Upload
nasruddinputraal
View
16
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PAI
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manusia Dalam Pandangan
Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Agama Islam di Universitas Islam Darul Ulum Lamongan.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Lamongan, 11 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
B. Asal Usul Manusia Menurut Pandangan Islam
C. Manusia Sebagai Khalifah
D. Manusia Sebagai Hamba Allah
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dan lainnya. Tetapi kebanyakan kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak
kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Manusia di ciptakan oleh Allah SWT berasal
dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi
makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Dalam hal ini Al-Quran
hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut
terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-shaffat 11, Al-Mukminun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59,
As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mengguankan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang
terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci.
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani.
Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati tanah. Sedangkan roh
manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat immateri itu ada dua
daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya
merupakan substansi dari roh manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu menurut pandangan islam?
2) Apa saja asal usul terjadinya manusia menurut Al-Quran ?
3) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
4) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
C. TUJUAN PENULISAN
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia.
2) Untuk mengetahui proses terjadinya manusia
3) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
4) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks.Kitamerupakan paduan antara
makhluk material dan spiritual.Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai
dinamika selalu mengaktifisasikan dirnya.
Pengertian manusia menurut para ahli sebagai berikut :
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani
akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia
sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi
Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk
yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia
sempurna, yaitu terdiri dari Jasmani dan rohani, disamping itu manusia juga telah dikaruniai
fitrah. Kita hidup di dunia ini bisa menyaksikan sendiri ada persamaan-persamaan yang
dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan, kasih sayang, dan lainnya, itulah menurut kami
yang disebut fitrah.
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan
yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah,
gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena
pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
B. ASAL-USUL MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM
Penciptaan Adam adalah kisah penciptaan manusia yang pertama. Adam diriwayatkan
sebagai satu daripada ciptaan Allah yang paling kontroversi atau paling disebut-sebut oleh makhluk
Allah yang lain. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan
manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk,
menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam
a.s. Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad ayat 71-72.
�ُه� . َل َف�َق�ُع�وا وِح�ي ُر� ِم�ْن� َف�يُه� �َف�ْخ�ُت� و�َن �ُه� �ُت و�ْي َس� �َذ�ا َف�ِإ �ِط�يْن ِم�ْن� ا ًر� �َش� َب �ٌق# اَل َخ� 'ي �َن ِإ �ِة� �َك ِئ �َم�اَل� �ْل َل 0َك� َب ُر� َق�اَل� �َذ� ِإ
اِج�ِد�ْيْن� . َس�
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud
kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)
Proses kejadian manusia juga dijelaskan secara terperinci dalam Al Quran surat Al
Mukminun ayat 12-14 yang berbunyi
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal)dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun
[23]: 12-14)
Ciptaan dari Tanah
Allah telah memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengambil
sebahagian tanah sebagai bahan untuk menjadikan Adam. Menurut Ibnu Abbas, tanah bumi
dan syurga digunakan untuk dijadikan bahan mencipta Adam. Tanah tersebut adalah:
1. Tanah Baitulmuqaddis (Palestin) – kepala sebagai tempat kemuliaan untuk diletakkan otak
dan akal.
2. Tanah Bukit Tursina (Mesir) – telinga sebagai tempat mendengar dan menerima nasihat.
3. Tanah Iraq – dahi sebagai tempat sujud kepada Allah.
4. Tanah Aden (Yaman) – muka sebagai tempat berhias dan kecantikan.
5. Tanah telaga Al-Kautsar – mata sebagai tempat menarik perhatian.
6. Tanah Al-Kautsar – gigi sebagai tempat memanis-manis.
7. Tanah Kaabah (Makkah) – tangan kanan sebagai tempat mencari nafkah dan bekerjasama.
8. Tanah Paris (Perancis) – tangan kiri sebagai anggota untuk melakukan istinjak.
9. Tanah Khurasan (Iran) – perut sebagai tempat berlapar.
10. Tanah Babilon (Iraq) – kelamin sebagai organ seks dan tempat bernafsu serta godaan
syaitan.
11. Tanah Tursina (Mesir) – tulang sebagai peneguh manusia.
12. Tanah India – kaki sebagai anggota berdiri dan berjalan.
13. Tanah Firdaus (Syurga) – hati sebagai tempat keyakinan, keimanan, dan kemahuan.
14. Tanah Taif (Arab Saudi) – lidah sebagai tempat untuk mengucapkan syahadah, syukur
dan do’a.
Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak
dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi,
penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan
faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan
bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu,
Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad
itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Penyempurnaan
Tubuh Adam mempunyai sembilan rongga atau liang. Tujuh liang di kepala dan dua
di bawah badan yaitu dua mata, dua telinga, dua hidung, satu mulut, satu dubur dan satu
uretra. Lima panca indera dilengkapi dengan anggota tertentu seperti mata untuk penglihatan,
telinga untuk pendengaran, hidung untuk pengesanan bauan, lidah untuk perasa seperti asam,
asin, manis dan pahit dan kulit untuk sentuhan bagi panas, dingin, tekanan, viskositas dan
sakit.
Ketika Allah menjadikan tubuh Adam, tanah dicampurkan dengan air tawar, asin dan
anyir beserta api dan angin. Kemudian Allah resapkan Nur ke dalam tubuh Adam dengan
pelbagai “sifat”. Lalu tubuh Adam digenggam dengan genggaman Jabarut dan diletakkan di
dalam Alam Malakut. Tanah itu dicampurkan lagi dengan istilah wewangian dan ramuan dari
Nur Sifat Allah dan dirasmi dengan “Bahrul Uluhiyah“.
