24
1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan dengan tepat waktu makalah yang berjudul: ANALISA YURIDIS PUTUSAN NOMOR 10/KPPU-L/2005 TENTANG MONOPOLI PERDAGANGAN GARAM DI SUMATERA UTARA Makalah ini berisi tentang adanya kesulitan bagi perusahaan selain PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja dan UD Sumber Samudera yang dikenal dengan istilah ‘G4’ untuk memperoleh garam bahan baku langsung dari PT Garam, PT Budiono dan PT Garindo yang dikenal dengan istilah ‘G3’. Secara lisan dilakukan kesepakatan antara G3 dengan G4 untuk menetapkan harga produk PT Garam lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk PT Budiono dan PT Garindo. Dampak persekongkolan mereka mengakibatkan sulitnya pelaku usaha lain yang bergerak pada bidang yang sama kesulitan untuk memperoleh garam serta mendapatkan dengan harga yang lebih tinggi. Akibat dari perbuatan mereka ini sangat mendistorsi pasar dan merugikan pelaku pasar Iainnya serta masyarakat pada umumnya.

Makala h Anti Monopol i

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makala h Anti Monopol i

1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan dengan

tepat waktu makalah yang berjudul:

ANALISA YURIDIS PUTUSAN NOMOR 10/KPPU-L/2005 TENTANG

MONOPOLI PERDAGANGAN GARAM DI SUMATERA UTARA

Makalah ini berisi tentang adanya kesulitan bagi perusahaan selain PT Graha

Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja dan UD Sumber Samudera yang

dikenal dengan istilah ‘G4’ untuk memperoleh garam bahan baku langsung dari

PT Garam, PT Budiono dan PT Garindo yang dikenal dengan istilah ‘G3’. Secara

lisan dilakukan kesepakatan antara G3 dengan G4 untuk menetapkan harga

produk PT Garam lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk PT Budiono

dan PT Garindo. Dampak persekongkolan mereka mengakibatkan sulitnya pelaku

usaha lain yang bergerak pada bidang yang sama kesulitan untuk memperoleh

garam serta mendapatkan dengan harga yang lebih tinggi. Akibat dari perbuatan

mereka ini sangat mendistorsi pasar dan merugikan pelaku pasar Iainnya serta

masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan proses pemeriksaan oleh pihak KPPU, ketiga pelaku usaha yang

terlibat sebagai pemasok diputus bersalah melakukan praktek kartel dan

memerintahkan mereka untuk memberikan ketentuan dan kesempatan yang sama

kepada pelaku usaha selain G-4 untuk memasarkan garam di Sumatera Utara serta

melarang kelompok G-4 melakukan tindakan yang dapat menghalangi pelaku

usaha lain untuk memperoleh pasokan garam dari kelompok G-3. Kasus praktek

kartel ini dipaparkan dalam gambaran kasus serta analisisnya berdasarkan

Undang-Undang No.5 Tahun 1999 serta menganalisis dampak perilaku usaha

pascaputusan.

Page 2: Makala h Anti Monopol i

2

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,

oleh karena itu kami mengajak berbagai pihak untuk memberikan kritik dan saran

yang membangun untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang

Hukum Anti Monopoli.

Terima kasih, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 23 Mei 2014

Penulis

BAB I

Page 3: Makala h Anti Monopol i

3

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Bisnis merupakan kegiatan yang menjadi tombak dan tolak ukur maju nya

suatu Negara. Orang yang terlibat didalam nya berupaya sekuat mungkin untuk

mendapatakan keuntungan sebesar-besarnya demi mencapai kemajuan dan

kesuksesan dalam usaha yang dikembangkan nya itu sendiri. Terkadang, usaha

yang dilakukan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku atau bahkan secara jelas

bias merugikan para pengusaha lainnya yang berada dalam pasar yang sama

( Relevan Market).

