Upload
agoust-maharyawan
View
299
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
HDR
Citation preview
Laporan Pendahuluan
Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah
I. Kasus (Masalah Utama):
Ganguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah
II. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain ( Stuart dan Sundeen 1991 dikutip oleh keliat 1992 )
Gangguan konsep diri adalah keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan atau diri
(Capernito, 2000 : 352).
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri( Stuart dan
Sunden,1998: 227 )
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang keinginan sesuai ideal diri (Keliat,1998).
a. Komponen Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sundeen( 1998 : 227), komponen konsep diri terdiri dari
1) Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dengan tidak
disadari terhadap tubuhnya.
2) Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkankan standar apresiasi, tujuan atau nilai-nilai personal
tertentu.
3) Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa sebabnya baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri.
1
4) Penampilan adalah serangkai perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok
5) Identitas personal adalah pengorganisasi prinsip dari kepribadaian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan kesinambungan konsistensi dan
keunikan individu.
b. Harga diri rendah dibedakan menjadi 2 bagianyaitu :
1) Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri negative mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
2) Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negative
mengenai diri dalam berespon,terhadap sesuatu kejadian ( kehilangan
perubahan )
2. Rentang Respon
Rentang respon konsep diri menurut Stuart dan Sundeen ( 1998 :230 ) respon
individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif
atau maladaftif.
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat,dimana individu dalam
menyelesaikan masalah masih dalam baras normal.
Respon Maladaftif adalah respon yang diberikan dalam menyelesaikan
masalahnya menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya suatu tempat.
2
Respon adaptif
Respon maladaptif
Aktualisasi Diri Konsep diri
positif
Harga diri rendah Kerancuan
identitas
Depersonalisasi
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal,ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak relistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan
peran kerja,harapan peran kultural
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidakpercayaan
orang tua tekanan dari kelompok sebaya,perubahan dalam stuktur sosial
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologi saat menyekasikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2) ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang dihadapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi
4. Pisikopatologi
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang yaitu faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung
harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal
tanggung jawab terhadap orang lain dan edial diri yang tidak realitis. Faktor yang
mempengaruhi performa peran adalah peran jender, tuntutan peran kerja, dan
harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi adalah ketidak
percayaan orang tua, tekanan dari klompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
Sedangakan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyiksa kejadian yang mengancam
kehidupan dan ketegangan peranan berhubungan dengan peran dan posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustasi. Pada mulanya klien merasa dirinya
tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang
3
lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan,
kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam
hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien
semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha
mendapatkan rasa aman, tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan, serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien
menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah
yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan, gangguan dalam berhubungan, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan
peran yang dirasakan, pandangan hidup yang spesimis adanya, adanya keluhan
fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara realitas,
penyalahgunaan zat, dan menarik diri secara sosial (Stuart dan Sundeen, 1998).
Melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan
menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir atau curiga, perubahan
interaksi sosial atau menarik diri dan resiko terjadinya amuk.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat( 1992 : 10 ), Tanda dan
Gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah :
a. Mengejek dan mengkritik diri sendri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat
c. Rasa bersalah dan khawatir
d. Manifestasi fisik
e. Menunda keputusan ( ragu-ragu mengambil keputusan)
f. Gangguang berhubungan
g. Menarik diri dari realita
4
h. Merusak diri dan atau melukai orang lain.
Menurut Stuart dan Sundeen (1990) perilaku yang berhubungan dengan harga
diri rendah adalah mengkritik diri sendri atau orang lain, gangguan dalam
berhubungan ,rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
mudah tersinggung, atau berlebihan perasaan takut mengenal tubuhnya keterangan
peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan, pandangan hidup
yang berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh
diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini
sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud
meliputi:
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
2) Tidak ada efek samping, kalau ada relatif kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relatif singkat, baik untuk gejala
positif maupun gejala negatif skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif.
5) Tidak menyebabkan kantuk.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
9) Dan kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
5
golongan generasi pertama misalnya Chlorpromazine, HCL, Thoridazine HCL,
dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, panderita lain, perawat dan dokter. Maksudnnya supaya ia tidak
me.ngasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama (Maramis, 2005).
c. Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 J/s (Marasmis, 2005).
d. Therapy Modalitas
Terapi modalitas merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi, stimulasi sensori, stimulasi realita, dan sosialisasi.
(Keliat dan Akemat, 2005). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok yang
paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
6
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. (Keliat dan Akemat,2005,hal.49)
III. A. Pohon Masalah
B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang diperoleh dari klien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah yaitu:
a. Data subjektif
Mengkritik diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan bersedih
dan kecewa, klien mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan
tubuhnya.
b. Data objektif
Gangguan dalam hubungan, pandangan bertentangan terhadap
penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik diri
secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan orang
lain, produktivitas menurun, bengong, dan putus asa.
Harga diri rendah merupakan karakteristik skizofrenia, dimana pada
klien dengan skizofrenia harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu
7
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri
Tidak efektifnya koping individu
(Keliat,2002)
Akibat
Core problem
Penyebab
faktor yang berperan sertra bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor
genetik atau keturunan. Dari data yang muncul di atas dianalisa dan pada
umumnya dapat dirumuskan masalah keperawatan diantaranya yaitu:
1) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
2) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3) Defisit perawatan diri
4) Halusinasi
5) Waham
6) Perilaku Kekerasan
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
V. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan tindakan keperawatan (Keliat, 2002).
