30
KATA PENGANTAR Dengan Ridho Allah SWT dan dengan bimbinganNyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin, walaupun mendapatkan berbagai macam kesulitan. Namun ,kesulitan itulah yang membuat penulis semakin tertarik untuk membahas dan meneliti makalah yang berjudul “KAJIAN MENGKONSUMSI ULAR SEBAGAI OBAT” . Selanjutnya, kami mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila kami telah mengambil karya-karya ulama atau para penulis buku yang mana kami jadikan sebagai bahagian dari kesempurnaan makalah ini. Juga kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Muhsin Salim Nasution , yang telah banyak memberikan masukan demi kesempunaan makalah ini . Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik didalam penulisan maupun penyempurnaan bahan kajian .Untuk itulah penulis juga sangat mengharapkan kritikdan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini . Demikianlah makalah ini kami sajikan semoga nantinya akan bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i Yayasan Pendidikan Persada Bunda . i

Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

KATA PENGANTAR

Dengan Ridho Allah SWT dan dengan bimbinganNyalah makalah ini

dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin, walaupun mendapatkan berbagai

macam kesulitan.

Namun ,kesulitan itulah yang membuat penulis semakin tertarik untuk

membahas dan meneliti makalah yang berjudul “KAJIAN MENGKONSUMSI

ULAR SEBAGAI OBAT” .

Selanjutnya, kami mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila

kami telah mengambil karya-karya ulama atau para penulis buku yang mana kami

jadikan sebagai bahagian dari kesempurnaan makalah ini. Juga kami ucapkan

terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Muhsin Salim Nasution , yang

telah banyak memberikan masukan demi kesempunaan makalah ini .

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan baik didalam penulisan maupun penyempurnaan

bahan kajian .Untuk itulah penulis juga sangat mengharapkan kritikdan saran dari

para pembaca demi kesempurnaan makalah ini .

Demikianlah makalah ini kami sajikan semoga nantinya akan bermanfaat

bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i Yayasan Pendidikan Persada Bunda .

Pekanbaru , 3 Desember 2012

Penulis

i

Page 2: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan Prof M Hatta,

dalam Islam baik yang ditulis dalam ilmu Fiqih, banyak sekali hewan-

hewan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi diantaranya hewan

bertaring, binatang buas ataupun sesuatu yang menjijikkan.

Seperti yang diketahui banyak sekali obat-obatan yang ditempuh

untuk memperoleh hidup sehat. Salah satunya dengan mengonsumsi

obat-obatan dari tim medis ataupun racikan rempah-rempah. Namun, tak

dapat dipungkiri di kalangan masyarakat beredar paradigma memakan

binatang seperti ular, daging kalong (kekelawar) hingga darah ular yang

dapat menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang. Contohnya

seperti obat-obatan yang dipakai ibu-ibu untuk menyembuhkan pasca

operasi caesar sehingga lukanya cepat mengering.

Ular adalah hewan yang telah disepakati oleh para ulama

keharamannya untuk dimakan. Karena ular termasuk hewan yang

diperintahkan untuk dibunuh. Namun apakah seseorang boleh

memakannya dengan dalil pengobatan?

Untuk itulah penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian

terhadap satu permasalahan ini karena ternyata kasus ini sangat hangat

dibicarakan dan menjadi pertanyaan besar dikalangan masyarakat umum

tentang hukum mengkonsumsi obat dari ekstrak ular atau daging ular.

Dalam hal ini penulis akan mencoba mengkaji hukum memakan

daging atau meminum darah Ular dan sebabnya diharam berdasarkan

dalil-dalil Al Qur’an dan Al Hadist. Sehingga kita sebagai umat islam

tidak salah makan makanan yang justru makanan itu tergolong makanan

yang haram.

ii

Page 3: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Akhirnya, penulis berserah diri kepada Allah SWT, semoga

penelitian ini bermanfaat dan benar-benar menjadi satu masukan berharga

bagi ummat manusia, khususnya ummat Islam di Dunia.Amin

B. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba untuk

membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja binatang yang menurut syariat dilarang untuk dimakan

dan sebabnya diharamkan ?

