Upload
sonia-virgawati-pratiwi
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH AGAMA HINDU
“MANUSIA”
Oleh :
G. B. SATHYA NARAYANA 1313021005
PUTU SONIA VIRGAWATI PRATIWI 1313021040
Semester/Kelas 2/A
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
DOA PEMBUKA
“OM SWASTYASTU”
“Om Awighnam Astu Namo Sidhham
Om Sidirastu Tad Astu Swaha”
Ya Tuhan semoga atas perkenaan-Mu,
tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini
dan semoga berhasil dengan baik.
i
PRAKATA
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat beliaulah makalah yang berjudul “Manusia”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. I
Wayan Satyasa, S.Pd M.Si selaku dosen pengampu mata Agama Hindu, atas
arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang ikut andil dalam penyusunan
makalah ini dan berbagai sumber yang penulis dapatkan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis senantiasa membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun, untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Singaraja, 15 April 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DOA PEMBUKA i
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manusia Hindu 4
2.2 Hakikat Manusia Hindu 5
2.3 Martabat Manusia Hindu 6
2.4 Tanggung Jawab Manusia Hindu 7
2.5 Awatara 7
2.6 Orang-Orang Suci 9
2.7 Implementasi Konsep, Hakikat, Martabat, Tanggung Jawab
Awatara, Orang-Orang Suci 10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 15
3.2 Saran 15
DOA PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mempelajari tentang manusia dapat diartikan kita mempelajari diri kita
sendiri. Oleh karena itu perbincangan tentang manusia senantiasa menarik
perhatian, baik dalam konteks dirinya sebagai subjek pengamat/peneliti
(knower) maupun sebagai objek yang diamati/diteliti (known). Manusia juga
merupakan makhluk yang secara dinamis dan penuh kesadaran membentuk
dan sekaligus dibentuk oleh suatu sistem nilai hidup dan kehidupan ciptaannya
sendiri, sehingga manusia merupakan subjek sekaligus objek kebudayaan atau
produk yang ia ciptakan sendiri.
Manusia memiliki kelebihan berupa akal budi dan kesadaran dalam
berbuat yang cenderung menggunakan hati nuraninya. Kesadaran dan
kelebihan akal budi yang dimiliki manusia inilah yang membedakan sekaligus
menempatkan manusia sebagai mahluk yang paling tinggi derajatnya di antara
makhluk-makhluk lain di dunia. Dengan kelebihan yang dimilikinya, manusia
dengan berbagai sebutan mislnya homo sapiens (makhluk berakal pikiran),
homo socius (makhluk social), dan homo ludens (mahluk bermain) namun ada
sebutan lain lagi yang dikemukakan oleh ahli bahasa (linguis) yaitu manusia
sebagai animal symbolicum (makhluk pencipta sekaligus pengguna tanda
bahasa), dan dari sudut pandang religi manusia dikatakan sebagai homo
religious (makhluk yang berkeyakinan-Ketuhanan).
Berdasarkan pandangan hindu kelebihan manusia ini dapat kita telusuri
dengan konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan
hanya memiliki bayu sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana
binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan
suara, dan manusia memiliki ketiganya. Maka dari itu pikiran atau idep hanya
dimiliki oleh manusia yang merupakan bekal sejak ia dilahirkan. Dengan
memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu
membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan.
1
Manusia diharapkan mengetahui asal, tujuan, tugas serta kewajibannya
berdasarkan dengan pikiran tersebut. Manusia pun harus mampu
mengendalikan musuh besar dalam dirinya. Menurut agama Hindu musuh
besar manusia itu disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap
manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku
manusia. Itulah sebabnya watak dan perilaku manusia berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu
melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan
mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut
agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang,
maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang
jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat
yang baik. Maka dari pikiran,perkataan dan perbuatan baik tersebutlah yang
akan membantu kita menuju tujuan hidup menurut agama Hindu yaitu
mencapai moksa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana manusia menurut konsepsi manusia Hindu ?
