47
Kesehatan gigi merupakan blog yang dibuat untuk sekedar share tentang kesehatan gigi dan mulut, untuk menyebarkan pesan kesehatan kepada masyarakat luas. semoga bisa bermanfaat untuk semua. Terima Kasih penyebab kegagalan anestesi lokal ( bius ) pada pasien. In Dunia Medis Kita Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami kegagalan anestesi pada saat pencabutan atau perawatan gigi. Kegagalan anestesi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, hal ini tentu saja sangat merugikan kita. Tidak ada salahnya jika kita mengetahui beberapa faktor penyebab kegagalan anestesi. 1: Variasi Anatomi Bius lokal selalu efektif jika disuntikkan di daerah anatomi yang tepat dan diberikan waktu yang cukup untuk bekerja. Bius bekerja dengan menghambat pasokan saraf ke daerah tertentu di bawah pengaruh obat. Namun pada beberapa orang ditemukan keadaan saraf yang tidak biasa, jadi cara umum yang digunakan oleh dokter gigi tidak akan bekerja dengan maksimal. diperlukan anestesi yang lebih untuk menanggulangi masalah ini dan disuntikkan ditempat yang berbeda untuk blok yang lebih maksimal terhadap gigi tersebut. Anatomi yang tidak biasa ini bisa menjadi masalah dengan rahang bawah, karena disini dokter gigi menggunakan blok saraf sebagai lawan infiltrasi di rahang atas. hal ini karena saraf berjalan berbeda dirahang atas dan rahang bawah. Saraf gigi pada rahang bawah terdapat pada tulang padat sedangkan saraf pada rahang atas terdapat dipermukaan sebelum masuk ke gigi. Rahang atas lebih poreous yang

Lokal Anastesi Pd Gi2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lokal anastesi

Citation preview

Page 1: Lokal Anastesi Pd Gi2

Kesehatan gigi merupakan blog yang dibuat untuk sekedar share tentang kesehatan gigi dan mulut, untuk menyebarkan pesan kesehatan kepada masyarakat luas. semoga bisa bermanfaat untuk semua. Terima Kasih

penyebab kegagalan anestesi lokal ( bius ) pada pasien.

In Dunia Medis Kita

Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami kegagalan anestesi pada saat pencabutan atau perawatan gigi. Kegagalan anestesi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, hal ini tentu saja sangat merugikan kita. Tidak ada salahnya jika kita mengetahui beberapa faktor penyebab kegagalan anestesi.

1: Variasi AnatomiBius lokal selalu efektif jika disuntikkan di daerah anatomi yang tepat dan diberikan waktu yang cukup untuk bekerja. Bius bekerja dengan menghambat pasokan saraf ke daerah tertentu di bawah pengaruh obat. Namun pada beberapa orang ditemukan keadaan saraf yang tidak biasa, jadi cara umum yang digunakan oleh dokter gigi tidak akan bekerja dengan maksimal. diperlukan anestesi yang lebih untuk menanggulangi masalah ini dan disuntikkan ditempat yang berbeda untuk blok yang lebih maksimal terhadap gigi tersebut.Anatomi yang tidak biasa ini bisa menjadi masalah dengan rahang bawah, karena disini dokter gigi menggunakan blok saraf sebagai lawan infiltrasi di rahang atas. hal ini karena saraf berjalan berbeda dirahang atas dan rahang bawah. Saraf gigi pada rahang bawah terdapat pada tulang padat sedangkan saraf pada rahang atas terdapat dipermukaan sebelum masuk ke gigi. Rahang atas lebih poreous yang berarti bahwa ketika anestesi disuntikkan di sebelah gigi, dapat terhubung dengan akar, membuat gigi akan mati rasa. Rahang bawah lebih padat dan suntikan di samping gigi biasanya tidak cukup untuk membuat gigi tersebut mati rasa.Alasan beberapa orang tidak bisa dibius dengan baik pada rahang bawah adalah karena pembukaan kanal tersebut tidak berada di tempat biasa, jadi memerlukan metode yang berbeda dari biasa untuk mengatasi hal tersebut.

2. Kesalahan operator ( dokter gigi ) dalam pemberian anestesi.Beberapa dokter gigi kadang mengalami kesalahan dalam menyintikkan bius. namun hal ini jarang menjadi masalah karena akan dilakukan tes terhadap daerah yang dibius, apa bila bius tidak bekerja dapat dilakukan injeksi ditempat yang berbeda. Sebagai pasien

Page 2: Lokal Anastesi Pd Gi2

sebaiknya pada saat dokter gigi anda menanyakan apakah masih sakit jawab dengan jujur jangan ditahan atau menyepelekan rasa sakit pada saat di tes, karena akan sangat menggangu anda pada saat pencabutan atau perawatan gigi.

3. Pasien resisten terhadap obat yang diberikan.Beberapa pasien yang resisten terhadap pengaruh obat bius lokal tertentu (misalnya lignocaine / lidokain), jawabannya adalah sederhana - menggunakan solusi LA berbeda.

4. Anxiety (bius lokal tidak bertahan lama atau terlalu cepat habis).Ketika seseorang sangat stres atau cemas, anestesi lokal mungkin tidak bekerja seperti ketika Anda bersantai. Hormon-hormon yang berhubungan dengan kecemasan (seperti epinephrine alias adrenalin) dapat mencegah bius lokal bekerja dengan baik pada beberapa orang. Pengaruh anestesi lokal mungkin tertunda, atau mungkin terlalu cepat hilang.Oleh karena itu lebih baik anada tidak cemas atau stres pada saat datang ke dokter gigi. Ingat dokter gigi bertujuan membantu anda bukan untuk membunuh anda ^^.

