95
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan pelayanan publik.Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan berpotensi untuk menghasilkan sampah.Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia.Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan.Sampah wajib dikeloa karena setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. (1) Pengelolaan limbah di rumah sakit dilaksanakan meliputi pengelolaan limbah padat, cair, bahan gas yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif, yang diolah secara terpisah. (1) Sampah yang dihasilkan rumah sakit hampir 90% berupa sampah non medis dan 20% berupa sampah medis. Sebesar 15% dari sampah rumah sakit merupakan limbah infeksius 6% dan limbah genotoksik serta radioaktif sebesar 1% i

lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak

sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.Rumah sakit merupakan salah

satu penyelenggara kegiatan pelayanan publik.Dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan berpotensi untuk menghasilkan sampah.Sampah merupakan sisa

kegiatan sehari-hari manusia.Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah

bahan berbahaya beracun yang karena sifat konsentrasinya atau jumlahnya dapat

membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan.Sampah wajib dikeloa karena

setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat

kesehatan. (1)

Pengelolaan limbah di rumah sakit dilaksanakan meliputi pengelolaan

limbah padat, cair, bahan gas yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan

sebagian bersifat radioaktif, yang diolah secara terpisah. (1)

Sampah yang dihasilkan rumah sakit hampir 90% berupa sampah non medis dan

20% berupa sampah medis. Sebesar 15% dari sampah rumah sakit merupakan

limbah infeksius 6% dan limbah genotoksik serta radioaktif sebesar 1% limbah

kimia dan farmasi 6%, dan limbah genotoksik serta radioaktif sebesar 1%. Negara

maju menghasilkan 10 kg sampah medis per orang per tahun, sedangkan di negara

berkembang biasanya menggolongkan sampah menjadi du

i

Page 2: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

1

golongan yaitu sampah non medis dan sampah medis. Negara berkembang

menghasilkan 0,8 sampai 6 kg per orang per tahun. (2)

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa di Rumah Sakit Kuwait,

sampah yang dihasilkan per hari bervariasi antara 3,87 kg/tempat tidur/hari

sampai 7,44 kg/tempat tidur/hari. Sampah tersebut terdiri dari sampah non medis

sebesar 71,44 % dan limbah infeksius sebesar 27,8 % dan 0,76% limbah benda

tajam. (3)

Penelitian lain melakukan survey di Rumah Sakit Yordania. Rata-rata

sampah yang dihasilkan berkisar antara 0,29 sampai 1,36 kg/tempat tidur/hari

dengan total sampah harian sebesar 6 ton/hari. Berdasarkan survey, rumah sakit

pemerintah menghasilkan 25% limbah infeksius, rumah sakit swasta sebesar 16%

dan rumah sakit pendidikan sebesar 16%. (4)

Sementara itu hasil penelitian pada tahun 2010 menunjukkan bahwa

produksi sampah sebesar ±0,14 kg/tempat tidur/hari. Produksi sampah berupa

limbah non infeksius sebesar 80%, 15% limbah patologis, 1% limbah benda

tajam, 30% limbah klinik dan farmasi. Jumlah rumah sakit pada tahun yang sama

yaitu 1686 rumah sakit. Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah

sakit sebesar 8.132 ton/tahun (9).Sedangkan pada tahun 2009 jumlah rumah sakit

yang memiliki insenerator sebanyak 85%. (5)

Hasil kajian terhadap rumah sakit yang ada di Bandung pada tahun 2010

menunjukkan jumlah sampah rumah sakit yang dihasilkan di Bandung sebesar

3.493 ton per tahun. Komposisi sampah rumah sakit terdiri atas 85% limbah

domestic, 15% limbah medis, terdiri atas 11% limbah infeksius dan 4% limbah

berbahaya, dan limbah domestik yang sudah dimanfaatkan hanya sebesar 19%.

(18)

Sebagian besar rumah sakit melakukan pengelolaan sampah padat dengan

memisahkan antara sampah medis dan non medis (80,7%), tetapi dalam masalah

pewadahan sekitar 20,5% yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna

dan lambang yang berbeda. Sementara itu, teknologi pemusnahan dan

pembuangan akhir yang dipakai, untuk limbah infeksius 62,5% dibakar dengan

insenerator, 14,8% dengan cara landfill, dan 22,7 % dengan cara lain, untuk

1

Page 3: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

2

limbah toksik 51,1 % dibakar dengan insenerator, 15,9 % dengan cara landfill dan

33,0 % dengan cara lain, untuk limbah radioaktif hanya 37,1 % menyerahkan

limbah radioaktif ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), sisanya dengan

cara lainnya. Sedangkan untuk limbah domestik sebanyak 98,8 % rumah sakit

melakukan pengelolaan limbah domestik dengan cara landfill melalui kerjasama

dengan Dinas Kebersihan setempat dan atau dengan dibakar sendiri. (6)

Dengan gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya potensi rumah

sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan

serta penularan penyakit.Resiko akibat terpajannya dari limbah layanan kesehatan

antara lain limbah mengandung agen infeksius, bersifat genetoksik, mengandung

zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau beracun, bersifat radioaktif, dan

mengandung benda tajam. (7)

Berikut ini beberapa kasus yang timbul akibat dari pengelolaan sampah

yang tidak sesuai. Penggunaan jarum suntik bekas tanpa sterilisasi menyababkan

8 sampai 16 milyar infeksi hepatitis B tiap tahun, 2,3 sampai 4,7 milyar hepatitis

C dan 80.000 sampai 160.000 terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Pada Juni 2000, di Rusia enam anak terkena cacar setelah bermain-main dengan

botol bekas berisi vaksin yang sudah kadaluarsa dari tempat sampah di

Vladivostok, Rusia. Di Goiania Brazil, empat orang meninggal pada tahun 1988

akibat terpajan radiasi dan 28 orang mengalami luka bakar yang serius akibat

radiasi. Secara tidak langsung pembuangan sampah yang mengandung racun ke

lingkungan seperti dari landfill dapat mengkontaminasi perairan, incinerator yang

tidak memadai akan menyebabkan polusi udara, apabila pada proses incenerasi

mengandung chlorine dapat menghasilkan dioxins dan furan yang diklasifikasikan

sebagai zat karsinogen. (8)

Hal yang dapat dihindari dari terjadinya pencemaran lingkungan dan

kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit adalah dengan

melakukan pengelolaan sampah rumah sakit.Pengelolaan sampah rumah sakit

disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit.Kegiatan

pengelolaan biasanya meliputi penampungan sampah, pengangkutan dan

pembuangan akhir.Masih terdapat masalah dalam pengelolaan sampah rumah

2

Page 4: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

3

sakit.Walaupun sudah dilakukan pengelolaan sampah rumah sakit, tetapi masih

dapat menjadi masalah di beberapa rumah sakit. (5)

Berdasarkan penelitian di Nepal, disimpulkan bahwa sistem pengelolaan

sampah di Rumah Sakit Narayani Sub Regional belum dilakukan pemisahan

sampah rumah sakit, semua sampah rumah sakit dikumpulkan dalam tempat

sampah tidak berpenutup, pengangkutan menggunakan kantong plastik yang tidak

tertutup rapat memungkinkan terjadinya tumpahan yang berbahaya bagi

kesehatan. Tidak terdapat fasilitas ruang penyimpanan sampah sementara. Tenaga

pengelola sampah kurang memperdulikan tempat penyimpanan limbah infeksius,

dan incinerator sudah tidak digunakan lagi. Dapartemen rumah tangga belum

menjalankan fungsinya dengan baik. Rumah sakit harus mengembangkan

perencanaan manajemen pengelolaan sampah sesuai dengan petunjuk pengelolaan

limbah nasional. Pelatihan tenaga maupun organisasi pengelola sampah harus

dikembangkan di seluruh bagian.(1)

Sementara itu di rumah sakit Kotuba Afrika Selatan, sudah dilakukan

pemisahan limbah infeksius dan limbah domestic tetapi pembuangan limbah

infeksius disimpan tanpa dikategorikan.Pengumpulan sementara oleh tenaga

pengelola sampah.Troli digunakan untuk mengangkut sampah padat dari tiap

ruangan ke tempat penampungan sementara, petugas telah menggunakan APD

(Alat Pelindung Diri) berupa apron, sepatu boots dan sarung tangan.Namun

pengelolaan sampah rumah sakit belum memperhatikan standar dan

peraturan.Rumah sakit masih belum menggunakan kode biohazard untuk limbah

infeksius dan belum ada kebijakan dan perencanaan limbah infeksius yang jelas.

(9)

Sementara penelitian pengelolaan sampah padat Rumah Sakit Umum tipe

B di Jakarta terdapat dua organisasi pengelola sampah rumah sakit, yaitu sub

bagian urusan sanitasi dan pihak koperasi hal ini menyebabkan kurang fokusnya

pembagian tanggung jawab pengelolaan sampah, tenaga pengelola sampah belum

sesuai dengan persyaratan, kedisiplinan untuk memakan APD masih kurang baik.

Peralatan untuk pengelolaan sampah masih belum memenuhi persyaratan,

penampungan limbah benda tajam belum tersedia di semua unit pelayanan medis,

3

Page 5: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

4

tahapan pengangkutan sampah menggunakan areal tanaman yang diubah

fungsinya sebagai pembuangan dan pembakaran sampah non medis dari kegiatan

taman atau kebun. (10)

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut masih terdapat masalah dalam

pengelolaan sampah padat di rumah sakit.Peraturan, kebijakan dan organisasi

pengelola sampah yang belum cukup jelas membuat kurang tertatanya

pengelolaan sampah padat di rumah sakit.Penanganan sampah rumah sakit

dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

agar tidak terjadi gangguan kesehatan akibat pencemaran sampah.

Pada survey awal yang dilakukan peneliti, Rumah Sakit Dr. RM.