1.2.2 Bagaimana hakikat manusia berdasarkan hakikat manusia Hindu?
1.2.3 Bagaimana martabat dari manusia menurut pandangan Hindu?
1.2.4 Apakah tanggung jawab dari manusia Hindu?
1.2.5 Apakah yang dikamsud dengan Avatara dan jenis-jenis Avatara?
1.2.6 Siapa saja yang dapat disebut sebagai Orang Suci dalam perspkeptif
Hindu?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan dengan pemaparan
rumusan masalah diatas adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui konsep manusia Hindu
1.3.2 Untuk mengetahui hakikat manusia Hindu
2
1.3.3 Untuk mengetahui martabat manusia Hindu
1.3.4 Untuk mengetahui tanggung jawab manusia Hindu
1.3.5 Untuk mengetahui Avatara dan jenis-jenis Avatara.
1.3.6 Untuk mengetahui orang-orang suci dalam Agama Hindu
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1.4.1 Bagi Penulis
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk melatih penulis dan
menambah pengalaman penulis untuk membuat makalah Agama Hindu
dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Memalui
makalah ini penulis juga dapat memperoleh pengetahuan baru tentang
manusia dalam perspektif manusia Hindu. Selain itu, makalah ini juga
dapat dijadikan bahan evaluasi pembuatan makalah-makalah
selanjutnya, agar menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
1.4.2 Bagi Pembaca
Melalui makalah ini, pembaca dapat menambah, memperdalam
pengetahuannya mengenai manusia dalam perspektif manusia Hindu
serta dapat mengamalkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. bagi para pendidik dan calon pendidik khususnya, dapat
menerapkan konsep manusia Hindu ini dalam proses pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manusia Hindu
Secara etimologis istilah manusia (manusya) menurut ajaran Hindu berasal
dari bahasa Sansekerta, yaitu kata manu yang berarti pikiran dan sya (bentuk
genetif yang menyatakan arti: “milik atau sifat yang dimiliki kata benda yang
dilekatinya”). Dengan demikian secara harfiah kata manusya/manusia berarti ‘(ia)
yang memiliki pikiran’ atau ‘(ia) yang senantiasa berpikir dan menggunakan akal
pikirannya’. Definisi itu dikaitkan dengan pandangan filsafat bahasa Ludwig
Wittgenstein, yang menyatakan kata/bahasa adalah logika. Maka secara
konsepsional dalam kata manu dan manusia, pada dasarnya telah terumuskan
tentang makna hakiki dari jenis makhluk hidup yang bernama manusia: berpikir
dengan akal pikirannya (manah). Berpikir merupakan perwujudan dari tindakan
sadar mengada (eksistensi) dari manusia sebagai subjek pengada yang
berkesadaran, karena itu kepastian pertama dari eksistensi manusia menurut Rene
Descrates adalah “Cogito, ergo sum” (Saya berpikir, maka saya ada) dan
selanjutnya dinyatakan dengan “Cogito, ergo sum cogitans” artinya saya berpikir,
maka saya adalah pengada yang berpikir, yaitu eksistensi dari budi, sebuah
substansi sadar (Gallagher dalam Winawan 2003).
Manusia pertama dalam konsepsi Hindu yang disebutkan malam kitab
Veda adalah manu atau Swayambu-Manu (makhluk berpikir yang menjadikan
dirinya sendiri). Dari konsepsi (lingual dan filosofis) ini maka dalam sistem
kodifikasi Veda kita mengenal Manu sebagai Maharsi pertama yang menuliskan
sabda suci tentang hukum hindu (dharma) berdasar ingatan pikirannya yang
dikenal dengan nama Manusmrti atau Manawadharmasastra (kitab hukum
Hindu dari Manu).
Pemahaman dan penjelasan tentang sejarah para manu secara mitologis
diuraikan dalam kitab-kitab Purana, yang secara substansial membicarakan lima
topik besar yaitu (a) Sarga yaitu penciptaan semesta, (b) Pratisarga yaitu
penciptaan segala isi semesta, (c) Manvantara yaitu riwayat penciptaan dan
keturunan Manu, (d) Vamsa yaitu riwayat dinasti Candra dan Surya, dan (e)
4
Vamsanucarita yaitu riwayat hidup raja-raja dari dinasti Candra dan Surya. Jadi
secara konseptual manusia Hindu adalah manusia yang mampu mengembangkan
dan mengedepankan daya berpikir dan pikiran rasional (manah) untuk menjadikan
dirinya sebagai manusia (swayambu-manu) dalam tatanan menjalani kehidupan
ini.
