29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh Bung Karno didalam lahirnya pancasila. Setiap Negara mempunyai dasar atau ideologinya. Fungsi dari suatu ideology atau dogma yaitu serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi Negara Republik Indonesia. Sebagai ideology, pancasila sebagai dasar Negara. Oleh sebab itu, setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolektif ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya. Pancasila sebagai ideology mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, yakni aman, nyaman, damai, sejahtera, dan bahagia. Memang dapat dimengerti bahwa pada masa permulaan dari perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dari kekuatan colonial, diperlukan suatu ideology yang kuat yang mengikat seluruh bangsa Indonesia menetang bahaya yang mengancam keberadaannya. Kekuatan dan ketahanan pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia telah terbukti sejak masa penjajahan sampai dewasa ini. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1

Makala h

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjelaskan makalah tentang suatu yang dapat diejejeksndsdnsdmsndsjdjsjajdjkskdnsjfnjdnvfjsdnj

Citation preview

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bung Karno didalam lahirnya pancasila. Setiap Negara mempunyai dasar

atau ideologinya. Fungsi dari suatu ideology atau dogma yaitu serangkaian nilai-nilai yang

dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam

suatu organisasi Negara Republik Indonesia. Sebagai ideology, pancasila sebagai dasar

Negara. Oleh sebab itu, setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai

tersebut dan secara kolektif ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

Pancasila sebagai ideology mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap

kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk mencapai tujuan

yang dicita-citakan, yakni aman, nyaman, damai, sejahtera, dan bahagia. Memang dapat

dimengerti bahwa pada masa permulaan dari perjuangan untuk mempertahankan

kemerdekaan dari kekuatan colonial, diperlukan suatu ideology yang kuat yang mengikat

seluruh bangsa Indonesia menetang bahaya yang mengancam keberadaannya. Kekuatan dan

ketahanan pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia telah terbukti sejak masa penjajahan

sampai dewasa ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana pandangan filsafat pancasila tentang manusia?

2. Bagaimana pandangan filsafat pancasila tentang masyarakat?

3. Bagaimana pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan dan nilai-nilai?

4. Bagaimana menggambarkan pandangan filsafat pancasila terhadap system pendidikan

nasional?

5. Bagaimana penerapan nilai pancasila di masyarakat?

6. Bagaimana implementasi dan penerapan nilai pancasila terhadap pendidikan?

1

Page 2: Makala h

1.3 Tujuan

Adapun tujuannya adalah:

Mengetahui pandangan filsafat pancasila tentang manusia

Mengetahui pandangan filsafat pancasila tentang masyarakat

Mengetahui pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan dan nilai-nilai

Dapat menggambarkan pandangan filsafat pancasila terhadap system pendidikan nasional

Mengetahui penerapan nilai pancasila di masyarakat

Mengetahui implementasi dan penerapan nilai pancasila terhadap pendidikan

2

Page 3: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

  Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam

filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.

Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai

dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

Pemahaman Pancasila sendiri selain sebagai ideologi, pandangan hidup, kepribadian,

dan kebudayaan negara-bangsa adalah kristalisasi nilai, standar etika, serta manifestasi

norma, dalam aspek moralitas pikiran-tindakan-ucapan. Dengan demikian, seluruh ruang

kehidupan bermasyarakat-bernegara berada dalam koridor landasan ideologis Pancasila. Hal

ini merujuk pada arti kata ideologi itu sendiri, Althusser sendiri menekankan pula bahwa

ideologi adalah relasi imajiner individuindividu terhadap kenyataan real eksistensi mereka,

yaitu ideologi sebagai kekuatan material dalam masyarakat yang menyerap individu-individu

sebagai subjek dalam ideologi tertentu, misalnya relasi imajiner guru-murid menghasilkan

praktik material tentang cara berinteraksi antara guru dan murid (Adian, 2005).

Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat

dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191)

mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut :

1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat

melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.

2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki

kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.

3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan

sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.

4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai

ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya

terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.

5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.

6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran

harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.

3

Page 4: Makala h

7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam

dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.

8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap

membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.

9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama

dengan manusia Indonesia yang lain.

10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai,

memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.