Mengingat perkembangan ekonomi Negara bergantung pada kemajuan bisnis-

bisnis yang berkembang di dalam Negara itu, maka pelanggaran-pelanggaran

yang terjadi dan dilakukan oleh orang-orang tertentu harus diselesaikan dengan

campur tangan pemerintah, karena mempengaruhi nasib kemajuan suatu Negara

dan kesejahteraan rakyat banyak.

Persaingan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Salah satu bentuk persaingan dalam kehidupan manusia yang

paling signifikan ialah persaingan di bidang ekonomi atau business competition

yang sering disebut persaingan usaha. Seharusnya, apabila persaingan usaha

dilakukan secara sehat akan memberikan hasil yang positif. Bahkan salah seorang

ekonom terkena), Alfred Marshal, mengusulkan agar istilah persaingan digantikan

dengan "economic freedom" dalam menggambarkan atau mendukung tujuan

positif persaingan. Tetapi dalam prakteknya, persaingan usaha yang semakin

maraknya di kaiangan para pelaku usaha tidak saja membawa dampak positif, hal

ini disebabkan dilakukannya cara-cara tidak sehat dan atau tidak wajar dalam

memenangkan persaingan. Oleh sebab itu, diperlukannya aturan khusus untuk

inengatar masalah persaingan usaha. Undang - Undang No. 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan salah

satu ketentuan peraturan perundang - undangan yang mengatur persaingan usaha.

Page 4: Makala h Anti Monopol i

4

Salah satu tujuan diberlakukannya Undang-Undang ini adalah untuk menciptakan

dan meningkatkan efisiensi di dalam berusaha dari pada akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan umum bagi masyarakat.

Dalam hal ini, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) yang betindak

sebagai lembaga pengawas dalam perkembangan dunia usaha untuk

mempertahankan agar persaingan berjalan dengan sehat sehingga tidak terjadi

kecurangan-kecurangan yang dapat menghambat (Barrier) para pelaku usaha kecil

untuk menjalankan usahanya. Pada kesempatan ini, saya akan mengkaji keputusan

KPPU tentang pelanggaran Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilakukan oleh

beberapa perusahaan pemasok garam ke Sumatera Utara sehingga menyebabkan

persaingan yang tidak sehat.

Salah satu latar belakang munculnya Undang - Undang ini adalah adanya

sejumlah praktek asaha tidak sehat yang menyebabkan menjamurnya kegiatan

monopoli, oligopoly, kartel dan praktek - praktek usaha tidak sehat lainnya yang

pada akhirnya hanya menciptakan distorsi pasar jangka panjang dan merugikan

masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 diharapkan dapat meminimalisirkan terjadinya praktek

usaha tidak sehat di Indonesia. Kartel sebagai salah satu perjanjian yang dilarang

dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan salah perbuatan usaha

tidak sehat yang sangat merugikan pelaku pasar. Kartel yang diartikan sebagai

persekongkolan dalam mengatur jumlah produksi dan pemasaran dengan maksud

untuk mempengaruhi harga dan pada akhirnya akan menciptakan oligopolis di

pasar. Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 secara tegas melarang

perjanjian kartel, tetapi dalam beberapa hal kartel masih dimungkinkan asalkan

tidak menyebabkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat. Dalam hal ini berarti pengaturan kartel di Indonesia masih bersifat Rule of

Reason.

B.Rumusan Masalah

Page 5: Makala h Anti Monopol i

5

Berdasarkan uraian diatas kami merumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Apa alasan Majelis Komisi dalam memutus perkara monopoli perdagangan

garam di Sumatera sesuai dengan Putusan KPPU Nomor 10/KPPU-L/2005 ?

2. Apa dasar hukum majelis komisi dalam memutus perkara monopoli

perdagangan garam di Sumatera Utara sesuai dengan Putusan KPPU Nomor

10/KPPU-L/2005 ?