2.2 Hakikat Manusia Hindu
Hakikat manusia hindu dapat kita telusuri dari jasmani (tubuh) dan rohani
(jiwa) manusia. Berdasarkan pandangan materialisme (dianut kaum Carvaka,
India) badan jasmani lebih bernilai (penting) daripada jiwa. Sedangkan pandangan
spiritualisme beranggapan bahwa jiwa jauh lebih benilai (penting) daripada badan
jasmani. Namun, menurut pandangan Hindu jasmani dan rohani sama pentingnya.
Bidang yang mengkaji hakikat badan jasmani manusia Hindu sebagai res extensa
dari substansi semesta (makrokosmos) adalah Mayatatwa (filsafat kebendaan,
pradhana, maya), sedangkan bidang yang mengkaji hakikat jiwa-atma sebagai res
cogitans dari substansi berpikir adalah Purusatatwa atau Adipurushatatwa (filsfat
non kebendaan, purusa).
Ajaran Samkhya Darsana sebagai salah satu cabang filsafat Veda yang bersifat
dualistik-analisis dapat menjelaskan hakikat badan-jiwa atau purusa-prakerti.
Menurutnya, manusia pada dasarnya terbentuk dan tersusun atas 25 tatwa unsur
yaitu, 1) Purusa, 2) Prakerti, 3) Buddhi, 4) Ahamkara, 5) Manas, 6-10) (Panca
Buddhindriya), 11-15) (Panca Karmendriya), 16-20) (Panca Tan Matra), 21-25)
(Panca Mahabutha). Penjelasannya dimulai dari jasmani adalah badan, tubuh
manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang
disebut dengan Atman. Manusia memiliki tiga lapisan badan yang disebut Tri
Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira.Stula
Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca
Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan
Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses
terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu
badan halus yang terdiri tiga unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari
manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan
Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari
5
Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa,
Rasa, Gandha membentuk berbagai indra (Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu
jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal.
Dalam kitab Taittriya Upanisad II.2.1, 7.1 disebutkan jiwa-atma dalam
badan jasmani sesungguhnya dibungkus oleh lima lapisan yakni Panca Mayakosa,
bagiannya: (a) Annamayakosa (pembungkus berupa badan jasmani yang terbentuk
dari makanan yang dimakan), (b) Pranamayakosa (lapisan pembungkus berupa
energy prana), (c) Manomayakosa (lapisan pembungkus berupa pikiran), (d)
Vjnanamayakosa (lapisan pembungkus berupa kecerdasan), dan (e)
Anandamayakosa (lapisan pembungkus berupa kebahagiaan). Oleh karena badan
jasmani merupakan timpangan sementara bagi jiwa-atma maka, orientasi
pemahaman terhadap Hindu pun akhirnya terarah pada jiwa-atma sebagai upaya
untuk mengendalikan badan jasmani.
2.3 Martabat Manusia Hindu
Pemahaman akan tinggi martabat manusia dalam pemahaman manusia
modern adalah (a) tingkat pendidikan, (b) tingkat profesi dan sosial ekonomi, (c)
peran dan kedudukan dalam hidup sosial kemasyarakatan-kemanusiaan, (d)
keimanan dan ketakwaanserta hidup keberagamaan.
Berdasarkan pandangan Veda ada beberapa aspek yang langsung ataupun
tidak langsung yang dianggap mengindikasikan dan merepresentasikan tentang
rumusan (konsepsi) harkat martabat manusia Hindu, antara lain (1) Jati (kelahiran
baik surge ccyuta maupun neraka cyuta), (2) Dharma (kewajiban hidup,
kebenaran serta kedudukan dan peran sosial-kemasyarakatan-keagamaan), (3)
Warna Kasta (profesi atau bidang pekerjaan), (4) Karma secara luas meliputi
Manacika yang artinya berpikir, Wacika yang artinya berkata dan Kayika yang
artinya berbuat, (5) Guna (yang dapat berupa Guna Satwa, Rajas dan Tamas, (6)
tingkat kebrahmacarian dan wawasan pengetahuan, serta (7) tingkat keimanan dan
kerohaniawanan (Sradham, Satyam).