11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai

orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan

yang lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia

yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan

perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa

dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

2.2 Pandangan Filsafat Pancasila tentang Masyarakat

Aktualisasai nilai filsafat pancasila dalam membangun diformulasikan dalam konsep

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini menindikasikan bahwa manusia

Indonesia mulai Sabang sampai Merauke yang tinggal di kota, di pedalaman, mendiami

pulau-pulau besar dan kecil adalah satu yang diikat oleh nilai-nilai Pancasila. Berarti satu

secara mutlak dan tidak dapat terbagi, rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua

orang, warga dalam lingkungan Negara Indonesia. Hakikat rakyat adalah pilar Negara yang

berdaulat. Perbedaan yang ada dalam masyarakat adalah sebagai asset untuk membangun

kebhinekaan dan kesatuan langkah dan perbuatan menuju masyarakat adil, makmur dan

berdaulat. Adil ialah dipenuhinya sebagai wajib salah segala sesuatu yang merupakan hak

dalam hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antar Negara dengan warga

Negara, hubungan warga Negara dengan Negara, dan hubungan antar sesame warga Negara.

(Surajiyo, 2008:159)

Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi

bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai

berikut :

4

Page 5: Makala h

a. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-cara

pemecahan koersif (militeristik), tetapi dengan menggunakan metode persuasif dan

dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat.

b. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik. Pengakuan akan

identitas etnis akan menyumbang kepada terwujudnya identitas nasional bangsa

Indonesia. Upaya-upaya tersebut harus dilaksanakan secara bijaksana tanpa ada

kecurigaan timbulnya berbagai tindakan yang berbau SARA.

c. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa

berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.

d. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.

Sesuai dengan keberagaman etnis dan budaya bangsa Indonesia, maka pendidikan

adalah salah satu wahan penting untuk meningkatkan solidaritas dan rasa nasionalisme tinggi

bagi setiap warga Negara, masyarakat-bangsa dan Negara. Budaya etnis masing-masing suku

harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar

mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi

setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat

Indonesia.

2.3 Pandangan Filsafat Pancasila tentang Pendidikan

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan

pendidikan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta

bertanggung jawab.

Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat.

Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah

pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik

5

Page 6: Makala h

disekolah; Tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi

peserta didik. Karena itu, masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan

contoh bagi individu lainnya terutama bagi peserta didik yang mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan.

2.4 Pandangan Filsafat Pancasila tentang NilaiMenurut Kaelan, pada tahun 2000, (dalam Surajiyo, 2008) menjelaskan bahwa

pancasila merupakan suatu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai,

kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan

iptek.

Isi dari Nilai/kandungan Pancasila sebagai Berikut :

1.      Ketuhanan yang Maha Esa

a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaanya masing masing.

g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.

2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab

a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa

membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan

sosial, warna kulit dan sebagainya.

c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

6

Page 7: Makala h

d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

h. Berani membela kebenaran dan keadilan.

i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa

dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila

diperlukan.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

c. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

d. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

e. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

f. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan

a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

keputusan musyawarah.

g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan.

h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7

Page 8: Makala h

i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran

dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

5.      Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan  kegotongroyongan.

b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

d. Menghormati hak orang lain.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang

lain

g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup

mewah.

h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan

umum.

i. Suka bekerja keras.

j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

2.5 Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional

Tata cara bernegara di Indonesia di atur dalam UUD 1945 yang selama ini belum

pernah mengalami amandemen, kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998. Kendatipun

amandemen telah rampung bulan agusrus tahun 2002, namun pembukaan UUD 1945 masih

tetap, dan di alenia ke empat disebutkan ; “...untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial,....”

8

Page 9: Makala h

Tidak berubahnya pembukaan UUD 1945 tersebut mengindikasikan bahwa bangsa

indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah

mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 hasil amandemen

2002 yaitu :

1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.

2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.

3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari

anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja

daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan baik dilihat dari aspek

kuantitatif maupun kualitatif secara nasional pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan

yang berkaitan dengan pendidikan seperti:

1) Perubahan kirikulm pendidikan nasional

2) Undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan

3) Peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah

4) Penambahan anggaran pendidikan oleh daerah

5) Konsep management pendidikan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dan

sebagainya.

