Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR : 03 TAHUN 2010
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 03 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya
dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan
meningkatkan pembangunan;
b. bahwa kabupaten diberi kewenangan untuk mengelola sungai
dan drainase berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Sungai dan Drainase;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun No 4010);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
Undang ……………..
-2-
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4427);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan barang milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan barang milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4604);
Peraturan ……………..
-3-
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Pedoman organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2008 tentang Dewan Sumber Daya Air;
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor ,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1206);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perubahan Ke dua atas Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang;
Dengan ……………..
-4-
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN
SUNGAI DAN DRAINASE
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Tangerang.
5. Dinas adalah dinas yang membidangi pengelolaan sungai dan drainase.
6. Setiap orang adalah orang perseorangan , korporasi , badan usaha baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum ;
7. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
8. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil
pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai.
9. Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung
dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam.
10. Bangunan Sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perundungan,
pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai.
Air ……………….
-5-
11. Air adalah semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber-sumber
air baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak
termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut.
12. Sumber-sumber air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air baik yang
terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah.
13. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.
14. Tanggul adalah bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan
persyaratan teknis tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap
limpahan air sungai.
15. Drainase adalah tempat atau wadah serta jaringan pengaliran buatan yang
fungsinya sebagai tempat pembuangan kelebihan air dengan dibatasi kanan dan
kirinya oleh tanggul atau tidak bertanggul serta sepanjang pengalirannya
dibatasi oleh garis sempadan.
16. Pengelolaan sungai dan drainase adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, mengevaluasi penyelenggaraan pemeliharaan, rehabilitasi,
peningkatan, penataan, pemanfaatan air, sumber-sumber air.
17. Rencana pengelolaan sungai dan drainase adalah hasil perencanaan secara
menyeluruh terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan sungai dan
drainase.
18. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan.
19. Pengamanan sungai dan drainase adalah upaya mengendalikan fungsi dari sisi
kualitas dan kuantitas serta daerah sempadannya yang disebabkan oleh daya
rusak air, hewan, atau oleh tindakan manusia.
20. Kerjasama pengelolaan sungai dan drainase adalah kerjasama antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dengan Badan Usaha, Lembaga
Sosial, perorangan dalam pelaksanaan merencanakan, melaksanakan,
memantau, mengevaluasi penyelenggaraan pemeliharaan, rehabilitasi,
peningkatan, penataan, pemanfaatan air dan sumber-sumber air.
21. Pengelola sungai dan drainase adalah institusi yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pengelolaan sungai dan drainase.
Pasal ……….
-6-
Pasal 2
Lingkup pengaturan sungai mencakup perlindungan, pengembangan, penggunaan,
dan pengendalian sungai, baik sungai alam maupun sungai buatan, danau, dan
waduk.
Pasal 3
Sungai dan sumber-sumber air lainnya dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sungai
yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 4
Sungai mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang
diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.
BAB II
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 5
(1) Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sungai dan drainase berdasarkan
kesatuan sungai di Daerah berada pada Pemerintahan Daerah yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas.
(2) Selain wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sungai dan drainase
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melakukan tugas
pembantuan yang dilimpahkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi.
Pasal 6
Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 meliputi :
a. penetapan kebijakan pengelolaan sungai, sumber air, dan drainase;
b. penetapan pola pengelolaan sungai pada wilayah sungai;
c. penetapan rencana pengelolaan sungai pada wilayah sungai;
d. penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan,
dan pengusahaan Sungai pada wilayah sungai
e. penetapan dan pemberian izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan
pengusahaan air tanah;
f menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan Sungai pada wilayah sungai;
g. pemberdayaan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan Sungai,
dalam rangka membangun kepedulian terhadap pelestarian sungai dan
drainase;
pendayagunaan ……….
-7-
h. pendayagunaan Sungai pada wilayah sungai;
i. pengendalian daya rusak air yang berdampak skala daerah; dan
j. penyelenggaraan sistem informasi Sungai.
