LP_KPD

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 LP_KPD

    1/15

    1

    1. PengertianKetuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda

    persalinan (Mansjoer, 2001).

    Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah

    kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat

    terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan

    aterm

    Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum

    permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi

    pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu

    Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature ruptured of the

    membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila

    pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar,

    Rustam. 1998)

    2. EtiologiMenurut Mansjoer (2001) etiologi ketuban pecah dini belum diketahui, tetapi

    faktor predisposisi ketuban pecah dini itu sendiri ialah infeksi genetalia, servik

    inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.

    Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum jelas dan tidak dapat dipastikan

    apa penyebabnya, akan tetapi penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi

    multifaktor dijabarkan sebagai berikut:

    a. Servik inkompetenServik dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi

    sebelumnya melalui ostium uteri internum atau pada servik yang terjadinya

    dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dan diikuti dengan

    penonjolan dan robekan selaput janin dalam masa kehamilan trimester dua dan

    tiga ( Prawirohardji, 2002 )

    b. InfeksiInfeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban

    dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,

    misalnya aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia, ( Manuaba, 1998).

  • 7/29/2019 LP_KPD

    2/15

    2

    c. Ketegangan rahim berlebihanKetegangan rahim berlebihan seperti kehamilan ganda dan hidramion.

    Peningkatan tekanan distensi pada kulit ketuban diatas ostium uteri internum

    pada servik yang sudah terbuka atau peningkatan tekanan pada intra uterin

    yang meninggi secara mendadak ( Manuaba, 1998 )

    d. Kelainan letak janin dalam rahimKelainan letak berarti tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas

    panggul ( PAP ) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian

    bawah.( Manuaba, 1998 )

    e. Kelainan bawaan dari selaput ketubanKelainan bawaah dari selaput ketuban misalnya pada selaput ketuban yang

    terlalu tipis sehingga sangat mudah pecah.

    f. Kemungkinan kesempitan panggulIni sering terjadi pada perut gantung bagian terendah belum masuk pintu atas

    panggul (PAP), safalopelvik disproporsi, dimana tidak dapat menghalangi

    tekanan terhadap membrane bagian bawah, atau tidak dapat tertutup secara

    sempurna.

    3. Patofisiologia. Terjadi pembukaan premature serviks

    b. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat danvaskularisasi.

    c. Bila terjadi pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudahpecah dan terjadi pengeluaran air ketuban.

    d. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yangmengeluarkan enzim:

    1) Enzim proteolitik2) Enzim kolegenase

    4. Tanda dan Gejalaa. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan.

    Dapat keluar sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

    b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.c. Janin mudah diraba.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    3/15

    3

    d. Pada pemeriksaan dalam kasus KPD yang perlu dikaji adalah1) Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina2) Penipisan serviks3) Konsistensi serviks4) Kulit ketuban5) Penurunan kepala6) Denominator dan apakah ada bagian yang menumbung7) Bagian terbawah dari janin8) Point of direction

    e. Pada pemeriksaan dengan inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaputketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

    5. Penatalaksanaana. Penanganan Umum

    1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.2) Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar

    (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan yang urine. Dengan

    pemeriksaan tes lakmus, bila kertas lakmus biru menunjukkan airketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urin

    (asam).

    3) Jika ibu mengeluh pendarahan pada akhir kehamilan (setelah 32minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.

    4) Tentukan ada tidaknya infeksi.5) Tentukan tanda-tanda inpartu.

    b. Penanganan KhususKonfirmasi diagnosis

    1) Bau cairan ketuban yang khas.2) Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar

    dan nilai 1 jam kemudian

    3) Dengan spekulum, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairankeluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.

    c. Penanganan Konservatif1) Rawat di runah sakit.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    4/15

    4

    2) Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg, atau eritromisin bila tidak tahanampisilin) dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.

    3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masihkeluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

    4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tesbusa negative, beri dexametasone, observasi tanda-tanda infeksi dan

    kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

    5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,berikan tokolitik (salbutamol), dexametasone dan lakukan induksi

    sesudah 24 jam.

    6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotika danlakukan induksi.

    7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolaps

    tali pusat.

    d. Penanganan Aktif1) Kehamilan > dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

    sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 g intravena tiap 6 jam

    maksimal 4 kali.

    2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi danpersalinan diakhiri:

    a) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudianinduksi, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan SC.

    b) Bila skor pelvic > 5, lakukan induksi persalinan, partuspervaginam.

