17
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau

Lp Eliminasi Urin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan medikal bedah

Citation preview

Page 1: Lp Eliminasi Urin

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ELIMINASI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik

berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung

kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam

terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan

uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih

secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai

ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks

saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha

mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya

menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks

miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga

dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf

sensori dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4)

kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi

mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor

berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol

kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi

abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih,

biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut

urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu,

Page 2: Lp Eliminasi Urin

biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal miksi

sehari 5 kali.

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk

fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan

masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus

tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan

masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari

perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit

dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka

menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas

toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk

klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar

mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawata harus mengerti

proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

B. Tujuan

1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi

urin

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Page 3: Lp Eliminasi Urin

1. Gangguan Eliminasi Urin

Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu

mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya

orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi

urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih

melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

B. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi

1. Masalah-masalah dalam eliminasi urin :

a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan

ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen

otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung

kemih.

c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam

hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam

semalam.

d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.

e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.

f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,

seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.

g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

C. Etiologi

1. Gangguan Eliminasi Urin

a. Intake cairan

Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan sodium

mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan

Page 4: Lp Eliminasi Urin

pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output

urine lebih banyak.

b. Aktivitas

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik

untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot

kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter

untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus

dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang

dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan

mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan

karena lebih besar metabolisme tubuh

c. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra

d. Infeksi

e. Kehamilan

f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat

g. Trauma sumsum tulang belakang

h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,

urethra.

i. Umur

j. Penggunaan obat-obatan

D. Faktor predisposisi/Faktor pencetus

1. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defekasi.

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk

berkemih atau defekasi. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih.

Begitu pula dengan feses menjadi mengeras karena terlalu lama di rectum dan

terjadi reabsorbsi cairan.

2. Gaya hidup.

Page 5: Lp Eliminasi Urin

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine

dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat

mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek eliminasi keluarga

dapat mempengaruhi tingkah laku.

3. Stress psikologi

Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi

keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan

berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.

4. Tingkat perkembangan.

Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita

hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus

atau adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua terjadi penurunan tonus otot

kandung kemih dan penurunan gerakan peristaltik intestinal.

5. Kondisi Patologis.

Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter).

6. Obat-obatan, diuretiik dapat meningkatkan output urine. Analgetik dapat

terjadi retensi urine.

E. Patofisiologi

1. Gangguan Eliminasi Urin

Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan

di atas. Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang

berbeda. Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera

medulla spinal, akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin/

inkontinensia urin. Gangguan traumatik pada tulang belakang bisa

mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla

spinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan adanya fraktur atau

dislokasi. Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek

traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis. Cedera

medulla spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi

saraf termasuk pada persyarafan berkemih dan defekasi.

Page 6: Lp Eliminasi Urin

Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik

dikaitkan dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagai

syok spinal. Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada

medulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat cedera. Dalam kondisi ini, otot-

otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkat

lesi menjadi paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada.

Hal ini mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih dan defekasi.

Distensi usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapat

diatasi dengan dekompresi usus (Brunner & Suddarth, 2002). Hal senada

disampaikan Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal terdapat

tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringat

dan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan

defekasi.

Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan

penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling

berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih

dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf

otonom dan somatik. Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis

terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan

resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan

sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan

peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra.

Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang

simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh

sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu

asetilkholin, suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian, impuls afferen

ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral

segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak

menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase

pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral

dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.

Page 7: Lp Eliminasi Urin

Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi

pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus

pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna.

Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Pasien post

operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak menyebabkan

retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan

edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural anestesi,

obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik,

nyeri insisi episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang

mengosongkan kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine

pos operasi biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung

kemih yang adekuat.

F. Tanda dan gejala

1. Tanda Gangguan Eliminasi urin

a. Retensi Urin

1). Ketidak nyamanan daerah pubis.

2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.

3). Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.

4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah

5). Ketidaksanggupan untuk berkemih

b. Inkontinensia urin

1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC

2). pasien sering mengompol

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan USG

2. Pemeriksaan foto rontgen

3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

Page 8: Lp Eliminasi Urin

H. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan eliminasi

Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin membantu perawat

menentukan pola defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu

gambaran feses normal dan beberapa perubahan yang terjadi dan

mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi

berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pola eliminasi.

Pengkajiannya meliputi:

a. Pola eliminasi

b. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi

c. Masalah eliminasi

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu,

diet, cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi

inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran

intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat

merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan

palpasi. Inspeksi feses, meliputi observasi feses klien terhadap warna,

konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur

abdomen. Perhatikan tabel berikut :

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL

Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan penyebab

Page 9: Lp Eliminasi Urin

Warna Dewasa : kecoklatan

Bayi : kekuningan

Pekat / putih Adanya pigmen empedu (obstruksi empedu); pemeriksaan diagnostik menggunakan barium

Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA (lambung, usus halus); diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua (spt. Bayam)

Merah PSPB (spt. Rektum), beberapa makanan spt bit.

Pucat Malabsorbsi lemak; diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.

Orange atau hijau

Infeksi usus

Konsistensi Berbentuk, lunak, agak cair / lembek, basah.

Keras, kering Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse.

Diare Peningkatan motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri).

Bentuk Silinder (bentuk rektum) dgn Æ 2,5 cm u/ orang dewasa

Mengecil, bentuk pensil atau seperti benang

Kondisi obstruksi rektum

Jumlah Tergantung diet (100 – 400 gr/hari)

Bau Aromatik : dipenga-ruhi oleh makanan

Tajam, pedas Infeksi, perdarahan

Page 10: Lp Eliminasi Urin

yang dimakan dan flora bakteri.

Unsur pokok

Sejumlah kecil bagian kasar makanan yg tdk dicerna, potongan bak-teri yang mati, sel epitel, lemak, protein, unsur-unsur kering cairan pencernaan (pigmen empedu dll)

Pus Mukus ParasitDarahLemak dalam

jumlah besar

Benda asing

Infeksi bakteriKonsidi peradanganPerdarahan

gastrointestinalMalabsorbsiSalah makan

3. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi

langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-

unsur yang tidak normal.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine,

inkontinensi dan enuresis

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine

3. Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria, nyeri saat

mengejan

4. Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter

5. Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi

6. Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi

7. Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi

saluran urinary akibat proses penyakit

Page 11: Lp Eliminasi Urin

Daftar Pustaka

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :

http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-

masalah.html

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit

Kedokteran EGC: Jakarta.

Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.

Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-

pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/

Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:

www.kiva.org

Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC:

Jakarta.

Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan

Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum.

Http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-urine-post-partum

Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi

Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Johnson M., Meridean, M., Moorhead, 2000. NANDA, NIC, NOC. PENERBIT:

MOSBY