Djoelham Binjai menjadi pilihan peneliti sebagai tempat penelitian skripsi untuk

mengetahui lebih jauh bagaimana sarana dan prasarana dalam sistem pengelolaan

sampah. Rumah Sakit Dr. RM. Djoelham Binjai merupakan rumah sakit dengan

lingkup tugas dan fungsi pelayanan yang luas, sarana dan prasarana dalam

pengelolaan sampah rumah sakit merupakan salah satu upaya untuk menciptakan

lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman serta higienis. Pada kegiatan layanan

tersebut maka Rumah Sakit Dr. RM. Djoelham Binjai berkewajiban menyediakan

sarana dan prasarana sanitasi yang memenuhi syarat. Berangkat dari gambaran

tersebut, maka peneliti ingin lebih lanjut mengetahui tentang ketersediaan sarana

dan prasarana dalam sistem pengelolaan sampah di Rumah Sakit Dr. RM.

Djoelham Binjai.

Berdasarkan gambaran diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah medis Rumah

Sakit Dr. RM. Djoelham Binjai tahun 2017.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu : bagaimana faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan

sampah medis Rumah Sakit Dr. RM. Djoelham Binjai tahun 2017

4

Page 6: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah

medis Rumah Sakit Dr. RM. Djoelham Binjai tahun 2017

1.4. Manfaat Penelitian

1.      Bagi Responden

Sebagai bahan masukan kepada pihak petugas Rumah Sakit Umum Dr. RM.

Djoelham Binjai khususnya dalam pengelolaan sampah medis.

2.      Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan kepada instansi – instansi lain yang erat

hubungannya dengan pengelolaan sampah medis.

5

Page 7: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.2. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit). Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-

macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas. Diperlukan pengelolaan

limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan

rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran

lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. (6)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

204/MENKES?SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat

penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencermaran lingkungan dan

gangguan kesehatan. (5)

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik. Berdasarkan Permenkes RI Nomor

986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum Pemerintah Departemen

Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D

dan E. (11)

1. Rumah Sakit Tipe A

Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis

dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top

Referral Hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.

9

Page 8: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

10

2. Rumah Sakit Tipe B

Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis

dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan di setiap Ibukota propinsi

yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.

1. Rumah Sakit Tipe C

Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis

terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten (Regency

hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah Sakit Tipe D

Adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya

memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini

menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.

5. Rumah Sakit Tipe E

Adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyalenggarakan hanya

satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja. Saat ini banyak rumah sakit

kelas ini ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan

anak. Ragam rumah sakit bukan hanya digolongkan berdasarkan tipe, namun

ada juga penggolongn rumah sakit berdasarkan jenis-jenisnya.

2.3. Pengertian Sampah Rumah Sakit

Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat. (12) Menurut defenisi WHO yang dikutip oleh Chandra

mengemukakan pengertian sampah adalah segala sesuatu yang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Badan lingkungan hidup

menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau

proses alam yang berbentuk padat.(14)

Sedangkan menurut Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

(FKM-UI) sampah diartikan sebagai sesuatu bahan padat yang terjadi karena

berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi

dan dibuang secara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. (12)

10

Page 9: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

11

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa

benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari

kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi

masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah

rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan

pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu: (14)

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.

2. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.

3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.

4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang

diperlukan.

Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah

adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau

kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara

saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan

yang baik. (14)

2.4. Sumber dan Karakteristik Sampah Rumah Sakit

2.4.1. Jenis Sampah Rumah Sakit Menurut Sumbernya

Setiap ruangan/ unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah.

Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari

setiap ruangan/unit yang bersangkutan. (8)

Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan

rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Mengingat dampak yang mungkin

timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan

sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian

yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi

persyaratan kesehatan lingkungan. (8)

Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme

bergantung pada jenis Rumah Sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum

dibuang.Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik

11

Page 10: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

12

yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS dan lain-lain. Sedangkan

limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah

terbakar dan lain-lain. Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung

mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan

penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan

oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan

bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan

sarana sanitasi yang masih buruk (8).

Tabel 2.1. Jenis Sampah Menurut Sumbernya

No. Sumber/Area Jenis Sampah1 Kantor/ administrasi Kertas 2 Unit obstetric dan ruang

perawatan obstetricDressing (pembalut/ pakaian), sponge (sepon/ pengosok), placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable.

3 Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan

Dressing (pembalut/pakaian), sponge (sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis, Levin tubes (pembuluh) chateter (alat bedah), drainase set ( alat pengaliran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung bedah.

4 Unit laboratorium, ruang mayat, phatology dan autopsy

Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish, wadah specimen, slide specimen (kaca/alat sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang

5 Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian dan bandages (perban), masker disposable

12

Page 11: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

13

(masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.

6 Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot), kertas dan lain-lain.

7 Unit pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan

8 Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan sayuran dan lain-lain

9 Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkus daun ranting, debu.Sumber : Depkes RI, 2002

2.4.2. Karakteristik Sampah Rumah Sakit

Karakteristik sampah rumah sakit perlu diketahui dalam kaitannya pada

pengelolaan sampah yang baik dan benar. Secara garis besar sampah rumah sakit

dibedakan menjadi sampah medis dan non medis.(15)

a. Sampah Medis

Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis

dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kajian tersebut juga

kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan

ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.

Limbah medis dapat digolong-golongkan menjadi: (15)

1. Limbah benda tajam

Limbah ini bisa berupa jarum, pipet, pecahan kaca dan pisau bedah.Benda-

benda ini mempunyai potensi menularkan penyakit.

2. Limbah Infeksius Dapat dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi, kamar

perawatan, dan sangat berbahaya karena bisa juga menularkan penyakit.

3. Limbah jaringan tubuh.

Limbah ini berupa darah, anggota badan hasil amputasi, cairan tubuh, dan

plasenta.

4. Limbah Farmasi

Berupa obat-obatan atau bahan yamg telah kadaluarsa, obat-obat yang

terkontaminasi, obat yang dikembalikan pasien atau tidak digunakan.

13

Page 12: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

14

5. Limbah Kimia

Terdapat limbah kimia yang berbahaya dan tidak berbahaya dan juga

limbah yang bisa meledak atau yang hanya bersifat korosif.

6. Limbah Radioaktif

Bahan yang terkontaminasi dengan radio-isotof.Limbah ini harus dikelola

sesuai dengan peraturan yang diwajibkan.

b. Sampah Non Medis

Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat

medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor/ administrasi, unit

perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi/dapur, halaman parkir, taman,

dan unit pelayanan.

2.5. Jumlah Sampah

Rumah sakit akan menghasilkan sampah medis dan non medis. Untuk itu

usaha pengelolahannya terlebih dahulu mementukkan jumlah sampah yang di

hasilkan setiap hari. Jumlah ini akan menentukan jumlah dan volume sarana

penampungan lokal yang harus di sediakan, pemilihan incinerator dan

kapasitasnya dan juga bila rumah sakit memiliki tempat pengelola sendiri jumlah

produksi dapat di proyeksikan untuk memperkirakan pembiayaan, dan lain-lain.

Dalam pengelolaan sampah ukuran yang di gunakan adalah sebagai

berikut :

1. Jumlah Menurut Berat

Ukuran berat yang sering digunakan adalah :

a. Dalam ton perhari untuk jumlah timbunan sampah.

b. Dalam kg/orang/hari atau gram/orang/hari untuk produksi sampah

perorang. (13)

2. Jumlah Menurut Disposable (Benda yang langsung di buang)

Meningkatkan jumlah sampah berkaitan dengan meningkatnya penggunaan

barang disposable.Daftar barang disposable merupakan indikator jumlah dan

kualitas sampah rumah sakit yang di produksi.Berat, ukuran, dan sifat kimiawi

14

Page 13: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

15

barang-barang disposable mungkin perlu di pelajari sehingga dapat di peroleh

informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah. (15)

3. Jumlah Menurut Volume

Ukuran ini sering di gunakan terutama di negara berkembang dimana masih

terdapat kesulitan biaya untuk pengadaan alat timbangan.Satuan ukuran yang

di gunakan adalah m/hari atau liter/hari.Dalam pelaksanaan dan pengangkut

sampah.Volume sampah harus di ketahui untuk menentukan ukuran bak

sampah dan sarana pengangkutan. (15)

2.6. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif dan

memenuhi persyaratan sanitasi.Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak

disenangi dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan

baik.Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak

mencemari udara, air atau tanah, Tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak

menimbulkan kebakaran dan sebagainya. Selain itu berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan

kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. (5)

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit didalam pelaksanaan pengelolaan sampah

setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, harus

mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,

harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang

digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,

pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang

berwenang. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan: (5)

1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum

membelinya.

2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.

15

Page 14: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

16

4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan

perawatan dan kebersihan.

5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi

limbah bahan berbahaya dan beracun.

6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.

7. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari

kadaluarsa.

8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.

9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.