Martabat manusia berkaitan dengan konsep warna dalam ajaran agama
hindu yakni dilandasi pengertian atas tugas, keahlian dan profesi seseorang (1)
Brahmana, yaitu tergolong ke dalam kelompok cendikiawan, ilmuan, dan
6
pendeta, yang memiliki tugas untuk memberikan pencerahan kepada umat
manusia, (2) Kesatria, yaitu tergolong dalam kelompok kemiliteran, pengawal,
pembela negara, prajurit, dan perwira angkatan bersenjata, yang memiliki tugas
menjaga ketentraman dan keamanan, (3) Waisya, yaitu tergolong dalam pedagang
dan pengusaha dalam berbagai kegiatan ekonomi, (4) Sudra, yaitu tergolong
dalam kelompok pekerja kasar, pelayan, dan sebagainya, (5) Paria adalah
tergolong dalam kelompok tunawisma, tunakarya, gelandangan, pengemis, dan
sebagainya (Subadra, 2007). Namun sesungguhnya pembagian manusia atas
warna merupakan cara pemahaman hidup yang bersifat relatif dan hal yang
menadasar untuk harkat-martabat manusia adalah jiwa-atma, pikiran dan kualitas
perilakunya.
2.4 Tanggung Jawab Manusia Hindu
Pengertian tanggung jawab menurut ensiklopedia umum adalah kewajiban
dalam melakukan sesuatu atau tugas tertentu. Sedangkan menurut
Poerwodarminto tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban untuk
dilaksanakan. Ada empat macam tanggung jawab yaitu: tanggung jawab terhadap
diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan Yang Maha Esa Dalam hal manusia
Hindu lebih ditekankan pada tanggung jawab keluarga untuk menjadi anak
suputra. Kewajiban ini paling prinsip bagi Umat Hindu karena merupakan yadnya
yang paling besar. Disamping itu tanggung jawab manusia Hindu secara vertikal
(hubungan dengan Brahman) dan horizontal (hubungan dengan sesama hidup, Tat
Twam Asi). Dalam kehidupan manusia Hindu di Bali dijabarkan dalam konsep
Tri Hita Karana (Perhyangan, Pawongan, dan Palemahan yang dilandasi oleh
Satyam, Siwam, Sundara) yang ada di dalam Veda.
2.5 Awatara
Awatara atau Avatar dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang
Maha Esa maupun manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya
turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna
menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan
menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran.
Hindu mengenal adanya Dasa Awatara antaralain: (1) Matsya Awatara, sang
ikan, muncul saat Satya Yuga, (2) Kurma Awatara, sang kura-kura, muncul saat
7
Satya Yuga (3) Waraha Awatara, sang babi hutan, muncul saat Satya Yuga,
(4)Narasimha Awatara, manusia berkepala singa, muncul saat Satya Yuga, (5)
Wamana Awatara, sang orang cebol, muncul saat Treta Yuga, (6) Parasurama
Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga, (7) Rama
Awatara, sang ksatria, muncul saat Treta Yuga, (8) Kresna Awatara, putra
Wasudewa, muncul saat Dwapara Yuga, (9) Buddha Awatara, pangeran Siddharta
Gautama, muncul saat Kali Yuga, (10) Kalki Awatara, sang pemusnah, muncul
saat Kali Yuga.
Menurut kitab-kitab purana, tak terhitung banyaknya Awatara yang pernah
turun ke dunia ini. Awatara-awatara tersebut tidak selamanya merupakan
“inkarnasi langsung” atau “penjelmaan langsung” dari Sang Hyang Wisnu.
Beberapa Awatara diyakini memiliki “jiwa yang terberkati” atau mendapat
“kekuatan Tuhan” sebagai makhluk yang terpilih.
a. Purusha Awatara, Awatara pertama Sang Hyang Wisnu yang memengaruhi
penciptaan alam semesta. Awatara tersebut yakni Vasudeva, Sankarshan,
Pradyumna dan Aniruddha. Menurut Bhagavad Gītā: (1) Kāranodakaśāyi
Vishnu (Mahā Vishnu): Wisnu yang berbaring dalam lautan penyebab dan
Beliau menghembuskan banyak alam semesta yang jumlahnya tak dapat
dihitung, (2) Garbhodakaśāyī Vishnu: Wisnu masuk ke dalam setiap alam
semesta dan menciptakan aneka rupa (3)Ksirodakasāyī Vishnu (Roh utama):
Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam setiap atom.