Hafid Abbas (2002) menyebutkan sisdiknas belum dapat berfungsi untuk

mempersatukan manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi, maka :

1. Pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan

2. pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir partisipasi

masyarakat banyak

3. pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh eklusif berlebihan

4. pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara profesional

5. pengelolaan pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka pengayaan

dan demokratisasi pendidikan

6. pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya pemerataan

pendidikan

9

Page 10: Makala h

Pendidikan di Indonesia bersifat multi-kultural. Furnivall(1944, 1948) menyabutkan

“masyarakat Plural” adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih unsure-unsur atau

tatanan social yang hidup berdampingan, tetapi tidak bercapur dan menyatu dalam stu unit

politik tunggal. Lebih lanjut Furnivall menyatakan bahwa masyarakat plural asia tenggara

akan menjerumus kedalam anarki jika gagal menemukan formula federasi pluralis yang

memadai (Furnivall, 1994: 468-469). H. A. R Tilaar (2002: 95) mengemukakan bahwa model

pendidikan yang populer dewasa ini adalah pendidikan multicultural. Dengan model

pendidikan seperti ini diakui adanya keragaman budaya, dan stiap su-budaya diberikan

kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang dan dipelihara. Model pendidikan

multicultural semakin diperkuat dengan adanya otonomi daerah, sehingga masing-masing

budaya etnis yang ada didalam masyarakat dapat berkembang dan dikembangkan dengan

seluas-luasnya.

Mastuhu (1999: 94-98) menawarkan gagasan untuk mengantisipasi pendidikan abad

21, yakni:

1. pendidikan yang tidak diskriminatif, antara negeri dan swasta

2. pendidikan dijadikan “panglima” pembangunan Indonesia

3. dua poin diatas hanya bias dilaksanakan oleh pemerintah yang benar-benar demokratis,

terbuka, adil, jujur, dan memiliki tatanan kehidupan bernegara terletak di tangan rakyat

4. agar pendidikan di atur seluruhnya dengan kewenangan akademik, bukan kewenangan

kekuasaan apalgi sentralitik

5. pendidikan hendaknya menggunakan pendekatan yang beragam bukan yang serba di

ragamkan

6. pendidikan hendaknya berorientasi pada siswa bukan pada guru atau materi pelajaran

7. pendidikan diubah untuk mengarahkan siswa untuk menjadi bukan sekedar memiliki

8. pendidikan perlu membentuk “networking” dengan berbagai sumber, mengingat kini

muncul fenomena tereduksinya peran sekolah dan guru sebagai sumber pendidikan

9. pendidikan harus mampu mengembangkan budaya akademik, dan jangan terjebak pada

budaya politik kekuasaan.

10

Page 11: Makala h

2.6 Penerapan dan Pelaksanaan Nilai Pancasila Di Masyarakat

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia

diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegeraan. pancasila berperan

sebagai pengatur sikap dan tingkah laku orang Indonesia masing-masing dalam hubungannya

dengan Tuhan Yang Maha Esa (Sila-I), dengan sesama manusia (sila II) dengan tanah air dan

nusa bangsa Indonesia (Sila-III) dengan kekuasaan dan pemerintahan negara (kerakyatan)

dan dengan negara sebagai kesatuan dalam rangka realisasi kesejahteraan (sila-V). Hal ini

tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda,

namun dalam 3 buah Undang-Undang Dasar yaitu dalam pembukaan UUD’45, dalam

mukadimah konstitusi RIS dan dalam mukadimah UUDS RI (1950). Pancasila tetap

tercantum di dalamnya. Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu

dan menjadi pegangan bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap

ekosistem bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa pancasila memang selalu dikehendaki

oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kehormatan Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, hal

ini karena telah tertanam dalam kalbunya rakyat dan dapat mempersatukan seluruh rakyat

Indonesia.

Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat

dipisahkan dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas yaitu membedakan bangsa

Indonesia dari bangsa lain. Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari

yagn lain, bersifat universal yang juga dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi

ke-5 sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah pula itulah yang menjadi ciri khas

bangsa Indonesia. Kenyataan sehar-hari yang kita lihat dalam masyarakat bangsa Indonesia

antara lain :

1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya akanadanya zat

yang maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa segala sesuatu yang ada

dimuka bumi ini akan ciptaan Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa

kepercayaan kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga), lalu

animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba dewa)dan akhirnya menjadi

monoteisme (kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa) sisanya dalam bentuk

peninggalan tempat-tempat pemujaan dan peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.

