.3 Verifikasi metode pemeriksaan Dextromethorphan HBr dan

Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC pada laju alir 0.3 mL/menit.

Verifikasi dilakukan terhadap metode yang memiliki laju alir 0.3

mL/menit dikarenakan pengujian pada laju alir ini memiliki waktu retensi lebih

cepat dari laju alir 0.2 mL/menit dan memiliki nilai resolusi, faktor asimetris, dan

simpangan baku relatif yang masih dapat diterima jika merujuk ke persyaratan

tempat dilakukannya penelitian, yang dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk

hasil uji kesesuaian sistem pada laju alir 0.4 mL/menit walaupun mempunyai

waktu retensi lebih cepat mempunyai simpangan baku relatif yang jauh lebih

besar jika di bandingkan dengan laju alir 0.2 mL/menit dan 0.3 mL/menit.

4.3.1 Resolusi

Hasil yang didapatkan dari uji selektifitas, ditunjukan oleh nilai resolusi

pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Hasil Uji selektifitas pada laju alir 0.3 mL/menit dengan UPLC

Pengulangan Resolusi Syarat

1 2.259

> 1.5

2 2.244

3 2.252

4 2.253

5 2.228

Rata – rata 2.247

Tabel 4 diatas menunjukkan resolusi yang di hasilkan pada laju alir 0.3

mL/menit mempunyai nilai 2.247 sehingga memenuhi standar persyaratan internal

tempat penelitian yaitu senilai lebih besar atau sama dengan 1.5. Data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

33

Page 44: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

4.3.2 Presisi

Hasil yang didapatkan dari uji presisi, untuk Dextromethorphan HBr

ditunjukan oleh nilai simpangan baku relatif pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Data hasil uji presisi Dextromethorphan HBr

Pengulangan Area

1 358678

2 358876

3 357883

4 358031

5 359143

6 360043

7 356687

8 360203

9 355125

10 361345

Rata- rata 358061

Std 1799.29

% RSD 0.50%

Tabel 5 diatas menunjukkan dengan laju alir 0.3 mL/menit, uji presisi

untuk Dextromethorphan HBr menghasilkan nilai simpangan baku relatif sebesar

0.50% sehingga memenuhi persyaratan uji presisi yaitu tidak lebih dari 2.0%.

Data selengkapnya mengenai uji presisi pada laju alir 0.3 mL/menit dapat dilihat

di lampiran 8.

34

Page 45: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Hasil uji presisi untuk Diphenhydramine HCl ditunjukkan oleh Tabel 6

dibawah ini :

Tabel 6. Data hasil uji presisi Diphenhydramine HCl

Pengulangan Area

1 1111554

2 1116221

3 1125463

4 1120810

5 1132346

6 1120733

7 1113671

8 1124449

9 1115830

10 1121351

Rata- rata 1120243

Std 6214.25

% RSD 0.55%

Tabel 6 diatas menunjukkan dengan laju alir 0.3 mL/menit, uji presisi

untuk Diphenhydramine HCl menghasilkan nilai simpangan baku relatif sebesar

0.55%, sehingga memenuhi persyaratan uji presisi yaitu tidak lebih dari 2.0%.

Data selengkapnya mengenai uji presisi pada laju alir 0.3 mL/menit dapat dilihat

di lampiran 8.

4.3.3 Akurasi

Hasil yang didapatkan dari uji akurasi, untuk Dextromethorphan HBr

ditunjukan oleh nilai %Recovery (nilai perolehan kembali) pada Tabel 7 di bawah

ini:

35

Page 46: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Tabel 7. Data hasil uji akurasi Dextromethorphan HBr

No

Kadar

Terhitun

g

Kadar

Teoritis

%

Recovery

1 79.85 80 99.81

2 79.88 80 99.85

3 79.86 80 99.82

4 99.92 100 99.92

5 100.22 100 100.22

6 100.30 100 100.30

7 119.92 120 99.94

8 119.95 120 99.96

9 119.93 120 99.94

Rata-rata 99.97

Tabel 7 diatas menunjukkan nilai % Recovery untuk Dextromethorphan

HBr didapatkan sebesar 100.50%, dimana persyaratan untuk nilai % Recovery

hasil uji akurasi adalah 98.00% -102.00%. Untuk data selengkapnya dapat dilihat

di lampiran 9.