b. Guna Awatara, adalah awatara yang mengatur tiga macam aspek dalam diri
makhluk hidup. Awatara-Awatara tersebut yakni, Brahmā, pengatur nafsu dan
keinginan (Rajas), Wisnu, pengatur sifat-sifat kebaikan (Sattwam), Çiwa,
pengatur sifat kemalasan (Tamas)
c. Lila Awatara, Awatara yang sering ditampilkan dalam kitab-kitab Purana,
seperti Dasa Awatara dan Awatara lainnya. Awatara tersebut turun secara
teratur ke dunia, dari zaman ke zaman untuk menjalankan misi menegakkan
Dharma dan menunjukkan jalan Bhakti dan Moksha.
d. Manwantara Awatara, Awatara yang diyakini sebagai pencipta para leluhur
dari umat manusia di muka bumi.
8
e. Shaktyawesa Awatara, terdapat dua jenis Shaktyawesa Awatara yaitu (1)
makhluk yang merupakan penjelmaan Wisnu secara langsung; dan (2)
makhluk diberkati yang mendapatkan kekuatan dari Wisnu. Awatara pertama
jenis ini, misalnya saja Narada Muni atau Sang Buddha. Awatara jenis
tersebut kadang-kadang dikenal dengan sebutan Saktyamsavatar,
Saktyaveshavatar atau Avesha avatar. Awatara lain yang termasuk jenis
kedua, misalnya Parashurama, Dewa Wisnu tidak secara langsung menjelma.
Dalam jenis yang kedua tersebut, menurut Srivaishnavism, ada dua macam
lagi yakni: (1) Wisnu memasuki jiwa makhluk yang terpilih tersebut (seperti
Parashurama); (2) Wisnu tidak memasuki jiwa secara langsung, namun
memberikan kekuatan suci (misalnya Vyasa, penyusun Veda).
2.6 Orang Suci dalam Agama Hindu
Orang-orang suci Hindu antara lain: (a) Sapta Rsi Adapun Sapta Maha
Resipenerima wahyu dalam kitab suci Weda adalah Rsi Gritsamada, Rsi
Wiswamitra, Rsi Wamadewa, Rsi Atri, Rsi Bharadwaja, Rsi Wasista, Rsi Kanwa,
(b) Maha Rsi Vyasa ( Krishnadvaipayana), berhasil menyusun karya besar,
mengumpulkan serta menuliskan kembali ajaran weda dalam empat himpunan
(samhita ), dibantu oleh empat orang sisya, yaitu Rsi Pulaha, menyusun Rg. Veda,
Rsi Vaisampayana menyusun, Yajur Veda, Rsi Jaimini, menyusun Sama Veda
dan Rsi Sumantu, menyusun Atharva Veda (c) Orang- orang suci hindu lainnya
disesuasikan dengan perkembangannya misalnya bergelar Bhagawan ( Bhagawan
Wyasa), Empu (Empu Kuturan, Empu Bharadah), Dang Hyang Dwijendra, Dang
Hyang Astapaka dan lain-lain.
9
2.7 Implementasi Manusia Hindu dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Konsep Manusia Hindu
Manusia yang dapat dikatakan sebagai manusia Hindu apabila dia mampu
melaksanakan dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan menggunakan
pikirannya. Dengan demikian implementasi dari konsep manusia Hindu adalah:
a. Berpikir berdasarkan atas kesadaran dan ajaran agama sehingga segala
sesuatu yang kita perbuat mendapati hasil yang baik. Melaksanakan
sesuatu dengan penuh pertimbangan jangan tergesa-gesa misalnya,
membuat keputusan harus berdasarkan permikiran yang matang dan
tidak lupa untuk memikirkan alternatif-alternatif lain serta segala
risiko yang akan didapat apabila keputusan tersebut sudah
dilaksanakan. Contohnya kita harus mempertimbangkan kemana arah
kita kedepannya setelah lulus dari perguruan tinggi, misalnya kita ingin
mengajar di SMA A namun apabila itu tidak memungkinkan kita harus
mempunyai alternatif lain misalnya di SMA B atau menjadi pengajar
di tempat les dan harus mempertimbangkan konsekwensinya misalnya
jarak tempuhnya jauh dan lain-lain.