1. Diagnosa keperawatan isolasi sosial: menarik diri
Tujuan umum:
Klien dapat mencegah terjadinya isolasi sosial: menarik diri, dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
(1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik: sapa klien dengan ramah, baik dengan verbal maupun non
8
verbal, kenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati
janji, tunjukan sikap menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan
interaksi selanjutnya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Kriteria evaluasi:
Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah, dan tempat kerja,
daftar positif keluarga klien, daftar positif lingkungan klien.
Intervensi:
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat
daftarnya.
Rasiaonal: diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
(2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional: reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
(3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif
klien.
Rasional: pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukakn
kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Kriteria evaluasi:
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumag sakit, klien menilai
kemampuan yan dapat digunakan di rumah.
Intervensi:
(1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit.
Rasional: mendiskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasyarat untuk berubah.
9
(2) Diskusikan dengan klien tentang kemampuannya yang dapat dilanjutkan di
rumah sakit.
Rasional: pengertian tentang kemampuan yang dimiliki klien memotivasi
untuk tetap mempertahankan kemampuannya.
(3) Berikan pujian.
Rasional: pujian dapat meningkatkan harga diri klien.
d) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Kriteria evaluasi:
Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien bisa mencoba, dan dapat
menyusun jadwal harian.
Intervensi:
(1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah
sakit.
Rasional: klien adalah individu yang bertangguang jawab terhadap dirinya
sendiri.
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional: sebagai motivasi tindakan yang akan dilakukan oleh klien.
(3) Diskusikan jadwal kegiatan harin atas kegiatan yang telah dilatih. Catatan:
ulangi untuk kemampuan lainnya sampai semua selesai.
Rasional: klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
(4) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemapuan.
Rasional: contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria evaluasi:
Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri atau dengan bantuan),
klien mampu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri.
Intervensi:
10
(1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan.
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
(3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional: dapat mengetahui perkembangan dan keaktifan klien dengan
keluarga.
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria evaluasi:
Keluarga dapat memberikan dukungan dan pujian, klien termotivasi untuk
melakukan therapy, keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.
Intervensi:
(1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
Rasional: mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat proses penyembuhan klien.
(2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional: mempercepat proses penyembuhan.
(3) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.
Rasional: meningkatkan peran serta dalam merawat klien di rumah.
(4) Anjurkan memberi pujian kepada klien setiap berhasil.
Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
2) Diagnosa keperawatan gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum:
Klien dapat menunjukkan peningkatan harga diri.
Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi:
11
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
(1) Bina hubungan saling percaya.
Rasional: bina hubungan saling percaya sebagai dasr keterbukaan klien
dengan perawat.
(2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: meningkatkan semangat klien untuk menolong dirinya dan
mencoba bangkit dari masalah.
b) Klien dapat menilai koping yang konstruktif.
Kriteria evaluasi:
Mengidentifikasi dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam
pemecahan dan permasalahannya.
Intervensi:
(1) Diskusikan dengan klien tentang koping yang konstruktif.
Rasional: mempermudah klien dalam menganalisa masalahnya.
(2) Beri reinforcement dalam setiap aspek positif klien.
Rasional: memberi dorongan dan motivasi kepada klien.
c) Klien mau mengungkapkan permasalahannya.
Kriteria evaluasi:
Klien mampu mengungkapkan secara verbal tentang permasalahnnya
Intervensi:
(1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip therapeutik.
Rasional: merupakan dasar keterbukaan antara perawat dengan klien.
(2) Berikan empati pada klien saat mengungkapkan permasalahannya.
Rasional: menambah kepercayaan diri klien dengan perawat’
(3) Hindari memberikan penilaian yang negatif kepada klien.
Rasional: mencegah penilaian yang negatif dari klien sehingga respon klien
berkurang.
(4) Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya terapi lanjut.
12
Rasional: memberi penjelasan merupakan cara terbaik klien mengetahui
terapi yang harus dijalankan.
VI. Implementasi
Pelakasanaan perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang telah
disusun berdasarkan prioritas, dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata terkadang implementasi dapat berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
tertulis dalam melaksanakan tindakan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan cermat apakah rencana perawatan
masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat melaksanakan
tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien harus di laksanakan.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat,
2002).
VII. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari yindakan
keperawatan kepada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan. Evaluasi dilaksanakan perdiagnosa keperawatan
dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikir. Evaluasi yang dicapai:
1) Klien tidak menarik diri dan mau berhubungan dengan orang lain
2) Klien dapat menunjukan peningkatan harga diri
3) Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
(Keliat, 2002)
13
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Edisi 8).Jakarta: EGC
Keliat, B.A. (1998). Proses KeperawatanKesehatanJiwa.Jakarta: EGC
Keliat, B.A. (2002). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. dan Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1996). Buku Saku Keperawatan Jiwaedisi 3.Jakarta: EGC
`
14