BAB II

Page 6: Makala h Anti Monopol i

6

PENYEBAB MAJELIS KOMISI

DALAM MEMUTUS PERKARA KPPU NOMOR

10/KPPU-L/2005

A.Kasus Posisi

Praktek kartel perdagangan garam di Sumatera Utara yang kasusnya

merupakan kasus pertama yang telah diputus oleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha dengan Nomor perkara 10/KPPU-L/2005. Dalam kasus ini, terdapat

persekongkolan antara tujuh (7) pelaku usaha sebagai berikut; tiga pelaku usaha

yang bertindak sebagai pemasok garam utama di Sumatera Utara yang disebut

dengan G-3 yang rneliputi PT Garam, PT Budiono, dan PT Garindo serta empat

pelaku usaha yang tergabung dalam G-4 yaitu PT Graha Reksa, PT Sumatera

Palm, UD Jangkar Waja dan UD Sumber Sanudera yang bertindak sebagai

distribusi garam di Sumatera Utara.

Identitas Perusahaan terlapor dalam kasus monopoli perdagangan garam

yaitu:

1. PT Garam adalah badan usaha milik negara yang didirikan untuk tujuan

melakukan kegiatan usaha industri garam beserta angkutannya, pembinaan

usaha pegaraman rakyat; serta pengendalian stok dan stabilisasi harga garam

secara nasional sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 12

Tahun 1991. Dalam prakteknya, PT Garam memproduksi dan memasarkan

garam bahan baku termasuk ke Sumatera Utara.

2. Bahwa PT Graha Reksa adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan

peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu Perseroan

Terbatas yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 40 tanggal 5

Agustus 1988 dibuat oleh Notaris Linda Herawati, SH di Medan, dengan

melakukan kegiatan usaha antara lain bertindak sebagai leveransir, grosir,

komisioner, perwakilan atau peragenan dari perusahaan–perusahaan atau

badan hukum lain baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam prakteknya, PT

Page 7: Makala h Anti Monopol i

7

Graha Reksa melakukan usaha perdagangan garam terutama di Sumatera

Utara.

3. Bahwa PT Budiono adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu Perseroan Terbatas

yang anggaran dasarnya telah mengalami perubahan berdasarkan akte Nomor

26 tanggal 20 Juli 2001 dibuat oleh Notaris Laksmi Moerti Adhianto, SH,

dengan kegiatan usaha antara lain menjalankan usaha pembuatan garam

sekaligus memasarkan, menjual, dan memperdagangkan hasil–hasil usaha

tersebut di dalam maupun keluar negeri. Dalam prakteknya, PT Budiono

melaksanakan usaha memproduksi dan memasarkan garam bahan baku

maupun garam konsumsi beriodium serta garam industri termasuk ke

Sumatera Utara.

4. Bahwa PT Garindo adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu Perseroan Terbatas

yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 263 tanggal 30 April 1980

dibuat oleh Notaris Soetjipto, SH di Surabaya, dengan melakukan usaha antara

lain perdagangan umum, keagenan, pertanian, dan industri. Dalam prakteknya,

PT Garindo melaksanakan usaha memproduksi dan memasarkan garam bahan

baku maupun garam konsumsi beriodium serta garam industri termasuk ke

Sumatera Utara.

5. Bahwa PT Sumatera Palm adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan

peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu Perseroan

Terbatas yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 26 tanggal 29

Oktober 1997 dibuat oleh Notaris Soeparno, SH, dengan maksud dan tujuan

untuk menjalankan land clearing, perkebunan, pabrik, pengangkutan,

perdagangan, grosir, leveransir, distributor, kontraktor, industri dan keagenan.

Dalam prakteknya, PT Sumatera Palm melakukan usaha perdagangan garam

terutama di Sumatera Utara.

6. Bahwa UD Sumber Samudera adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan

Surat Ijin Perusahaan Nomor 533/4152/Perind/98 dan melakukan kegiatan

usaha perdagangan garam kasar dan halus berdasarkan Surat Ijin Usaha

Page 8: Makala h Anti Monopol i

8

Perdagangan Nomor 3261/02.13/PM/VI/1993 P.I. Dalam prakteknya, UD

Sumber Samudera melakukan usaha perdagangan garam terutama di Sumatera

Utara.