5. Adanya infeksi atau abcess.Infeksi dapat mencegal bius lokal bekerja secara efektif jadi lebih baik pengobatan fokus kepada infeksi tersebut. Mungkin anda sering bertanya kenapa kalau gigi sakit ga boleh dicabut?? salah satu jawabannya adalah ini, bius tidak akan bekerja maksimal pada saat terjadi masalah pada gusi atau jaringan lunak.

http://kesehatangigi.blogspot.com/2010/08/penyebab-kegagalan-anestesi-lokal-bius.html

Topik : Anastesi Lokal pada GigiTautan : http://www.gudangmateri.com/2010/03/anastesi-lokal-pada-gigi.htmlTanggal Akses : Friday, October 15, 2010Pengertian

• obat yang mengahambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup (Ganiswarna, 1995))• obat yang menyebabkan anestesia, mati rasa, melumpuhkan ujung saraf sensorik atau serabut saraf pada tempat pemberian obat (Kamus saku Kedokteran Dorland, 1998)

Indikasi:

• Menghilangkan rasa sakit pada gigi dan jaringan pendukung• Sedikit perubahan dari fisiologi normal pada pasien lemah• Insidensi morbiditas rendah• Pasien pulang tanpa pengantar• Tidak perlu tambahan tenaga terlatih• Teknik tidak sukar dilakukan• Persentase kegagalan kecil• Pasien tidak perlu berpuasa

Page 3: Lokal Anastesi Pd Gi2

Kontra Indikasi:

• Pasien menolak / takut/ khawatir• Infeksi• Di bawah umur• Alergi• Bedah mulut besar• Penderita gangguan mental• Anomali lain

Faktor-faktor pemilihan anestesi:

• Area yang dianestesi• Durasi• Kedalaman• Adanya infeksi• Kondisi pasien• Umur pasien• hemostatistika

Anestesi Lokal di Kedokteran Gigi

1. Ester2. Amida3. Hidroksi

Sumber :http://yukiicettea.blogspot.com/2009/09/introduction-local-anaesthesia-in.html

Teknik-teknik anastesi blok pada maksila

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri

yang baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak

terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter

bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter

Page 4: Lokal Anastesi Pd Gi2

gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada

pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik. (1)

Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada

bagian tubuh tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local

merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari

anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara

reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan

sensasi dan aktivitas motorik. (2)

Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan pada permukaan

tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta

memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan

fungsi tubuh lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi akan

menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol otot. Dosis

atau konsentrasi akan menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada

kekuatan otot. (1)

Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer

dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada

permukaan kulit atau tubuh. (1)

Adapun manfaat dari anestesi local adalah sebagai berikut : (1)

Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri

Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi

operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada

pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi

Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas

nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan

efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.

Page 5: Lokal Anastesi Pd Gi2

Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi

umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi

ketidaknyamanan pasien. (1)

Keuntungan dari anestesi local yaitu : (1)

Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien

Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks

Tidak ada resiko obstruksi pernapasan

Durasi anestesi sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai

kebutuhan operasi gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur

Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi

Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya dapat

mentolerir pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan

Tidak dibutuhkan ahli anestesi. (1)

Untuk mencapai keadaan anestesi lokal, dikenal beberapa cara pemberian, khusus

dibidang kedokteran gigi yaitu : (1)

Anestesi topikal

Anestesi infiltrasi

Anestesi blok

Field blok

Page 6: Lokal Anastesi Pd Gi2

Nerve blok

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengemukakan teknik-teknik pemberian

anestesi lokal dalam dunia kedokteran gigi, selain itu dapat juga diketahui keuntungan

dan kerugian dari berbagai macam teknik anestesi lokal sehingga dapat ditentukan teknik

yang terbaik yang akan digunakan dan untuk menghindari terjadinya komplikasi-

komplikasi akibat injeksi anestesi lokal.

Page 7: Lokal Anastesi Pd Gi2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip dasar dari anestesi lokal juga berlaku untuk anestesi blok syaraf serta untuk teknik

lainnya. Larutan anestesi lokal didepositkan didekat atau disekitar bundel serat syaraf,

untuk mendapatkan anestesi jaringan yang disuplai oleh bundel nerovaskular. Perbedaan

pertama pada kasus anestesi blok syaraf adalah diperlukannya sejumlah besar larutan

anestetik lokal untuk memperoleh anestesi yang memadai. Selain itu, ukuran anatomi dari

bundel syaraf membuat larutan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menembus

bagian tengahnya, jadi harus diberikan waktu yang lebih lama sebelum prosedur operasi

dilakukan. (2)

Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan jalannya penghantar rangsangan dari

pusat perifer. (2)

Dikenal dua cara yaitu :

Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga menghambat

jalannya rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.

Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga menghambat

semua cabang syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi. (2)

Anastesi blok berfugsi untuk mengontrol daerah pembedahaan. Kontraindikasi dari

anastesi blok yaitu pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan terkontrol.

Kesuksesan anastesi blok tergantung pada pengetahuan anatomi local dan teknik yang

baik. (2)

II.1 Macam-macam Anestesi Lokal Pada Maksila : (4)

Anestesi Gigi Geligi Permanen

Page 8: Lokal Anastesi Pd Gi2

Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal serta palatal molar

pertama diinervasi oleh cabang-cabang saraf gigi superior posterior. Cabang-cabang

kecil dari saraf yang sama akan meneruskan sensasi jaringan pendukung bukal pada

daerah molar dan mukoperiosteum yang melekat padanya. Deposisi larutan anestesi

di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis tulang, akan menimbulkan efek

anastesi regional dari struktur yang disuplainya. Teknik ini disebut blok gigi superior

posterior.

Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern, teknik infiltrasi sudah

lebih sering digunakan untuk daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml,

normalnya memberikan efek anastesi tanpa resiko kerusakan pleksus venosus

pterigoid atau arteri-arteri kecil yang ada di daerah ini.

Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi premolar dan jaringan

pendukung bukal serta mukoperiosteum yang berhubungan dengannya mendapat

inervasi dari saraf gigi superior tengah. Teknik infiltrasi biasanya digunakan untuk

menganastesi struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml larutan sudah cukup untuk

menganastesi lingkaran saraf luar yang mensuplai premolar kedua. (4)

Anastesi Gigi-gigi Anterior Permanen

Gigi-gigi insicivus dan kaninus atas diinervasi oleh serabut yang berasal dari

saraf gigi superior anterior. Saraf ini naik pada kanalis tulang yang kecil untuk

bergabung dengan saraf infraorbital 0,5 cm di dalam kanalis infraorbitalis. Gigi

insicivus sentral, insicivus lateral atau kaninus dapat teranestesi bersama dengan

jaringan pendukungnya, pada penyuntikan 1 ml larutan anestesi di dekat apeks gigi

yang dituju. (4)

Anastesi Jaringan Palatal

Ujung-ujung saraf pada jaringan lunak palatum berhubungan dengan gigi-gigi

anterior atas dan prenaksila, erta meneruskan sensasi melalui fibril saraf yang

bergabung untuk membentuk saraf speno-palatina panjang. Saraf berjalan melalui

Page 9: Lokal Anastesi Pd Gi2

foramen insisivus dan kanalis, ke atas dank e belakang melewati septum nasal kea

rah ganglion speno-palatina.

Berbagai cabang-cabang kecil dari gingival palatal dan mukoperiosteum di

daerah molar dan premolar akan bergabung untuk membentuk saraf palatine besar.

Stelah berjalan ke belakang di dalam saluran tulang yang terletak di pertengahan

antara garis tengah palatun dan tepi gingival gigi geligi, saraf masuk ke kanalis

melalui foramen palatine besar. Saraf kemudian berjalan naik untuk bergabung

dengan ganglion speno-palatina yang berhubungan dengan saraf maksilaris.

Saraf speno-palatina panjang dan palatine besar akan beranastomosis di

daerah kaninus palatum dan membentuk lingkaran saraf dalam. Mukoperiosteum

palatal mempunyai konsistensi keras dan beradaptasi erat terhadap tulang.

Karakteristik ini menyebabkan suntikan subperiosteal perlu diberikan dan diperlukan

tekanan yang lebih besar dari biasa untuk mendepositkan larutan anestesi local.

Karena itulah, pasien harus diberitahu terlebih dahulu bahwa suntikan palatal akan

menimbulkan rasa tidak enak namun tidak sakit. Rasa kurang enak ini dapat

diperkecil dengan menginsersikan jarum dengan bevel yang mengarah ke tulang dan

tegak lurus terhadap vault palatum. Pada premaksila, suntikan di papilla insisivus

akan menimbulkan rasa sakit yang hebat dank arena itu, suntikan ini sebaiknya

dihindari. (4)

Anastesi Gigi-gigi Susu

Pada anak-anak, bidang alveolar labio-bukal yang tipis umumnya banyak

terpeforasi oleh saluran vaskular. Untuk alas an inilah, maka teknik infiltrasi dapat

digunakan dengan efektif untuk mendapat efektif untuk mendapat efek anastesi pada

gigi-gigi susu atas tanpa perlu mendepositkan lebih dari 1 ml larutan secara perlahan-

lahan di jaringan. Penyuntikan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari

kesalahan dalam menentukan panjang akar dan insersi jarum yang terlalu dalam ke

jaringan.

Page 10: Lokal Anastesi Pd Gi2

Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang

digunakan untuk prosedur pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat dihindari

dengan cara sebagai berikut.

Setelah efek suntukan supraperiosteal pada sulkus labio-bukal diperoleh,

jarum diinsersikan dari aspek labio-bukal, melalui ruang interproksimal, setinggi

jaringan gingival yang melekat pada periosteum di bawahnya. Ujung jarum harus

tetap berada pada papilla dan tidak boleh menyentuh tulang. Sejumlah kecil larutan

anastesi local didepositkan perlahan sampai mukoperiosteum palatal atau lingual

memucat. Sejumlah kecil larutan anastesi yang didepositkan dengan cara ini akan

memberikan efek anastesi yang memadai pada jaringan palatum. Teknik ini dikenal

sebagai suntikan interpapila dan sering digunakan oleh para ahli pedodonti. Para ahli

lainnya umumnya suka menggunakan suntikan jet atau suntikan intraligamental. (4)

Suntikan Infraorbital

Karena teknik infiltrasi sangat efektif bila digunakan pada maksila, maka

anastesi regional umumnya jarang dipergunakan. Walaupunn demikian, suntikan

infraorbital akan sangat bermanfaat bila akan dilakukan pancabutan atau operasi

besar pada daerah insisivus dan kaninus rahang atas. Suntikan ini juga dapat

digunakan untuk menganastesi gigi anterior dimana teknik infiltrasi tidak mungkin

dilakukan karena ada infeksi di daerah penyuntikan.

Teknik ini berdasar pada fakta bahwa larutan akan didepositkan pada orifice

foramen infraorbital, berjalan sepanjang kanalis ke saraf gigi superior anterior dan

superior tengah, menimbulkan anastesi pada gigi-gigi insicivus, kaninus dan

premolar serta struktur pendukungnya. Larutan ini kadang-kadang dapat mencapai

ganglion speno-palatina dan menganastesi lingkaran saraf dalam, namun seringkali

masih diperlukan suntikan palatum tambahan.

Baik cara intraoral maupun ekstraoral dapat digunakan untuk blok

infraorbital. Teknik infraorbital umumnya lebih popular dan memungkinkan jarum

Page 11: Lokal Anastesi Pd Gi2

ditempatkan di luar lapang pandang pasien. Suntikan tersebut dapat dilakukan

dengan cara berikut ini.

Dengan ujung jari telunjuk lakukanlah palpasi linger infraorbital dan takikan

infraorbital, kemudian geser jari sedikit ke bawah agar terletak tepat di atas foramen

infraorbital. Dengan tetap mempertahankan posisi ujung jari tersebut, ibu jari dapat

digunakan untuk membuka bibir atas dan mengekspos daerah yang akan disuntik. (4)

II.2 Teknik-teknik Anestesi Blok Pada Maksila

II.2.1 Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior

Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan

jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut.

Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi

anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur

operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada

region kaninus atau foramen incisivum. (2)

II.2.2 Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior

Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal

molar terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke

permukaan disto bukkal maxilla. (2)

Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena

pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik

infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan. (2)

Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu

Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.