Pasal 7
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
meliputi:
a. merencanakan dan memfasilitasi perencanaan Pola Pengaturan Air, mulai dari
sistem jaringan drainase yang berada di lingkungan perumahan penduduk
pedesaan, perumahan penduduk perkotaan, dan kawasan industri sampai
dengan sistem jaringan drainase utama dan/atau sistem sungai;
b. menyusun, mengesahkan perencanaan menyeluruh dan atau memberi izin
perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air;
c. mengatur, mengesahkan dan melaksanakan atau bekerja sama dalam
perencanaan dan penyusunan pola pengaturan tata air;
d. berkoordinasi dalam rangka mengelola dan mengembangkan daya dukung
kemanfaatan air, sumber air dan wadah air dengan Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah Provinsi; dan
e. melaksanakan, pemanfaatan, penataan, pengamanan dan pengendalian daya
rusak air. monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan perlindungan,
pelestarian, pengembangan
BAB III
PENGELOLAAN SUNGAI
Bagian Kesatu
Perlindungan dan Pelestarian Sungai
Pasal 8
(1) Perlindungan sungai ditujukan untuk melindungi dari sisi kualitas dan
kuantitas air berdasarkan daerah pengalirannya yang secara hidrologis mengalir
dari hulu sampai ke hilir.
(2) Setiap orang dilarang membuang sampah baik berbentuk zat padat, zat cair,
maupun sejenisnya ke dalam sungai yang dapat mengakibatkan terganggunya
kualitas air dan sumber air.
Pasal ………
-8-
Pasal 9
Pelestarian sungai ditujukan untuk keberlanjutan ketersediaan sumber air, dilakukan
dengan konservasi vegetasi pada daerah aliran sungai, revitalisasi sungai, drainase,
dan pembuang secara terencana dan terpadu.
Bagian Kedua
Pengamanan Sungai
Pasal 10
(1) Dinas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, menyelenggarakan
upaya pengamanan sungai dan daerah sekitarnya yang meliputi :
a. pengelolaan daerah aliran sungai;
b. pengendalian daya rusak air; dan
c. pengendalian pengaliran sungai.
(2) Pengamanan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan-
kegiatan:
a. pembuatan dan pemasangan papan larangan, papan informasi, dan
pendataan sungai aset pemerintah daerah;
b. pemeriksaan secara berkala melalui inventarisasi data dan dimensi; dan
c. pengamanan yang berkaitan dengan pemanfaatan Sungai;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengamanan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Penataan Sungai
Pasal 11
(1) Penataan sungai merupakan upaya untuk mengatur dan melestarikan air dan
sumber-sumber air.
(2) Penataan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyusun pola pengaturan air dan sumber-sumber air baik melalui pelurusan
maupun pengalihan alur.
(3) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Dinas, dan
dapat bekerja sama dengan pihak lain setelah mendapat persetujuan dari
Bupati.
Ketentuan ………
-9-
(4) Dalam hal pelaksanaan penataan sungai dilaksanakan oleh pihak lain, yang
bersangkutan wajib menyediakan lahan yang dibangun berdasarkan studi
hidrologi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan penataan sungai diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Pemanfaatan Sungai
Pasal 12
Hak pemanfaatan sungai terdiri atas:
a. hak atas air;
b. hak atas tanah;
c. hak atas transportasi air;
d. hak penambangan di dasar air; dan
e. hak atas eksploitasi kekayaan yang berada didalam air.
Pasal 13
(1) Hak atas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a terdiri dari :
a. hak guna usaha air; dan
b. hak pakai air.
(2) Pemanfaatan hak guna usaha air sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a
wajib memperoleh izin Bupati.
(3) Pemanfaatan hak pakai air dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan
pertanian tidak memerlukan izin Bupati
Pasal 14
(1) Hak kepemilikan tanah sebagai akibat dilakukannya pemanfaatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13, dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah;
(2) Hak kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 15
(1) Pemanfaatan tanah tanggul dan bantaran sungai untuk keperluan sarana dan
prasarana umum memerlukan ijin Bupati.
(2) Selain pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
mendapat izin Bupati.
Dalam………
-10-
(3) Dalam rangka pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
Daerah dapat mengikutsertakan pihak ketiga.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pihak
ketiga, dalam hal pihak ketiga membangun sistem jaringan sungai.