b. Sebagai mahluk sebagai subjek sekaligus objek budaya, dengan
pikirannya manusia diharapkan mampu menciptakan kebudayaan-
kebudayaan baru dan memelihara dan mewariskan kebudayaan lama
untuk mensejahterakan hidup dan kehidupan kita. Misalnya dengan
menciptakan produk-produk teknologi baru seperti televisi, handphone,
laptop yang mampu memperkuat rasa keimanan kita misalnya dengan
adanya televisi kita dapat melihat acara televisi yang menanyangkan
keindahan Pura Tanah Lot, pasti kita akan tergugah untuk datang
kesana dan bersembayang disana dan dengan laptop kita bisa
menjelajah internet dan melihat informasi piodalan pura Tanah Lot dan
dengan handphone atau kita kenal dengan smart phone kita dapat
mengaktifkan GPS untuk pentunjuk arah ke pura Tanah Lot. Dalam hal
mewariskan dan memelihara budaya bisa kita implementasikan dengan
melestarikan kebudayaan Bali, misalnya tari pendet, tari jauk dengan
10
mempromosikannya ke media internet sehingga dapat dikenal oleh
masyarakat dunia.
c. Dengan pemikiran rasional yang baik dapat mempererat tali
persaudaraan kita dengan tempat kita tinggal (banjar) terkait dengan
manusia sebagai mahluk sosial misalnya dengan bergotong royong
atau nguwopin tetangga kita yang sedang melaksanakan upacara
yadnya.
d. Sebagai mahluk yang dikarunia pikiran oleh Ida Sang Hyang Widhi,
manusia juga dinamai dengan animal symbolicum (makhluk pencipta
sekaligus pengguna tanda bahasa) dengan demikian
pengimplemantasiannya adalah sebagai manusia kita harus
menggunakan tanda bahasa yang baik, sopan dan satun terlebih kita
sebagai mahluk yang beragama.
2. Hakikat Manusia Hindu
Berikut ini uraian mengenai implementasi hakikat manusia Hindu dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Menjaga dan mengharai kesehatan jasmani agar atma kita merasa
senang untuk menempatinya, dengan jalan berolah raga, tidak
mengkonsumsi narkoba, tidak merokok, tidak minum-minuman keras
dan lain-lain yang dapat membahayakan jasmani. Terkait dengan
panca mayakosa khususnya annamayakosa (pembungkus berupa badan
jasmani yang terbentuk dari makanan yang dimakan), maka kita juga
harus mengkondisikan makanan yang kita makan dan upayakan untuk
menngoptimalkan pengkonsumsian makanan-makanan yang bersifat
sattwam dibandingkan dengan makanan rajas dan tamas. Selain itu kita
juga dapat melaksanakan puasa atau melakukan vegertarian.
b. Menjaga kesehatan rohani dengan melaksanakan meditasi, japa, bhajan
maupun yoga untuk memperoleh ketenangan jiwa dan mengatur
pikiran agar dijauhi dari stress misalnya dengan mengendalikan diri
dari Sad Ripu.
11
3. Martabat Manusia Hindu
Pengimplementasian martabat Manusia Hindu adalah :
a. Selau memposisikan diri dengan baik, tidak merasa rendah diri dan
tidak mengkotak-kotakkan berdasarkan tingkatan wangsa yang kita
miliki karena itu hanya bersifat sementara. Vasudaiva kutumbakam
yang artinya semua mahluk adalah bersaudara, sehingga tidaklah baik
mengkotak-kotak diri kita yang sebenarnya kita semua adalah saudara.
b. Memperdalam ilmu dan wawasan serta mengembangkan daya pikir
kita karena kita dapat meningkatkan harkat dan martabat kita dengan
IQ, SQ dan EQ yang seimbang.
c. Dahulu martabat perempuan dipandang lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki namun menurut pandangan Veda martabat antara laki-
laki dengan permepuan disejajarkan. Maka kita sebagai umat Hindu
harus memandang gender segabai hal yang sama, jangan pernah
merendahkan masing-masing gender.