2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya semua manusia

dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan menikmati kehadapan sepenuhnya watak

11

Page 12: Makala h

mesti bangsa Indonesia yang sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal martabat

yang disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta seperti yang

terjadi masyarakat feodal.

3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu wilayah dengan

wilayah yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau lainnya maka Indonesia terkenal

mempunyai banyak perbedaan yang beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa daerah,

suku bangsa, adat istiadat, kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi karena

mempunyai kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang mengancam dari luar

selalu menimbulkan kesadaran bahwa dalam kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang

harus diutamkana kesadaran kebangsaan yang berbeda yaitu sebagai bangsaIndonesia.

4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku, bangsa Indonesia

adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat sendiri dalam mengatur

tata kehidupan mereka. Sedang kepala desa, kepala suku,dan sebagainya hanya

merupakan pamong (pembimbing mereka yang dipilih dan dari antara mereka sendiri,

prinsip musyawarah dan masyarakat yang merupakan inti dari kerakyatan telah

dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat adat seperti : desa marga, kurnia, nagori,

banua, dsb.

5. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang ekonomi, yang

dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, asas ini

sudah dikenal berabad-abad lamanya yang sisanya masih dapat kita jumpai dalam

masyarakat terutama di desa, yaitu kebisaaan tolong menolong antara sesama masyarakat,

gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau membantu (menolong

seseorang yang sangat membutuhkan seperti materialistik, kapitalisme dan individualisme

sama sekali tidak disukai oleh bangsa Indonesia, karena tidak memungkinkan tercapainya

keadilan / kesejahteraan sosial.

  Pancasila sebenarnya adalah cita-cita yang ingindicapai bersama oleh bangsa

Indonesia.Oleh karena itu, Pancasila sering disebut dengan landasan ideal.Maksud dari ideal

adalah bahwa Pancasila merupakan hal yang menjadi sebuah gagasan dan dambaan.Hal ini

sesuai dengan pengeraian Pancasila sebagai ideologi negara.Dalam era yang hiruk-pikuk ini,

eksistensi Pancasilasudah mulai dipertanyakan.Benarkah Pancasila memang menjadi dasar

hidup

bangsa, benarkah Pancasila merupakan identitas bagi bangsa Indonesia.Melihatrealita yang

12

Page 13: Makala h

ada, sulit untuk membuktikan bahwa Pancasila masih menjiwai dan mendarah-daging dalam

diri manusia Indonesia.

Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambangdan hanya menjadi formalitas

yang dipaksakan kehadirannya di Indonesia.Kehadiran Pancasila pada saat ini bukan berasal

dari hati nurani bangsa Indoensia.Bukti dari semua itu aalah tidak aplikatifnya sila-sila yang

terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

2.7 Implementasi Pancasila di Bidang Pendidikan

Tampaknya terjadi kekacauan di dalam tidak membedakannya antara Pancasila

sebagai sitem nilai-nilai kebersamaan bangsa Indonesia dengan praktik kehidupan di masa

lalu yang telah menyeleweng dari nilai-nilai etika Pancasila. Di dalam suasana keraguan akan

nilai-nilai luhur Pancasila yang dimiliki oleh bangsa Indonesia orang mencari nilai-nilai baru

yang diperlukan oleh bangsa Indonesia di dalam menghadapi masalah kehidupan masa depan

bangsa.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, didalam dan diluar

sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu pengembangan pendidikan haruslah

berorientasi kepada dua tujuan, yakni untuk pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa

intelektual akan tidak berdaya. Intelektual tanpa moral akan berbahaya, karena seseorang

dapat menggunakan kepandaiannya itu untuk kepentingannya sendiri dan merugikan orang

lain. Selain itu pendidikan juga suatu proses secara sadar dan terencana untuk membelajarkan

peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun watak dan peradapan manusia yang

bermartabat. Ialah manusia – manusia yang beriman dan brtaqwa kepada Tuhan Yang Maha

kemanusiaan, menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan

kebersamaan dan keberagaman, membamgun kedisiplinan dan kemandirian, sesuai dengan

nilai – nilai pancasila.