Pasal 16
(1) Hak atas transportasi air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c,
dimanfaatkan untuk keperluan lalu lintas air.
(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersifat komersil wajib
mendapat izin Bupati.
Pasal 17
(1) Hak penambangan di dasar air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d,
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(2) Pemanfaatan penambangan di dasar air sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib memperoleh izin Bupati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanfaatan penambangan di dasar
air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 18
(1) Hak eksploitasi kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(2) Pemanfaatan hak eksploitasi kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanfaatan eksploitasi kekayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 19
(1) Dalam rangka penyediaan, pengaturan dan pemanfaatan air sungai dibentuk
dewan sumber daya air yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati
(2) Tugas dan fungsi dewan sumber daya air sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Bagian ………….
-11-
Bagian Kelima
Pengendalian Daya Rusak Air Sungai
Paragraf 1
Perencanaan dan Pemulihan
Pasal 20
(1) Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan;
(2) Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan
pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang
disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya
air;
(3) Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh Dinas dengan mengikutsertakan masyarakat;
(4) Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah, pengelola sumber daya air wilayah sungai
dan masyarakat.
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai pencegahan kerusakan dan bencana akibat daya
rusak air diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 22
(1) Penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
dilakukan secara terpadu oleh Dinas, instansi terkait, dan masyarakat melalui
badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat kabupaten;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan kerusakan dan bencana
akibat daya rusak air diatur dengan Peraturan Bupati;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan badan koordinasi
penanggulangan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 23
Dalam keadaan yang membahayakan, Bupati berwenang mengambil tindakan
darurat guna keperluan penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (1).
Pasal ……..
-12-
Pasal 24
(1) Pemulihan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem
prasarana sumber daya air;
(2) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah, pengelola sumber daya air, dan masyarakat;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemulihan daya rusak air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Pengembangan dan Kesesuaian Sungai
Pasal 25
(1) Pengembangan sungai ditujukan dalam rangka pengendalian banjir atas dasar
aspirasi masyarakat yang ditindaklanjuti dengan perencanaan dan konsultasi
publik;
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari studi
pendahuluan, studi kelayakan, dan detail desain.
BAB IV
PENGELOLAAN DRAINASE
Bagian Kesatu
Perlindungan dan Pelestarian Drainase
Pasal 26
Perlindungan Drainase ditujukan untuk
a. Melindungi dari sisi kualitas dan kuantitas air sepanjang daerah
pengalirannya yang secara hidrologis mengalir dari hulu sampai ke hilir.
b. Mencegah terjadinya peningkatan debit air diluar kemampuan kapasitas aliran
drainase.
Pasal 27
Pelestarian drainase ditujukan untuk meningkatkan fungsi drainase.
Bagian Kedua
Pengamanan Drainase
Pasal 28
(1) Dinas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, menyelenggarakan
upaya pengamanan drainase dan wilayah sekitarnya yang meliputi :
Pengelolaan ……..
-13-
a. pengelolaan wilayah aliran drainase;
b. pengendalian daya rusak air; dan
c. pengendalian aliran drainase.
(2) Pengamanan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan-
kegiatan :
a. penetapan Garis Sempadan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Garis
Sempadan;
b. pembuatan dan pemasangan papan larangan dan/atau papan informasi;dan
c. pengamanan dalam kaitannya dengan pemanfaatan Drainase.
(3) Dalam rangka pengamanan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pemerintah Daerah dapat mengikutsertakan masyarakat.
Bagian Ketiga
Penataaan Drainase
Pasal 29
(1) Penataan drainase merupakan upaya untuk mengatur pola pembuangan air dan
melestarikan drainase
(2) Penataan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyusun pola pengaturan drainase baik dengan pelurusan maupun
pengalihan alur.
(3) Pelaksanaan penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh
Dinas dan dapat bekerja sama dengan pihak lain setelah mendapat persetujuan
Bupati.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan penataan drainase diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Pengendalian dan Penanggulangan Fungsi Drainase
Pasal 30
(1) Pengendalian fungsi drainase dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
upaya pencegahan dan hambatan pengaliran air.