4. Tanggung Jawab Manusia Hindu
Tanggung jawab manusia Hindu dibedakan menjadi dua yaitu tanggung
jawab secara vertical dan tanggung jawab secara horizontal. Tanggung jawab
manusia Hindu dalam kehidupan sehari-hari dapat tercermin dan terangkum
dalam Tri Hita Karana (Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan).
a. Tanggung jawab vertikal kepada Tuhan (Parhyangan) yang dapat
diimplemetasikan dengan pendirian tempat suci (pelinggih atau
sanggah atau merajan di masing-masing keluarga, pendirian pura
khayangan tiga yang merupakan perwujudan tanggung jawab kepada
dewa Tri Murti), pemeliharaan tempat suci dengan jalan menjaga
kesucian tempat suci, melakukan upacara yadnya.
b. Tanggung jawab manusia secara horizontal (Palemahan) dapat
dilakukan dengan melaksanakan upacara Tawur Agung berkenaan
dengan hari suci nyepi untuk mengentaskan sarwa bhuta yang ada di
sekelilingnya ke kehidupan yang lebih tinggi, melaksanakan upacara
tumpek wariga dan tumpek kandang untuk menjaga keharmonisan di
jagat raya ini, menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan dengan
12
memeliharanya dan tidak melakukan penebangan hutan dengan cara
yang illegal, melaksanakan reboisasi, menyayangi binatang,
melaksanakan upacara tumpek kandang, tidak membunuh binatang dan
lain-lain. Tanggung Jawab lainnya yaitu Pawongan dengan jalan
selalu ingat dengan Tat Twam Asi, mengukuhkan HAM, dan
menyayangi semuanya dan melayani semuanya dengan ikhlas.
5. AwataraAwatara merupakan Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun
ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan
dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan
orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran. Maka sebagai manusia
dalam kehidupan sehari-hari semestinya berbuat mengarah ke jalan Dharma.
Seperti apa yang disabdakan oleh Khrisna dalam Bagawad Gita IV. 7
“Yada yada hi dharmasya,
Glanir bhavati bharata,
Abhyutthanam adharmasya,
Tadatmanam srjamy aham”
Artinya: Wahai Arjuna, kapan saja dan di mana saja terjadi kemunduran
dalam pelaksanaan ajaran-ajaran kebenaran, dan meningkatkan hal-hal yang
bukan ajaran kebenaran, maka pada waktu itu Aku Sendiri akan menjelma (ke
dunia ini). Bagawad Gita IV. 8.
“Sadhunam Vinashaya,
Cha Dushkritam,
Dharamasansthapnaya,
Sambhavami Yuge-Yuge.
Artinya: Untuk melindungi orang-orang yang saleh, membinasakan orang-
orang yang jahat, dan menegakkan kembali prinsip-prinsip ajaran kebenaran yang
murni, maka Aku menjelma ke dunia ini pada setiap zaman.
Dari sloka bhagawad gita diatas maka dapat kita jabarkan bahwa Ida Sang
Hyang Widhi Wasa akan senantiasa melindungi orang-orang yang baik dan Beliau
akan senatiasa memusnahkan orang-orang yang adharma dan beliau akan
menegakkan kembali prinsip ajaran dharma yang murni dengan menjelma ke
dunia ini pada setiap zaman. Maka dari itu sebagai umat manusia yang baik, selalu
13
ingat dengan prinsip Tat Twan Asi, selalu berbuat baik dan mengamalkan ajaran
darma dan menjauhi semua larangannya. Hindari perbuatan yang tidak sesuai
dengan ajarannya misalnya, jangan mencuri, tidak melakukan tidak kriminal yang
merupakan kejahatan yang luar biasa misalnya menggelapkan uang negara
(korupsi, kolusi, nepotisme), tindak pembunuhan, mutilasi dan lain-lain. Kita juga
harus selalu membina kerukunan dengan intern umat Hindu, kerukunan dalam
hidup beragama dengan agama lain agar tidak terulang kembali tragedi-tragedi
tawuran antar beda agama, di Bali misalnya agar tidaak terulang kembali tragedi
perebutan setra, dan pura dan lain-lain. Memang Ida Sang Hyang Widhi tidak
murka, tapi hal ini akan membuat semakin buruk atau semakin terpuruk karma
sebagai manusia. Caran untuk menghindari hal terebut adalah dengan
mempertebal keimanan, dan tidak menumbuhkembangkan sikap fanatisme agar
kita tidak terkesan membeda-bedakan agama.