Oleh karena itu proses dan isi pembelajaran hendaknya dirancang secara cermat

sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan menjadi potensi bagi proses

pembelajaran yang berkualitas.

13

Page 14: Makala h

Pembentukan nilai-nilai positif sebagai warga dan sebagai warga negara yang baik

dimulai di lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan keluargalah anak-anak mulai mengenal

nilai-nilai yang positif yang dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Tentunya di dalam

lingkungan keluarga tidak diajarkan secara formal nilai-nilai Pancasila yang abstrak itu tetapi

penjabaran dari nilai-nilai Pancasila seperti toleransi terhadap perbedaan misalnya di dalam

kepercayaan, agama, suku, dan sebagainya sudah dapat dimulai dalam lingkungan keluarga.

Bagaimanakah proses ini dapat dilaksanakan mengingat tingkat pendidikan keluarga masih

rendah?

Dikalangan siswa atau dibangku sekolahan, masih banyak anak sekolahan yang

melanggar aturan sekolah dan lingkungan sekitarnya seperti banyak siswa sekarang yang

mabuk-mabukan, kebut-kebutan di jalan, bolos, dan yang paling marak terjadi penyimpangan

dari aturan atau norma pada saat ini adalah tauran. Tauran dikalangan siswa sudah berada

ditingkat atas dimana tauran tersebut membuat aturan yang telah berlaku hanya sebagai

lukisan dinding yang dipajang. Tauran tersebut telah menjadi-jadi artinya tauran yang disertai

pembunuhan. Meskipun semua orang telah tahu akan hal itu khususnya siswa tetapi mereka

tetap saja tidak sadar akan norma yang mengatur, sebenarnya sebagai siswa harus wajib

menuntut ilmu, belajar dengan sungguh-sungguh, dan yang paling penting sebagai penerus

bangsa dan negara Republik Indonesia yaitu mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam

kehidupan sehari-hari bukan mengamalkan hal-hal yang menyimpang dari aturan.

Selain itu, meskipun sekolah telah menerapkan aturan yang tegas dan mengikat, tetapi

tetap saja penyimpangan itu terjadi. Hal seperti itu masih perlu ditingkatkan dari dalam diri

siswa itu sendiri bila perlu sekolah tersebut membuat aturan lain agar siswa tersebut bisa

disiplin dan tidak menyimpang dari aturan atau norma.

Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap,dan bertindak

amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lainjustru menimbulkan semangat

primordialisme. Benturan antar suku, antarumat beragama, antar kelompok, dan antar daerah

terjadi dimana-mana. Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk

menyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan.  Kondisi nyata saat

ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan primordialisme sempit, munculnya

indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran menurunnya pemahaman tentang Pancasila

sebagai suatu ideologi, dasar negara, azas, paham negara.

14

Page 15: Makala h

Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang terdiri dari lima sila

(sikap/prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan yang saling menjiwai dan

dijiwai itu digali dari kepribadian bangsa Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku

bangsa, agama dan budaya yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu

bahasa persatuan, sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika. Menurunnya rasa persatuan dan

kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya konflik

dibeberapa daerah, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal, seperti halnya yang

masih terjadi di Lampung, Poso, dan Papua, serta beberapa daerah lain di Indonesia.

  Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama

warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi

oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan

masyarakat Indonesia.

(http://desyandri.wordpress.com/2014/01/04/implementasi-dan-revitalisasi-pancasila-dalam-

menumbuhkembangkan-karakter-bangsa/)

2.8 Penerapan Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan

Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 bahwa

pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut sejalan dengan

Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah

jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa

Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut jelaslah

bahwa pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan

pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan

guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.

Sedangkan Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan

menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan

dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara

Indonesia guna memperlancar mencapai cita-cita nasional Indonesia.

Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan sebagai suatu

sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri

15

Page 16: Makala h

di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi

kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan

negara Indonesia.

 Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan.

Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup

lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya. Manusia belajar

dengan otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan

yang lebih berarti.

Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat

bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam

menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat

memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis,

sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong

pendidikan untuk menjemput masa depan.