Hal ini dilakukan agar sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat

dikurangi sehingga dapat menghemat biaya operasional untuk pengelolaan

sampah. (5)

2.6.1. Penampungan Sampah Rumah Sakit

Sampah biasanya ditampung di tempat produksi di tempat produksi

sampah untuk beberapa lama.Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat

penampungan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis

dan jumlah sampah serta kondisi setempat.Sampah sebaiknya tidak dibiarkan di

tempat penampungan terlalu lama. Kadang-kadang sampah juga diangkut

langsung ke tempat penampungan blok atau pemusnahan. Penyimpanan limbah

medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam

dan musim kemarau paling lama 24 jam. (5)

Untuk memudahkan pengelolaan sampah rumah sakit maka terlebih

dahulu limbah atau sampahnya dipilah-pilah untuk dipisahkan. Pewadahan atau

penampungan sampah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan jenis

wadah sesuai kategori sebagai berikut :

16

Page 15: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

17

Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Sampah Padat Sesuai Kategorinya

No. Kategori Warna Kontainer/kantong Plastik

Lambang Keterangan

1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif

2. Sangat infeksius

Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf

3. Sampah infeksius Patologi dan anatomi

Kuning Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau kontainer

4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor

5. Sampah Kimia dan Farmasi

Coklat - Kantong plastik atau kontainer

Sumber : Depkes RI, 2004

Tempat-tempat penampungan sampah hendaknya memenuhi persyaratan

minimal sebagai berikut: (11)

a. Bahan tidak mudah karat

b. Kedap air, terutama untuk menampung sampah basah

c. Bertutup rapat

d. Mudah dibersihkan

e. Mudah dikosongkan atau diangkut

f. Tidak menimbulkan bising

g. Tahan terhadap benda tajam dan runcing.

Kantong plastik pelapis dan bak sampah dapat digunakan untuk

memudahkan pengosongan dan pengangkutan.Kantong plastik tersebut membantu

membungkus sampah waktu pengangkutan sehingga mengurangi kontak langsung

17

Page 16: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

18

mikroba dengan manusia dan mengurangi bau, tidak terlihat sehingga memberi

rasa estetis dan memudahkan pencucian bak sampah. (16)

Penggunaan kantong plastik ini terutama bermanfaat untuk sampah

laboratorium. Ketebalan plastik disesuaikan dengan jenis sampah yang dibungkus

agar petugas pengangkut sampah tidak cedera oleh benda tajam yang menonjol

dari bungkus sampah. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari

apabila 2/3 bagian telah terisi sampah. Untuk benda-benda tajam hendaknya

ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.

(5)

Unit laboratorium menghasilkan berbagai jenis sampah. Untuk itu

diperlukan tiga tipe dari tempat penampungan sampah di laboratorium yaitu

tempat penampungan sampah gelas dan pecahan gelas untuk mencegah cedera,

sampah yang basah dengan solvent untuk mencegah penguapan bahan-bahan

solvent dan mencegah timbulnya api dan tempat penampungan dari logam untuk

sampah yang mudah terbakar. Hendaknya disediakan sarana untuk mencuci

tempat penampungan sampah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.Untuk

rumah sakit kecil mungkin cukup dengan pencuci manual, tetapi untuk rumah

sakit besar mungkin perlu disediakan alat cuci mekanis.Pencucian ini sebaiknya

dilakukan setiap pengosongan atau sebelum tampak kotor.Dengan menggunakan

kantong pelapis dapat mengurangi frekuensi pencucian.Setelah dicuci sebaiknya

dilakukan disinfeksi dan pemeriksaan bila terdapat kerusakan dan mungkin perlu

diganti. (14)

2.6.2. Pengangkutan Sampah Rumah Sakit

Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap

unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan.

Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat dapat

dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut bangunan.

Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.

Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan

dalam kontainer yang kuat dan tertutup.Kantong sampah juga harus aman dari

jangkauan manusia maupun binatang. (17)

18

Page 17: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

19

a. Kereta

Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam merencanakan

pengangkutan perlu mempertimbangkan :

1. Penyebaran tempat penampungan sampah

2. Jalur jalan dalam rumah sakit

3. Jenis dan jumlah sampah

4. Jumlah dan tenaga dan sarana yang tersedia

Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis dan non medis

agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan pemusnahannya. Kereta

pengangkut hendaknya memenuhi syarat :

1. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air

2. Mudah dibersihkan

3. Mudah diisi dengan dikosongkan

b. Cerobong Sampah/Lift

Sarana cerobong sampah biasanya tersedia di gedung modern bertingkat untuk

efisiensi pengangkutan sampah dalam gedung. Namun penggunaan cerobong

sampah ini banyak mengandung resiko, antara lain dapat menjadi tempat

perkembangbiakan kuman, bahaya kebakaran, pencemaran udara, dan kesulitan

lain, misalnya untuk pembersihannya dan penyediaan sarana penanggulangan

kebakaran. Karena itu bila menggunakan sarana tersebut perlu ada perhatian

khusus antara lain dengan menggunakan kantong plastik yang kuat.

c. Perpipaan

Sarana perpipaan digunakan untuk sampah yang berbentuk bubur yang

dialirkan secara gravitasi ataupun bertekanan.Walau beberapa rumah sakit

menggunakan perpipaan (chute) untuk pengangkutan sampah internal, tetapi

pipa tidak disarankan karena alasan keamanan, teknis dan hygienis terutama

untuk pengangkutan sampah benda-benda tajam, jaringan tubuh, infeksius,

sitotoksik, dan radioaktif.

d. Tempat Pengumpulan Sementara

Sarana ini harus disediakan dalam ukuran yang memadai dan dengan kondisi

baik (tidak bocor, tertutup rapat, dan terkunci).Sarana ini bisa ditempatkan

19

Page 18: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

20

dalam atau di luar gedung.Konstruksi tempat pengumpul sampah sementara

bisa dari dinding semen atau container logam dengan syarat tetap yaitu kedap

air, mudah dibersihkan dan bertutup rapat.Ukuran hendaknya tidak terlalu

besar sehingga mudah dikosongkan, apabila jumlah sampah yang ditampung

cukup banyak perlu menambah jumlah container.

Tersedia tempat penampungan sampah non medis sementara yang tidak

menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran

untuk cairan lindi dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24

jam.Sedangkan untuk sampah medis bagi rumah sakit yang mempunyai

insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya

24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah

medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain

atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan

selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang. (17)

2.6.3. Metode Pembuangan Sampah Rumah Sakit

Sebagian besar limbah klinis dan yang sejenis itu dibuang dengan

insinerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktor-faktor

khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan

yang berpengaruh terhadap masyarakat. Dalam metode penanganan sampah

sebelum dibuang untuk sampah yang berasal dari rumah sakit perlu mendapat

perlakuan agar limbah infeksius dapat dibuang ke landfill yakni: (17)

a. Autoclaving

Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius.Limbah

dipanasi dengan uap dibawah tekanan.Namun dalam volume sampahyang besar

saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering

tidak terjadi dengan demikian tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai.

Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri

vegetatif dan mikroorganisme lain yang bisa membahayakan penjamah sampah.

Kantong limbah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak tahan panas

dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan kantong

autoclaving.Pada kantong ini terdapat indikator, seperti pita autoclave yang

20

Page 19: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

21

menunjukkan bahwa kantong telah mengalami perlakuan panas yang

cukup.Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah biologis harus diuji

minimal setahun sekali untuk menjamin hasil yang optimal.

b. Disinfeksi dengan Bahan Kimia

Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya terbatas

penggunanya, misalnya digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh

tumpahan dan mencuci kendaraan limbah.Limbah infeksius dengan jumlah kecil

dapat didesinfeksi (membunuh mikroorganisme tapi tidak membunuh spora

bakteri) dengan bahan kimia seperti hypochloite atau permanganate. Limbah

dapat menyerap cairan disinfeksi sehingga akan menambah masalah penanganan.

2.6.4. Pembuangan dan Pemusnahan Sampah Rumah Sakit

Pembuangan dan pemusnahan sampah dapat ditempuh melalui dua

alternatif yaitu: (18)

1. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis secara terpisah.

Pemisahan ini dimungkinkan bila Dinas Kebersihan dapat diandalkan

sehingga beban rumah sakit tinggal memusnahkan sampah medis.

2. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis dijadikan satu.

Dengan demikian rumah sakit harus menyediakan sarana yang memadai.

Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan metode sebagai

berikut:

1. Insinerator

Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk memusnahkan sampah

dengan membakar sampah tersebut dalam satu tungku pada suhu 1500-

1800 0F dan dapat mengurangi sampah 70%. Dalam penggunaan

insinerator di rumah sakit, maka beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan adalah ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan

pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan

dengan jalur pengangkutan sampah dalam komplek rumah sakit dan jalur

pembuangan abu dan sarana gedung untuk melindungi insinerator dari

bahaya kebakaran. Insinerator hanya digunakan untuk memusnahkan

limbah klinis atau medis.Ukuran insinerator disesuaikan dengan jumlah

21

Page 20: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

22

dan kualitas sampah.Sementara untuk memperkirakan ukuran dan

kapasitas insinerator perlu mengetahui jumlah puncak produksi sampah

2. Lokasi Penguburan

Khusus untuk limbah medis, seperti plasenta atau sisa potongan anggota

tubuh dari ruang operasi atau otopsi yang mudah membusuk, perlu segera

dikubur.

3. Sanitary Landfill

Pembuangan sampah medis dapat juga dibuang ke lokasi pembuangan

sampah akhir dengan menggunakan carasanitary landfill. Sampah medis

terlebih dahulu dilakukan sterilialisasi atau disinfeksi kemudian dibuang

dan dipadatkan ditutup dengan lapisan tanah setiap akhir hari kerja.

2.7. Pengaruh Pengelolaan Sampah Rumah Sakit terhadap Masyarakat

dan Lingkungan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif

tehadap masyarakat dan lingkungannya. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut

dapat berupa: (18)

a. Pengaruh terhadap Kesehatan

1. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat

yang baik bagi vektor-vektor penyakit seperti lalat dan tikus.

2. Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik

dan bahan tajam lainnya.

3. Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor

penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas ataupun

genangan air.

b. Pengaruh terhadap Lingkungan

1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.

2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan mengjhasilkan gas-

gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

22

Page 21: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

23

3. Adanya partikel debu yang beterbangan akan menganggu pernapasan,

menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit

mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.

4. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya

akan menganggu pernapasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara.

c. Pengaruh terhadap Rumah Sakit

1. Keadaan lingkungan rumah sakit yang tidak saniter akan menurunkan hasrat

pasien berobat di rumah sakit tersebut.