Kemudian, tubuh tersebut dibenamkan dalam “Kudral ‘Izzah” yaitu sifat “Jalan dan
Jammal” lalu disempurnakan tubuh tersebut. Waktu kejadian manusia tidak disebut berapa
lama walaupun melalui apa cara perhitungan sekalipun seperti dalam al-Quran: “Bukankah
telah berlalu kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar), sedang dia (masih belum
wujud lagi dan) tidak menjadi sesuatu benda yang disebut-sebut…” (Surat Al Insaan:1).
Menurut keterangan ulama, tubuh Adam diselubungi dalam tempo 120 tahun, 40 tahun di
tanah yang kering, 40 tahun di tanah yang basah dan 40 tahun di tanah yang hitam dan
berbau.
Dari situ, Allah ubah tubuh Adam dengan rupa kemuliaan dan tertutuplah dari rupa
hakikatnya. Karena proses kejadian itu melalui peringkat yang “kotor”, tidak heran Malaikat
dan Iblis memandang rendah akan kejadian manusia yang diciptakan dari tanah.
Masuknya Roh
Roh diperintah Allah untuk memasuki jasad Adam tetapi seperti makhluk lain, roh
juga enggan, malas dan segan karena jasad yang seperti batu. Dikatakan ruh berlegar-legar
mengelilingi jasad Adam sambil disaksikan malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan
Malaikat Izrail memaksa ruh memasuki tubuh tersebut masuk ke dalam tubuh Adam. Ia
memasukkannya ke dalam tubuh dan roh secara perlahan-lahan masuk hingga ke kepalanya
yang mengambil masa 200 tahun. Setelah meresapi ke kepala Adam, maka berfungsilah otak
dan tersusunlah urat saraf dengan sempurna. Lalu, terjadilah mata dan terus terbuka melihat
tubuhnya yang masih keras dan malaikat di sekelilingnya. Telinga mulai berfungsi dan
didengarnya kalimat tasbih para malaikat. Apabila roh tiba ke hidung, lalu ia bersin dan
mulutnya juga terbuka. Allah mengajarkan kalimat, “Alhamdulillah” yang merupakan
kalimat pertama diucapkan Adam dan Allah sendiri yang membalasnya. Kemudian, roh tiba
ke dadanya lalu Adam berkeinginan untuk bangun padahal tubuhnya yang bawah masih keras
membatu. Ketika itu ditunjukkan sifat manusia yang terburu-buru. Ketika roh sampai di
perut, maka organ dalam dan perut tersusun sempurna dan saat itu Adam mulai merasakan
lapar. Akhirnya, roh meresap ke seluruh tubuh Adam, tangan dan kaki dan berfungsilah
dengan sempurna segala darah daging, tulang, urat saraf dan kulit. Menurut riwayat, kulit
Adam amat baik ketika itu berbanding kulit manusia di kini dan warnanya masih dapat dilihat
di kuku sebagai peringatan kepada keturunan manusia.
Dengan itu, sempurnalah sudah kejadian manusia pertama dan Adam digelar sebagai
“Abul Basyar” yaitu Bapak Manusia. Walau bagaimanapun, hanya Nabi Muhammad s.a.w.
mendapat gelaran “Abul Ruh” atau “Abul Arwah” yaitu Bapak segala Roh.
.
C. MANUSIA SEBAGAI KHOLIFAH
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan
penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup
manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.
Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam
rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di
dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? bagaimanakah manusia
melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai
kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan
mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-
Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang
telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas
tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu
berada di bumi sebagai khalifatullah.
Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu
manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”.
Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan
pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu
merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia
pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan
melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi,
misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia,
adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai
khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua
makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil
baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia
ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya
tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah janin yang berada di dalam
rahim itu tidak beribadah?
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya.
Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an
Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
D. MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, manusia juga sebagai
hamba Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuannya,
Allah SWT. Esensi dari ‘Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang
dicerminkan dalam ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.
Hamba Allah adalah manusia yang taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Jadi, sebagai
hamba Allah manusia harus beribadah kepada Allah menjauhi yang dilarang dan
menjalankan apa yang diperintahkan (Taqwa). Pengabdian manusia harus dilakukan dengan
sukarela, tanpa paksaan dan Allah pun tidak akan rela apabila mahkluknya tidak mau
menyembah kepada-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan Allah yang
paling sempurna. Nabi Adam adalah manusia ciptaan Allah yang pertama, yang diciptakan
dari saripati tanah yang di bentuk dengan sebaik-baiknya secara sempurna yang kemudian
ditiupkan ruh kepadanya sehingga menjadi hidup.
Manusia diciptakan dan diturunkan di bumi adalah sebagai khalifah di bumi, dan
sebagai hamba Allah yang ditujukan untuk beribadah kepadanya dngan cara menjauhi yang
dilarangnya dan menjalankan apa yang diperintahkannya (Taqwa).
B. SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada para pembaca tentang makalah ini adalah
semoga dengan membaca makalah ini dapat menambah sedikit ilmu pengetahuan, tidak
hanya mengerti tetapi diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta saran yang diberikan
kepada para pembaca mengenai isi makalah ini diharapkan kita sebagai manusia selalu ingat
kedudukan kita di dunia yaitu sebagai kholifah yang patuh, tunduk dan taat kepada Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Sahrodi, Dr. Jamali.2008. METODOLOGI STUDI ISLAM. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
Yusuf, Dr H. Ali, M.si.2003. STUDIN AGAMA ISLAM. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
http://www.usahataqwa.com/umum/golongan-manusia.html
http://choirul_ummah/filsafat.kompasiana.com/2014/04/02/macam-eksistensi-dan-
martabat-manusia-646045.html
http://www.apakabardunia.com/2012/10/asal-usul-penciptaan-manusia-pertama.html
http://carakamu.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-kedudukan-manusia-
dalam.html