Page 12: Lokal Anastesi Pd Gi2

Jaringan ikat dan membran mukosa

Anatomi landmarks : (2)

Lipatan zygomatikus pada maxilla

Processus zygomatikus pada maxilla

Tuberositas maxilla

Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.

Tekniknya : (2)

Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter

Operator berdiri sebelah kanan depan

Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian

jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua

sampai teraba proccesus zygomaticus

Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90º terhadap oklusal

plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45º bidang sagital penderita. Hal ini dapat

dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan

pipi dapat ditarik kelateral posterior

Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarum

Ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus

dilakukan desinfeksi terlebih dahulu

Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam ½-¾ inch

Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak

1,5 cc.

Page 13: Lokal Anastesi Pd Gi2

II.2.3 Blok Nervus Intra Orbital

Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan

menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung

jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum

dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua dan meluas segaris

dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan analgesic didepositkan

. pembengkakan jaringan dapat diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat.

Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia yang

memadai. (2)

Saraf yang teranestesi : (2)

Nervus alveolaris superior, anterior dan medium

Nervus infra orbital

Nervus palpebra inferior

Nervus nasalis lateralis

Nervus labialis superior

Daerah yang teranestesi : (2)

Gigi incisivus sampai premolar

Akar mesio bukkal dari molar satu

Jaringan pendukung dari gigi tersebut

Bibir atas dan kelopak atas

Sebagian hidung pada sisi yang sama

Page 14: Lokal Anastesi Pd Gi2

Anatomi Landmark : (2)

Infra orbital ridge

Supra orbital notch

Gigi anterior dan pupil mata

Tekniknya : (2)

Intra oral approach

Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas

membentuk 45º dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan

Kita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata

ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas

Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi,

kita gerakkan ke bawah kira-kira ½ cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan

dimana letaknya foramen infra orbital

Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat

foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata

Bibir atas diangkat dengan ibu jari

Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua rahang atas

Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch

Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang

atas, mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada

saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum

Page 15: Lokal Anastesi Pd Gi2

tersebut diteruskan secara perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis, maka

dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada foramen tersebut.

Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah larutan tersebut

tergantung dari kebutuhan) (2)

b. Extra oral approach :

Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.

Tekniknya : (2)

Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)

Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah

kemungkinan bahaya untuk mata

Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum

dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis

khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik.

Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis

insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm.

Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat

karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya

analgesia cukup cepat.

II.2.4 Blok Nervus Naso Palatinus

Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah

bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.(2)

Anatomi Landmark : (2)

Incisivus papilla

Page 16: Lokal Anastesi Pd Gi2

Incisivus centralis

Tekniknya : (2)

Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama

harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan

dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median.

Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara

perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.

Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek

Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan

mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari

foramen palatina besar.

Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena jaringan

melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat

dikeluarkan.

II.2.5 Blok Nervus Palatinus Anterior

Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah

bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar(2)

Anatomi Landmark : (2)

Molar dua dan tiga maxilla

Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla

Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah garis

tengah palatum.

Page 17: Lokal Anastesi Pd Gi2

Indikasi : (2)

Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga

Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.

Tekniknya : (2)

Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar

dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median

Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila

di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan)

Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal

Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita

semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.

Page 18: Lokal Anastesi Pd Gi2

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Teknik-teknik anastesi blok pada maksila : (3)

Injeksi Zigomatik

Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar

kedua atas. Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20

mm. ujung jarum harus tetap menempel pada periosteum untuk menghindari

masuknya jarum ke dalam plexus venosus pterygoideus.

Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar

mesiobukal molar pertama atas. Karen itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk

prosedur operatif atau ekstraksi, harus dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas

premolar kedua. Untuk ekstraksi satu atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi

n.palatinus major. (3)

Injeksi Infraorbital

Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini

terletak tepat dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan

pupil mata apabila pasien memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang

mempalpasi jangna dirubah dan tusukkan jarum dari seberang gigi premolar ke dua,

kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan bukal. Arahkan jarum sejajar dengan aksis

panjang gigi premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam foramen

infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc

anestetikum dideponir perlahan-lahan.

Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini,

bagian yang di tusuk adalah pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa

antara incisivus sentral dan lateral. Dengan cara ini, jarum tidak perlu melalui otot-

otot wajah.

Page 19: Lokal Anastesi Pd Gi2

Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula

sebaiknya mengukur dulu jarak dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi

premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini dipindahkan ke jarum. Apabila

ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik perbatasan antara bagian

yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum diinsersikan sejajar

dengan aksis gigi premolar kedua, ujungnya akan terletak tepat pada foramen

infraorbitale jika garis batas tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua.

Jika foramen diraba perlahan, pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan. (3)

Injeksi N. Nasopalatinus

Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada

garis tengah rahang, di posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke

atas pada garis tengah menuju canalis palatina anterior. Walaupun anestesi topikal

bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik suntikan,

anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga

untuk melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.

Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu

dari kaninus satu ke kaninus yang lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi

daerah kaninus, injeksi ini biasanya lebih dapat diandalkan daripada injeksi

palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud menganestesi setiap cabang

n.palatinus major yang bersitumpang. (3)

Injeksi Nervus Palatinus Major

Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar

ketiga atas di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan

anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral.

Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen

palatinum majus (foramen palatinum posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak

perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau deponir

Page 20: Lokal Anastesi Pd Gi2

anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan

teranestesinya n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan

ini akan menyebabkan timbulnya gagging.

Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber maxillae

sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke crista gingiva pada sisi

bersangkutan. (3)

Injeksi Sebagian Nervus Palatinus

Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi

ini digunakan bersama dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.

Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk

prosedur dentistry operatif pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih

tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi dengan mendeponir sedikit

anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan n.palatinus major. (3)

IV.2  Kegagalan Anatesia(5)

Banyak kasus kegagalan dalam mendapatkan anestesia yang memadai dengan

injeksi anestetikum lokal. Beberapa mengkin gagal sama sekali, sedangkan lainnya hanya

pada injeksi atau daerah mulut tertentu saja. Memang ada variasi individual dalam

menerima efek obat-obatan tertentu. Pada pasien yang peka terhadap anestetikum lokal,

sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi dengan mudah dan memberikan

efek anestesia yang kuat pada daerah yang luas, sedangkan pada pasien yang kurang peka

diperlukan larutan yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama.

Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah meski sebenarnya ia tidak

merasa takut. Anomali inervasi nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang juga

dapat menghambat usaha operator untuk mendapat efek anestesi yang layak. Kurangnya

pengetahuan mengenai anatomi bisa mengakibatkan teknik anetesi yang digunakan

kurang baik sehingga akhirnya menimbulkan kegagalan.

Page 21: Lokal Anastesi Pd Gi2

Kecerobohan, rasa percaya diri yang berlebihan, keacuhan atau operasi yang

dilakukan sebelum efek anestesi maksimal, merupakan penyebab kegagalan pada beberap

kasus. Operasi yang dilakukan sebelum efek anestesi yang memuaskan diperoleh, akan

memberikan hasil akhir yang meragukan. Jaringan-jaringan yang mengalami peradangan

dan infeksi kronis tidak mudah dianestesi.(5)

Pada injeksi n.mentalis, kegagalan akan timbul apabila jarum tidak masuk ke

dalam foramen mentale atau jika n.lingualis atau nn.cervicales superficiales tidak

teranestesi.

BAB III

PENUTUP

I.1 KESIMPULAN

Anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh

tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi

atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh.

Anestesi blok berfungsi untuk mengontrol daerah pembedahaan. Kontraindikasi

dari anastesi blok yaitu pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan terkontrol.

Page 22: Lokal Anastesi Pd Gi2

Kesuksesan anastesi blok tergantung pada pengetahuan anatomi local dan teknik yang

baik. (2)

Kemudian, Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan jalannya

penghantar rangsangan dari pusat perifer. (2)

Dikenal dua cara yaitu :

Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga menghambat

jalannya rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.

Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga menghambat

semua cabang syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi. (2)

I.2 SARAN

Buat dosen pembimbing diharapkan memberikan penjelasan yang lebih, pada tiap-

tiap teknik dari anastesi blok terutama pada maksila karena kami sebagai mahasiswa

masih kurang memahami dan hanya sedikit mendapatkan referensi mengenai teknik-

teknik blok anestesi local pada maksila.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Fadillah. Teknik-teknik anestesi local. 2007.

Rughaidah. Teknik anestesi local gow gates dan citoject. 1994

Purwanto, drg. Petunjuk praktis anestesi local. 1993. Penerbit buku kedokteran. Jakarta:

EGC

Page 23: Lokal Anastesi Pd Gi2

Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 1994. Jakarta : Hipokrates

Read more: http://blogs.myspace.com/index.cfm?fuseaction=blog.view&friendId=189826226&blogId=487522508#ixzz12RU1Ko00

Selasa, 08 Juni 2010

MEKANISME PENCEGAHAN RASA SAKIT MELALUI ANESTESI

I. PENDAHULUANPada umumnya rasa sakit atau nyeri timbul sebagai reaksi dari mekanisme protektif, tetapi sering kali muncul tanpa tujuan yang berguna dan dapat mengganggu kemampuan kerja, tidur, makan dan dalam bentuk ekstrim malah mempengaruhi keinginan hidup seseorang. Sebagai suatu gejala, rasa nyeri menuntut pertolongan segera dan biasanya membawa banyak penderita pergi kedokter daripada penyebab yang lainnya. Rasa nyeri ini bukan hanya pengalaman yang menyengsarakan tetapi apabila berlangsung terus menerus juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada organ-organ vital yang mengakibatan gangguan atau kerusakan jaringan.Macam-macam cara dipakai untuk memerangi rasa nyeri tersebut. Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Anestesi antara lain adalah blok syaraf atau blok analgesic melalui penyuntikan anestesi lokal atau bahan-bahan neurolitik ke dekat atau ke dalam syaraf/syaraf-syaraf atau ke dalamstruktur yang peka akan rasa nyeri. Cara ini relatif sederhana tidak memerlukan peralatan macam-macam, ruang dan tenaga yang banyak, dan masa perawatan singkat. Untuk lebih memahami tentang anestesi, macam-macam anestesi dan mekanisme kerjanya, maka di dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam tentang anestesi tersebut.

II. RUMUSAN MASALAHDalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai anastesi, antara lain:A. Apakah yang dimaksud dengan anestesi?B. Berapa macamkah pembagian anestesi?C. Bagaimana mekanisme kerja anestesi?D. Apakah terdapat kebaikan-kebaikan dan efek samping dari anestesi?

III. PEMBAHASANA. Pengertian AnestesiAnestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

Page 24: Lokal Anastesi Pd Gi2

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.Anestetika adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa (bahasa Yunani: an = tanpa, aesthesis = perasaan yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari pelbagai pusat-pusat di SSP, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan. Sedangkan anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun anelgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perasaan intensif pasien gawat. Pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun. B. Pembagian AnestesiAnestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran.1. Anestesi UmumAnestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali Komponen trias anestesi ini dapat dicapai dengan menggunakan obat yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk pembedahan abdomen yang luas, intraperitonium, toraks, intrakanial, pembedahan yang berlangsung lama dan operasi dengan posisi tertentu yang memerlukan pengendalian pernapasan. Cara pemberian anestesi umum:a) Parenteral (intramuscular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi. Umumnya diberikan thiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara lain.b) Perektal. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindaka singkat.c) Anestesi inhalasi yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentuka kekuatan daya anestesi. Zat anestetik disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat member anestesi yang adekuat.

Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter kedalam 4 stadium yaitu:a) Stadium I (analgesi) dimuai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi dan biopsy kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini.b) Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleksi bulu mata sampai pernapasan kembali teratur pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensiaurin dan alvi dan muntah. Stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.c) Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu:

Page 25: Lokal Anastesi Pd Gi2

Plana I : pernapasan teratur dan spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. Plana 2 : pernapasan teratur dan spontan, perut dan volume dada tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak terfiksasi ditengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi oto sedang dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi. Plana 3 : pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriassis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksaai otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun). Plana 4 : pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).d) Stadium IV (paralisis medulla oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan. 2. Anestesi LokalAnestesi/analgesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri atau sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dilakukan dengan teknik:a) Anestetik permukaan yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung, dan faring.b) Anestesi infiltrasi yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikan intradermal atau subkutan.c) Anestesi blok yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke syaraf utama atau pleksus syaraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada syaraf tunggal misalnya syaraf oksipital dan pleksus brankialis, nestesi lokal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal disuntikkan kedalam ruang subaraknoid diantara konus medularis dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat anestetik lokal kedalam ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zat anelgetik lokal disuntikkan melalui hiatus sakralis.d) Analgesi regional intravena yaitu penyuntikkan larutan analgetik lokal intravena.Ekstremitas dieksanguinasi dan isolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sintemik dengan turniket pneumatik. Untuk suatu obat dapat digunakan sebagai anestetikum lokal yang baik, maka beberapa persyaratan harus dipenuhi, antara lain:a) Tidak merangsang jaringan;b) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf;c) Toksisitas sistemik yang rendah;d) Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir;e) Waktu untuk memulai daya kerjanya sesingkat mungkin dan untuk jangka waktu yang cukup lama, dan;f) Dapat larut dalam air serta menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pemanasan (sterilisasi).

Page 26: Lokal Anastesi Pd Gi2

C. Mekanisme Kerja AnestesiMekanisme pencegahan rasa sakit melalui anestesi bertujuan untuk meminimalisasi adanya efek samping yang membahayakan seperti pada penggunaan narkosa. Walaupun demikian, terdapat perbedaan dalam mekanisme kerja anestesi lokal dan anestesi umum yang sangat mencolok, antara lain sebagai berikut:1) Anestesi UmumKebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.Yang tertua adalah teori lemak dari Meyer-Overton yang membuktikan adanya hubungan erat antara sifat lipofil suatu zat dengan kekuatan anestetiknya. Atas dasar perbandingan daya-larutannya dalam munyak dan dalam air telah dibuat penggolongan dari anestetika. Teori ini ternyata kurang memuaskan dan sebetulnya tidak menjelaskan mekanisme kerjanya obat atas membrane sel atau atas reseptor apapun.Suatu teori baru menyarankan bahwa anestetika umum dapat membentuk hidrat-hidrat dengan air yang stabil di bawah pengaruh protein-protein SSP. Hidrat-hidrat gas SSP ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan-rangsangan di sinaps-sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anesthesia. Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum jelas meskipun mekanisme kerja susunan syaraf pusat dan susunan syaraf perifer mengalami banyak kemajuan pesat. Maka timbullah berbagai teori. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:a) Teori koloid : zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbilkan anestesi yang bersifat reversible diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen (1965) membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan dan aliran protoplasma dalam amoeba.b) Teori lipid : ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anestesi. Makin tinggi kelarutan makin kuat sifat anestetinya.c) Teori adsorpsi dan tegangan permukaan : pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel menyebabkan proses metabolisme dan transmisi neural terganggu sehingga timbul anestesi.d) Teori biokimia : pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di ganglion servikalis superiror dan menghambat formation retikularis asenden untuk mempertahankan kesadaran.e) Teori fisika : zat anestesi dengan air didalam susunan syaraf pusat dapat membentuk mikrokristal sehingga mengganggu fungsi sel otak. 2) Anestesi LokalPusat mekanisme kerja anestetika lokal adalah di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital-barbital, maka anestetika local memblokir penerusan impuls dengan jalan mencegah kenaikan permeabelitas membrane sel terhadap ion-ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Pada waktu yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun meningkat yang pada akhirnya memblokir penerusan (konduksi) impuls.Diperkirakan bahwa proses stabilisasi membrane tersebut ion-ion kalsium memegang peranan penting, yakni molekul-molekul lipofil besar dari anestetika local mungkin mendesak sebagian ion-ion kalsium di dalam membrane sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian membrane sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat

Page 27: Lokal Anastesi Pd Gi2

lebih baik melakukan segala sesuatu perubahan dalam permeabelitas.Di samping ini anestetika local menggangu fungsi dari semua organ-organ dalam mana terjadi konduksi/transmisi dari impuls-impuls. Dengan demikian anestetika local mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromoskular dan semua jaringan otot.Obat anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan syaraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap bagian syaraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi impuls sensorik. Sebaliknya, pemberian anestesi lokal pada batang syaraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersyarafinya. Mekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik lokal dikelompokkan menjadi:a) Kokainb) Anestetik lokal sintetik seperti brokan, lidokain, batetamid, dibukain, mepivakain, tetrakain dsb.D. Efek Samping AnestesiHampir semua anestetika mengakibatkan sejumlah efek samping, walaupun tetap ada beberapa kebaikan/keuntungannya, misalnya pada:1. Anestesi Umum Kebaikan-kebaikannyaa) Alat-alat dan obat lebih kompleks dibandingkan dengan alat dan obat-obat untuk analgesi regional.b) Fasilitas perawatan pasca bedah dan cara perawatan lebih rumit dibandingkan dengan penderita sadar yang telah mengalami analgesia regional.

Efek sampingnyaa) Menekan pernafasan; paling sedikit pada N2O, eter dan trikloretilen.b) Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran; paling ringan efek ini pada eter.c) Merusak hati, terutama senyawa-senyawa klor, misalnya kloroform.d) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran. 2. Anestesi Lokal Kebaikan-kebaikannyaa) Kemungkinan pneumothorax, blockade, n. laryneus recurrent, n. phrenicus, n. vagus, penyuntikan epidural atau subarachnoideal tidak ada sama sekali.b) Kalau perlu dapat dilakukan blockade kiri-kanan tanpa takut gangguan pernafasan Efek sampinga) Kadang-kadang penderita dengan kelainan di tangan tidak melakukan abduksi, flexi dan supinasi.b) Volume yang digunakan jauh lebih banyak daripada supraclavicular block.c) Sangat susah dilakukan pada penderita gemuk dimana pulsasi arteri susah diraba. IV. KESIMPULAN1. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

Page 28: Lokal Anastesi Pd Gi2

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.2. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:a. Anestesi Umumb. Anestesi Lokal3. Mekanisme kerja anestesi:a. Anestesi umumKebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.b. Anestesi lokalMekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel.4. Hampir semua anestetika menyebabkan efek samping, tetapi anestesi juga memiliki beberapa kebaikan-kebaikan/keuntungan.