7. Bahwa UD Jangkar Waja adalah usaha dagang yang didirikan dan melakukan

kegiatan usaha perdagangan garam berdasarkan Surat Ijin Usaha Perdagangan

Nomor 18818/02.13/PM/XI/1995. Dalam prakteknya, UD Jangkar Waja

melakukan usaha perdagangan garam terutama di Sumatera Utara.

Dalam praktek perdagangan antara pemasok dan distributor terdapat

perjanjian diam-diam yang bertujuan untuk menguasai pasar garam di Sumatera

Utara. Perjanjian diam-diam ketujuh pelaku usaha direalisasikan dalam

pengaturan jumlah produksi dan pemasaran garam di Sumatera serta adanya

pergerakan harga jual yang selalu sama dalam jangka waktu dua tahun berturut-

turut. Analisis terkait dugaan pelanggaran terhadap Pasal 6 perkara kartel

perdagangan garam ke Sumatera Utara adalah sebagai berikut. PT. Garam, PT.

Budiono, dan PT Garindo telah membuat perjanjian penetapan harga karena

mereka saling mengikatkan diri untuk membuat kebijakan penetapan harga jual

garam bahan baku di Sumatera Utara secara seragan atau sistematis atau teratur.

Keseragaman atau keteraturan ini terjadi karena setidak – tidaknya pada tahun

2005 harga jual garam bahan baku PT Budino dan PT Garindo selalu sama. Harga

jual garam bahan baku PT Garam selalu Rp 20,- (dua puluh rupiah) lebih tinggi

dari harga jual garam bahan baku PT Budino dan PT Garindo. Pergerakan harga

jual garam bahan baku PT Budiono, PT Garindo, dan PT Garam selalu teratur

dengan selisih yang tetap. Adanya keteraturan dan keseragaman harga jual garam

dan pergerakannya tersebut mencerminkan adanya koordinasi antar sesama

anggota G3 untuk menetapkan harga jual garam bahan baku di Sumatera Utara.

Pengikatan diri oleh PT Garam, PT Budiono, dan PT Gerindo tersebut

menunjukkan adanya perjanjian untuk menetapkan harga jual garam bahan baku

di Sumatera Utara. Adanya perjanjian tersebut mengakibatkan pelaku usaha

selaiin G3 dan G4 harus  membayar harga garam bahan baku lebih tinggi

dibandingkan dengan harga yang harus dibayar G4. kesepakatan tersebut

Page 9: Makala h Anti Monopol i

9

merupakan perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar

dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk

garam bahan baku di Sumatera Utara.

Karena jumlah pasokan selalu disesuaikan dengan permintaan G4 dan

sesame G3 maka tidak ada alternatif lain bagi pelaku usaha selain G3 dan G4

untuk membeli garam bahan baku kecuali dari G3 atau G4. G3 menetapkan harga

jual garam bahan baku kepada pelaku usaha selain G3 dan G4 lebih tinggi (Rp

490 atau Rp 510) dibandingkan harga jual garam bahan bakunya kepada G4 (Rp

385 atau Rp 405) padahal komponen biayanya sama sehingga tindakan G3

tersebut tidak wajar karena untuk menjual garam bahan baku kepada pelaku usaha

selain G3 dan G4 tidak diperlukan kompponen biaya tambahan. Kebijakan harga

jual garam bahan baku tersebut dilakukan secara seragam oleh semua anggota G3

kepada pelaku usaha selain G3 dan G4.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan Majelis Komisi dalam memutus

Perkara No.10/KPPU-L/2005 antara lain:

a. Bahwa pergerakan harga jual garam bahan baku PT Budiono, PT Garindo, dan

PT Garam selalu teratur dengan selisih yang tetap.

b. Bahwa pada tahun 2005 harga jual garam bahan baku PT Garam selalu Rp

20,- (dua puluh rupiah) lebih tinggi dari harga jual garam bahan baku PT

Budiono dan PT Garindo.

c. Bahwa PT Garam, PT Budiono, dan PT Garindo saling mengikatkan diri

untuk membuat kebijakan penetapan harga jual garam bahan baku di Sumatera

Utara secara seragam atau sistematis atau teratur.

d. Bahwa adanya keteraturan dan keseragaman hatga jual dan pergerakannya

tersebut mencerminkan adanya koordinasi antar sesama anggota G3 untuk

menetapkan harga jual garam bahan baku di Sumatera Utara.