2. Bagaimanakah hukum Memakan daging atau meminum darah ular

dalam Islam dan Kajian hukumnya ?

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang :

1. Menjelaskan jenis dan sebab hewan yg haram dimakan

2. Memeberikan jawaban tentang hukum memakan daging atau darah

ular sebagai obat dalam Islam

iii

Page 4: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

BAB II

PEMBAHASAN

A. Binatang yang Haram Dimakan

1. Pengertian

Binatang yang haram adalah binatang yang menurut syariat

dilarang untuk dimakan. Setiap binatang yang diharamkan oleh syariat

pasti ada bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syariat pasti ada

faidahnya dan mendapat pahala.

2. Jenis-Jenis Binatang yang Haram

Binatang haram dapat diketahui dari keterangan Al-Qur’an

dan sabda Rasulullah. Di dalam Al-Qur’an, jenis binatang yang secara

tegas diharamkan adalah sebagai berikut :

Haram karena Nas (sesuai dalil)

Haram karena dilarang dan diperintahkan membunuhnya

Haram karena jijik

Bangkai

Darah

Daging babi dan anjing

Binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah SWT

Binatang yang mati tercekek/dipukul/jatuh/ditanduk

iv

Page 5: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Binatang yang mati diterkam binatang buas

Binatang yang disembelih atas nama berhala

Adapun sebab-sebab binatang diharamkan adalah sebagai

berikut :

1) Haram karena Nash, berdasarkan keterangan baik Al-Qur’an

yaitu:

Bangkai Binatang Darat

Bangkai binatang darat hukumnya haram dimakan.

Binatang yang mati bukan dengan cara syar’i, baik karena

mati sendiri atau karena anak adam yang tanpa melalui

syar’i. Hukum nya jelas haram berdasarkan Al-Qur’an,

Hadis dan ijma’ dan bahaya yang ditimbulkannya bagi

badan manusia sangat nyata, sebab pada bangkai terdapat

darah yang mengendap sehingga mengandung racun dan

bakteri, dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan1.

Sekalipun bangkai haram hukumnya tetapi ada yang

dikecualikan, yaitu bangkai ikan dan belalang berdasarkan

hadits:

“Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anh berkata, ‘Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedangkan dua darah yaitu hati dan limpa.”2

Babi, semua unsur yang berasal dari babi hukumnya haram

dimakan. Baik babi peliharaan maupun liar, dan mencakup

seluruh anggota tubuh babi termasuk minyaknya. Tentang

1 Tafsir al-Manar : 6/1342 diriwayatkan Imam Ahmad 2/97, Syafi’i dalam al-Umm 2/197

v

Page 6: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

keharamannya, telah dijelaskan dalam al-Qur’an, Hadits,

dan Ijma’ ulama. Imam adz-Dzahabi berkata :

“saya tidak mengira akan ada seorang muslim yang dengan sengaja makan babi, karena yang memakan babi hanyalah orang-orang zindiq Jabaliyah dan Tayaminah yang keluar dari Islam. Dalam hati orang-orang yang beriman, makan babi lebih besar dosanya daripada minum khamr”3

Hewan yang disembelih bukan atas nama Allah. Jika

disembelih tidak dengan atas nama Allah, binatng yang

disembelih haram dimakan dagingnya.

Hewan yang mati karena tercekek atau dipukul

Hewan yang mati karena terjatuh. Hewan yang mati karena

terjatuh dan tidak sempat disembelih hukumnya haram.

Hewan yang mati karena ditanduk atau diterkam hewan

lain haram dimakan. Yakni hewan yang diterkam oleh

harimau, serigala, atau anjing, lalu dimakan sebagiannya

kemudian mati karenanya. Maka hukumnya adalah haram

sekalipun darahnya mengalir dan yang tergigit sebatas

bagian leher. Semua itu hukumnya haram dengan

kesepakatan ulama.

