Upload
jeluffy-sumbay
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 LP_KPD
1/15
1
1. PengertianKetuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan (Mansjoer, 2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat
terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi
pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature ruptured of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar,
Rustam. 1998)
2. EtiologiMenurut Mansjoer (2001) etiologi ketuban pecah dini belum diketahui, tetapi
faktor predisposisi ketuban pecah dini itu sendiri ialah infeksi genetalia, servik
inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.
Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum jelas dan tidak dapat dipastikan
apa penyebabnya, akan tetapi penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi
multifaktor dijabarkan sebagai berikut:
a. Servik inkompetenServik dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri internum atau pada servik yang terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dan diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin dalam masa kehamilan trimester dua dan
tiga ( Prawirohardji, 2002 )
b. InfeksiInfeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,
misalnya aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia, ( Manuaba, 1998).
7/29/2019 LP_KPD
2/15
2
c. Ketegangan rahim berlebihanKetegangan rahim berlebihan seperti kehamilan ganda dan hidramion.
Peningkatan tekanan distensi pada kulit ketuban diatas ostium uteri internum
pada servik yang sudah terbuka atau peningkatan tekanan pada intra uterin
yang meninggi secara mendadak ( Manuaba, 1998 )
d. Kelainan letak janin dalam rahimKelainan letak berarti tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul ( PAP ) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah.( Manuaba, 1998 )
e. Kelainan bawaan dari selaput ketubanKelainan bawaah dari selaput ketuban misalnya pada selaput ketuban yang
terlalu tipis sehingga sangat mudah pecah.
f. Kemungkinan kesempitan panggulIni sering terjadi pada perut gantung bagian terendah belum masuk pintu atas
panggul (PAP), safalopelvik disproporsi, dimana tidak dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah, atau tidak dapat tertutup secara
sempurna.
3. Patofisiologia. Terjadi pembukaan premature serviks
b. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat danvaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudahpecah dan terjadi pengeluaran air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yangmengeluarkan enzim:
1) Enzim proteolitik2) Enzim kolegenase
4. Tanda dan Gejalaa. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan.
Dapat keluar sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.c. Janin mudah diraba.
7/29/2019 LP_KPD
3/15
3
d. Pada pemeriksaan dalam kasus KPD yang perlu dikaji adalah1) Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina2) Penipisan serviks3) Konsistensi serviks4) Kulit ketuban5) Penurunan kepala6) Denominator dan apakah ada bagian yang menumbung7) Bagian terbawah dari janin8) Point of direction
e. Pada pemeriksaan dengan inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaputketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
5. Penatalaksanaana. Penanganan Umum
1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.2) Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan yang urine. Dengan
pemeriksaan tes lakmus, bila kertas lakmus biru menunjukkan airketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urin
(asam).
3) Jika ibu mengeluh pendarahan pada akhir kehamilan (setelah 32minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
4) Tentukan ada tidaknya infeksi.5) Tentukan tanda-tanda inpartu.
b. Penanganan KhususKonfirmasi diagnosis
1) Bau cairan ketuban yang khas.2) Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian
3) Dengan spekulum, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairankeluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.
c. Penanganan Konservatif1) Rawat di runah sakit.
7/29/2019 LP_KPD
4/15
4
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg, atau eritromisin bila tidak tahanampisilin) dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masihkeluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tesbusa negative, beri dexametasone, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,berikan tokolitik (salbutamol), dexametasone dan lakukan induksi
sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotika danlakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolaps
tali pusat.
d. Penanganan Aktif1) Kehamilan > dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 g intravena tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi danpersalinan diakhiri:
a) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudianinduksi, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan SC.
b) Bila skor pelvic > 5, lakukan induksi persalinan, partuspervaginam.
6. Kemungkinan Data Fokusa. Wawancara
1) Pengkajiana) Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien
dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan
menurut keterangan dari pasien.