Page 10: Makala h Anti Monopol i

10

B.Fakta-Fakta

1. Bahwa karena jumlah pasokan selalu disesuaikan dengan permintaan G4 dan

sesama G3 maka tidak ada alternatif lain bagi pelaku usaha selain G3 dan G4

untuk membeli garam bahan baku kecuali dari G3 atau G4.

2. Bahwa G3 menetapkan harga jual garam bahan baku kepada pelaku usaha

selain G3 dan G4 lebih tinggi (Rp 490 atau Rp 510) dibandingkan harga jual

garam bahan bakunya kepada G4 (Rp 385 atau Rp 405) padahal komponen

biayanya sama sehingga tindakan G3 tersebut tidak wajar untuk menjual

garam bahan baku kepada pelaku usaha selain G3 dan G4 tidak diperlukan

kompponen biaya tambahan.

3. Bahwa kebijakan harga jual garam bahan baku tersebut dilakukan secara

seragam oleh semua anggota G3 kepada pelaku usaha selain G3 dan G4.

4. Bahwa tindakkan tersebut mencerminkan adanya koordinasi antar sesame G3

untuk menetapakan harga jual kepada perusahaan selain G3 dan G4.

5.  Bahwa setidak – tidaknya pada tahun 2005 harga jual garam bahan baku PT

Budiono dan PT Garindo selalu sama.

Page 11: Makala h Anti Monopol i

11

BAB III

DASAR HUKUM MAJELIS KOMISI

DALAM MEMUTUS PERKARA KPPU NOMOR

10/KPPU-L/2005

A.Dasar Hukum dan Analisis

Berikut beberapa pasal yang dinyatakan dilanggar Terlapor oleh KPPU, yaitu :

1.      Pasal 4 ( Oligopoli ) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999  tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Oleh :

PT Garam, PT Budiono, PT Garindo, PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD

Jangkar Waja, UD Sumber Samudera secara sah dan meyakinkan melanggar

ketentuan tersebut.

Analisis :

Pasal ini terbukti dilanggar, karena secara jelas terlihat PT Garam, PT Budiono

dan PT Garindo yang dikenal dengan istilah ‘G3’ yang berkuasa membuat

perjanjian tertutup kepada PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja

dan UD Sumber Samudera yang dikenal dengan istilah ‘G4’ untuk mengatur

pasokan garam Ke Sumatera Utara agar bisa dengan mudah menentukan harga.

2.      Pasal 5 (Price Fixing Agreement) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Oleh :

PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan meyakinkan melanggar

ketentuan tersebut.

Analisis :

Pasal yang dilanggar ini berhubungan dengan pasal 4 yang dilanggar, G3 dan G4

membuat perjanjian tertutup sehingga masyarakat dibebankan harga Garam yang

melonjak naik, ini merupakan ciri pelanggaran price fixing agreement.

Page 12: Makala h Anti Monopol i

12

3.      Pasal 6 (Price Discrimination Agreement ) Undang-undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Oleh:

PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan meyakinkan melanggar

ketentuan tersebut.

Analisis :

Pasal ini berbunyi bahwa, pembeli yang satu membayar berbeda dengan pembeli

yang lain pada barang/jasa yang sama. Unsur tersebut terpenuhi dimana harga jual

garam bahan baku menggunakan patokan harga garam bahan baku PT Garam

yang selalu lebih tinggi Rp 20,- (dua puluh rupiah) per kilogram dibandingkan

harga jual garam bahan baku PT Budiono dan PT Garindo. Hal ini menyebabkan

persaingan usaha yang tidak sehat.