Apabila dijumpai masih hidup (bernyawa) seperti kalau

tangan dan kakinya masih bergerak atau masih bernafas,

kemudian disembelih secara syar’i, maka hewan tersebut

adalah halal, karena telah disembelih secara halal.

Hewan yang disembelih untuk persembahan berhala

Hewan yang dijadikan sesaji untuk makhluk atau berhala

hukumnya haram dimakan.

Hewan yang menjijikkan

3 al-Kabair hlm. 267-269vi

Page 7: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Beberapa binatang yang hidup dialam terlihat kotor dan

menjijikkan. Setiap orang dapat berbeda dalam menentukan

jenis binatang yang menjijikkan. Namun, semuanya akan

sepakat jika melihat jenis binatang yang kotor. Binatang-

binatang yang kotor dan menjijikkan haram dimakan.

Sesuai dengan firman Allah SWT berikut :

Artinya :

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan

vii

Page 8: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Maidah [5]:3)

2) Hewan yang diharamkan berdasarkan Hadis :

Khimar Ahliyah (Jinak)

Khimar jinak haram dimakan dagingnya. Hal ini

berdasarkan hadis berikut :

Artinya : Dari jabir r.a., pada perang khaibar Nabi telah

melarang memakan daging Khimar jinak [H.R Bukhari dan

Muslim]4

Dalam riwayat lain disebutkan: “Pada perang khaibar mereka menyembelih kuda, bighal, dan khimar. Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari bighal dan khimar, dan tidak melarang dari kuda.”[ HR. Abu Dawud 3789]

Haram karena diperintahkan untuk membunuhnya, yaitu ular,

burung gagak, tikus, anjing buas, dan burung elang. Hal ini

sesuai dengan sabda Rasulullah saw :

4 Udin Wahyudin dkk, Fiqih (Bandung : Grafindo Media Pratama, 2006) h.46

viii

Page 9: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

“Dari Aisyah r.a., Rasulullah saw menyuruh membunuh lima binatang yang merusak baik halal maupun haram, yaitu ular, gagak, tikus, anjing galak, dan burung elang ”5.

Dari riwayat lain, dari Ummu Syarik Radhiallahu’anha

berkata, bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wa salam

memerintahkan supaya membunuh tokek atau cicak6

Binatang yang Bertaring

Binatang yang memiliki taring haram dimakan. Jenis

binatang tersebut diantaranya anjing, singa, harimau,

beruang, serigala, dan lain sebagainya. Yang menjadi

patokan keharaman binatang buas adalah apabila dia

memiliki dua sifat, yaitu memiliki gigi taring, dan melawan

dengan taringnya. Hal ini terlarang berdasarkan hadits Abu

Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Artinya : “Setiap binatang buas yang bertaring, maka

memakannya adalah haram.” [HR. Muslim no. 1933]

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud

dengan memiliki taring–menurut ulama Syafi’iyah- adalah

taring tersebut digunakan untuk berburu (memangsa).”7

Binatang yang Berkuku Tajam

Binatng yang diharamkan karena mempunyai kuku tajam,

diantaranya burung elang, burung hantu, burung rajawali,

kelelawar dan sebagainya. Jenis binatang tersebut biasanya

menjadi predator atau pemangsa binatang lain. Selain itu,

5 H.R. Muslim 1190, dan Bukhari 1829 dengan lafadz “KALAJENGKING” ganti dari “ULAR”6 H.R . Bukhari 3359 dan Muslim 22377 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 13/83, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi, cetakan kedua, 1392.

ix

Page 10: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

dapat merugikan dapat merugikan manusia. Kelelawar

sangat menyukai buah-buahan, rajawali, atau elang sangat

menyukai anak ayam, itik dan lain sebagainya. Hal tersebut

sesuai dengan keterangan hadis berikut:

Artinya : Nabi saw. telah melarang memakan setiap burung

yang mempunyai kuku tajam. [H.R. Muslim]8

Binatang yang Dilarang untuk dibunuh

Ada beberapa jenis binatang yang haram dimakan karena

dilarang membunuhnya. Contoh binatang yang dilarang

dibunuh yaitu lebah, semut, dan burung suradi. Binatang-

binatang tersebut banyak memiliki manfaat dan tidak

berbahaya bagi manusia. Lebah adalah binatang penghasil

madu yang banyak manfaatnya bagi manusia. Binatang-

binatang tersebut tidak mengganggu kehidupan manusia.

Imam Syafi’I dan para sahabatnya mengatakan, “Setiap

hewan yang dilarang dibunuh berarti tidak boleh dimakan,

karena seandainya boleh dimakan, tentu tidak akan

dilarang membunuhnya”9. Haramnya jenis binatang

tersebut sesuai dengan sabda Nabi saw berikut :

8 Ibid hlm. 489 Lihat al-Majmu’ 9/23 oleh an-Nawawi

x

Page 11: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Artinya : “Dari Ibnu Abbas, Nabi saw melarang membunuh

empat macam binatang yaitu semut, tawon, burung teguk-

teguk dan burung suradi”[H.R. Ahmad dan lainnya]10

B. Hukum Memakan Ular

Dalam kajian fiqh islam, makanan termasuk dalam kategori

non ibadah yang hukum asalnya adalah boleh dan halal, hal tersebut

sesuai dengan ayat-ayat yang sangat jelas, diantaranya firman Allah:

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk

kamu." (QS. 2 : 29).

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, semua hewan yang

diperintahkan untuk dibunuh tanpa melalui proses penyembelihan

adalah haram dimakan, karena seandainya hewan-hewan tersebut halal

untuk dimakan maka tentunya Nabi tidak akan mengizinkan untuk

membunuhnya kecuali lewat proses penyembelihan yang syar’iy.

1. Hukum mengkonsumsi Ular sebagai Obat

Perihal bahwa binatang—binatang tersebut dikatakan dapat

menyembuhkan penyakit, maka kita kembali pada kaidah dasar

pengobatan dalam Islam “bahwa Allah tidak memperkenankan

obat untuk penyakit kita dari sesuatu yang diharamkan”. Abdullah

bin Mas’ud berkata “ sesungguhnya Allah tidak membolehkan

terapi bagi kalian dengan sesuatu yang diharamkan” [H.R.

Bukhori]

Sesungguhnya tidak ada satu penyakit kecuali Allah Ta'ala sudah

menyediakan obat dan penawarnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda :

10 Ibid hlm. 50

xi

Page 12: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Artinya : “Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan

dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan

izin Allah Azza wa Jalla." [HR. Muslim dari sahabat Jabir]

Ular adalah hewan yang telah disepakati oleh para ulama

keharamannya untuk dimakan. Karena ular termasuk hewan yang

diperintahkan untuk dibunuh.

Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi dalam kitabnya Al-

Hayawanaat; Maa Yu'kal wa Maa Laa Yu'kal (Diterjemahkan:

Kamus Halal-Haram), menyebutkan tentang pendapat yang shahih,

bahwa setiap binatang yang diperintahkan untuk dibunuh maka

dagingnya haram dimakan. Maksud dibunuh di sini adalah dibunuh

tanpa dengan sebab yang dibenarkan syariat, yaitu disembelih

sesuai syar'i. Karena seandainya diperbolehkan mengambil

manfaat dengan cara memakan dagingnya tentu Nabi shallallahu

'alaihi wasallam tidak akan memerintahkan untuk membunuhnya.11

Ada dua pendapat di kalangan ulama tentang hukum

berobat dengan sesuatu yang haram. Pendapat yang pertama

mengharamkan secara total. Pendapat kedua membolehkan karena

darurat.