    6. Kemungkinan Data Fokusa. Wawancara

    1) Pengkajiana) Data subyektif

    Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien

    dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan

    menurut keterangan dari pasien.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    5/15

    5

    i. Nama pasienDimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi

    kekeliruan dengan pasien lain.

    ii. UmurMengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi

    adanya faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga

    dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan

    penatalaksanaan.

    iii. Agama dan suku bangsaMengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga

    dapat mempermudah dalam melaksanakan tindakan.

    iv. PendidikanUntuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu

    dalam memberi informasi tentang persalinan.

    v. PekerjaanMengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji

    untuk mengetahui pola aktifitas pasien karena pada ketuban

    pecah dini juga dapat disebabkan ibu terlalu banyak

    beraktivitas sehingga lebih rentan terjadinya pecah.

    vi. AlamatUntuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk

    menghindari kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan

    nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila

    perlu.

    vii. Identitas suamiUntuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila

    sewaktu waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan

    keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses

    perawatan.

    viii. Alasan datang ke rumah sakitUntuk mengetahui pasien tersebut datang rujukan atau tidak,

    dan untuk mengetahui keluhan pasien.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    6/15

    6

    ix. Keluhan utamaPada kasus ketuban pecah dini, keluhan utama yang

    dirasakan adalah pengeluaran cairan yang berwarna jernih

    dan berbau khas yang sedikit sedikit atau sekaligus banyak

    yang dapat keluar kapan saja.

    x. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang

    Pada kasus ketuban pecah dini dikaji hal-hal yang

    berkaitan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah

    dini misalnya penyakit menular seperti infeksi

    genetalia, merupakan faktor predisposisi selaput

    ketuban menjadi lemah.

    Riwayat kesehatan laluPada riwayat kesehatan lalu, perlu dikaji mengenai

    riwayat kesempitan panggul karena juga merupakan

    salah satu dari faktor predisposisi ketuban pecah dini.

    Riwayat kesehatan keluagaUntuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

    penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien,

    misalnya: penyakit keturunan menular, kelainan

    bawaan dan keturunan kembar, misalanya pada

    kehamilan kembar dapat menyebabkan ketegangan

    rahim yang berlebihan atau tekanan intra uterin yang

    meninggi secara mendadak sehingga selaput mudah

    pecah.

    xi. Riwayat obstetrik Riwayat perkawinan

    Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya

    infertilitas yang membantu dalam pertimbangan

    pelaksanaan tindakan.

    Riwayat menstruasiUntuk mengetahui hari pertama haid terakhir ( HPHT )

    untuk menentukan umur kehamilan yang sebenarnya

  • 7/29/2019 LP_KPD

    7/15

    7

    karena pada ketuban pecah dini biasanya terjadi pada

    usia kehamilan 36 minggu atau lebih dari 36 minggu.

    Riwayat kehamilan sekarangDitanyakan apakah pasien memerlukan pemeriksaan

    antenatal secara teratur. Ini berhubungan dengan

    pemantauan kehamilan dan deteksi dini persalinan

    dengan ketuban pecah dini, terutama pada keluhan

    karena untuk memastikan kalau itu benar ketuban

    pecah, selain itu untuk mengetahui apakah mendapat

    imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu

    selama hamil.

    Riwayat kontrasepsiDitanyakan metode yang dipakai dan keluhannya

    karena salah satu efek samping kontrasepsi adalah haid

    yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat

    menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan

    HPHT.

    Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari Pola nutrisi

    Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan,

    tersedianya nutrisi berkaitan dengan kebutuhan

    metabolisme tubuh, karena masalah yang

    berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan

    penyebabnya biasanya saling berkaitan.

    EliminasiMenjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting

    diketahui pola eliminasi dalam keadaan sebelum

    dan selama hamil karena merupakan proses

    penting dalam tubuh, dan sampai melahirkan.

    Personal hygieneUntuk mengetahui pola hidup bersih dalam

    kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang atau

    tidak karena pada masa selama hamil sampai

    melahirkan rentan terhadap penyakit.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    8/15

    8

    Pola aktivitas dan istirahatUntuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil dan

    saat persalinan, pola istirahat juga karena kurang

    istirahat atau ibu merasa kecapaian dapat

    menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat

    mempengaruhi persalinan nantinya.

    Pola kebutuhan seksualKarena pada kasus ketuban pecah dini juga

    disebabkan oleh kelainan bawaan seperti selaput

    ketuban yang tipis dan lemah, tulang servikal

    dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,

    perdarahan trimester III, persalinan preterm,

    uterus distensi berlebihan.

    xii. Data psikososialHal ini penting untuk dikaji karena untuk dapat mendukung

    pengidentifikasi masalah untuk menentukan diagnosa,

    contohnya apakah pasien merasa cemas dengan keadaan ini.

    b) Data obyektifi. Pemeriksaan umum

    Keadaan umum perlu dikaji karena pada keadaan umum ibu

    yang lemah dapat dikarenakan oleh infeksi yang merupakan

    salah satu penyebab dan komplikasi ketuban pecah dini.

    ii. Tandatanda vital Tekanan darah : untuk menilai apakah pasien

    mengalami hipertensi atau sebaliknya pasien

    mengalami penurunan tekanan darah.