Hasil uji akurasi untuk Diphenhydramine HCl ditunjukkan oleh Tabel 8

dibawah ini :

Tabel 8. Data hasil uji akurasi Diphenhydramine HCl

No

Kadar

Terhitun

g

Kadar

Teoritis

%

Recovery

1 80.40 80 100.50

2 80.40 80 100.50

3 80.41 80 100.51

4 100.54 100 100.54

5 100.49 100 100.49

6 100.48 100 100.48

7 120.61 120 100.51

8 120.57 120 100.48

36

Page 47: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

9 120.55 120 100.46

Rata-rata 100.50

Tabel 8 diatas menunjukkan nilai % Recovery untuk Diphenhydramine

HCl didapatkan sebesar 99.97%, dimana persyaratan untuk nilai % Recovery hasil

uji akurasi adalah 98.00% -102.00%. Untuk data selengkapnya dapat dilihat di

lampiran 9.

37

Page 48: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan metode analisis

Dextromethorphan Hbr dan Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat batuk cair

menggunakan UPLC, dapat disimpulkan bahwa :

1. Laju alir yang optimal pada metode analisis Dextromethorphan Hbr dan

Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat batuk cair menggunakan UPLC

adalah 0.30 ml/menit dengan waktu retensi Dextromethorphan HBr 1.293

menit dan untuk Diphenhydramine HCl 1.505 menit yang sebelumnya pada

HPLC Dextromethorphan HBr 4.439 menit dan Diphenhydramine HCl 5.056

menit.

2. Setelah diverifikasi didapat hasil yang memenuhi persyaratan uji verifikasi

yaitu dengan resolusi 2.247 dengan persyaratan > 1.5, simpangan baku relatif

(RSD) 0.50% untuk Dextromethorphan HBr, 0.55% untuk Diphenhydramine

HCl dengan persyaratan < 2.0%, dan recovery 99.97% untuk

Dextromethorphan HBr, 100.50% untuk Diphenhydramine HCl dengan

persyaratan 98.0% - 102.0%.

5.2 Saran

Metode ini disarankan untuk divalidasi lengkap agar dapat digunakan

sebagai metode untuk pemeriksaan rutin dan dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk pemeriksaan Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam

sediaan selain cairan ataupun sediaan cairan dengan plasebo yang berbeda.

38

Page 49: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja S , and Rasmussen H. 2007. HPLC Method Development for

Pharmaceuticals. 1st ed. USA : Elsevier Academic Press.

Asmoro W. 2008. Ketrampilan Dasar Anastesiologi I Farmakologi Terapan.

Modul 1-E. Solo: Bagian Anastesiologi Dan Reaminasi RSUD

Dr.Moewardi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakrta. pp 81-110.

Azhar. 2010. Penerapan Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Pada

Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Sediaan Kapsul. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Danusantoso,H. 2001. Batuk. Jakarta: Universitas Trisakti.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 298.

Douglas Skoog, F. James Holler, Timothy Nieman. 1998. Principles of

Instrumental Analysis, 5th Edition. Philadelphia : Saunders College

Publishing

Effendy. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi. Medan:

Universitas Sumatra Utara.

El-Sayed et. al. 2011. Potentiometric determination of antihistaminic

diphenhydramine hydrochloride in pharmaceutical preparations and

biological fluids using screen-printed electrode. http://

www.sigmaaldrich.com /catalog/papers/21745764. Diakses tanggal 10

Mei 2012.

Halim, D. (1996). Batuk. Jakarta: Universitas Trisakti. Hal. 10.

Http://www.diskes.jabarprov.go.id/InformasiObat. Diakses tanggal 11 Mei 2012

Jl, Donato et. al. 2012. Simultaneous determination of dextromethorphan,

dextrorphan and doxylamine in human plasma by HPLC coupled to

electrospray ionization tandem mass spectrometry: application to a

39

Page 50: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

pharmacokinetic study. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

22651995. Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Johnson,E.L. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Institut Teknologi

Bandung.