1) Pendapat yang Mengharamkan

Pendapat ini menyatakan bahwa apa pun dalihnya,

pokoknya haram hukumnya bagi seorang muslim

memakan hewan yang sudah diharamkan Allah untuk

mengkonsumsinya. Mereka juga tidak menerima kalau

dikatakan bahwa sebuah penyakit tidak ada obatnya.

11 Lihat: Adwa' al-Bayan, Syaikh Muhammad Amin al-Syinqithi: 2/273

xii

Page 13: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Sebab ada dalil yang shahih yang menyebutkan

bahwa Allah SWT tidak menurunkan penyakit kecuali

disertai juga dengan obatnya.

Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obat,

dan menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Hendaklah

kalian berobat, dan janganlah kalian berobat dengan

sesuatu yang haram.” (HR Abu Dawud).

Dengan hadits ini maka makan daging atau darah

ular hukumnya haram. Walau pun tujuannya untuk

berobat atau mencari kesembuhan. Sebab tidak ada

penyakit yang tidak ada obatnya. Dan obat itu sudah

diturunkan Allah SWT beserta dengan turunnya penyakit.

Tugas kita adalah menemukan obat yang telah Allah SWT

turunkan. Bukan menggunakan obat yang diharakamkan.

Bahkan ada hadits yang justru menyebutkan bahwa

bila sesuatu makanan itu haram, maka pasti bukan obat.

Karena Allah SWT tidak pernah menjadikan obat dari

sesuatu yang hukumnya haram.

”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagimu pada

apa-apa yang diharamkankan Allah atasmu.” (HR

Bukhari dan Baihaqi).

Selain itu, ular masuk kategori makanan yang

khabaits (buruk), sama hukumnya seperti kalajengkikng,

lalat, cicak, dan lainnya. Syaikh al-Syinqithi berkata

mengenai serangga-serangga tersebut

"Naluri yang sehat tidak mungkin bisa menikmati binatang-binatang yang buruk ini, apalagi memandangnya sebagai sesuatu yang baik. Bila ada orang Arab yang memakan serangga-serangga ini, hal itu

xiii

Page 14: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

semata-mata dikarenakan mereka dalam kondisi yang sangat kelaparan."12

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah berkata, "Makan

daging ular dan kalajengking adalah haram menurut ijma'

ulama kaum muslimin." [Al-Fatawa: 11/609]

Maka semakin jelas menurut pendapat ini bahwa makan

daging ular atau minum darahnya bukanlah sebuah upaya

penyembuhan yang benar. Karena obat itu tidak pernah

diturunkan kecuali berupa benda-benda yang halal.

2) Pendapatan yang Menghalalkan

Pendapat kedua yang menghalalkan berobat dengan

sesuatu yang haram, menggunakan dua dalil utama.

Dalil Kedaruratan

Dalam hukum syariat, ada kaidah bahwa sesuatu

yang dharurat itu bisa menghalakan sesuatu yang

dilarang. Ad-Dharuratu tubihul mahdzurat. Selain

itu Allah SWT telah berfirman:

Dan barangsiapa yang terpaksa pada (waktu)

kelaparan dengan tidak sengaja untuk berbuat dosa,

maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan

Maha Belas-kasih. (QS. Al-Maidah: 3)

Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang

Ia telah haramkan atas kamu, kecuali kamu dalam

keadaan terpaksa." (QS. Al-An'am: 119)

Namun mereka sepakat dalam menetapkan syarat-syarat yang

harus terpenuhi, antara lain:

12 Lihat dalam Kamus Halal-Haram, hal. 38)

xiv

Page 15: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Terdapat bahaya yang mengancam kehidupan manusia jika tidak

berobat.

Tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti obat yang haram itu.

Adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang dapat

dipercaya, baik pemeriksaannya maupun agamanya (i'tikad baiknya

Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi

Selain itu mereka juga menggunakan

kejadian di masa Nabi di mana -menurut mereka-

ada hadits-hadits yang membolehkan berobat

dengan benda najis dan haram, sebagai sebuah

keringanan atau rukhshah.

Misalnya hadits yang menyebutkan bahwa

Nabi SAW pernah membolehkan suku ‘Ukl dan

‘Uraynah berobat dengan meminum air kencing

unta. Hadits ini membolehkan berobat dengan najis,

sebab air kencing unta itu najis menurut kebanyakan

ulama. Walau pun mazhab Hanbali mengatakan

bahwa air kencing unta tidak najis, karena daging

unta halal dimakan.

Selain itu juga hadits dari Anas radhiyallahu

'anhu yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW

memberi keringanan (rukhsah) kepada Zubair bin

Al-‘Awwam dan Abdurrahman bin Auf untuk

memakai kain sutera.

Padahal begitu banyak hadits yang

mengharakan laki-laki muslim mengenakan pakaian

yang terbuat dari sutera. Namun lantaran kdua

shahabat itu menderita penyakit gatal-gatal, maka

xv

Page 16: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

beliau pun memberikan keringanan untuk

memakainya.

Untuk kepentingan mempertahankan

hidupnya, dalam keadaan darurat, seseorang tidak

hanya diperbolehkan bahkan diwajibkan memakan

benda yang diharamkan dalam keadaan normal.

Dalam keadaan terpaksa perkara yang dilarang

menjadi diperbolehkan.

Oleh karena itu, sebagaimana untuk menolak

lapar dan dahaga dalam keadaaan darurat

diperbolehkan makan dan minum barang haram,

diperkenankan pula mengkonsumsi barang haram

untuk keperluan pengobatan, kecuali minuman

keras.

Dengan begitu, minum darah kobra dapat

dijadikan sebagai pengobatan alternativ. Mengingat

pembolehan ini termasuk rukhshah, maka harus

memenuhi dua persyaratan:

1. Tidak ada alternatif lain yang halal

2. Menurut dokter yang berkompeten, darah ular

kobra efektif menyembuhkan penyakit yang

diderita.

Memang juga ulama yang tidak membolehkan berobat dengan barang

haram (darah ular kobra). Mereka berpegang pada sebuah hadits yang

artinya,”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan pada sesuatu

yang dihramkan atas kalian”.

xvi

Page 17: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Hadits ini secara eksplisit membatasi pengobatan pada hal-hal yang

diharamkan. Barang haram merupakan sumber penyakit, bukan sumber

kesehatan.

Dua kondisi yang tampak bertentangan ini dikompromikan oleh para

ulama dengan mengadakan perbedaaan antara dengan keadaan terpaksa

dan tidak. Kalau terpaksa diperbolehkan, jika tidak terpaksa maka

dilarang. Keterpaksaan dalam konteks pengobatan barang haram, bearti

tidak diketemukannya obat dari bahan yang halal dalam penyakit tertentu.

Bahkan bisa dikatakan bahwa   berobat dengan obat-obatan yang haram

adalah tanda adanya penyakit dalam hati seseorang, yaitu pada imannya.

Karena jika ia adalah bagian dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi

wasallam yang beriman, maka Allah tidaklah menjadikan kesembuhannya

pada apa yang diharamkan.Oleh karena itu, jika ia terpaksa makan bangkai

atau sejenisnya, wajib baginya untuk memakannya menurut pendapat yang

masyhur dari keempat imam madzhab. Sedangkan   berobat (dengan

barang halal sekalipun), hukumnya tidak wajib menurut sebagian besar

ulama. Bahkan mereka berbeda pendapat, apakah yang lebih afdol berobat

atau meninggalkannya karena tawakkal.