7/29/2019 LP_KPD
5/15
5
i. Nama pasienDimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
ii. UmurMengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi
adanya faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
penatalaksanaan.
iii. Agama dan suku bangsaMengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga
dapat mempermudah dalam melaksanakan tindakan.
iv. PendidikanUntuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu
dalam memberi informasi tentang persalinan.
v. PekerjaanMengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui pola aktifitas pasien karena pada ketuban
pecah dini juga dapat disebabkan ibu terlalu banyak
beraktivitas sehingga lebih rentan terjadinya pecah.
vi. AlamatUntuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk
menghindari kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan
nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila
perlu.
vii. Identitas suamiUntuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila
sewaktu waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan
keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses
perawatan.
viii. Alasan datang ke rumah sakitUntuk mengetahui pasien tersebut datang rujukan atau tidak,
dan untuk mengetahui keluhan pasien.
7/29/2019 LP_KPD
6/15
6
ix. Keluhan utamaPada kasus ketuban pecah dini, keluhan utama yang
dirasakan adalah pengeluaran cairan yang berwarna jernih
dan berbau khas yang sedikit sedikit atau sekaligus banyak
yang dapat keluar kapan saja.
x. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus ketuban pecah dini dikaji hal-hal yang
berkaitan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini misalnya penyakit menular seperti infeksi
genetalia, merupakan faktor predisposisi selaput
ketuban menjadi lemah.
Riwayat kesehatan laluPada riwayat kesehatan lalu, perlu dikaji mengenai
riwayat kesempitan panggul karena juga merupakan
salah satu dari faktor predisposisi ketuban pecah dini.
Riwayat kesehatan keluagaUntuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien,
misalnya: penyakit keturunan menular, kelainan
bawaan dan keturunan kembar, misalanya pada
kehamilan kembar dapat menyebabkan ketegangan
rahim yang berlebihan atau tekanan intra uterin yang
meninggi secara mendadak sehingga selaput mudah
pecah.
xi. Riwayat obstetrik Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya
infertilitas yang membantu dalam pertimbangan
pelaksanaan tindakan.
Riwayat menstruasiUntuk mengetahui hari pertama haid terakhir ( HPHT )
untuk menentukan umur kehamilan yang sebenarnya
7/29/2019 LP_KPD
7/15
7
karena pada ketuban pecah dini biasanya terjadi pada
usia kehamilan 36 minggu atau lebih dari 36 minggu.
Riwayat kehamilan sekarangDitanyakan apakah pasien memerlukan pemeriksaan
antenatal secara teratur. Ini berhubungan dengan
pemantauan kehamilan dan deteksi dini persalinan
dengan ketuban pecah dini, terutama pada keluhan
karena untuk memastikan kalau itu benar ketuban
pecah, selain itu untuk mengetahui apakah mendapat
imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu
selama hamil.
Riwayat kontrasepsiDitanyakan metode yang dipakai dan keluhannya
karena salah satu efek samping kontrasepsi adalah haid
yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan
HPHT.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan,
tersedianya nutrisi berkaitan dengan kebutuhan
metabolisme tubuh, karena masalah yang
berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan
penyebabnya biasanya saling berkaitan.
EliminasiMenjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting
diketahui pola eliminasi dalam keadaan sebelum
dan selama hamil karena merupakan proses
penting dalam tubuh, dan sampai melahirkan.
Personal hygieneUntuk mengetahui pola hidup bersih dalam
kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang atau
tidak karena pada masa selama hamil sampai
melahirkan rentan terhadap penyakit.
7/29/2019 LP_KPD
8/15
8
Pola aktivitas dan istirahatUntuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil dan
saat persalinan, pola istirahat juga karena kurang
istirahat atau ibu merasa kecapaian dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat
mempengaruhi persalinan nantinya.
Pola kebutuhan seksualKarena pada kasus ketuban pecah dini juga
disebabkan oleh kelainan bawaan seperti selaput
ketuban yang tipis dan lemah, tulang servikal
dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,
perdarahan trimester III, persalinan preterm,
uterus distensi berlebihan.
xii. Data psikososialHal ini penting untuk dikaji karena untuk dapat mendukung
pengidentifikasi masalah untuk menentukan diagnosa,
contohnya apakah pasien merasa cemas dengan keadaan ini.
b) Data obyektifi. Pemeriksaan umum
Keadaan umum perlu dikaji karena pada keadaan umum ibu
yang lemah dapat dikarenakan oleh infeksi yang merupakan
salah satu penyebab dan komplikasi ketuban pecah dini.
ii. Tandatanda vital Tekanan darah : untuk menilai apakah pasien
mengalami hipertensi atau sebaliknya pasien
mengalami penurunan tekanan darah.
Suhu : untuk menilai apakah terjadi infeksi atau tidakkarena pengaruh salah satu dari ketuban pecah dini.
Bila terjadi infeksi maka suhu tubuh menjadi
meningkat.
7/29/2019 LP_KPD
9/15
9
Nadi: apakah nadi teratur atau tidak, cepat atau lambat,biasanya bila suhu meningkat dan nadi cepat karena
adanya infeksi.
b. Pemeriksaan Fisik (heat to toe)Lebih diutamakan pemeriksaan pada daerah yang dibawah ini untuk menjaga
diagnosa.
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis
atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapatlender atau tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairanatau tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitisatau tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarahatau tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak,
pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau
nyeri tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi padagenetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan
anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
7/29/2019 LP_KPD
10/15
10
c. Pemeriksaan Diagnostik1) Pemeriksaan leukosit darah: > 15.000/uL bila terjadi infeksi.2) Tes lakmus merah berubah menjadi biru.3) Amniosentesis.4) USG: menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang.
7. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada Ibu
a. Hipertermia berhubungan dengan infeksi kerena paparan kuman pathogen.b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu lama
dengan ekstrauteri.
c. Ansietas berhubungan dengan partus lamad. Nyeri berhubungan dengan berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion).
8. Analisa DataNo Data fokus Etiologi Masalah
keperawatan
1.
2.
Data subyektif
- Klien mengeluh mulas-mulas sejaktadi malam setelah shalat magrib.
Data Obyektif
- Pembukaan serviks 4 cm- His 2x/menit durasi 20 menit.- Tensi : 100/70 mmHg- Nadi : kuat teratur 80x/menit- RR : 20x/menit- Kontraksi uterus regular
Data Subyektif
- Klien mengaku cemas dengankeadaannya terlebih ini anak yang
sangat diharapkan karena menurut
USG anaknya laki-laki.
- Klien menyatakan agar bayinya dapat
Stimulasi ujung saraf
parasimpatis dan
simpatis sekunder
terhadap dilatasi serviks
dan kontraksi uterus.
Krisis situasi,
kurangnya pengetahuan
terhadap proses
persalinan.
Nyeri
Ansietas
7/29/2019 LP_KPD
11/15
11
3.
lahir dengan selamat.
Data obyektif
- Tensi : 100/70 mmHg- Nadi : kuat teratur 80x/menit- RR : 20x/menit- Klien tampak berkeringat dan baju
klien basah dan lembab
Data subyektif
-
Data obyektif
- Dari pemeriksaan jam 10.00- Suhu : 37,00C- Ketuban telah pecah, warna jernih- Blood slym (-)- Pemeriksaan laboratorium Darah
positif menunjukkan gambaran seperti
pakis dari cairan yang diambil
pervaginam.
Terbukannya jalan lahir
dengan ekstrauteri.
Resiko tinggi infeksi
7/29/2019 LP_KPD
12/15
12
9. Rencana Asuhan KeperawatanNo Diagnosa Keperawatan Tujuan
Rencana keperawatan
Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan denganstimulasi ujung saraf
simpatis dan parasimpatis
sekunder terhadap dilatasi
serviks dan kontraksi uterus.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 4x1 jam
klien diharapkan mampu
mengkontrol nyeri dengan
kriteria hasil sebagai berikut:
Klien melaporkan nyeriberkurang dengan skala nyeri
2.
Klien dapat menggunakanteknik relaksasi dan distraksi
untuk mengontrol nyeri.
Keluarga bisa menerapkan
teknik masasse abdomen
untuk mengurangi nyeri.
Klien tidak mengalamidistensi kandung kemih.
Pasien tampak lebih rileksterlihat dari isyarat verbal
atau nonverbalnya.
Kaji derajat ketidaknyamanan melaluiisyarat verbal dan nonverbal.
Bantu dalam menggunakan tehnikrelaksasi seperti napas dalam dan
distraksi dengan tepat atau dengan
masasse abdomen
Bantu tindakan kenyamanan (mis,gosokan punggung/kaki, tekanan sacral,
istirahat punggung, perubahan posisi).
Anjurkan klien berkemih tiap 1-2 jam.
Hitung frekuensi, intensitas, dan durasikontraksi uterus setiap 10 menit.