Kita baru saja menyaksikan pendidikan di Indonesia gagal dalam praktek berskala

makro dan mikro yaitu dalam upaya bersama mendalami, mengamalkan dan menghayati

Pancasila. Lihatlah bagaimana usaha nasional besar-besaran selama 20 tahun (1978-1998)

dalam P-7 (Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila) berakhir kita nilai gagal menyatukan bangsa untuk memecahkan masalah nasional

suksesi kepresidenan secara damai tahun 1998, setelah krisis multidimensional melanda dan

memporakporandakan hukum dan perekonomian negara mulai pertengahan tahun 1997,

bahkan sejak 27 Juli 1996 sebelum kampanye Pemilu berdarah tahun 1997. itu adalah contoh

pendidikan dalam skala makro yang dalam teorinya tidak pas dengan Pancasila dalam praktek

diluar ruang penataran. Mungkin penatar dan petatar dalam teorinya ber-Pancasila tetapi

didalam praktek, sebagian besar telah cenderung menerapkan Pancasila Plus atau Pancasila

Minus atau kedua-duanya. Itu sebabnya harus kita putuskan bahwa P-7 dan P-4 tidak dapat

dipertanggungjawabkan, setidak-tidaknya secara moral dan sosial. Mari kita kembali

berprihatin sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955).“Praktek tanpa teori

adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.

Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang

yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila

pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya

adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi karena tidak

16

Page 17: Makala h

mampu bertanggung jawab atas esensi perbuatan masing-masing dan bersama-sama dalam

pengamalan Pancasila. Pancasila yang baik dan memadai, konsisten antara pengamalan

(lahiriah) dan penghayatan (psikologis) dan penataan nilai secara internal. Dalam hal ini kita

bukan menyaksikan kegiatan (praktek) pendidikan tanpa dasar teorinya tetapi suatu praktek

pendidikan nasional tanpa suatu teori yang baik.

Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan individual,

sosial dan kultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil

beralngsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru

dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri,

antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar

manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya

yang baik dengan lengkap.

Pancasila sebagai dasar dan landasan berbagai kehidupan bangsa lahir pada era

kemerdekaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebenarnya sudah sejak dulu telah

mendasari aspek-aspek kehidupan bangsa Indonesia. Hal tersebut tergambar dari kehidupan

bernegara pada masa Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.Pada era kebangkitan bangsa nilai-

nilai pancasila telah menggugah kesadaran nasionalime bangsa dalam memperjuangkan

kemerdekaan.

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah pengungkapan dan penelaahan dunia fisik dan

dunia riil secara sistemik (menyeluruh) dan sistematis (teratur, tersusun rapi). Pancasila

memberi ajaran tata hidup manusia budaya secara harmonis. Pancasila adalah filsafat

keselarasan.

Pancasila sebagai sistem filsafat juga mempunyai ajaran-ajaran tentang metafisika dan

ontologi Pancasila, aksiologi Pancasila dan logika Pancasila.

Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:

1) Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan disebut sistem

Pendidikan Pancasila

2) Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian

dan mempertebal semangat kebangsaan

17

Page 18: Makala h

3) Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan warga negara

Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, mengembangkan bangsa

Indonesia dan mengembangkan kebudayaan Indonesia

4) Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila, pendidikan agama,

pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani,

pendidikan kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan

kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.

5) Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas semesta, asas

pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab bersama, asas pendidikan, asas

keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan wawasan nasional, asas

Bhineka Tunggal Ika, Asas keselarasan, keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil

dan merata.

(http://farentysiregar.blogspot.com/2014/03/penerapan-filsafat-pendidikan-

pancasila.html)

18

Page 19: Makala h

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap

perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia.

Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk

bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

2) Sesuai dengan keberagaman etnis dan budaya bangsa Indonesia, maka pendidikan adalah

salah satu wahan penting untuk meningkatkan solidaritas dan rasa nasionalisme tinggi

bagi setiap warga Negara, masyarakat-bangsa dan Negara. Budaya etnis masing-masing

suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal

dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling menghargai, dan

menghormati bagi setiap warga negara.

3) Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat. Pendidikan

harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi.

4) Sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek.

19