2. Keadaan estetika lingkungan yang lebih saniter akan menimbulkan rasa

nyaman bagi pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit.

3. Keadaan lingkungan yang saniter mencerminkan mutu pelayanan dalam

rumah sakit yang semakin meningkat.

2.8. Pengelola Sampah Rumah Sakit

1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan

oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemilahan sampah medis

dan non-medis, sedangkan ruangan lain bisa dilakukan oleh tenaga kebersihan.

2. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi

SMP ditambah latihan khusus.

3. Pengawas pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi

dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah

harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri :

a) Topi/helm.

b) Masker.

c) Pelindung mata.

d) Pakaian panjang (coverall).

e) Apron untuk industry.

f) Pelindung kaki/sepatu boot.

g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves). (16)

2.9. Aspek-Aspek dalam Sistem Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

23

Page 22: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

24

Sistem Pengolahan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang

meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu

dengan lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. (16)

Kelima aspek tersebut meliputi: (16)

1. Aspek Teknis Operasional

Aspek teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar-

dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan

sampah, pengangkutan sampah, pengelolaan sampah di tempat pembuangan

akhir.

2. Aspek Kelembagaan

Didalam kegiatan pengelolaan sampah membutuhkan sejumlah tenaga

dengan penyusunan struktur organisasi untuk menentukan hubungan-hubungan

dan tugas-tugas serta tanggung jawab individu.Hal ini sangat diperlukan dalam

pengelolaan sampah karena banyaknya kegiatan di dalamnya.Banyaknya

pembagian kegiatan dalam struktur organisasi bergantung dari besarnya

organisasi.

3. Aspek Hukum dan Peraturan

Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia

adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum

yang berlaku. Berbagai peraturan dan perundangan sebagai landasan hukum

yang berkaitan dengan Program Kesehatan Lingkungan khususnya dalam hal

pengelolaan sampah adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 162

menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,

biologi,maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 163 ayat 1 menyatakan

bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin

ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi

kesehatan.Kemudian pada ayat 2 menyatakan bahwa Lingkungan sehat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman,

24

Page 23: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

25

tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Pada ayat 3

lingkungan sehat seharusnya bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan

gangguan kesehatan antara lain limbah cair, limbah padat, limbah gas,

sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya,

kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non

pengion, air yang tercemar, udara yang tercemar dan makanan yang

terkontaminasi. Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan

lingkungan dan proses pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah sakit juga menghasilkan limbah B3.

Untuk itu didalam program kesehatan lingkungan Rumah sakit juga

diperkuat dengan PP Nomor 85 tahun 2009 berdasarkan ketentuan dalam

Pasal 3 Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang

menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang

dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa

pengolahan terlebih dahulu. Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa :

1. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang

menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan

limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3

dan/atau menimbun limbah B3.

2. Apabila kegiatan reduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih

menghasilkan limbah B3, dan limbah B3 tersebut masih dapat

dimanfaatkan, penghasil dapat memanfaatkannya sendiri atau

menyerahkan pemanfaatannya kepada pemanfaat limbah B3.

3. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib mengolah limbah B3

yang dihasilkannya sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak

mampu diolah di da1am negeri dapat diekspor ke negara lain yang

memiliki teknologi pengolahan limbah B3.

25

Page 24: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

26

4. Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau

penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/atau

penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah

dan/atau penimbun limbah B3. Pada Tabel 2 lampiran PP no 85 tahun

2009 Rumah sakit termasuk penghasil limbah B3 dari sumber yang

spesifik dengan jenis limbah sebagai berikut :

a. Limbah klinis

b. Produk farmasi kadaluarsa

c. Peralatan laboratorium terkontaminasi

d. Kemasan produk farmasi

e. Limbah laboratorium

f. Residu dari proses insenerasi

g. Pelarut

h. Bahan kimia kadaluarsa

i. Residu sampel

3. Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, yang mempertimbangkan :

1. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

orang sakit maupun sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit

serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan.

2. Oleh karena itu (tindak lanjut poin a), perlu penyelenggaraan kesehatan

lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan. Untuk

meningkatkan kesehatan lingkungan rumah sakit telah diterbitkan Pedoman

Sanitasi Rumah Sakit tahun 2002 dan Persyaratan dan Petunjuk Teknis

Tatacara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit tahun 1993 oleh Direktur

Jenderal PPM dan PLP yang merupakan pedoman atau petunjuk

pelaksanaan dan sekaligus landasan hukum upaya peningkatan kesehatan

lingkungan rumah sakit di Indonesia.

4. Aspek Pembiayaan

26

Page 25: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

27

Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem

pengelolaan persampahan di rumah sakit tersebut dapat bergerak dengan

lancar.Sistem pengolahan persampahan di Indonesia lebih di arahkan kesistem

pembiayaan sendiri yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) setempat serta dari retribusi konsumen sampah yaitu pihak rumah

sakit.

5. Aspek Peran Serta Masyarakat

Masyarakat perlu mengetahui sistem dan cara-cara kerja dari pengelolaan

sampah.Informasi tersebut bisa disampaikan melalui poster, pamflet dan

penyuluhan.

2.10. Dampak Limbah Rumah Sakit

Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan

rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah Sakit bisa

mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah

sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah

sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan

parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah sakit

terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.

Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme

patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi

dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik

pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan

terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi

yang masih buruk. (8)

Dalam profil kesehatan Indonesia, diungkapkan seluruh RS di Indonesia

berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di

Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per

tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per

tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah

padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius

27

Page 26: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

28

sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat)

RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per

hari.Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk

mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta

penularan penyakit. (8)

Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa

diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju, jumlah

limbah diperkirakan 0,5 – 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per hari (19).

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika

dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam berbagai kategori. Untuk

masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda.

Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin

menghindari resiko terkontaminasi dan trauma (injury). (11)

Dari berbagai jenis sampah/limabah yang dihasilkan oleh rumah sakit

sangat berpotensi untuk menyebabkan gangguan dalam kehidupan dan kesehatan

manusia serta lingkungannya dan dampak negatif yang dapat terjadi bila sampah

rumah sakit tidak di tangani secara baik dan benar dapat mengakibatkan berbagai

macam gangguan-gangguan antara lain : infeksi silang (Nosokomial) dapat terjadi

pada pengguna rumah sakit yaitu pasien, pengunjung dan karyawan. Gangguan

kesehatan dan keselamatan kerja,terutama bagi karyawan rumah sakit bila tidak di

lengkapi dengan sistem proteksi yang tepat. Gangguan estetika dan kenyamanan

berupa bau, kesan kotor yang dapat memberikan efek psikologis bagi pengguna

rumah sakit. Pencemaran lingkungan,melalui sampah/limbah yang di buang baik

internal maupun external. Kerusakan bangunan dapat disebab oleh kimia yang

terlarut. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang hidup di sebabkan oleh

buangan bahan kimia dan bahan infeksius. Gangguan terhadap kesehatan manusia

disebabkan oleh virus/bakteri bahan kimia dan gas. Gangguan terhadap genetik

dan reproduksi manusia dapat disebabkan oleh bahan kimia, senyawa radio aktif

dan lainnya.Dapat terjadi kerusakan ekosistem yang lebih luas dan berskala besar.

(11)

28

Page 27: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

29

            Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh

buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan

lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya

yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental

Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO)

sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkungan

dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen

Lingkungan Rumah Sakit, dengan pendekatan sistem tersebut, pengelolaan

lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dengan

menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit. Persyaratan Pewadahan Limbah Medis. (11)

Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain: (11)

1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya

fiberglass.

2. Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan

yang terpisah dengan limbah non-medis.

3. Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian

telah terisi limbah.

4. Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety

box) seperti botol atau karton yang aman.

5. Sarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti

botol, jeregen atau karton yang aman.

6. Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung

kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan

apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang

29

Page 28: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

30

telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh

digunakan lagi.

Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah

non medis sebagai berikut: (11)

1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya

fiberglass.

2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan

kebutuhan.

4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau

apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut

supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

Pemilahan Limbah

1. Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,

sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan

dan dengan kandungan logam berat yang tinggi.

2. Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah

adalah kunci pembuangan yang baik.

Tempat Penampungan Sementara

Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus

membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis harus

dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang

mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24

jam apabila disimpan pada suhu ruang.

2.11. Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

2.11.1. Definisi Sarana dan Prasarana Rumah sakit

30

Page 29: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

31

Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang

pelaksanaan Manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan

preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan

materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan

pedoman buku petunjukteknis sanitasi. (5)

Upaya pengelolaan limbah RS dapat dilaksanakan dengan menyiapkan

perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang

mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS. Unsur-unsur

yang terkait dengan penyelenggaraan kegitan pelayanan RS (termasuk

pengelolaan limbahnya), yaitu :

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab RS

2. Pengguna jasa pelayanan RS

3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran

4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan saranadan fasilitas yang

diperlukan. (6)

2.11.2. Fasilitas

Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari

pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai

fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

yaitu: (6)

1. Fasilitas Pengelolaan Limbah Padat

Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan

harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya,

beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis

mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui

sertifikasi dari pihak yang berwenang.

2. Fasilitas Pembangunan Limbah CairLimbah cair harus dikumpulkan dalam

container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume,

dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki

31

Page 30: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

32

instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif

dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.

2.11.3. Sarana dan Prasarana Pengelolaan

            Rumah sakit menyediakan troli untuk pengangkutan sampah dari ruangan

penghasil sampah ke tempat penampungan sementara, tetapi sampah tidak di

tempatkan di wadah yang tertutup, langsung di tempatkan ke bak penampungan,

dapat terjadi kemungkinan tumpahan pada saat pengangkutan.Menggunakan

insenerator untuk pembuangan akhir. Pengelola sampah disediakan alat pelindung

diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots. (9)

Tenaga Pengelola

            Tenaga pengelola sampah harus menggunakan sarung tangan, dan masket

selama pengumpulan limbah infeksius, pemisahan sesuai warna dan kode ke

wadah penampung sampah, dan pengangkutan menggunakan gerobak, serta

mencegah tumpahan dari kantong plastik.Petugas kebersihan dan perawat adalah

staf yang bertanggung jawab untuk penyimpanan, pengangkutan sampah internal

dan eksternal untuk sampah medis. (3)

Penampungan

            Tahapan pengumpulan termasuk pengemasan dan pelabelan.Di rumah

sakit limbah infeksius kantong merah diletakkan di tempat perawatan yang

menghasilkan limbah menular. Kantong hitam diletakkan diruang  perawatan

pasien, kantor, kamar mandi, dan ruang tunggu. Kantong dikumpulkan setelah

terisi 2/3 dari bagian kantong agar menghindari tumpahan. (13)

            Pengelolaan sampah non medis dipisahkan dari sampah medis. Sampah

non medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna hitam ukuran 60

cm x 100 cm dan ukuran 50 cm x 75 cm yang disediakan di dalam penampungan

berupa tempat sampah yang terbuat dari fiber yang diletakkan dit tiap-tiap unit.

Sampah medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna kuning ukuran

50 cm x 75 cm diletakkan dalam bak sampah.Penyebaran tempat sampah medis

dapat ditemui di ruang perawatan, ruang bedah, ruang poliklinik, ruang

kebidanan, dan laboratorium. (7)

Pengangkutan

32

Page 31: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

33

            Sampah medis yang diangkut harus melalui rute khusus seperti

menggunakan koridor dan lift khusu dari ruang penyimpanan sementara ke tempat

pembuangan akhir di rumah sakit. (7) Sampah medis dikumpulkan setiap hari dan

diangkut ke tempat penampungan sementara oleh staf rumah sakit, sampah rumah

sakit diangkut dengan troli atau gerobak yang khusus digunakan untuk

mengangkut sampah di Afrika Selatan. (9)

            Pengangkutan sampah biasanya dilakukan dengan gerobak dengan

persyaratan antara lain permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah

dibersihkan, mudah diisi dan dikosongkan. Sedangkan pada bangunan rumah sakit

yang bertingkat dapat menggunakan lift atau cerobong khusus.

Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

            Metode yang digunakan untuk mengelolah dan membuang sampah medis

tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan

dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap

masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis yang dapat digunakan yaitu

sterilisasi untuk benda tajam atau bahan yang terbuat dari logam yang dapat

didaur ulang sebagai bahan baku sekunder dan penimbunan serta insenerasi untuk

limbah kimia dan farmasi. Proses insinerasi dapat menghancurkan patogen dan

mengurangi volume sampah sebesar 95% serta mengurangi berat sampah sebesar

75%. (3)

33

Page 32: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan

pendekatan korelasi, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada waktu dan

tidak diikuti dalam suatu waktu tertentu yaitu untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan,

observasi/pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. (20)

3.2. Lokasi dan Tempat Penelitian

3.2.1. Tempat

Penelitian ini di laksanakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, alasan

pemilihan lokasi dalam penelitian:

1. RSUD Dr. R.M tipe B, yang seharusnya memiliki kelengkapan sarana dan

prasarana serta memenuhi standar persampahan medis yang berkaitan

dengan pengolahan sampah medis.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian hingga blan Oktober tahun 2017

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (11). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh tenaga kesehatan berjumlah 350 orang di RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

42

Page 33: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

43

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan yaitu seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit Dr. RM. Djoelham

Binjai. sampel dalam penelitian ini adalah 78 Orang

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitiaan yang akan dilakukan.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.6. Aspek Pengukuran

variabel yang diukur adalah :

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variable Independen

No. Variabel Kategori Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Ketersediaan sarana dan prasarana

a. Baik (14-20)b. Cukup (7-13)c. Kurang (0-6)

Daftar Tilik 10

Skala Ordinal

2 Pengolahan sampah rumah sakit Penampungan

Pengangkutan

Pembuangan akhir

a. Baik (8-10)b. Cukup (5-7)c. Kurang (0-4)a. Baik (8-10)b. Cukup (5-7)c. Kurang (0-4)a. Baik (8-10)b. Cukup (5-7)c. Kurang (0-4)a. Baik (8-10)b. Cukup (5-7)c. Kurang (0-4)

Daftar Tilik

Daftar Tilik

Daftar Tilik

Daftar Tilik

10

10

10

10

Skala Ordinal

Skala Ordinal

Skala Ordinal

Skala Ordinal

43

Variabel Y (Dependen) Sistem Pengolahan Sampah

1. Penampungan2. Pengangkutan3. Pembuangan

Variable X (Independen) :Sarana dan prasarana

Page 34: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

44

3.10. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran keadaan variable

yang diteliti dan untuk mengetahui apakah data sudah layak dipergunakan

untuk analisis berikutnya. Data akan digambarkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi berdasarkan semua variabel, ukuran tedensi sentral,

proporsi, persentase serta pembahasan tentang gambaran variable yang

diamati.

2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh dua variable bebas yaitu

perilaku tenaga kesehatan tentang persampahan terhadap pengolahan

sampah medis di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dengan menggunakan

uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan sebesar 95%.

3. Analisis Multivariat

Untuk melihat variable bebas yang paling dominan mempengaruhi

variable terikat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda. Menggunakan

metode enter yaitu dengan cara memasukkan semua variable independen

yang signifikan kedalam model.

44

Page 35: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak dan Geografis

Sejarah tentang RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai belum dapat dikisahkan

secara pasti. Namun berdasarkan kisah-kisah yang dikumpulkan, RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai berawal dari sebuah gedung yang memberikan pelayanan

kesehatan dengan nama RSU Binjai. Gedung ini telah ada sejak zaman

Kesultanan. Dengan luas bangunan yang tidak begitu besar, fasilitas peralatan

medis yang disediakan pun sangat sederhana. Bangunan tersebut diperkirakan

letaknya di Gedung A RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai saat ini. (29)

Dikisahkan RSU Binjai sudah berdiri sejak tahun 1927, yang didirikan

oleh Tengku Musa. Pada masa itu telah ada seorang dokter umum yang bertugas

memberikan pelayanan kesehatan, baik bagi keluarga kesultanan maupun

masyarakat. Dokter tersebut adalah dr. Jalaluddin Siregar. Tidak ada catatan resmi

sampai kapan beliau melaksanakan pengabdiannya di RSU Binjai. (29)

Diperkirakan sejak tahun 1937 Dr. R.M. Djoelham mulai memberikan

pelayanan kesehatan di RSU Binjai. Pada masa penjajahan Jepang, disamping

berjuang dalam memberikan pelayanan kesehatan, Dr. R.M. Djoelham juga aktif

memperjuangkan kemerdekaan Kota Binjai. Antara tahun 1942-1945 Dr. R.M.

Djoelham tercatat dalam sejarah Kota Binjai sebagai Anggota Dewan Eksekutif

Kota Binjai. (29)

Seiring dengan ditetapkannya Kota Binjai sebagai Kota Administrasi,

sekitar tahun 1960 mulai dikenal suatu jawatan yang disebut Dinas Kesehatan

Rakyat (DKR). Pada awal berdirinya, DKR membawahi jajaran bidang kesehatan

termasuk rumah sakit secara langsung. Hal ini berarti bahwa Kepala DKR adalah

juga Kepala (Pimpinan) Rumah Sakit. Karena itu pada sekitar tahun 1963

Pimpinan RSU Binjai dijabat oleh Kepala DKR Kota Binjai yaitu dr. Abdoellah

Hoed. Kondisi ini berlanjut pada periode 1966-1971 yaitu Kepala DKR yang juga

Pimpinan RSU Binjai dijabat oleh dr. Maringan E. Hutapea.

48

Page 36: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

49

Pada tahun 1971-1976, Kepala DKR yang juga pimpinan RSU Binjai

dijabat oleh dr. H. Mahyuddin. Pada periode ini mulai ada pemisahan jabatan

Kepala DKR dengan pimpinan rumah sakit. Namun penyelenggaraan pelayanan

kesehatan belum mengalami perubahan, pelayanan yang diberikan hanya

pelayanan kesehatan dasar.

Selanjutnya pada periode 1976-1980 pimpinan RSU Binjai dijabat oleh dr.

H. Azwar Hamid. Pada periode ini RSU Binjai ditetapkan sebagai RSUD Kelas D

yang merupakan Rumah Sakit Pembantu, dengan RSU Tanjung Pura sebagai

Rumah Sakit Induk. Sebagai rumah sakit pembantu, RSU Binjai hanya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, sedangkan pelayanan spesialistik

dilaksanakan di Rumah Sakit Induk.

Perkembangan yang cukup berarti dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan terjadi pada masa RSU Binjai dipimpin oleh dr. H. Ahmad Yusmadi

Yunus pada tahun 1981-1985. Pada periode ini RSU Binjai tidak hanya

melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, namun sudah ditambah beberapa

kunjungan pelayanan spesialistik yang dilaksanakan dengan Sistem Paket

Pelayanan Dokter Spesialis dari Rumah Sakit Induk yaitu RSU Tanjung Pura.

Pelaksanaan Sistem Paket Pelayanan Dokter Spesialis ini merupakan langkah

awal penyelenggaraan pelayanan 4 (empat) spesialistik dasar, yang merupakan

langkah awal persiapan menuju RSUD kelas C.

Periode selanjutnya yaitu tahun 1994-2001 RSUD Dr. R.M. Djoelham

Binjai dipimpin oleh Dr. Mahim MS Siregar. Kondisi sarana prasarana rumah

sakit tidak mengalami perubahan karena keterbatasan dana APBD. Pada periode

berikutnya yaitu tahun 2001-2009 Direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham adalah Dr.

H.T. Murad El Fuad, Sp. A. Dengan dukungan Walikota Binjai yang saat itu

dijabat oleh H.M. Ali Umri, SH. M.Kn. sarana prasarana rumah sakit mengalami

kemajuan yang pesat, diantaranya:

1. Penambahan luas lahan untuk rumah sakit sebesar 3.921 m2

2. Peresmian poliklinik spesialis rawat jalan

3. Tersusunnya master plan rencana pengembangan rumah sakit

4. Pembangunan gedung pelayanan rawat jalan satu atap

49

Page 37: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

50

5. Pembangunan gedung rawat inap sebanyak tiga lantai.

Periode selanjutnya adalah tahun 2009-2010 Direktur RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai dijabat oleh Dra. Hj. Sri Sutarti, Apt. Selanjutnya dari bulan

Februari sampai dengan bulan Oktober 2011 ditunjuk Dr. H.T. Murad El Fuad,

Sp. A. yang saat itu adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai sebagai Plt.

Direktur.

Periode selanjutnya tahun 2011-2012 Direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham

Binjai dijabat oleh drg. Susyanto Markidi. Setelah masa ini, direktur sering

mengalami pergantian. Untuk mengisi kekosongan jabatan direktur, ditunjuk drg.

Effendi Ibral sebagai pelaksana direktur. Selanjutnya diangkat kembali Dr.

Mahim MS Siregar sebagai direktur, namun tidak lama kemudian direktur

diberhentikan dari jabatannya. Selanjutnya ditunjuk Ir. Darianto Bangun, M.Si

yang saat itu menjabat sebagai Wakil Direktur Umum dan SDM sebagai Plt.

Direktur sampai dengan bulan Juni 2013.

Selanjutnya sejak bulan Juni 2013 sampai sekarang, direktur RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai dijabat oleh dr. Tengku Amri Fadli. RSUD Dr. R.M. Djoelham

Binjai terletak di Jalan Sultan Hasanuddin Binjai, berada di atas lahan seluas

3.450 m2. Bangunan terdiri dari 2 bagian besar yang terpisah, yaitu bangunan

utama dan bangunan Poliklinik Spesialis. Pada bangunan utama, terdapat 3

gedung, yaitu gedung A sebanyak 4 lantai, gedung B sebanyak 3 lantai, dan

gedung C sebanyak 4 lantai.

Sedangkan gedung poliklinik spesialis terdiri dari 2 lantai. Pada tahun 2017

direncanakan gedung poliklinik spesialis akan ditambah 1 lantai, sehingga

keseluruhan menjadi 3 lantai. Gedung utama sudah difasilitasi dengan lift

sebanyak 2 unit, yaitu di Gedung A dan Gedung C. Sedangkan gedung poliknik

spesialis direncanakan akan dilengkapi juga dengan fasilitas lift pada tahun 2017.

Secara umum, kategori pasien yang dilayani di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai

adalah: Pasien Rawat Inap, Pasien Rawat Jalan.

50

Page 38: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

51

4.2. Hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai pengaruh

ketersediaan sarana dan prasarana dengan sistem pengelolaan sampah medis di

Rumah Sakit Umum Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2017. Periode Mei-Juni

2017 diketahui jumlah responden 78 orang. Peneliti memperoleh hasil sebagai

berikut :

4.2.1. Analisis Univariat

4.2.1.1. Ketersedian Sarana dan Prasarana

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Ketersediaan Sarana dan

Prasarana di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Ketersediaan Sarana danPrasarana

f %

123

Baik CukupKurang

412017

52,625,621,8

Total 78 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 78 responden

mayoritas ketersediaan sarana dan prasarana baik sebanyak 41 responden (52,6%)

dan minoritas ketersediaan sarana dan prasarana kurang sebanyak 17 responden

(21.8%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengolahan Sampah Rumah

Sakit di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Pengolahan Sampah Rumah Sakit

f %

123

Baik CukupKurang

203721

25,647,426,9

Total 78 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari 78 responden

mayoritas pengolahan sampah rumah sakit cukup sebanyak 37 responden (47,4%)

dan minoritas pengolahan sampah rumah sakit kurang sebanyak 21 responden

(26,9%).

51

Page 39: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

52

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Penampungan Sampah Rumah

Sakit di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Penampungan Sampah Rumah Sakit

f %

123

Baik CukupKurang

362517

46,232,121,7

Total 78 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa dari 78 responden

mayoritas penampungan sampah rumah sakit baik sebanyak 36 responden

(46,2%) dan minoritas penampungan sampah rumah sakit kurang sebanyak 17

responden (21,7%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengangkutan Sampah Rumah

Sakit di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Pengangkutan Sampah Rumah Sakit f %

123

Baik CukupKurang

372318

47,429,523,1

Total 78 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 78 responden mayoritas

pengangkutan sampah rumah sakit baik sebanyak 37 responden (47,4%) dan

minoritas pengangkutan sampah rumah sakit kurang sebanyak 18 responden

(23,1%).

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pembuangan Akhir Sampah

Rumah Sakit di RSUD Dr RM Djoelham Binjai Tahun 2017.

No. Pembuangan Akhir Sampah Rumah Sakit f %

123

Baik CukupKurang

382515

48,732,119,2

Total 78 100,0Berdasarkan Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa dari 78 responden

mayoritas pembuangan akhir sampah rumah sakit baik sebanyak 38 responden

52

Page 40: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

53

(48,7%) dan minoritas pembuangan akhir sampah rumah sakit kurang sebanyak

15 responden (19,2%).

4.2.2. Analisis Bivariat

Tabel 4.6. Tabulasi Silang Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Pengolahan Sampah Medis Ruangan di RSUD Dr. R.M Djoelham

Binjai Tahun 2017

No. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pengolahan Sampah Medis Total AsympSig Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %123

BaikCukup Kurang

13 65,0 4 20,0 3 15,0

21 57,0 7 33,0 7 19,0 9 43,0 9 24,0 5 24,0

41 53,020 26,017 22,0

0,001

Total 20 100,0 37 100,0 21 100,0 78 100,0

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara

ketersediaan sarana dan prasarana dengan pengolahan sampah medis ruangan di

rumah sakit. Dari 78 responden diketahui ketersediaan sarana dan prasarana

mayoritas cukup dan pengolahan sampah medis cukup sebanyak 37 responden

(47,0%) dan minoritas ketersediaan sarana dan prasarana kurang dan pengolahan

sampah kurang sebanyak 21 responden (27,0%).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistik α=0,05 di peroleh nilai

p=0,001, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan pengolahan

sampah medis di RSUD Dr RM Djoelham Binjai tahun 2017.

Tabel 4.7. Tabulasi Silang Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Penampungan Sampah Medis Ruangan di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai Tahun 2017

No.Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Penampungan Sampah Medis Total AsympsigBaik Cukup Kurang

f % f % f % f %

53

Page 41: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

54

123

BaikCukup Kurang

18 50,0 8 22,0 10 28,0

13 52,0 10 59,0 6 24,0 6 35,0 6 24,0 1 6,0

41 53,020 26,017 22,0

0,030

Total 36 100,0 25 100,0 17 100,0 78 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara

ketersediaan sarana dan prasarana dengan penampungan sampah medis ruangan di

rumah sakit. Dari 78 responden diketahui ketersediaan sarana dan prasarana

mayoritas baik dan penampungan sampah medis baik sebanyak 36 responden

(46,2%) dan minoritas ketersediaan sarana dan prasarana kurang dan

penampungan sampah kurang sebanyak 17 responden (22,0%).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistic α=0,05 di peroleh nilai

p=0,030, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan penampungan

sampah medis di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2017.

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Pengangkutan Sampah Medis Ruangan di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pengangkutan Sampah Medis Total AsympSig Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %123

BaikCukup Kurang

19 51,0 7 19,0 11 30,0

13 57,0 9 50,0 6 26,0 7 39,0 4 17,0 2 11,0

41 53,020 26,017 22,0

0,024

Total 37 100,0 23 100,0 18 100,0 78 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara

ketersediaan sarana dan prasarana dengan pengangkutan sampah medis ruangan di

rumah sakit. Dari 78 responden diketahui ketersediaan sarana dan prasarana

mayoritas baik dan pengangkutan sampah medis baik sebanyak 37 responden

(47,0%) dan minoritas ketersediaan sarana dan prasarana dan pengangkutan

sampah kurang sebanyak 18 responden (23,1%).

54

Page 42: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

55

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistic α=0,05 di peroleh nilai

p=0,024, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan pengangkutan

sampah medis di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017.

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Pembuangan Sampah Medis Ruangan di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pembuangan Sampah Medis Total

Asymp sig Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %123

BaikCukup Kurang

20 53,0 8 21,0 10 26,0

13 52,0 8 53,0 6 24,0 6 40,0 6 14,0 1 7,0

41 53,020 26,017 22,0

0,006

Total 38 100,0 25 100,0 15 100,0 78 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara

ketersediaan sarana dan prasarana dengan pembuangan sampah medis ruangan di

rumah sakit. Dari 78 responden diketahui ketersediaan sarana dan prasarana

mayoritas baik dan pembuangan sampah medis baik sebanyak 38 responden

(48,7%) dan minoritas ketersediaan sarana dan prasarana kurang dan pembuangan

sampah kurang sebanyak 15 responden (19,2%).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistik α=0,05 di peroleh nilai

p=0,006, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan pembuangan

sampah medis di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2017.

4.2.3. Analisis Multivariat

Setelah dilakukan analisis bivariat untuk melihat pengaruh masing-masing

ketersedian sarana dan prasarana, maka dilakukan analisis multivariat untuk

melihat variabel mana yang paling dominan berpengaruh dengan pengolahan,

penampungan, pengangkutan, pemusnahan dengan menggunakan Uji Regresi

Logistik Ganda.

55

Page 43: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

56

Tabel 4.9. Analisis Multivariat Pengaruh Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Sampah Medis Ruangan dengan Sistem Pengelolaan

Sampah Medis di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

No. Variabelpenelitian B SE Sig OR lower

95 % C.I For EXP (b)upper

1234

Pengolahan Penampungan PengangkutanPembuangan

0,158 0,311 0,017 0,263

0,138 0,030 4,7490,305 0,30 3,8840,172 0,024 3,7290,315 0,006 2,762

0,1880,9190,3590,364

0,4330,2970,3260,891

Constant 1,502 0,438 0,001 0,001 0,629 2,374

Berdasarkan Tabel 4.9. dapat dilihat bahwa dari 4 sub variabel penelitian

adalah telah signifikan yaitu pengolahan sampah (p = 0,030; OR = 4,749),

penampungan (p = 0,030; OR = 3,884), pengangkutan (p = 0,024; OR = 3,729),

pemusnahan (p = 0,006; OR = 2,762). Dari data diatas juga dapat dilihat bahwa

variabel yang paling dominan berpengaruh dengan ketersediaan sarana dan

prasarana adalah variabel pengolahan sampah (p = 0,030) dengan OR = 4,749

artinya bahwa ketersedian sarana dan prasarana yang kurang baik memiliki

peluang berisiko sebesar 4,749 kali lebih besar terhadap pengolahan sampah yang

kurang baik juga.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Pengolahan Sampah

Medis Ruangan di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistik α=0,05 di peroleh nilai

p=0.001, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan pengolahan

sampah medis di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2017.

Hasil penelitian di RSUD dr. Moewardi ini menunjukan bahwa jumlah

timbunan sampah medis sebesar 240,6443 kg/hari, yang tertangani 219,5014

kg/hari (91,214 %) dan yang tidak tertangani 21,1429 kg/hari (8,786 %). Untuk

56

Page 44: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

57

sampah non medis, jumlah timbunannya 1002,271 kg/hari, yang tertangani

969,6567 kg/hari (96,746 %) dan yang tidak tertangani 32,6143 kg/hari (3,254 %).

Masalah yang ada pada tahap input adalah tidak dilakukannya perencanaan

sumber daya manusia pengelola sampah. Dari segi keuangan, diminimalkannya

penggunaan anggaran yang ada (selisih antara perencanaan anggaran dengan dana

yang dialokasikan adalah Rp 8.719.500,00), sedangkan pada tahap proses

masalahnya berada pada prosedur pelaksanaan pengelolaan sampah di RSUD dr.

Moewardi Surakarta yang masih belum optimal (belum sesuai dengan standar

yang ditetapkan). Terjadinya masalah-masalah tersebut karena pengelolaan

sampah kurang mendapat perhatian dari pihak rumah sakit sehingga perlu adanya

peningkatan manajemen pengelolaan sampah dan adanya evaluasi pengelolaan

sampah secara reguler supaya tercipta lingkungan rumah sakit yang sehat. (22)

Rumah sakit sebagai salah satu jenis badan layanan umum merupakan

ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Namun, tidak sedikit

keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai

masih rendah. Ini terutama pada rumah sakit daerah atau rumah sakit milik

pemerintah. (23)

Masalah kebersihan dan sampah merupakan masalah yang kompleks bagi

setiap rumah sakit di Indonesia termasuk di RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai.

Pelaksanaan pengelolaan sampah RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai sekarang ini

masih jauh dari Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia dan syarat

penyehatan lingkungan rumah sakit menurut Kepmenkes RI

No.1204/Menkes/SK/X/2004.

Asumsi peneliti srana dan prasarana yang ada di rumah sakit sangat

penting untuk diperhatikan, karena tanpa sarana dan prasarana yang memadai

maka pengolahan sampah tidak bias berjalan dengan semestinya.

4.3.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penampungan Sampah

Medis Ruangan di RSUD Dr RM Djoelham Binjai Tahun 2017

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistik α=0,05 di peroleh nilai

p=0,030, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

57

Page 45: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

58

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan penampungan

sampah medis di RSUD Dr RM Djoelham Binjai tahun 2017.

Pada hasil penilaian tempat pengumpulan dan penampungan limbah

sementara didesinfeksi setelah dikosongkan dengan skor sebesar 15%. Rumah

Sakit X tidak mendapatkan skor atau 0 % karena petugas kebersihan tidak

langsung mendesinfeksi tempat sampah setelah dibersihkan. Tempat sampah

dicuci dengan detergent kalau ada ceceran sampah di tempat sampah saja hanya

sekali dalam seminggu.

Tahap penampungan sampah diruangan-ruangan rumah sakit adalah tahap

yang paling sulit dan rumit dari segi pengelolaan sampah karena berhubungan

langsung dengan sumber daya manusia yaitu tenaga pegawai perawat rumah sakit

baik di sektor pengobatan, perawatan, penunjang diagnostic dan pelayanan seperti

dokter umum dan spesialis, perawat dan tenaga apoteker. Tetapi bila pada tahap

ini dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan sanitasi rumah sakit maka pada

tahap selanjutnya akan dapat dilakukan dengan mudah. (19)

Pada tahap penampungan sampah sebaiknya sampah tidak dibiarkan

terlalu lama karena dapat menjadi tempat perkembangan vector. Untuk

memudahkan tahap penampungan terutama dalam hal pengosongan dan

pengangkutan sebaiknya menggunakan kantong plastic pelapis dalam tempat

sampah dengan lambang dan warna yang sama pada tempat pewadahannya. Untuk

sampah radioaktif sebaiknya menggunakan kantong bok timbal dengan symbol

radioaktif, sampah infeksius, patologi dan anatomi, sitotoksik, farmasi serta bahan

kimia sebaiknya menggunakan kantong plastic kuat, dan anti bocor. (24)

Terselenggaranya suatu program dengan baik ditunjang oleh peralatan dan

fasilitas yang memadai (8). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan

/fasilitas RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai masih perlu dibenahi untuk

memaksimalkan proses kerja pengelolaan sampah. Peralatan/fasilitas tersebut

hanya akan diganti apabila dalam keadaan rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar dari tempat penampungan

dan pengangkutan sampah belum memenuhi syarat kesehatan lingkungan rumah

sakit di Indonesia. Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat

58

Page 46: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

59

penampungan dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis

dan jumlah sampah serta kondisi setiap unit ruangan.

Asumsi peneliti RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai memiliki tempat

penampungan sendiri yang tempatnya bersebelahan dengan tempat pemusnahan

sampah. Sampah yang telah dikumpulkan dari ruangan oleh petugas pengangkut

sampah akan mengantarnya ke TPS. TPS tersebut terbuat dari semen dengan

ukuran 3 x 2,5 x 1,3 meter dan memiliki tutup. Namun kondisinya sebagian

dindingnya telah rusak sehingga serangga dan binatang pengganggu dapat masuk

kedalamnya

4.3.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Pengangkutan Sampah

Medis Ruangan di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistik α=0,05 di peroleh nilai

p=0.030, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan pengangkutan

sampah medis di RSUD Dr RM Djoelham Binjai tahun 2017.

Berdasarkan pengamatan pada tahap pengangkutan sampah. Rumah Sakit

X memperoleh skor yaitu sebesar 0% dari skor minumum sebesar 50%. Rumah

sakit X masih belum mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan karena sampah

non medis diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) 1 (satu) kali per 2 (dua)

hari. Menurut persyaratan sampah non medis harus diangkut ke TPA lebih dari 1

(satu) kali per hari.

Kebijakan lingkungan adalah penggerak pelaksanaan perbaikan sistem

manajemen lingkungan sehingga kebijakan lingkungan dapat memelihara secara

potensial perbaikan kinerja lingkungan. Oleh karena itu kebijakan rumah sakit

seharusnya mencerminkan komitmen rumah sakit untuk taat pada peraturan dan

perundang-undangan pengelolaan sampah rumah sakit dan berupaya melakukan

perbaikan kualitas lingkungan secara berkelanjutan. (6)

Hukum dan peraturan yang menjadi landasan yang berkaitan dengan

Program Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah Kepmenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

59

Page 47: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

60

Sakit dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun

2002 oleh Direktur Jenderal PPM dan PLP yang tertuang dalam pedoman sanitasi

rumah sakit di Indonesia. Rumah Sakit juga menghasilkan limbah B3, untuk itu

didalam program kesehatan lingkungan Rumah Sakit juga diperkuat dengan PP

Nomor 85 tahun 2009 untuk itu limbah B3 yang dihasilkan dari rumah sakit harus

menyerahkan pengolahan atau penimbunan limbah B3. (5)

Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada

musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam. (11)

Asumsi peneliti proses pengangkutan sampah di RSUD Dr. RM. Djoelham

Binjai dilakukan setiap hari pada pagi dan siang hari, pada pengumpulan pagi hari

adalah untuk sampah yang dihasilkan pada kegiatan pelayanan pada sore dan

malam hari sedangkan pengumpulan dan pengangkutan yang dilakukan pada

siang hari untuk pelayanan medis dan diagnostik penyakit yang dilakukan pada

pagi hari dengan demikian sampah yang dihasilkan dari setiap unit ruangan

diangkat setiap hari sehingga tidak ada sampah yang disimpan terlalu lama

ditempat penampungan sampah.

4.3.4 Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan pembuangan akhir

Sampah Medis Ruangan di RSUD Dr RM Djoelham Binjai Tahun

2017

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan perhitungan statistik α=0,05 di peroleh nilai

p=0.006, maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut membuktikan

bahwa ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana dengan pembuagan

akhirsampah medis di RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai tahun 2017.

Hasil studi pengolahan limbah rumah sakit di Indonesia menunjukkan

hanya 53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dan dari

rumah sakit yang mengelola limbah tersebut 51,1% melakukan dengan instalasi

IPAL dan septic tank, dan sisanya hanya menggunakan septic tank. Pemeriksaan

kualitas limbah hanya dilakukan oleh 57,7% rumah sakit dan dari rumah sakit

yang melakukan pemeriksaan tersebut sebagian besar telah memenuhi syarat baku

mutu (63,0%).

60

Page 48: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

61

Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah disetiap

unit dan diangkat ke TPS, jalur yang digunakan untuk mengangkut sampah

menuju TPS merupakan jalur yang sama yang digunakan oleh pengunjung rumah

sakit, untuk itu perlu diperhatikan dalam kemungkinan sampah tercecer. Harus di

usahakan agar bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh

kepembuangan (25). Untuk itu pengangkutan sampah perlu dipertimbangkan

distribusi tempat penampungan sampah, jalur yang dilalui agar berbeda dengan

jalur jalan yang dilalui pengunjung dalam rumah sakit, jenis dan jumlah sampah

serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia. (5)

RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai memiliki tempat penampungan sendiri

(TPS) yang tempatnya bersebelahan dengan tempat pemusnahan sampah, namun

kondisi sebagian dindingnya telah rusak sehingga serangga dan binatang dapat

masuk kedalamnya. Konstruksi tempat pengumpulan sampah sementara bias dari

dinding semen atau continer logam dengan syarat tetap yaitu kedap air, sulit

dibersihkan karena ukuranya yang besar. Pengangkutan sampah yang dilakukan

tidak tentu menuju ke TPA mengakibatkan TPS ini juga dijadikan tempat

pembakaran manual dari sampah rumah sakit.

Sedangkan menurut pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia TPS

sebaiknya disediakan dalam ukuran yang memadai dan dengan kondisi baik (tidak

bocor, tertutup rapat, dan terkunci), sebaiknya sampah dari TPS juga harus

diangkut setiap hari ke TPA. (16)

Asumsi peneliti semua sampah yang dihasilkan dari setiap unit ruangan di

RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai dikumpulkan kedalam kereta/sorong sampah

tanpa memisahkan sampah medis dan non medis terlebih dahulu. Kereta yang

digunakan juga terpisah antara sampah medis dan non medis agar tidak kesulitan

didalam pembuangan dan pemusnahannya.

61

Page 49: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dengan tingkat kepercayaan 95% dengan

perhitungan statistik α=0,05 maka diperoleh nilai probabilitas <0,05, hasil tersebut

membuktikan bahwa ada pengaruh pengelolaan, pengangkutan dan pembuangan

dengan pengolahan sampah medis di RSUD Dr RM Djoelham Binjai tahun 2017.

5.2. Saran

1. Mengganti tempat penampungan sampah dan melakukan pemeliharaan

sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.

2. Menambah jumlah fasilitas kereta sorong untuk mengangkut sampah sesuai

dengan kebutuhan rumah sakit dan mengganti yang telah rusak.

3. Hendaknya dilakukan perbaikan dan pemanfaatkan kembali incinerator

untuk mengurangi jumlah sampah berbahaya yang dibuang kelingkungan.

4. Membuat kebijakan/peraturan tentang landasan kerja pengelolaan sampah

yang memuat ketentuan umum, pertanggung jawaban administrasi, dan

pembiayaan.

5. Diharapkan pada petugas pengelola sampah agar selalu menggunakan APD

seperti sepatu, sarung tangan, topi, masker, maupun pelindung kaki disaat

bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

72

Page 50: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

73

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Waste from Heath-care Activities; 2013

2. Chandra, B. Pengantar Kesehatan, ECG, Jakarta; 2007

3. Alhumoud, J. M., & Alhumoud, H. M. An Analysis of Trends Related to

Hospital Solid Wastes Management in Kuwait Management of

Environmental Quality An International Journal, Vol. 18 No. 5. October;

2011

4. Shabib MN, D. Profil DNA Plasmid E. coli yang Diisolasi dari Limbah Cair

Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Bandung; 2005

5. Kementrian Lingkungan Hidup. Limbah Rumah Sakit; 2006

6. Adisasmito, W. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada; 2007

7. Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta; 2009.

8. Said NI. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan  System

“Biofilter Anaerob-Aerob”. Seminar Teknologi Pengolahan Limbah II:

Prosiding, Jakarta; 2006

9. Abor, P. A. & Bouwer, A. Medical Waste Management Practices in a

Southern African Hospital International Journal of Health Care Quality

Assurance, Vol. 21 N0.4 October 26; 2011

10. __________. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka

Cipta; 2007

11. Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pusaka

Pelajar; 2007

12. Soemirat, J. Kesehatan Lingkungan, Gadjamada University Press,

Yogyakarta; 2006

13. __________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta;

2007

14. KEP. MENKES RI NO. 1204/Menkes/SK/X. Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Ruang Rawat Inap, http://docs.google.com, diakses 20 Agustus

2014

73

Page 51: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

74

15. Depkes. Pedoman Bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan

HIV/AIDS; 2005

16. Badan Standarisasi Nasional, Air dan Air Limbah-Bagian 22: Cara Uji Nilai

Permanganat secara Titrimetri; 2005

17. Fauziah, M., dkk. (Ed.). Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran; 2005

18. Chandra, B. Pengantar Kesehatan. EGC. Jakarta; 2007

19. Paramita, N. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto. Jurnal Presipitasi, Vol. 2 No. 1; 2007

20. Sabayang P, M, B. Konstruksi dan Evaluasi Incinerator untuk Limbah Padat

Rumah Sakit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan; 2006

21. Kusnoputranto, dkk.Analisis Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap

Kesehatan Lingkungan. Jakarta; 2008

22. Riza H, Analisis Pengolahan Sampah dengan pendekatan Sistem, Semarang;

2010

23. Qdais, H. A, et al. Characteristics of the Medical Waste Generated at the

Jordanian Hospitals; 2007

24. Penyehatan Lingkungan dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 1114/MENKES/SK/X/2005, Jakarta: Departemen Kesehatan RI;

2004

25. Penyehatan Lingkungan dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 1114/MENKES/SK/X/2005, Jakarta: Departemen Kesehatan RI;

2005

26. Windasari, D. Pengelolaan Limbah B3 Medis Rumah Sakit Khusus Di

Surabaya Pusat Dan Selatan; 2012. http://digilib.its.ac.id/pengelolaan-

limbah-b3-medis-rumah-sakit-khusus-di-surabaya-pusat-dan-selatan-

19615.html, diakses tanggal 25 Agustus 2014

74

Page 52: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

75

27. Sumaiku, Y.. “Apa Akibat dari Pembakaran Sampah du Pekarangan Rumah

Tangga dan Pembakaran/Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan”; 2007

www1.bpkpenabur.or.id, diakses tanggal 25 Agustus 2014

28. Notoadmodjo. Metode Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta; 2005

29. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai. Profil RSUD Dr.

R.M. Djoelham Binjai; 2013

75

Page 53: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

76

Lampiran 1.

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

Biaya Penelitian

No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan1 Honor Rp 1.000.000,-2 Pembelian Bahan Habis Pakai Rp 1.000.000,-3 Perjalanan Rp 1.000.000,-4 Sewa alat laboratorium dan Lain-lain Rp 1.000.000,-

Rp 4.000.000,-

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan Penelitian

2. Pelaksanaan Penelitian

3. Pengambilan Data

4. Analisis Data

5. Pembuatan draft laporan

6. Laporan Akhir

76

Page 54: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

77

77

Page 55: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

Lampiran II Kuesioner

DAFTAR TILIK BERDASARKAN KEPMENKES PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH SAKIT

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN SISTEM PENGOLAHAN

SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT Dr RM DJOELHAM BINJAI TAHUN 2014

No. Varibel Skor Ok

P. Gigi

P. Kulit

P.THT

P.Mata

P.PD

ICU

PIH

Kencur

VIP

P. Bedah

Sirih

IGD

Ketumbar

Pinang

PAnak

BPutih

K. Kucing

Mengkudu

Pala

1 Sarana : 1. Membuang sampah

sesuai dengan sarana yang ada- Sampah B3 :

a. Syringe, jarum dan cartridges dibuang dengan keadaan tertutup.

b. Di tampung dalam bak tahan benda tajam

c. Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna

1 : ya

0:tidak

72

Page 56: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

73

kuning. d. Benda-benda

tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol.

e. Pelabelan tempat sampah

f. Pemisahan warna kantong tempat sampah

g. Pemisahan benda tajam dan jarum (dimasukkan botol)

h. Pemisahan limbah cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantong urin dan produk darah, botol infus, ampul, botol bekas injeksi, kateter, plester, dan masker.

2. Pemilahan sampah : - Menggunakan

1 : ya

0 : Tidak

73

Page 57: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

74

kantong berkode

- Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

- Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

- Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

- dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi dan limbah sitotoksis.

- kantung-kantung dengan warna harus dibuang

74

Page 58: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

75

jika telah berisi 2/3 bagian.

- Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas

Prasarana :

Kantong bok timbal dengan symbol

Kantong plastik harus kuat dan anti bocor

Plastic kuat dan anti bocor atau container, untuk tempat limbah infeksius, patologi dan anatomi.

75

Page 59: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

76

Container plastic kuat dan anti bocor (Sitotoksis)

Keterangan :

1. Cara pembuangan sampah : skor 1 : ya, 0 : tidak

2. Pemilahan sampah : skor 1 : ya, 0 : tidak

Lampiran III Master Data

76

Page 60: lppm.helvetia.ac.idlppm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2018/01/... · Web view1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

72