(2) Pengendalian fungsi drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dengan mengikutsertakan masyarakat.
Pasal ………
-14-
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pengendalian daya rusak air
drainase.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pula
kepada pengelola Drainase dan masyarakat.
(3) Kerjasama pemanfaatan drainase sebagai satu kesatuan aliran air antara
penghubung difasilitasi dan harus mendapatkan persetujuan Dinas
Pasal 32
Pemulihan fungsi drainase dilakukan secara terpadu oleh pemerintah daerah
dengan mengikutsertakan masyarakat.
BAB V
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 33
Masyarakat wajib ikut serta menjaga kelestarian fungsi sungai dan drainase, menjaga
kelestarian rambu-rambu dan tanda-tanda pekerjaan dalam rangka pembinaan
sungai.
Pasal 34
Setiap orang yang mendirikan, mengubah, atau membongkar bangunan-bangunan di
tepi atau melintas sungai wajib memperoleh izin Bupati.
Pasal 35
Setiap orang yang mengambil dan menggunakan air sungai selain untuk keperluan
sehari-hari wajib memperoleh izin Bupati setelah mendapat rekomendasi dari Dewan
Sumber Daya Air.
Pasal 36
(1) Setiap orang yang melakukan pengerukan atau penggalian serta pengambilan
bahan-bahan galian pada sungai hanya dapat dilakukan ditempat yang telah
ditentukan oleh Bupati melalui dinas.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 37
Setiap orang dilarang mengubah aliran sungai kecuali dengan izin Bupati.
Pasal …………..
-15-
Pasal 38
Setiap orang dilarang membuang benda-benda, zat padat dan/atau zat cair atau
yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai atau drainase yang dapat
menimbulkan pencemaran atau menurunkan kualitas air.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 39
(1) Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase ditetapkan berdasarkan
kebutuhan pengelolaan;
(2) Jenis pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase meliputi biaya:
a. sistem informasi;
b. perencanaan;
c. pelaksanaan konstruksi;
d. operasi, pemeliharaan; dan
e. pemantauan, evaluasi dan pemberdayaan masyarakat.
(3) Sumber pembiayaan dapat berasal dari:
a. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah;
b. pihak swasta; dan
c. masyarakat.
Pasal 40
(1) Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 dibebankan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah pengelola sungai dan drainase, koperasi,
badan usaha lain, dan perseorangan, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam
bentuk kerja sama.
(2) Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 39
didasarkan pada kewenangan masing-masing dalam pengelolaan sungai dan
drainase.
Pasal ……….
-16-
Pasal 41
Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 yang ditujukan untuk pengusahaan sungai yang diselenggarakan oleh koperasi,
badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pengelola sumber daya air,
badan usaha lain dan perseorangan ditanggung oleh masing-masing yang
bersangkutan.
Pasal 42
Dalam hal terdapat kepentingan mendesak untuk pendayagunaan sungai dan
drainase pada wilayah sungai lintas provinsi, lintas kabupaten, dan strategis
nasional, pembiayaan pengelolaannya ditetapkan bersama oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah melalui pola kerja sama.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 43
Pembinaan dan pengawasan terhadap perlindungan, pelestarian, pembangunan,
penataan, pemanfaatan, pengendalian Sungai dan Drainase dilakukan oleh dinas.
BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 44
Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Tangerang.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 45
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2), Pasal 11 ayat (4), Pasal 13 ayat (2), Pasal 16 ayat (2), Pasal 17 ayat (2),
Pasal 18 ayat (2), Pasal 20 ayat (4), Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37,
dan Pasal 38 diancam pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Tindak pidana yang mengakibatkan kerusakan fungsi sungai dapat diancam
pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
BAB ……………
-17-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal 25 Januari 2010
BUPATI TANGERANG,
Ttd.
H. ISMET ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 25 Januari 2010
SEKRETARIS DAERAH,
Ttd.
H. HERMANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010 NOMOR 03
-18-
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 03 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE
I. PENJELASAN UMUM
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya
kegiatan masyarakat di Kabupaten Tangerang mengakibatkan perubahan fungsi
lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan
juga meningkatnya daya rusak air. Sehingga perlu adanya pengelolaan sumber
daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam
daerah dengan satu pola pengelolaan sumber daya air tanpa dipengaruhi oleh
batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya. Karena dalam hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya air yaitu adanya basis
wilayah sungai dan drainase yang berfungsi untuk menjaga kelestarian dan
kelangsungan fungsi sungai sebagai sumber air, maka dalam rangka
melaksanakan penguasaan sungai, perlu ditetapkan adanya suatu regulasi dalam
mengatur pengendalian dan pengelolaan sungai dan drinase di sepanjang sungai
diwilayah.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang merupakan landasan kebijaksanaan
untuk mengatur lebih lanjut tata cara pembinaan dalam kegiatan pengairan, maka
dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa pola pembinaan sungai ditetapkan
berdasarkan pada kesatuan wilayah sungai. Dan sesuai dengan pola pembinaan
tersebut, maka pelaksanaan Peneglolaan sungai dan drainase merupakan
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengendalian,
pembinaan .............
-19-
pembinaan dan pengawasan sungai dan drainase tersebut dan juga dalam rangka
tugas pembantuan yang dibentuk untuk melakukan pembinaan dan pengusahaan
sungai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk mencapai keterpaduan yang menyeluruh dalam perlindungan,
pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai, bagi tiap kesatuan wilayah
sungai didaerah disusun perencana pembinaan sungai, Pembangunan di bidang
sungai termasuk pendirian bangunan-bangunan sungai sebagai pelengkapnya,
yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan umum dan yang ditujukan
untuk memberikan manfaat untuk sesuatu kepentingan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Yang dimaksud dengan “berwawasan lingkungan” adalah memperhatikan
ekologis, morpologis, hidrologis sungai mulai dari hulu sampai hilir.
Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah memperhatikan kesedian
airnya bisa dimanfaatkan sepanjang masa.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Wewenang dan tanggung jawab” adalah Daerah
Aliran Sungai yang terdiri sungai, anak sungai, anak-anak sungai dengan
sebutan teknis adalah orde 1, orde 2 dan seterusnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal ……………..
-20-
Pasal 6
Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah;
a. Penetapan kebijakan pengelolaan sungai, sumber air, dan drainase yang
dimaksud adalah menetapkan daerah retensi air, potensi air untuk air
bersih, pertanian, dan industri serta sistem pengendali banjir
Penambahan waduk, dan danau.
b. Penetapan pola pengelolaan sungai pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten yang dimaksud adalah menetapkan kelembagaan, tata cara
perlindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian sungai
c. Penetapan rencana pengelolaan sungai pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten yang dimaksud adalah menetapkan rencana strategis perioritas
sesuai norma, standard, pedoman, manual yang ditetapkan
d. Cukup Jelas.
e. Cukup Jelas.
f. Cukup Jelas.
g. Pendayagunaan Sungai pada wilayah sungai yang dimaksud adalah daya
guna manfaat airnya ditinjau dari dua daerah aliran sungai atau lebih.
h. Cukup Jelas.
i. penyelenggaraan sistem informasi yang dimaksud adalah data dan kondisi
yang terkait dengan sungai tingkat kabupaten.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Yang dimaksud dengan “konservasi” adalah upaya memelihara keberadaban serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi agar senantiasa tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Yang dimaksud dengan “konservasi vegetasi “ adalah dengan melakukan penanaman pohon lindung/produktif. Yang dimaksud dengan “revitalisasi sungai” adalah upaya pemulihan
kembali sungai dan drinase.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal …………..
-21-
Pasal 12
Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah;
a. Hak atas air adalah hak pemanfaatan baik hak guna maupun hak pakai.
b. Hak atas tanah adalah hak perolehan, kepemilikan, pengelolaan dan
pemanfaatan.
c. Cukup Jelas.
d. Cukup Jelas.
e. Cukup Jelas.
Pasal 13
Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah;
a. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.
b. Hak pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bersifat komersil” adalah yang mempunyai nilai
bisnis, usaha dibidang transportasi air, contohnya jasa angkutan tranportasi
air.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal …………..
-22-
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal ……….
-23-
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 0310 TAHUN 2010