    Suhu : untuk menilai apakah terjadi infeksi atau tidakkarena pengaruh salah satu dari ketuban pecah dini.

    Bila terjadi infeksi maka suhu tubuh menjadi

    meningkat.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    9/15

    9

    Nadi: apakah nadi teratur atau tidak, cepat atau lambat,biasanya bila suhu meningkat dan nadi cepat karena

    adanya infeksi.

    b. Pemeriksaan Fisik (heat to toe)Lebih diutamakan pemeriksaan pada daerah yang dibawah ini untuk menjaga

    diagnosa.

    1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis

    atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.

    4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapatlender atau tidak, ada polip atau tidak.

    5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairanatau tidak.

    6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitisatau tidak.

    7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarahatau tidak.

    8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak,

    pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.

    11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau

    nyeri tekan atau tidak.

    13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi padagenetalia.

    14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan

    anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    10/15

    10

    c. Pemeriksaan Diagnostik1) Pemeriksaan leukosit darah: > 15.000/uL bila terjadi infeksi.2) Tes lakmus merah berubah menjadi biru.3) Amniosentesis.4) USG: menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang.

    7. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada Ibu

    a. Hipertermia berhubungan dengan infeksi kerena paparan kuman pathogen.b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu lama

    dengan ekstrauteri.

    c. Ansietas berhubungan dengan partus lamad. Nyeri berhubungan dengan berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion).

    8. Analisa DataNo Data fokus Etiologi Masalah

    keperawatan

    1.

    2.

    Data subyektif

    - Klien mengeluh mulas-mulas sejaktadi malam setelah shalat magrib.

    Data Obyektif

    - Pembukaan serviks 4 cm- His 2x/menit durasi 20 menit.- Tensi : 100/70 mmHg- Nadi : kuat teratur 80x/menit- RR : 20x/menit- Kontraksi uterus regular

    Data Subyektif

    - Klien mengaku cemas dengankeadaannya terlebih ini anak yang

    sangat diharapkan karena menurut

    USG anaknya laki-laki.

    - Klien menyatakan agar bayinya dapat

    Stimulasi ujung saraf

    parasimpatis dan

    simpatis sekunder

    terhadap dilatasi serviks

    dan kontraksi uterus.

    Krisis situasi,

    kurangnya pengetahuan

    terhadap proses

    persalinan.

    Nyeri

    Ansietas

  • 7/29/2019 LP_KPD

    11/15

    11

    3.

    lahir dengan selamat.

    Data obyektif

    - Tensi : 100/70 mmHg- Nadi : kuat teratur 80x/menit- RR : 20x/menit- Klien tampak berkeringat dan baju

    klien basah dan lembab

    Data subyektif

    -

    Data obyektif

    - Dari pemeriksaan jam 10.00- Suhu : 37,00C- Ketuban telah pecah, warna jernih- Blood slym (-)- Pemeriksaan laboratorium Darah

    positif menunjukkan gambaran seperti

    pakis dari cairan yang diambil

    pervaginam.

    Terbukannya jalan lahir

    dengan ekstrauteri.

    Resiko tinggi infeksi

  • 7/29/2019 LP_KPD

    12/15

    12

    9. Rencana Asuhan KeperawatanNo Diagnosa Keperawatan Tujuan

    Rencana keperawatan

    Intervensi Rasional

    1. Nyeri berhubungan denganstimulasi ujung saraf

    simpatis dan parasimpatis

    sekunder terhadap dilatasi

    serviks dan kontraksi uterus.

    Setelah dilakukan asuhan

    keperawatan selama 4x1 jam

    klien diharapkan mampu

    mengkontrol nyeri dengan

    kriteria hasil sebagai berikut:

    Klien melaporkan nyeriberkurang dengan skala nyeri

    2.

    Klien dapat menggunakanteknik relaksasi dan distraksi

    untuk mengontrol nyeri.

    Keluarga bisa menerapkan

    teknik masasse abdomen

    untuk mengurangi nyeri.

    Klien tidak mengalamidistensi kandung kemih.

    Pasien tampak lebih rileksterlihat dari isyarat verbal

    atau nonverbalnya.

    Kaji derajat ketidaknyamanan melaluiisyarat verbal dan nonverbal.

    Bantu dalam menggunakan tehnikrelaksasi seperti napas dalam dan

    distraksi dengan tepat atau dengan

    masasse abdomen

    Bantu tindakan kenyamanan (mis,gosokan punggung/kaki, tekanan sacral,

    istirahat punggung, perubahan posisi).

    Anjurkan klien berkemih tiap 1-2 jam.

    Hitung frekuensi, intensitas, dan durasikontraksi uterus setiap 10 menit.