Swartz, Michael. 2007. HPLC to UPLC Method Migration. Waters

Tan, H. T., dan Kirana, R. (1978). Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 619-623

Tisnadjaja, Djadjat, Dkk. 2005. Pengkajian Kandungan Fitosterol pada Tanaman

Kedawung (Parkia roxburgii G. Don.). Bogor: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia

Tjay,T.H dan Kirana Rahardja . 2010. Obat-Obat Penting Edisi Ketujuh. Cetakan

Pertama. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Underwood,A.L. 1990.Analisa Kimia Kuantitatif.Edisi keempat. Jakarta: Erlangga

Wood, R., L. Foster, A. Damant dan P. Key. 2004. Analytical Methods for Food

Additives. Inggris: Woodhead Publishing Ltd.

Yahya,M dan Rizali.H.Nasution. 1993. Pengantar Farmakologi Cetakan Kedua.

Medan: Pustaka Widyasarana.

Yazid,E. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI Press.

40

Page 51: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran Lampiran 1. Diagram alir metodologi penelitian

41

Larutan sampel dan standar

diinjeksikan ke HPLC

menggunakan Laju alir awal

Dihitung Nilai parameter uji

kesesuaian sistem

Diphenhydramine HCl dan

Dextrometorphan HBr dalam

sampel

Larutan standar dan sampel

di injeksi ke UPLC sebanyak

5 kali, pada laju alir

0.25mL/menit, 0.3mL/menit,

dan 0.4mL/menit

Dicek dan dibandingkan nilai

kesesuaian sistemnya

Standar dan matriks sampel di preparasi

Larutan standar dan sampel

disaring menggunakan filter Larutan standar dan sampel

disaring menggunakan filter

Dilakukan verifikasi terhadap

metode yang paling optimal

Page 52: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Ditetapkan berat jenis plasebo

Ditimbang Plasebo dan Zat aktif untuk sampel 80%, 100%, dan 120%

Ditambahkan 10 mL air

Disonikasi 15 menit

Dihimpitkan dengan methanol

Divorteks 5 menit

Disonikasi 15 menit

Disentrifuse 15 menit

Filtrat = larutan contoh

Lampiran 2. Diagram alir preparasi standar dan sampel

Preparasi larutan standar Preparasi larutan matriks sampel

42

Ditimbang working standar62.5 mg Diphenhydramine HCl dan 37.5 mg Dextrometorphan

HB

Labu ukur 50 mL(dengan pelarut aquabidest)

Dipipet 2.0 mL

Labu ukur 20 mL

Dihimpitkan dengan methanol

Larutan pembanding

Page 53: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 3. Rumus perhitungan uji kesesuaian system :

1) Resolusi (daya pisah)

Rs= tr 2−tr 1W 1+W 2

2¿ 2 ∆ tr

W 1+W 2

Keterangan :

tr = waktu retensi

W = lebar puncak

2) Simpangan baku relatif puncak

SB=√∑i=1

i=n

(Xi- X )2

n−1

SBR=SBX

×100 %

Keterangan :

SD = Standar deviasi/ simpangan baku (SB)

Xi – X = Simpangan dan observasi terhadap rata-rata sampel

N = Banyaknya data

%RSD = Relatif standar deviasi/ simpangan baku relatif

X = Rata-rata kadar

3) Faktor asimetri puncak

44

Page 54: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Faktor Asimetri (TF)=(a+b)

2a

Keterangan : a = ½ Puncak awal

b = ½ Puncak ekor

h = Tinggi puncak

45

Page 55: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 4. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan

Dextromethorphan HBr menggunakan HPLC.

46

Page 56: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 5. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan

Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2

mL/menit.

47

Page 57: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 6. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan

Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC dengan laju alir 0.3

mL/menit.

48

Page 58: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 7. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan

Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC dengan laju alir 0.4

mL/menit.

49

Page 59: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 8. Data hasil uji verifikasi presisi pemeriksaan Diphenhydramine HCl

dan Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC.

50

Page 60: LEMBAR PENGESAHANperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Skripsi Faisal... · Web viewAlhamdulillah segala rasa syukur penulis ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-Nya yang

Lampiran 9. Data hasil uji verifikasi akurasi pemeriksaan Diphenhydramine HCl

dan Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC.

51