6. Orang Suci
Orang-orang suci di tengah-tengah kehidupan kita dapat memberikan panutan
kepada kita dan menyelamatkan kita dari kemerosotan moral. Orang suci seperti
Pandita sangat berperan dalam kehidupan kita terutama untuk memimpin
jalannya suatu upacara, biasanya upacara yang dipuput / dipimpin oleh Pandita
dalam kehidupan sehari-hari bagi umat hindu seperti upacara Ngaben, Karya
Agung, Pemelaspasan di Pura dan upacara besar lainnya. Selain itu kita juga bisa
meminta wejangan atau petuah-petuah dari orang suci tersebut untuk
menciptakan ketentraman batin manusia dan meminta solusi ketika kita sedang
mengalami masalah yang sangat besar dan tidak bisa terpecahkan. Pada jaman
sekarang ini sudah mulai banyak dari setiap upacara akan mengundang orang suci
untuk melakukan dharma wacana. Diharapkan dengan dharma wacana yang
disampaikan oleh orang suci tersebut kita bisa memperoleh pedoman yanng baik
dalam kehidupan di jaman kaliyuga ini.
Selain Pandita orang suci yang berperan dalam kehidupan kita adalah
pemangku. Pemangku yang paling sering membantu kita dalam memuput/
memimpin upacara yang dilakukan sehari-hari seperti piodalan alit, ngotonin,
upacara pawiwahan dan upacara kematian.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Secara etimologis istilah manusia (manusya) menurut ajaran Hindu berasal
dari bahasa Sansekerta, yaitu kata manu yang berarti pikiran dan sya (bentuk
genetif yang menyatakan arti: “milik atau sifat yang dimiliki kata benda yang
dilekatinya”).
2. Hakikat manusia hindu dapat kita telusuri dari jasmani (tubuh) dan rohani
(jiwa) manusia dan kedua hal tersebut merupakan hal yang sama penting
menurut pandangan Hindu.
3. Pandangan Veda harkat martabat manusia Hindu, antara lain (1) Jati (2)
Dharma, (3) Warna Kasta (4) Karma (5) Guna (6) tingkat kebrahmacarian dan
wawasan pengetahuan, serta (7) tingkat keimanan dan kerohaniawanan
(Sradham, Satyam).
4. Tanggung jawab manusia Hindu secara vertikal (hubungan dengan Brahman)
dan horizontal (hubungan dengan sesama hidup, Tat Twam Asi). Dalam
kehidupan manusia Hindu di Bali dijabarkan dalam konsep Tri Hita Karana
(Perhyangan, Pawongan, dan Palemahan yang dilandasi oleh Satyam, Siwam,
Sundara) yang ada di dalam Veda.
5. Awatara atau Avatar adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun
manifestasinya yang turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia
material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan,
menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan
Dharma/Kebenaran.
6. Orang-orang suci Hindu antara lain: (a) Sapta Rsi (b) Maha Rsi Vyasa, Rsi
Pulaha, Yajur Veda, Rsi Jaimini, dan Rsi Sumantu, (c) Orang- orang suci
misalnya bergelar Bhagawan ( Bhagawan Wyasa), Empu (Empu Kuturan,
Empu Bharadah), Dang Hyang Dwijendra, Dang Hyang Astapaka dan lain-
lain.
7. Implementasi konsepsi manusia hindu adalah selalu mempertimbangkan
sesuatu dengan pemikiran yang matang, Hakikat manusia hindu dengan
menjaga kesehatan jasmani dan rohani, martabat manusia hindu
15
diimplementasikan dengan tidak mengkotak-kotakkan diri karena wangsa
ataupun kasta dan gender, implementasi awatara, sehubungan dengan itu kita
harus menenggakkan dharma dan menjauhi perbuatan adharma, impelentasi
orang suci berupa tugas utama orang suci yakni memuput karya, memberi
tahukan dewasa ayu, kita bisa meminta wejangan kepada beliau dan lain-lain.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan sebagai umat hindu yang
baik kita sebaiknya memahami konsepsi, hakikat, martabat, tanggungjawab,
sebagai manusia Hindu baik secara teoritis maupun konseptual sehingga kita lebih
memaknai ajaran-ajaran tersebut serta implementasinya dalam kehidupan sehari-
hari diikuti dengan pendalaman wawasan tentang awatara dan orang-orang suci
agar kita menghargai keberadaan orang suci dan memaknai masud turunnya
awatara ke dunia.
16
DOA PENUTUP
“Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wiswatah
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha, Sarwa
Karya Prasidhantam”
Ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah
Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang Maha Gaib dan Maha
Karya, hanya atas anugrah-Mu lah maka pekerjaan ini berhasil dengan
baik
“OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM”
17