Tindakan dan reaksi nyeri adalahindividual dan berdasarkan
pengalaman masa lalu.
Dapat memblok impuls nyeri dalamkorteks serebral melalui respon
kondisi dan stimulasi kutan.
Meningkatkan relaksasi. Perubahanposisi secara periodic mencegah
iskemia jaringan dan/atau kekakuan
otot dan meningkatkan kenyamanan.
Mempertahankan kandung kemihbebas distensi, dapat menyebabkan
ketidaknyamana.
Memantau kemajuan persalinan danmemberikan informasi untuk klien.
2. Ansietas berhubungandengan krisis situasi dan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2x1 jam
Kaji tingkat ansietas melalui isyaratverbal dan nonverbal.
Mengidentifikasi tingkat intervensiyang perlu. Ansietas mempengaruhi
7/29/2019 LP_KPD
13/15
13
kurangnya pengetahuan
tentang proses persalinan.
klien diharapkan mampu
menunjukkan/melaporkan
ansietas berkurang dengan
kriteria hasil sebagai berikut:
Klien melaporkan ansietasberkurang dengan skala
kecemasan 0.
Klien dapat menggunakanteknik relaksasi dan distraksi
untuk mengontrol nyeri
dengan efektif.
Klien tampak lebih tenangdan tidak gelisah terlihat dari
isyarat verbal atau
nonverbalnya
Kooperatif dalam setiaptindakan.
Tekanan darah dalam batasnormal 120/90 mmHg.
Berikan dukungan intrapartal secarakontinyu, yakinkan pada klien bahwa
klien selalu didampingi oleh keluarga.
Anjurkan teknik relaksasi seperti napasdalam dan distraksi.
Bimbing klien untuk berdoa
Pantau Tekanan darah (TD) dan nadisesuai indikasi.
Pantau pola kontraktilitas uterus;laporkan disfungsi persalinan.
Anjurkan klien untuk mengungkapkanperasaan, masalah, dan rasa takutnya.
teknik penggunaan koping.
Membantu menurunkan keteganganklien.
Membantu dalam menurunkanansietas dan meningkatkan rasa
kontrol.
Meningkatkan keyakinan kliendalam mengahadapi prosedur
persalinan.
Stress mengaktifkan systemadrenokortikal hipofisis-
hipotalamik, yang meningkatkan
retensi dan resorbsi natrium dan air
dalam meningkatkan natrium.
Pola kontraksi hipertonik atauhiponik dapat terjadi bila stress
menetap dan memperpanjang
pelepasan katekolamin.
Stress, rasa takut, dan ansietasmempunyai efek yang dalam pada
proses persalinan.
7/29/2019 LP_KPD
14/15
14
3. Resiko tinggi infeksiberhubungan dengan
terbukanya jalan lahir
dengan ekstrauteri.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diaharapkan klien mampu
menunjukkan bebas dari tanda-
tanda nyeri dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
Suhu tubuh normal 36,5-370C.
Kontaminasi silang dapattidak terjadi.
Cairan amniotic jernih,hampir tidak berwarna dan
berbau.
Pada pemeriksaanlaboratorium jumlah leukosit
dalam batas normal yaitu
5000-10000 mm3.
Gunakan teknik aseptik selamamelakukan pemeriksaan vagina (VT).
Pantau tanda-tanda vital dan nilaileukosit.
Pantau dan gambarkan karakteristik daricairan amniotic.
Membantu mencegah pertumbuhanbakteri, membatasi kontaminasi dari
pencapaian ke vagina.
Dalam 4 jam setelah membranerupture, insiden korioamnionitis
meningkat secara progresif,
ditunjukkan dengan perubahan TTV
dan jumlah sel darah pulih.
Pada infeksi cairan amnionitikmenjadi lebih kental dan kuning
pekat dengan bau yang tidak sedap.
7/29/2019 LP_KPD
15/15
15
Referensi
Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.
Doenges, E. Marilyn. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
Koniak, M Reeder. 1992.Maternity Nursing Family, Newborn, and Womans Health
Care. Philadelpia: J. B. Lippincott Company.
Lowdermilk & Shannon, E Perry. 2000. Maternity & Womans Health Care.
Philadelpia: Mosby.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A, dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid 1. Jakarta. Media
Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.
Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.