    Tindakan dan reaksi nyeri adalahindividual dan berdasarkan

    pengalaman masa lalu.

    Dapat memblok impuls nyeri dalamkorteks serebral melalui respon

    kondisi dan stimulasi kutan.

    Meningkatkan relaksasi. Perubahanposisi secara periodic mencegah

    iskemia jaringan dan/atau kekakuan

    otot dan meningkatkan kenyamanan.

    Mempertahankan kandung kemihbebas distensi, dapat menyebabkan

    ketidaknyamana.

    Memantau kemajuan persalinan danmemberikan informasi untuk klien.

    2. Ansietas berhubungandengan krisis situasi dan

    Setelah dilakukan asuhan

    keperawatan selama 2x1 jam

    Kaji tingkat ansietas melalui isyaratverbal dan nonverbal.

    Mengidentifikasi tingkat intervensiyang perlu. Ansietas mempengaruhi

  • 7/29/2019 LP_KPD

    13/15

    13

    kurangnya pengetahuan

    tentang proses persalinan.

    klien diharapkan mampu

    menunjukkan/melaporkan

    ansietas berkurang dengan

    kriteria hasil sebagai berikut:

    Klien melaporkan ansietasberkurang dengan skala

    kecemasan 0.

    Klien dapat menggunakanteknik relaksasi dan distraksi

    untuk mengontrol nyeri

    dengan efektif.

    Klien tampak lebih tenangdan tidak gelisah terlihat dari

    isyarat verbal atau

    nonverbalnya

    Kooperatif dalam setiaptindakan.

    Tekanan darah dalam batasnormal 120/90 mmHg.

    Berikan dukungan intrapartal secarakontinyu, yakinkan pada klien bahwa

    klien selalu didampingi oleh keluarga.

    Anjurkan teknik relaksasi seperti napasdalam dan distraksi.

    Bimbing klien untuk berdoa

    Pantau Tekanan darah (TD) dan nadisesuai indikasi.

    Pantau pola kontraktilitas uterus;laporkan disfungsi persalinan.

    Anjurkan klien untuk mengungkapkanperasaan, masalah, dan rasa takutnya.

    teknik penggunaan koping.

    Membantu menurunkan keteganganklien.

    Membantu dalam menurunkanansietas dan meningkatkan rasa

    kontrol.

    Meningkatkan keyakinan kliendalam mengahadapi prosedur

    persalinan.

    Stress mengaktifkan systemadrenokortikal hipofisis-

    hipotalamik, yang meningkatkan

    retensi dan resorbsi natrium dan air

    dalam meningkatkan natrium.

    Pola kontraksi hipertonik atauhiponik dapat terjadi bila stress

    menetap dan memperpanjang

    pelepasan katekolamin.

    Stress, rasa takut, dan ansietasmempunyai efek yang dalam pada

    proses persalinan.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    14/15

    14

    3. Resiko tinggi infeksiberhubungan dengan

    terbukanya jalan lahir

    dengan ekstrauteri.

    Setelah dilakukan asuhan

    keperawatan selama 3x24 jam

    diaharapkan klien mampu

    menunjukkan bebas dari tanda-

    tanda nyeri dengan kriteria hasil

    sebagai berikut:

    Suhu tubuh normal 36,5-370C.

    Kontaminasi silang dapattidak terjadi.

    Cairan amniotic jernih,hampir tidak berwarna dan

    berbau.

    Pada pemeriksaanlaboratorium jumlah leukosit

    dalam batas normal yaitu

    5000-10000 mm3.

    Gunakan teknik aseptik selamamelakukan pemeriksaan vagina (VT).

    Pantau tanda-tanda vital dan nilaileukosit.

    Pantau dan gambarkan karakteristik daricairan amniotic.

    Membantu mencegah pertumbuhanbakteri, membatasi kontaminasi dari

    pencapaian ke vagina.

    Dalam 4 jam setelah membranerupture, insiden korioamnionitis

    meningkat secara progresif,

    ditunjukkan dengan perubahan TTV

    dan jumlah sel darah pulih.

    Pada infeksi cairan amnionitikmenjadi lebih kental dan kuning

    pekat dengan bau yang tidak sedap.

  • 7/29/2019 LP_KPD

    15/15

    15

    Referensi

    Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

    Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.

    Doenges, E. Marilyn. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.

    Koniak, M Reeder. 1992.Maternity Nursing Family, Newborn, and Womans Health

    Care. Philadelpia: J. B. Lippincott Company.

    Lowdermilk & Shannon, E Perry. 2000. Maternity & Womans Health Care.

    Philadelpia: Mosby.

    Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

    Berencana. Jakarta: EGC.

    Mansjoer, A, dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid 1. Jakarta. Media

    Aesculapius

    Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.

    Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

    Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.

    Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

    Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.

    Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo.