26
PERLAKUAN PANAS ( DAPUR PEMANAS,PROSES HARDENING,BAHAN PENDINGIN,PROSES ANNEALING DAN NORMALING,PROSES TEMPERING DAN CARBURIZING ) D I S U S U N OLEH KELOMPOK 6 : 1. NATANAEL S L GAOL 5133122020 2. TOMMI HUTABARAT 5133122029 3. TODO A HUTAGALUNG 5133122028 4. RIHAT SIMANJUNTAK 5132122009 5. EDYFAI VIRTUOSO SIAHAAN 5133122007

Makalah Ilmu Bahan New

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Ilmu Bahan New

PERLAKUAN PANAS ( DAPUR PEMANAS,PROSES HARDENING,BAHAN PENDINGIN,PROSES ANNEALING DAN NORMALING,PROSES

TEMPERING DAN CARBURIZING )

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

KELOMPOK 6 :

1. NATANAEL S L GAOL 5133122020

2. TOMMI HUTABARAT 5133122029

3. TODO A HUTAGALUNG 5133122028

4. RIHAT SIMANJUNTAK 5132122009

5. EDYFAI VIRTUOSO SIAHAAN 5133122007

6. JUNIPER HUTASOIT 5133122015

TEKNIK PENDIDIKAN OTOMOTIF

Page 2: Makalah Ilmu Bahan New

FAKULTAS TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013/2014

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat-Nya Penulis telah diberikan kamampuan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini ditulis/disusun didasari oleh Tugas yang diberikan oleh Dosen Ilmi Bahan yaitu Bapak Ir.Rizki E Siregar.Pokok bahasan dalam makalah ini merupakan pokok bahasan yang menyangkut tentang “Perlakuan panas ( Dapur Pemanas,Proses Hardening,Bahan Pendingin,Proses Annealing dan Normaling,Proses Tempering dan Carburizing ” .

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.Walaupun demikian penulis menyadari bahwa kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini,untuk itu kami ingin agar pembaca memberikan saran untuk penyempurnaan makalah ini.Dan akhirnya kami mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2013

Penulis

Page 3: Makalah Ilmu Bahan New

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

BAB II ISI 2

A. Pengertian Perlakuan Panas 2

B. Dapur Tinggi 3

C. Proses Hardening 4

D. Bahan Pendingin 6

E. Proses Annealing 7

F. Proses Normaling 8

G. Proses Tempering 10

H. Proses Carburizing 11

BAB III PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

Page 4: Makalah Ilmu Bahan New

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIlmu bahan adalah ilmu yang mempelajari bahan-bahan yang dipergunakan di

bidang teknik.Pengetahuan mengenai Bahan-bahan teknik sangat dibutuhkan untuk merencanakan pemilihan bahan yang sesusai dengan tujuan penggunaan

Makalah ini akan membahas tentang Perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya.Perlakuan panas menyangkut tentang Dapur Pemanas,Proses Hardening,Bahan Pendingin,Proses Annealing dan Normaling,Proses Tempering dan Carburizing.

B. TujuanTujuan dari penyusunan makalah ini adalah supaya mengetahui pengertian

perlakuan panas, proses-proses apa yang terdapat pada perlakuan panas dan apa manfaat dari proses-proses yang terdapat perlakuan panas tersebut.

Page 5: Makalah Ilmu Bahan New

A. Perlakuan Panas

Dari sebuah rangkuman yang ditulis oleh Avner (1974: 676) menyatakan bahwa

perlakuan panas (heat treatment) adalah: “Heating and cooling a solid metal or alloy in such

away as to obtain desired conditions or properties. Heating for the sole purpose of hot-

working is excluded from the meaning of this definition”.

Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam

keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan

aus dan kemampuan memotong meningkat atau dapat dilunakan untuk memudahkan proses

pemesinan lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan,

ukuran butir dapat diperbesar atau diperkecil. Selain itu ketangguhan ditingkatkan atau dapat

dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan

perlakuan panas tepat, komposisi kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi

kimia, khususnya karbon dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis.

Sedangkan proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat / karakteristik

logam pada permukaannya (bagian permukaan logam) disebut proses perlakuan permukaan /

laku permukaan (surface treatment).

Pada implementasinya, pelaksanaan perlakuan permukaan sangat bervariasi

tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, dan pada umumnya perlakuan permukaan

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan aus dengan jalan memperkeras atau

memberikan lapisan yang keras pada permukaan logam.

Meningkatkan ketahanan korosi tanpa merubah karakteristik sifat-sifat logam yang

permukaannya diberi laku panas akan meningkatkan unjuk kerja (performance) logam dari

suatu komponen untuk maksud-maksud fabrikasi.

Page 6: Makalah Ilmu Bahan New

B. Dapur Pemanas

Dapur pemanas yang digunakan dalam perlakuan panas ialah dapur yang menggunakan

gas, arus listrik, dan cairan garam.Dapur-dapur tersebut ialah sebagai berikut:

1. Dapur dengan pembakar gas

Pada umumnya sebagian besar bahan bakar yang digunakan dalam dapur untuk

perlakuan panas adalah gas (gas yang dihasilkan dari kokas ) dan udara.Alat

pembakarnya adalah jenis pembakar Bunsen dan pertama dialirkan udara yang

dikontrol dengan sebuah katup.

Atmosfer yang terdapat di dalam dapur sangat penting,karena perlakuan panas

dilakukan pada suhu.Apabila atmosfer mengoksidasi lapisan kulit (mereduksi karbon)

yang telah terbentuk diatas permukaan logam yang dikerjakan maka akan

menghasilkan logam yang berkualias rendah.Hal itu juga akibat pendinginan pada

logam.Oleh karena itu, oksidasi/dekorbinasi pada baja diperkecil, karena karbon akan

mengubah sifat-sifat permukaannya.

Atmosfer di dalam dapur dapat diperoleh dari udara dan atmosfer di dalam dapur

itu dibatasi.Pembatasan atmosfer dapat dilakukan dengan pembakaran gas kokas di

dalam ruangan yang terpisah dengan membatasi sejumlah udara yang masuk kedalam

dapur.Hasil dari pembakaran yang berupa gas dimasukkan ke dalam kondensor untuk

mengeluarkan kandungan udara dari dalam gas.

2. Dapur listrik

Dapur listrik yang digunakan dalam proses perlakuan panas adalah dapur listrik

tahanan yang menggunakan elemen-elemen pemanas dan ditempatkan di sekeliling

ruang pemanas.Atmosfer di dalam dapur biasanya udara.Pembatasan atmosfer di

dalam dapur dapat dilakukan apabila diinginkan, sehingga jenis dapur ini dapat

dilakukan pengontrolan suhu dengan amat teliti.

Dapur listrik dengan pemasukan udara sirkulasi digunakan untuk proses perlakuan

panas pada suhu rendah.Dalam proses ini panas dimasukkan dengan cara dipancarkan

dan udara sirkulasi ditingkatkan dengan kipas angin.untuk proses heat treatment dapat

juga dilakukan dalam dapur listrik induktif.

3. Dapur pencelupan air garam

Page 7: Makalah Ilmu Bahan New

Peralatan dapat diberi perlakuan panas dengan cara dipanaskan setelah benda

dimasukkan/dicelupkan ke dalam cairan garam.Cairan garam diyempatkan dalam

tromol( boks ),kemudian dimasukkan peralatan yang akan dipanaskan.Selain itu,juga

dapat dilakukan pemanasan dengan menggunakan listrik tahanan yang arus listriknya

dimasukkan ke dalam tromol melalui elektroda.Cairan garamdigunakan untuk

menetralisir pemanasan dan menunda terjadinya pendinginan.Cairan itu, juga

digunakan dalam proses karburasi untuk pengerasan permukaan baja yang diberi

perlakuan panas.

Dapur pencelupan air garam adalah untuk menghasilkan kecepatan pemanasan

yang sesuaidan terjadi oksidasi di dalam dapur, karena udara tidak bersinggungan

dengan permukaan perlatan.Perlatan yang sedang di heat treatmentterlbih dahulu

dipanggang sebelum dicelupkan kedalam cairan air garam.Setelah itu dilakukan heat

treatment,peralatan dikeluarkan dalam tromol cairan air garam dan dibersihkan untuk

mengeluarkan setiap garam yang melekat diatas permukaan peralatan benda kerja.

C. Proses Hardening

Hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk menghasilkan benda

kerja yang keras. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan baja sampai temperatur

pengerasannya (Temperatur austenisasi) dan menahannya pada temperatur tersebut untuk

jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat tinggi

atau di quench agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Alasan memanaskan dan

menahannya pada temperatur austenisasi adalah untuk melarutkan sementit dalam austenit

kemudian dilanjutkan dengan proses quench.

Quenching merupakan proses pencelupan baja yang telah berada pada temperatur

pengerasannya (temperatur austenisasi), dengan laju pendinginan yang sangat tinggi

(diquench), agar diperoleh kekerasan yang diinginkan (lihat Gambar ).

Page 8: Makalah Ilmu Bahan New

Gambar : Grafik pemanasan, quenching dan tempering

(Suratman,1994)

Pada tahap ini, karbon yang terperangkap akan menyebabkan tergesernya atom-atom

sehingga terbentuk struktur body center tetragonal. Atom-atom yang tergeser dan karbon

yang terperangkap akan menimbulkan struktur sel satuan yang tidak setimbang (memiliki

tegangan tertentu). Struktur yang bertegangan ini disebut martensit dan bersifat sangat keras

dan getas. Biasanya baja yang dikeraskan diikuti dengan proses penemperan untuk

menurunkan tegangan yang ditimbulkan akibat quenching karena adanya pembentukan

martensit (Suratman,1994).

Tujuan utama proses pengerasan adalah untuk meningkatkan kekerasan benda kerja

dan meningkatkan ketahanan aus. Makin tinggi kekerasan akan semakin tinggi pula

ketahanan ausnya.

Page 9: Makalah Ilmu Bahan New

D. Media Pendingin 

Media pendingin yang biasa digunakan pada perlakuan panas adalah sebagai berikut: 

1. Air Garam (ρ=1025 kg/m3, v =1.01 Pa.s)

Air garam memiliki Viskositas yang rendah sehingga laju pendinginannya cepat.

Massa jenisnya juga lebih besar dibandingkan dengan media pendinginlain seperi air, solar,

oli dan udara.

2. Air(ρ=998 kg/m3, v =1.01 Pa.s)  

Air memiliki Massa jenis yang besar tetapilebih kecil dari air garam,kekentalannya

rendah ,sama dengan air garam, tetapi laju pendinginannya lebih lambat dari air garam.

3. Solar(ρ=981 kg/m3, v =3.25 Pa.s)           

Memiliki Viskositas yang tinggi dibandingkandengan air dan massa jenisnyalebih

rendah dibandingkan air sehingga laju pendinginannya lebih lambat.

4.  Oli (ρ=981 kg/m3, v =4.02 Pa.s)  

Oli memiliki Viskositas atau kekentalan yang tinggi dibandingkan dengan

media  pendingin lainnya  dan  massa  jenis  yang  rendah  sehingga  laju pendinginannya

lambat

5. Udara (ρ=1,2 kg/m3)

Udara tidak memiliki Viskositas  tetapi hanya memiliki massa jenisnyasehingga laju

pendinginaannya sangat lambat

Page 10: Makalah Ilmu Bahan New

E. Proses Annealing

Proses annealing yaitu proses pemanasan material sampai temperatur austenit lalu

ditahan beberapa waktu kemudian pendinginannya dilakukan perlahan-lahan di dalam

tungku. Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah sebagai berikut :

1. Menurunkan kekerasan

2. Menghilangkan tegangan sisa

3. Memperbaiki sifat mekanik

4. Memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk

5. Menghilangkan terjadinya retak panas

6. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan struktur

7. Memperhalus ukuran butir

8. Menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan

panas.

Proses Anil tidak dimaksudkan untuk memperbaiki sifat mekanik baja perlitik dan

baja perkakas. Sifat mekanik baja struktural diperbaiki dengan cara dikeraskan dan kemudian

diikuti dengan tempering. Proses Anil terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk

mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

1) Full annealing.

Full annealing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk melunakkan

logam yang keras sehingga mampu dikerjakan dengan mesin. Proses ini banyak dilakukan

pada baja medium. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan material baja pada

temperatur 15 hingga 40 0C di atas temparatur A3 atau A1 tergantung kadar karbonnya. Pada

temperatur tersebut pemanasan ditahan untuk beberapa lama hingga mencapai

kesetimbangan. Selanjutnya material didinginkan dalam dapur pemanas secara perlahan-

lahan hingga mencapai temperatur kamar. Struktur mikro hasil full annealing berupa pearlit

kasar yang relatif lunak dan ulet.Full Annealing akan memperbaiki mampu mesin dan juga

menaikkan kekuatan akibat butir-butirnya menjadi halus.

2) Spheroidized Annealing

Baja karbon medium dan tinggi memiliki kekerasan yang tinggi dan sulit untuk

dikerjakan dengan mesin dan dideformasi. Untuk melunakkan baja ini dilakukan proses

Spheroidized annealing.Spheroidized annealing dilakukan dengan memanaskan baja sedikit

diatas atau dibawah temperatur kritis A1 (lihat Gambar 8.1) kemudian didiamkan pada

Page 11: Makalah Ilmu Bahan New

temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang

lambat. Tujuan dari Spheroidized annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin dan

memperbaiki mampu bentuk.

Gambar 8.1: Diagram untuk temperatur Spheroidized annealing

3) Isothermal Annealing

Isothermal annealing dikembangkan dari diagram TTT. Jenis proses ini dimanfaatkan

untuk melunakkan baja-baja sebelum dilakukan proses permesinan. Proses ini terdiri dari

austenisasi pada temperatur annealing (Full annealing) kemudian diikuti dengan

pendinginan yang relatif cepat sampai ke temperatur 50 - 60oC dibawah garis A1 (menahan

secara isothermal pada daerah perlit) .

F. Normalizing

Proses normalizing atau menormalkan adalah jenis perlakuan panas yang umum

diterapkan pada hampir semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk tempa

yang besar. Normalizing ditujukan untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin,

menghilangkan tegangan sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan

baja-baja paduan rendah. Normalizing terdiri dari proses pemanasan baja diatas temperatur

kritik A3 atau Acm dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu

tergantung pada jenis dan ukuran baja (lihat Gambar 8.2). Agar diperoleh austenit yang

Page 12: Makalah Ilmu Bahan New

homogen, baja-baja hypoeutektoid dipanaskan 30 - 40oC diatas garis A3 dan untuk baja

hypereutektoid dilakukan dengan memanaskan 30 - 40oC diatas temperatur Acm . Kemudian

menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu sehingga transformasi fasa

dapat berlangsung diseluruh bagian benda kerja, dan selanjutnya didinginkan di udara.

Gambar 8.2: Diagram untuk temperatur Normalizing

Normalizing dilakukan karena tidak diketahui bagaimana proses dari pembuatan

benda kerja ini apakah dikerjakan dingin (cold Working) atau pengerjaan Panas (Hot

Working). Dimana normalizing ini bertujuan untuk mengembalikan atau memperhalus

struktur butir dari benda kerja.

Normalizing terdiri dari proses pemanasan baja di atas temperatur kritis A3 atau Acm

dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada jenis dan

ukuran baja. Agar diperoleh austenit ynag homogen, baja – baja hypoeutektoid dipanaskan

pada temperatur 30 – 400C di atas garis A3. Pemanasan pada temperatur austenit yang terlalu

tinggi akan menyebabkan tumbuhnya butir – butir austenit. Demikian juga untuk waktu

penahan pada temperatur austenit yang terlalu lama akan mengakibatkan tumbuhnya butir –

butir austenit.

Setelah waktu penahan selesai, benda kerja kemudian didinginkan di udara. Struktur

baja hypoeutektoid yang akan dihasilkan terdiri dari ferit dan perlit. Perlu diketahui bahwa

Page 13: Makalah Ilmu Bahan New

batas – batas butir yang baru tidak ada hubungannya dengan batas – batas butir sebelum baja

dinormalkan. Setelah penormalan akan terjadi perbaikan terhadap strukturnya diiringi dengan

timbulnya perbaikan sifat mekaniknya.

Sifat mekanik yang akan diperoleh setelah proses penormalan tergantung pada laju

pendinginan di udara. Laju pendinginan yang agak cepat akan menghasilkan kekuatan dan

kekerasan yang lebih tinggi.

Manfaat proses Normalizing adalah sebagai berikut:

1. Normalizing biasa digunakan untuk menghilangkan struktur butir yang kasar yang

diperoleh dari proses pengerjaan sebelumnya yang dialami oleh baja.

2. Normalizing berguna untuk mengeliminasi struktur kasar yang diperoleh akibat

pendinginan yang lambat pada prses anil.

3. Berguna untuk menghilangkan jaringan sementit yang kontinyu yang mengelilingi

perlit pada baja perkakas.

4. Menghaluskan ukuran perlit dan ferit.

5. Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritik.

6. Mencegah distorsi dan memperbaiki mampu karburasi pada baja – baja paduan karena

temperatur normalizing lebih tinggi dari temperatur karbonisasi.

G. Tempering

Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper.

Dengan proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan namun kekerasan dan kekuatannya akan

menurun. Pada sebagian besar baja struktur, proses temper dimaksudkan untuk memperoleh

kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian, proses

temper setelah proses pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya

struktur yang lebih stabil.

o Perubahan Struktur Selama Proses Temper

Proses temper terdiri dari memanaskan baja sampai dengan temperatur di bawah A1 ,

dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu dan kemudian

didinginkan di udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat temperatur dinaikkan,

baja yang dikeraskan akan mengalami 4 tahapan yaitu (lihat Gambar 8.10):

Page 14: Makalah Ilmu Bahan New

Gambar 8.10: Perubahan kekerasan dan struktur selama tempering

(Suratman,1994)

Pada temperatur 80 dan 2000C, suatu produk transisi yang kaya akan karbon yang

dikenal sebagai karbida, berpresipitasi dari martensit tetragonal sehingga menurunkan

tetragonalitas martensit atau bahkan mengubah martensit tetragonal menjadi ferit kubik.

Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap pertama. Pada saat ini, akibat keluarnya

karbon, volume martensit berkonstraksi. Karbida yang terbentuk pada periode ini disebut

sebagai karbida epsilon.

Pada temperatur antara 200 dan 3000C, austenit sisa mengurai menjadi suatu produk

seperti bainit. Penampilannya mirip martensit temper. Perioda ini disebut sebagai proses

temper tahap kedua. Pada tahap ini volume baja meningkat.

Pada temperatur antara 300 dan 4000C terjadi pembentukan dan pertumbuhan sementit dari

karbida yang berpresipitasi pada tahap pertama dan kedua. Perioda ini disebut sebagai proses

temper tahap ketiga. Perioda ini ditandai dengan adanya penurunan volume dan melampaui

efek yang ditimbulkan dari penguraian austenit pada tahap kedua.

Pada temperatur antara 400 dan 7000C pertumbuhan terus berlangsung dan disertai

dengan proses sperodisasi dari sementit. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi, terjadi

Page 15: Makalah Ilmu Bahan New

pembentukan karbida kompleks pada baja-baja yang mengandung unsur-unsur pembentuk

karbida yang kuat. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap keempat.

Perlu diketahui bahwa rentang temperatur yang tertera pada setiap tahap proses

temper, adalah spesifik. Dalam praktek, rentang temperatur tersebut bervariasi tergantung

pada laju pemanasan, lama penemperan, jenis dan sensitivitas pengukuran yang digunakan.

Disamping itu juga tergantung pada komposisi kimia baja yang diproses.

o Pengaruh Unsur Paduan Pada Proses Temper

Jika baja dipadu, interval diantara tahapan proses temper akan bergeser kearah

temperatur yang lebih tinggi, dan itu berarti martensit menjadi lebih tahan terhadap proses

penemperan. Unsur-unsur pembentuk karbida, khususnya : Cr, Mo, W, Ti dan V dapat

menunda penurunan kekerasan dan kekuatan baja meskipun temperatur tempernya dinaikkan.

Dengan jenis dan jumlah yang tertentu dari unsur-unsur tersebut diatas, dimungkinkan bahwa

penurunan kekerasan dapat terjadi pada temperatur antara 400 dan 6000C, dan dalam

beberapa hal, dapat juga terjadi peningkatan kekerasan. Gambar 8-8 menggambarkan

fenomena di atas.

Gambar 8-8 : Pengaruh tempering pada baja paduan

(Suratman,1994).

Page 16: Makalah Ilmu Bahan New

Pengaruh unsur paduan terhadap penurunan kekerasan diterangkan dengan presipitasi

karbon dari martensit pada temperatur temper yang lebih tinggi. Dilain pihak, peningkatan

kekerasan pada temperatur temper yang lebih tinggi (secondary hardening) pada baja-baja

yang mengandung W, Mo dan V disebabkan oleh adanya transformasi austenit sisa menjadi

martensit.

Pada baja yang mengandung Cr yang tinggi, austenit sisa bertransformasi menjadi

martensit pada saat didinginkan dari temperatur temper sekitar 5000C. Peningkatan

kekerasan sebagai akibat dari adanya transformasi austenit sisa menjadi martensit merupakan

hal yang umum terjadi pada baja-baja paduan tinggi, namun sangat jarang terjadi pada baja-

baja karbon dan baja paduan rendah karena jumlah austenit sisanya relatif sedikit. Sedangkan

pada baja paduan tinggi jumlah austenit sisanya mencapai lebih dari 5 - 30%

(Suratman,1994).

o Perubahan Sifat Mekanik

Tempering dilaksanakan dengan cara mengkombinasikan waktu dan temperatur.

Proses temper tidak cukup hanya dengan memanaskan baja yang dikeraskan sampai pada

temperatur tertentu saja. Benda kerja harus ditahan pada temperatur temper untuk jangka

waktu tertentu. Proses temper dikaitkan dengan proses difusi, karena itu siklus penemperan

terdiri dari memanaskan benda kerja sampai dengan temperatur dibawah A1 dan menahannya

pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu sehingga perubahan sifat yang

diinginkan dapat dicapai. Jika temperatur temper yang digunakan relatif rendah maka proses

difusinya akan berlangsung lambat. Baja karbon, baja paduan medium dan baja karbon

tinggi, pada saat dipanaskan sekitar 2000C kekerasannya akan menurun 1-3 HRC akibat

adanya penguraian martensit tetragonal menjadi martensit lain (martensit temper) dan karbida

epsilon.

Peningkatan lebih lanjut temperatur tempering akan menurunkan kekerasan, kekuatan

tarik dan batas luluhnya sedangkan elongasi dan pengecilan penampangnya meningkat.

Gambar 8-12 menggambarkan perubahan sifat mekanik baja yang dikeraskan dikaitkan

dengan proses penemperan. Umumnya makin tinggi temperatur temper, makin besar

penurunan kekerasan dan kekuatannya dan makin besar pula peningkatan keuletan dan

ketangguhannya. Tempering pada temperatur rendah 150-2300C (Amstead B.H.) bertujuan

meningkatkan kekenyalan / keuletan tanpa mengurangi kekerasan. Tempering pada

Page 17: Makalah Ilmu Bahan New

temperatur tinggi 300-6750C meningkatkan kekenyalan / keuletan dan menurunkan

kekerasan.

Gambar 8-12: Pengaruh temperatur tempering terhadap sifat mekanis

H. Karburasi

Proses karburasi biasanya digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan baja

karbon rendah, dengan jalan memanaskan baja diatas suhu A1 (> 723 0 C) dalam suasana

lingkungan karbon (gas CO), sehingga terjadi reaksi :

Fe + 2CO Fe (c) + CO2

Dimana Fe (c) merupakan karbon yang terlarut dalam austenit dipermukaan baja, dan

meningkatnya kadar karbon disebabkan oleh pemanasan yang mengakibatkan terjadinya

difusi karbon sampai kedalaman tertentu sesuai dengan keinginan, dan selanjutnya

didinginkan dengan cepat ke dalam air.

Hal ini mengakibatkan struktur dipermukaan baja akan terbentuk perlit dan simentit

halus, pada daerah interzone terdiri dari perlit, sedangkan pada bagian inti berstruktur perlit

dan ferit.

Karburasi cocok untuk benda-benda kecil dan sedang, dengan keuntungan bebas

oksidasi, kedalaman lapisan dan kandungan karbon merata, laju penetrasi cepat, tetapi baja

hasil proses ini perlu dicuci agar terhindar korosi dan proses ini memerlukan pengontrolan

dan pengaturan komposisi harus terus menerus, serta larutan cyanida yang digunakan beracun

dan berbahaya.

Hasil proses ini perlu dilanjutkan dengan perlakuan panas, karena pencelupan cepat

dari temperatur austenit dengan kondisi butir kasar akan menyebabkan baja menjadi getas

dan terjadi distorsi, maka proses perlakuan panas lanjutan ini dilakukan untuk mendapatkan

butir yang halus.

Page 18: Makalah Ilmu Bahan New

Karburasi dengan menggunakan media padat dinamakan Pack Karburasi, dengan

metode sampel dalam jumlah banyak dimasukkan kedalam kotak yang terbuat dari baja tahan

panas (20% Cr – 20% Ni) yang dilapisi secara bergantian dengan karbon (batu bara dan arang

kayu). Kemudian dipanaskan pada temperatur 9000 s.d 9250C dan kemudian dicelupkan ke

dalam air untuk mendapatkan ketebalan 0,4 mm, serta dicelupkan ke dalam air dari

temperatur 8000 s.d 8200C untuk memperoleh ketebalan 0,4 s.d 1,25 mm. Proses pack

karburasi sederhana tanpa memerlukan atmosfir, tetapi proses ini tidak cocok untuk benda-

benda yang tipis.

Gas Karburasi adalah proses karburasi dengan menggunakan media gas yang sesuai

untuk baja karbon rendah, dengan metode sampel dipanaskan pada temperatur 9000 s.d 9400C

dalam media gas hidrokarbon (gas alam atau metan propan), sehingga karbon bebas C akan

berdifusi ke permukaan baja dengan kedalaman 0,1 s.d 0,75 mm (lebih tipis dari pada metode

pack karburasi) dengan reaksi :

2 CO C + CO2

atau CH4 C + 2 H2

atau CO + H2 C + H2O

Pencelupan dilakukan setelah proses difusi berakhir ke dalam media pendingin yang

sesuai.

Karburasi Cair merupakan karburasi dengan menggunakan media cair, dengan metode

sampel diberi penamasan awal pada suhu sekitar 1000 s.d 4000C dan kemudian dimasukkan

ke dalam bath berisikan cairan garam cyanida dengan suhu proses sekitar 9000 s.d 925 0C

dengan tebal lapisan sekitar 0,5 mm. Pada suhu proses yang lebih tinggi dari 950 0C akan

mengakibatkan kekerasan permukaan menjadi lebih rendah, karena semakin banyaknya

austenit sisa.

Page 19: Makalah Ilmu Bahan New

DAFTAR PUSTAKA

H. Van Vlack, Lawrence. 1992. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam Dan Bukan Logam)

edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

H. Van Vlack, Lawrence. 2001. Elemen-Elemen Ilmu Dan Rekayasa Material edisi keenam.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Surdia Tata dan Shinroku Saito. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT. PRADNYA

PARAMITA

staff.uny.ac.id/.../Bab%201.%20PROSES%20PERLAKUAN%20PANAS