21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makula merupakan lesi kulit yang datar dimana terjadi perubahan warna kulit yang dapat berbatas tegas atau samar dibandingkan dengan kulit sekitarnya dengan ukuran kurang lebih 0.5 cm. Makula dibagi menjadi tiga yaitu hiperpigmentasi terjadi karena peningkatan sekresi melanin, Makula Hipopigmentasi terjadi karena penurunan atau tidak adanya sintesis melanin, Makula Eritem terjadi karena dilatasi pembuluh darah, ekstravasasi sel-sel darah merah kepermukaan kulit. Makula dibentuk dari Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles, Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie, Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi, Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema. Penyakit yang dapat menimbulkan petekie salah satunya adalah campak. Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada tahun 2002, dilaporkan 777.000 kematian akibat campak di seluruh dunia, 202.000 kematian diantaranya berasal dari negara ASEAN, serta 15% dari kematian akibat campak tersebut berasal dari 1

Makalah Makula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Integumen

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makula merupakan lesi kulit yang datar dimana terjadi perubahan warna kulit yang dapat berbatas tegas atau samar dibandingkan dengan kulit sekitarnya dengan ukuran kurang lebih 0.5 cm. Makula dibagi menjadi tiga yaitu hiperpigmentasiterjadi karena peningkatan sekresi melanin, Makula Hipopigmentasiterjadi karena penurunan atau tidak adanya sintesis melanin, Makula Eritemterjadi karena dilatasi pembuluh darah, ekstravasasi sel-sel darah merah kepermukaan kulit. Makula dibentuk dari Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles, Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie, Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi, Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema. Penyakit yang dapat menimbulkan petekie salah satunya adalah campak.

Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada tahun 2002, dilaporkan 777.000 kematian akibat campak di seluruh dunia, 202.000 kematian diantaranya berasal dari negara ASEAN, serta 15% dari kematian akibat campak tersebut berasal dari Indonesia. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit campak. Ini berarti setiap 20 menit terjadi satu kematian anak akibat campak di Indonesia (Fadhilaharif, 2007). Pada tahun 2005, diperkirakan 345.000 kematian terjadi akibat penyakit campak di dunia dan sekitar 311.000 terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006, diperkirakan terjadi 663 kematian setiap harinya atau 27 kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007).

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak adalah infeksi bakteri Pneumonia dan infeksi telinga tengah, kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan dan ensefalitis (infeksi otak).

Namun, tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Oleh karena itu dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadi campak. Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan makula (campak)?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum1.3.1.1 Untuk mengetahui konsep dasar dari makula

1.3.1.2 Untuk mengetahui konsep dasar daru campak

1.3.1.3 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit campak

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui definisi makula.

1.3.2.2 Untuk mengetahui etiologi makula.

1.3.2.3 Untuk mengetahui macam-macam makula.

1.3.2.4 Untuk mengetahui definisi campak.

1.3.2.5 Untuk mengetahui etiologi campak.

1.3.2.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis campak.

1.3.2.7 Untuk mengetahui patofisiologi campak.

1.3.2.8.Untuk mengetahui WOC/Web Of Caution campak.

1.3.2.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis campak.

1.3.2.10 Untuk mengetahui pengkajian dari campak.

1.3.2.11 Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari campak.

1.3.2.12 Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari campak.

1.3.2.13 Untuk mengetahui implementasi keperawatan dari campak.

1.3.2.14 Untuk mengetahui evaluasi keperawatan dari campak.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Agar kita dapat memahami definisi makula.

1.4.2 Agar kita dapat memahami etiologi makula.

1.4.3 Agar kita dapat memahami macam-macam makula.

1.4.4 Agar kita dapat memahami definisi campak.

1.4.5 Agar kita dapat memahami etiologi campak.

1.4.6 Agar kita dapat memahami manifestasi klinis campak.

1.4.7 Agar kita dapat memahami patofisiologi campak.

1.4.8 Agar kita dapat memahami WOC/Web Of Caution campak.

1.4.9 Agar kita dapat memahami penatalaksanaan medis campak.

1.4.10 Agar kita dapat memahami pengkajian dari campak.

1.4.11 Agar kita dapat memahami diagnosa keperawatan dari campak.

1.4.12 Agar kita dapat memahami intervensi keperawatan dari campak.

1.4.13 Agar kita dapat memahami implementasi keperawatan dari campak.

1.4.14 Agar kita dapat memahami evaluasi keperawatan dari campak.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Makula

2.1.1 Definisi

Makula adalah kelaian kulit, berbatas tegas, berupa perubahan warna. Makula merupakan salah satu jenis dari lesi primer (FKUI, 2007)

2.1.2 Etiologi

a. Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles.

b. Keluarnya darah ke dalam kulit, misalnya ptekie.

c. Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi.

d. Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema.2.1.3 Macam Makula

a. Hiperpigmentasi

Berasal dari pigmen melanin dan berwarna biru kecoklatan.

b. Bayangan melanosit

c. Eritema (vasodilatasi kapiler)

d. Purpura (ekstravasasi eritrosit)

Berasal dari pigmen darah dan berwarna merah kebiruan.

2.2 Konsep Penyakit Yang Berhubungan Dengan Makula (Campak)

2.2.1 Definisi

Penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (ilmu kesehatan anak vol 3, nelson, EGC, 2000).Yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (ilmu kesehatann anak edisi 2, th 1991. FKUI).Campak merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular , yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.2.2.2 Etiologi

a. Virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.

b. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili paramiksoviridae, genus morbilivirus.2.2.3 Manifestasi Klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu :

1. Stadium Kataral (Prodormal)

Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.

Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.2. Stadium Erupsi

Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah Black Measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.3. Stadium Konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

2.2.4 Patofisiologi

Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).

2.2.5 WOC/Web of Cution

2.2.6 Penatalaksanaan Medis

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat. Selain itu terdapat penatalaksanaan terapeutik, antara lain :

a. Pemberian vitamin A.

b. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik.

c. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi.

d. Pemberian obat batuk dan sedatif.BAB 3

PEMBAHASAN3.1 Asuhan Keperawatan Campak

3.1.1 Pengkajian

A. Identitas diri

B. Riwayat Imunisasi

C. Kontak dengan orang yang terinfeksi

D. Pemeriksaan fisik:

1. Mata

Terdapat konjungtivitis, fotophobia

2. Kepala

Sakit kepala

3. Hidung

Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi).

4. Mulut & bibir

Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

5. Kulit

Permukaan kulit (kering), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).

6. Pernafasan

Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

7. Pola Defekasi

BAK, BAB, Diare

8. Status Nutrisi

Intake dan output makanan, nafsu makanan

E. Keadaan Umum:

1. Kesadaran, TTV

3.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah :1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

5. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.3.1.3 Intervensi/Perencanaan

1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.

a. Tempatkan anak pada ruangan khusus.

b. Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit.

c. Gunakan prosedur perlindugan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.

d. Mempertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral).

e. Berikan antibiotik sesuai dengan order.2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk.a. Mengkaji ulang status pernafasan (irama, edalaman, suara nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut).

b. Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama, dan frekuensi).

c. Memberikan posisi tempat tidur semi fowler/fowler .

d. Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampaunnya.

e. Menganjurkan anak untuk banyak minum.

f. Memberikan oksigen sesuai dengan indikasi.

g. Memberikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti bronkodilator, antikolenergik, dan anti peradangan).3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.

a. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash.

b. Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal.

c. Memberikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek sampingnya.

d. Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah infeksi.

e. Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di kamar klien.

f. Memeriksa kornea mata terhadap kemungkinan ulserasi.4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

a. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan.

b. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki status gizi pada saat selera makan anak meningkat.

c. Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.

d. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.

e. Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa).

f. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering.

g. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.

h. Mempertahankan kebersihan mulut anak.

i. Menjelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.5. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.

a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan tangan, nonton televisi).

b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulasi yang bervariasi bagi anak.

c. Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diinginkan.

d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.3.1.4 Implementasi

Implementasi adalah realita dari tindakan yang telah ditentukan dan diuraikan sesuai dengan prioritas masalah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, sumber daya, fasilitas yang ada pada saat dilakukan tindakan keperawatan.

3.1.5 Evaluasi

1. Perluasan infeksi tidak terjadi

2. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif

3. Anak dapat mempertahankan integritas kulit

4. Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi

5. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Makula adalah kelaian kulit, berbatas tegas, berupa perubahan warna. Makula merupakan salah satu jenis dari lesi primer. Etiologinya yaitu deposit pigmen, keluarnya darah ke dalam kulit, dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler. Macam dari makula adalah hiperpigmentasi, bayangan melanosit, eritema dan purpura. Penyakit yang disebabkan oleh makula salah satunya adalah campak.4.2 Saran

Diharapkan Bagi mahasiswa kedepannya sebagai calon perawat bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan makula (campak) dengan baik dan benar.Bagi profesi lain dan para pembaca dapat mengetahui informasi mengenai materi yang telah kami sajikan.LAMPIRAN

Gambar1. Makula

Gambar2. Emnamtema

Gambar3. Bercak Koplik

DAFTAR PUSTAKAIlmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi ke 5, FKUI 2007.Behrman, Kleigman, Arvin. 200. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.https://www.academia.edu/5226338/Askeppadaanakdengancampak-100618124337-phpapp01Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Intake nutrisi

Nafsu makan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Reflek batuk

sekret

fungsi silia

Epitel saluran napas

Infeksi

Adanya organisme virulen

Pengeluaran mediator kimia

Reaksi radang

Virus sampai ke multiple tissue site (viremia sekunder)

Replikasi kembali

Virus sampai RES

Virus dilepas ke dalam aliran darah (viremia primer)

Hipertermia

Peningkatan suhu tubuh

Gangguan integritas kulit

Ruam

Eksudasi serum/eritrosit dalam epidermis

Poliferasi sel endotel kapiler dalam korium

Mengendap pada organ

Mengalami replikasi

Menyebar ke kelenjar limgaregional

Masuk saluran napas

Sel poin meningkat

Kulit

Ditangkap oleh makrofag

Paramixoviridae morbili virus