V. PENUTUPDemikian uraian makalah ini, apabila ada kesalahan baik itu dari penulis, penggunaan kata-kata yang kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia maupun dari penguraian masalah yang kurang jelas, penulis mohon maaf. Tentunya sebagai manusia biasa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu bimbingan atau kritikan akan membangun bagi penulis agar menjadi lebih baik di kesempatan mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin….

Daftar Pustaka

DRS. Tan Hoan Tjay & DRS. Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting. Jakarta. CV. Permata: 1978.Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI: 2000.Sukandar, Enday, dkk. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran. Bandung. Offset Alumni: 1982.http://moveamura.wordpress.com/farmakologi/ Jumat, 04 Desember 2009 Jam 09.24http://www.isfinational.or.id/artikel/59/743-seputar-obat-bius-lain-jenis-lain-kegunaannya.html Jumat, 04 Desember 2009 Jam 09.30

Adenotonsilektomi adalah tindakan pengangkatan tonsil yang dilakukan dengan teknik anestesi umum. Anestesi umum adalah suatu prosedur tindakan anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan keadaan tidak sadar dan hilangnya sensasi nyeri dari seluruh tubuh

yang bersifat sementara. Asma bronkiale adalah hipereaktivitas dari saluran pernafasan. Anestesi umum mempunyai peningkatan resiko terjadinya penyulit pada pasien dengan riwayat asma bronkiale. Pada pasien akan dilakukan tonsilektomi dengan anestesi umum. Pasien mempunyai riwayat sakit asma yang kambuh terakhir kali kurang lebih 10 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda tonsilitis kronik, dan secara umum tidak didapatkan kelainan.

Page 29: Lokal Anastesi Pd Gi2

Kata kunci :adenotonsilitis, asma bronkiale, adenotonsilektomi, anestesi umum

 

Kasus

            Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke poliklinik THT RSUD Temanggung pada tanggal 2 Juni 2010 dengan keluhan utama Nyeri tenggorokan disertai dengan nyeri telan, tidur mendengkur. Nyeri tenggorokan kambuh-kambuhan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Jika nyeri tenggorokan kambuh disertai dengan nyeri telan dan demam. Dalam 1 tahun terakhir nyeri telan kambuh lebih dari 3 kali. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh jika tidur pasien mendengkur. Pasien pernah berobat sebelumnya, keluhan membaik tapi masih sering kambuh. Dua tahun yang lalu pasien disarankan operasi tapi pasien menolak. Pasien punya riwayat asma, kambuh terakhir kali 10 tahun yang lalu.

            Dari pemeriksaan didapatkan, Keadaan Umum Baik, Kesadaran compos mentis,Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu 36,6 0

C. Pemeriksaan kepala-leher, pada hidung tidak ditemukan Polip, konkha hipertrofi, maupun perdarahan, terdapat palatal phenomen, Mulut: tidak ada Gigi palsu, Tonsil T3-T3, hiperemis, detritus, kripta melebar, Malampati 1, Tyro Mental Distance > 6,5 cm, Limfonodi tidak teraba membesar. Pemeriksaan thorak, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan.   

Pemerikasaan penunjang : darah lengkap Hb     L 11,6 g/dL, MCV L 78, 3 fL, MCH L 24,0 pg, MCHC L 30,7 g/dL, Netrofil L 48,5 %, LED 1 jam H 22 mm, LED 2 jam H 45 mm. Foto Thorax: Pulmo dan besar cor normal

 

Diagnosis

            Adenotonsilitis kronik

Terapi

Adenotonsilektomi dengan teknik anestesi umum

Rencana Anestesi yang Diberikan

            Status fisik pasien ASA II, Teknik anestesi yang akan dilakukan pada pasien adalah anestesi umum dengan respirasi terkendali dengan NT. Pada saat kunjungan Pre Operasi diinstruksikan pemasangan Infus RL 20 tetes per menit dan puasa 8 jam sebelum operasi. Pasien mempunyai riwayat asma jadi pada premedikasi diberika Dexamethasone

Page 30: Lokal Anastesi Pd Gi2

10 mg intravena, Sulfas Atrophine 0.25 mg, dan midazolam 2 mg. Untuk melemahkan otot saluran nafas diberikan muscle relaxant berupa Atacrurium bromide 20 mg intravena. Induksi menggunakan Recofol 100 mg, untuk maintenance durante operasi dengan cara inhalasi menggunakan O2 3 L/menit, N2O 3 L/menit, dan sevoflurane 2 % volume. Selain itu saat operasi diberikan obat tambahan berupa Injeksi Ondancetron 4 mg i.v untuk mencegah terjadinya muntah dan Trolac 30 mg drip sebagai obat analgetik dan mengurangi inflamasi yang terjadi.

Monitoring pasca Operasi

Skor Lockharte/Aldrete Pasien

  Jam I (per 15’) Jam II Jam III Jam IV

Aktivitas 2 2                            

Respirasi 2 2                            

Sirkulasi 2 2                            

Kesadaran 1 2                            

Warna kulit 2 2                            

Skor total 9 10                            

 

Instruksi Pasca Operasi

Pasien ditidurkan sampai sadar penuh, Awasi tanda-tanda vital tiap setengah jam, awasi perdarahan, Infus RL 20 tetes per menit, Injeksi Trolac 30 mg / 8 jam i.v., jika pasien sudah sadar penuh pasien boleh makan/minum bebas.

            Diskusi

            Pada pasien diatas dari pre operasi (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang) didapatkan pasien mempunyai riwayat penyakit asma (terakhir kali kambuh 10 tahun yang lalu) dan anemia mikrositik hipokromik ringan. Sehingga status fisik pasien berdasar klasifikasi ASA termasuk ke ASA 2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan malampati 1, TMD > 6,5 cm, suara paru vesikuler. Sehingga pasien termasuk dalam asma asimptomatik. akan dipilih teknik anestesi umum dengan pipa nasotrakeal, pada pasien dengan asma perlu diberikan premedikasi pemberian steroid untuk mencegah terjadinya bronkokonstriksi.

Page 31: Lokal Anastesi Pd Gi2

Asma adalah peradangan saluran napas yang dapat meningkatkan spasme, edema, sekresi mukus, dan hiperresponsif jalan napas. Adanya faktor resiko asma akan mempermudah terjadinya penyumbatan saluran napas oleh sekret mukus, bronkospasme akut, dan laringospasme saat induksi anestesi dan intubasi endotrakeal, misalnya induksi dengan propofol dan thiopental, untuk penderita asma induksi paling baik menggunakan ketamin. Selain itu, obat anestesi inhalasi juga dapat mengiritasi saluran napas, dengan tingkat kerusakan desflurane>isoflurane>enflurane>halothane>sevoflurane. Dengan diketahui adanya faktor resiko asma, pada saat ekstubasi pasien asma akan dilakukan ekstubasi dalam untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk diatas.

Pasien tergolong kedalam kategori asma asimptomatik, karena pada pasien sudah tidak pernah kambuh lebih dari 10 tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan pembagian oleh beberapa ahli yang membagi populasi asma yang akan menjalani anestesi ke dalam tiga kelompok yaitu Asma asimptomatik dan inaktif (pasien asimptomatik pada saat diperiksa dan tanpa adanya episode bronkospasme selama 2 tahun). Kelompok asimptomatik pada saat diperiksa namun mempunyai riwayat penyakit yang aktif yang diindikasikan sebagai gejala yang menetap atau adanya episode bronkospasme dalam 2 tahun terakhir. Kelompok dengan penyakit aktif yang simptomatis.

      Pada pasien ini mendapat terapi untuk preoperative berupa dexametasone 10 mg intravena yang bertujuan menurunkan inflamasi, edema, sekresi mukosa, konstriksi otot polos. Meskipun sangat berguna pada eksaserbasi akut, efek klinisnya membutuhkan waktu beberapa jam. Steroid dapat diberikan melalui inhalasi (misal, flunisolide dosis terukur, 2 semprot tiap 6 jam) untuk mengurangi efek samping sistemik. Kortikosteroid dapat meningkatkan efek bronkodilator agonis beta-2.

Beberapa terapi lainnya yang dilakukan pada penderita asma bronkiale yang akan menjalani operasi adalah dengan berhenti merokok, mengatasi infeksi sebagai predisposisi terjadinya bronkospasme dan laringospasme, fisioterapi dada, terapi medis dengan Simpatomimetik atau beta2 adrenergik agonis, Parasimpatolitik (Ipratropium bromide, Sulfas atropine), Metilxantin, Kortikosteroid, Kromolin, Mukolitik.

Saat paling kritis untuk pasien asma yang akan mengalami pembiusan adalah saat instrumentasi jalan nafas. Anestesi umum dengan mask atau regional akan terhindar dari masalah ini, namun tidak menghilangkan kemungkinan bronkhospasme. Nyeri, stress emosional atau stimulasi selama dangkal dapat mencetuskan bronchospasme untuk pembedahan abdominal atas dan thorakal.

Beberapa obat yang perlu diperhatikan pada pasien asma :

-         Obat-obat yang berhubungan dengan pelepasan histamine (missal curare, atracurium, mivacurium, morfin, dan meperidin) sebaiknya dihindari

-         Agen penghambat neuromuscular (d-tubocurarin, atracurium, dan mivacurium) melepaskan histamine dari sel mast. Mereka juga terkait langsung pada reseptor

Page 32: Lokal Anastesi Pd Gi2

muskarinik pada ganglion ujung saraf dan otot polos jalan nafas. Kedua mekanisme tersebut secara teori dapat meningkatkan resistensi jalan nafas..

-         Thiopental dapat mencetuskan bronkospasme sebagai akibat pelepasan histamine. Propofol dan etomidat merupakan alternatif yang sesuai.

-         Ketamin, satu-satunya agen intravena dengan kemampuan bronkhodilatasi. Ketamin menghambat re-uptake noradrenalin pada ujung saraf simpatis sehingga berefek bronchodilator.

-         Halothan dan sevofluran dapat memberikan induksi inhalasi yang tenang dengan efek bronkhodilatasi pada pasien anak-anak dengan asma.

-         Opioid pada dosis tinggi memblok reflek jalan nafas. Penggunaan morfin masih diperdebatkan karena aktifitas pelepasan histamine. penggunaannya sebaiknya dititrasi untuk menghindari depresi respirasi

Tabel Obat-obat yang aman untuk pasien asma

Drug considered safe for asthmatics

Induction Propofol, etomidate, ketamine, midazolam

Opioids Pethidine, fentanyl, alfentanyl

Muscle relaxants Vecuronium, suxamethonium, rocuronium, pancuronium

Volatile agents Halotan, isoflurane, endfluran, sevoflurane.

 Kesimpulan

            Anestesi umum adalah pilihan anestesi untuk tonsilektomi. Anestesi umum mempunyai beberapa resiko, resiko tersebut meningkat pada pasien dengan riwayat asma bronkiale. Terjadinya bronkospasme dapat terjadi karena proses pemberian berbagai macam obat, intubasi, tindakan operasi, maupun saat ekstubasi. Perlu diberikan premedikasi pada pasien asma yang akan dilakukan operasi, dan diberikan obat-obat yang sedikit menimbulkan bronkospasme.

 

Referensi

1.  Latief, Said A, Kartini A. Suryadi dan M. Ruswan Dachlan. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI: Jakarta.

Page 33: Lokal Anastesi Pd Gi2

2.  Anonim. 2007. Obat-obat anestesia. Diakses dari: http://en.wikipedia.org

3. M. Arjun.2009. Anestesi. Stanford University School of Medicine. Diakses dari: http://emedicine.medcape.com

4. Atlas anatomi Sobotta,2007, Jakarta, JEC

 

Penulis :

Andy Kurniawan, bagian Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Temanggung