Dan diantara dalil yang memperjelas hal ini, ketika Allah mengharamkan

bangkai, darah, daging babi dsb, Dia tidak menghalalkannya kecuali untuk

orang yang terpaksa (mudltor) dengan syarat tidak berlebihan dan tidak

dalam keadaan maksiyat, sebagaimana disebutkan dalam ayat : “Maka

barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat

dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [ QS.

Al-Maidah:3] . Dan kita ketahui bahwa berobat tidaklah termasuk kategori

terpaksa, sehingga tidak boleh berobat dengannya.

xvii

Page 18: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan Maklah diatas, maka penulis mencoba

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

xviii

Page 19: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

1. Allah SWT menciptakan sesuatu dan membuat aturan yang

bertujuan demi kebaikan manusia. Allah melarang umat Islam

mengonsumsi binatang tertentu dengan banyak hikmah.

2.  Binatang yang haram itu terbagi menjadi dua, yaitu haram karena

sudah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan haram berdasarkan Al-Hadist

3. Tidak dibenarkan berobat dengan hal-hal yang diharamkan,

termasuk ular. Setiap muslim wajib meyakini bahwa tidak ada satu

penyakit kecuali Allah seudah menyediakan obatnya. Dan Allah

tidak menjadikan obat dari sesuatu yang haram. Maka jelaslah

bahwa ular atau hewan yang diharamkan lainnya tidak sepatutnya

menjadi alternatif pilihan dalam mencari kesembuhan.

4. Ada yang berobat dengan ular dan bisa mendapat kesembuhan.

Namun, patokan dalam berobat bukan hanya sembuh, tapi

mengunakan sesuatu yang dibolehkan oleh Syariat harus menjadi

prioritas.

B. Saran

Kita harus menghindari mengonsumsi binatang haram dapat meningkatkan

Kesehatan jiwa dan raga. Seseorang akan menjadi suci lhir dan bathin.

Kalau terpaksa diperbolehkan, jika tidak terpaksa maka dilarang.

Keterpaksaan dalam konteks pengobatan barang haram, bearti tidak

diketemukannya obat dari bahan yang halal dalam penyakit tertentu.

xix

Page 20: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

Untuk pengobatan ini harus dilihat pembandingnya. Masih adakah cara

lain untuk mengobati seseorang selain dari minum darah ular ? Karena

minum darah ular pada dasarnya adalah haram, maka untuk bisa

menghalalkannya harusnya ada syarat kondisi darurat yang bisa diterima

secara syariat.

DAFTAR PUSTAKA

Udin, Wahyudin, (2006). Fiqih.Bandung: Grafindo Media Pratama.

Utomo, Setiawan Budi, (2003). Fiqih Aktual: Jawaban tuntas masalah

kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press.

xx

Page 21: Makalah Hukum Obat Dari Ekstrak Ular

M.Mahfud S, 2012, Binatang haram dalam Al-Qur’an dn As-Sunnah, [online]

(http://sejenakberpikir.blogspot.com/2012/07/binatang-haram-dalam-al-

quran-dan-as.html)

Badrul Tamam, 2010, voa-islam.com: Hukum Mengkonsumsi Obat dari Ekstrak

Ular, [online]

(http://www.voa-islam.com/islamia/konsultasi-agama/2010/07/29/8700

/hukum-mengkonsumsi-obat-dari-ekstrak-ular)

Aina Mulyana 2012, Jenis-Jenis Hewan yang Halal dan Haram dimakan serta

Makanan yang Bersumber dari Binatang yang Diharamkan, [online]

(http://ujungkulon22.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-hewan-yang-halal-

dan-haram.html)

Dwi Rachmawati, 2012, Hukum Memakan Darah Kobra Makan Empedunya

Untuk Obat [online]

(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/10/13/apa-hukum-

meminum-darah-kobra-dan-makan-empedunya-untuk-obat/495346/)

Idfasysyfa, 2008, Hukum Memakan Benda Haram untuk Pengobatan, [online]

(http://ldfasysyifa.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=

%2Fjournal%2Fitem)

xxi