4.      Pasal 11 ( Kartel) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Oleh :

PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan meyakinkan melanggar

ketentuan tersebut.

Analisis :

Pada Pasal ini, unsur yang terpenuhi adalah mengatur perjanjian dengan usaha

pesaing dengan tujuan untuk mengatur harga. Unsur ini telah dipenuhi, dimana

perusahaan pemasok Garam G3 yaitu, PT Garam, PT Garindo, dan PT Budiono

melakukan penjanjian untuk mengatur harga kepada Perusahaan G4 yang ada di

Sumatera Utara.

B.     Putusan KPPU Nomor: 10/KPPU-L/2005

         Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, akhir nya Sidang Majelis Komisi

memutuskan :

1. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo, PT Graha Reksa,

PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera secara sah

dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor

Page 13: Makala h Anti Monopol i

13

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan

meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat;

3. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan

meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat;

4. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan

meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat;

5. Menyatakan bahwa PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar

Waja, UD Sumber Samudera secara sah dan meyakinkan tidak

melanggar ketentuan Pasal 13 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat;

6. Menyatakan bahwa PT Garam secara sah dan meyakinkan tidak

melanggar ketentuan Pasal 19 huruf a dan huruf d Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

7. Memerintahkan kepada PT Garam, PT Budiono, PT Garindo untuk

memberikan ketentuan dan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha

selain PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD

Sumber Samudera untuk memasarkan garam bahan baku di Sumatera

Utara;

8. Melarang PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD

Sumber Samudera melakukan tindakan yang dapat menghalangi pelaku

usaha lain untuk memperoleh pasokan garam bahan baku dari PT Garam,

Page 14: Makala h Anti Monopol i

14

PT Budiono, PT Garindo; 9. Menghukum PT Garam, PT Budiono, PT

Garindo, PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD

Sumber Samudera masing-masing untuk membayar denda sebesar 

Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas

Negara sebagai setoran penerimaan bukan pajak Departemen Keuangan

Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) Jakarta I Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank

Pemerintah dengan kode penerimaan 1212, apabila tidak melaksanakan

perintah dan larangan yang disebut dalam diktum butir 7 dan butir 8

putusan ini.

Page 15: Makala h Anti Monopol i

15

BAB IV

PENUTUP

1.      Kesimpulan

a. Berdasarkan uraian dalam pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa,

Perusahaan pemasok PT Garam, PT Budiono, PT Garindo yang disebut

G3 dan Perusahaan penerima Garam PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm,

UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera yang disebut G4 terbukti

melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dikarenakan melakukan

persengkokolan dalam perdagangan Garam di Sumatera Utara.

b. Dasar hukum majelis komisi pada kasus monopoli perdagangan garam di

Sumatera Utara yaitu Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 11 yang

menyebabkan tertutupnya kesempatan perusahaan lain untuk menjalankan

bisnisnya.

2.      Saran

a. Sebaiknya dalam mengawasi perkembangan bisnis di Indonesia, KPPU

lebih berfungsi untuk mencegah bukan mengatasi atau menyelesaikan

pelanggaran yang timbul, sebab secara tidak langsung terdapat banyak

kerugian yang diderita oleh pengusaha-pengusaha garam lain walaupun

keputusan ini telah dikeluarkan.

b. Sebaiknya KPPU memberikan sanksi yang keras dan tegas kepada

Perusahaan yang melakukan monopoli dalam perdagangan garam di

Sumatera Utara dengan memberikan sanksi pidana.

Page 16: Makala h Anti Monopol i

16

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan KPPU Nomor: 10/KPPU-L/2005 Tentang Pelanggaran Perdagangan

Garam Di Sumatera Utara.

Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Jakarta;2009.

Mertokusumo, S. (2006). Hukum Acara Perdata Indonesia. Liberty.

Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Adi Nugroho, Susanti, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia,

(Jakarta;Puslitbang/Diklat Mahkamah Agung, 2001).