Upload
felie916230
View
83
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tegangan permukaan
Citation preview
TUGAS LEGISLASI PANGANSURVEI PANGAN
Disusun Oleh : Indah Mandala P.W.L. (6103011017)Nathania Christine P. (6103011018)Nessi Huberta T.G. (6103011023)Larissa (6103011058)Felisia Puspitaningsih (6103011086)Mega Indriani (6103011098)Brigita Santi A. (6103011123)Praditya Ratnasari (6103011135)
Kelas : G
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2013
BAB IPENDAHULUAN
Makanan merupakan produk pangan yang dapat mengalami kerusakan selama perjalanan
proses produksi, distribusi, hingga sampai ke konsumen. Banyak sekali macam-macam kerusakan
yang dapat kita temui pada produk pangan, contoh kerusakan kemasan pangan pada makanan
kaleng. Produk makanan kaleng baik susu maupun pengalengan ikan merupakan produk yang
paling mudah mengalami kerusakan selama proses distribusi dikarenakan terbentur dengan kaleng
lain maupun cara handling produk oleh pekerja, contoh terpapar panas secara langsung,
penumpukan produk dengan jumlah susunan berlebih.
Tiap makanan yang diproduksi oleh pabrik harus memiliki atribut-atribut yang wajib
dilampirkan pada kemasan produk pangan, seperti label pangan yang berisikan nama produk,
komposisi, tanggal kadaluwarsa, dan lain-lain. Selain itu, produk pangan juga harus memiliki
legalitas produksi pangan sebagai tanda sah tidaknya produk pangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau instansi terkait seperti: MD, ML, IRT / SP. Tidak hanya itu, kondisi kemasan juga
wajib diperhatikan sehingga memenuhi peraturan keamanan pangan yang telah ditetapkan. Tetapi
dalam penerapannya, masih cukup banyak ditemukan produk pangan yang tidak memenuhi
standarisasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti adanya produk pangan yang tidak
dituliskan tanggal kadaluwarsa, nomor izin produk pangan dan sebagainya. Ada pula kemasan
produk pangan yang dalam kondisi tidak baik, misalnya segel kemasan rusak, kaleng
menggembung (pada kemasan makanan kaleng), dan sebagainya. Dasar-dasar itulah yang
menyebabkan dilakukannya survei pangan ini.
Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara penanganan pedagang (penjual)
terhadap produk pangan yang akan dijual ke konsumen, baik yang dijual di pasar modern, pasar
tradisional, maupun toko-toko kecil di kampung. Selain itu juga untuk mengetahui apakah
pelaksanaan keamanan pangan yang telah ditetapkan pemerintah sudah diterapkan secara optimal
atau belum seperti pemberian label pangan yang sudah memiliki izin yang dikeluarkan oleh instansi
terkait.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Pangan
Menurut UU No. 7 Tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Berdasarkan Saparianto dan Hidayati (2006), pangan dibedakan menjadi 3 macam
ditinjau dari cara pengolahannya :
a. Pangan segar : pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi
langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan.
b. Pangan olahan : makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode
tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh : teh manis, nasi, pisang goreng dan
sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak saji.
Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap disajikan
di tempat usaha atau di luar tempat usaha atau dasar pesanan.
Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah mengalami proses
pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat
dimakan atau diminum.
c. Pangan olahan tertentu
Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam
upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh : ekstrak tanaman mahkota
dewa untuk diabetes melitus, susu rendah lemak untuk orang yang menjalankan diet rendah
lemak, dan sebagainya.
Produk pangan seharusnya memiliki informasi mengenai informasi gizi (nutrition fact),
komposisi penyusun produk pangan, tanggal kadaluarsa, nama dan alamat produsen, serta izin
(legalitas) produk pangan.
Kemasan Pangan
Kemasan makanan merupakan suatu bahan untuk mempermudah pengangkutan, pemasaran
dan pendistribusian makanan. Kemasan makanan harus memperhatikan fungsi kesehatan,
pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi (Suyitno, 1990). Sedangkan
menurut UU No. 7 Tahun 1996, kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi
dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau
wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak
langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert
sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan
perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu
bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi
kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar
matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan. Wadah yang mudah rusak karena
tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah
bentuknya (Winarno, 1983).
Makanan Kaleng
Makanan kaleng merupakan makanan yang dikemas dalam kaleng melalui proses dan
pengolahan tertentu sehingga umur simpannya relatif lebih panjang (Anugrah, 2012). Kaleng yang
digunakan biasanya terbuat dari besi (Fe) yang dilapisi dengan timah putih (Sn), pelapisan ini
bertujuan untuk melindungi makanan agar tidak langsung kontak dengan besi sekaligus mencegah
terjadinya korosi pada kaleng. Timah putih dipilih sebagai bahan pelapis pada kaleng karena bahan
ini tergolong aman jika bersentuhan dengan makanan (Rufiati, 2011).
Kemasan makanan kaleng yang sudah mengalami perubahan bentuk (baik penyok maupun
menggembung) menandakan bahwa makanan kaleng terebut sudah tidak layak dikonsumsi. Pada
kemasan yang penyok dikhawatirkan lapisan timah putih akan robek dan besi dapat kontak dengan
makanan. Hal ini akan menyebabkan kontaminasi pada makanan sehingga akan terjadi korosi yang
cukup parah, terjadinya korosi diakibatkan adanya perbedaan potensial yang menyebabkan
terbentuknya sel elektrokimia antara Fe dan Sn (Rufiati, 2011).
Pada kemasan makanan kaleng yang menggembung, diduga terjadi perkembangbiakan
mikroba dalam makanan kaleng yang menyebabkan akumulasi gas CO2. Mikroba yang terlibat
dalam pembentukan gas dalam makanan kaleng biasanya adalah Clostridium botulinum dimana
mikroba ini sangat tahan terhadap panas. Oleh karena itu, mikroba ini digunakan sebagai parameter
sukses atau tidaknya sterilisasi produk makanan kaleng.
Label Pangan
Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Label pangan umumnya terdiri dari
informasi komposisi bahan serta informasi nutrisi (nutrition fact) yang terdapat dalam kemasan
bahan pangan. Menurut UU No. 7 Tahun 1999 tentang Pangan pada Pasal 30 tertulis bahwa label
pangan sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai : nama produk, daftar bahan yang
digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, keterangan tentang halal serta tanggal, bulan, dan
tahun kedaluwarsa. Berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999 pasal 30, informasi kandungan gizi
(nutrition fact) merupakan keterangan yang wajib dicantumkan pada label. Akan tetapi, pada
kenyataannya ada beberapa produk pangan terutama produk pangan yang berasal dari produsen
skala rumah tangga ataupun perorangan tidak mencantumkan nutrition fact.
Nomor Pendaftaran Produk Pangan
Nomor pendaftaran produk pangan merupakan salah satu bentuk legal atau tidaknya suatu
produk pangan diedarkan. Badan POM merupakan institusi pemerintah yang bertanggung jawab
terhadap peredaran produk olahan di Indonesia. Berdasarkan Peraturan BPOM RI No.
HK.03.1.5.12.11.09955 Tentang Pendaftaran Pangan Olahan dalam pasal 27 ayat 4, nomor
pendaftaran pangan wajib dicantumkan pada label sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dan
dibaca oleh konsumen. Menurut Goenawan (2008), kode pendaftaran makanan digolongkan
menjadi 3 yakni SP, MD dan ML.
a. SP (Sertifikat Penyuluhan)
Nomor SP merupakan nomor pendaftaran yang diberikan kepada pengusaha kecil dengan
modal terbatas dan pengawasan diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kotamadya sebatas
penyuluhan.
b. MD (Makanan Dalam Negeri)
Nomor MD diberikan kepada produsen makanan yang bermodal besar yang diperkirakan
mampu untuk mengikuti persyaratan keamanan pangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Bagi produsen yang mempunyai beberapa lokasi pabrik yang berlainan tetapi memproduksi
produk yang sama, nomor MD diberikan berdasarkan kode lokasi produksi. Sehingga bisa jadi
suatu produk pangan memiliki nomor MD yang berbeda dikarenakan tempat produksi berbeda.
c. ML (Makanan Luar Negeri)
Nomor ML diberikan pada produk makanan maupun minuman impor (berasal dari luar
negeri) baik yang telah dikemas saat dikirim maupun yang dikemas ulang.
Berdasarkan Peraturan BPOM RI No. HK.03.1.5.12.11.09955 Tentang Pendaftaran Pangan
Olahan dalam Pasal 27 ayat 3, nomor ML dan MD mengandung informasi identitas pangan olahan
yang meliputi perusahaan, lokasi produsen, nomor urut produk, jenis kemasan, dan jenis pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, R.N.R. 2012. Keamanan dan Toksikologi pada Makanan Kaleng. http://blog.ub.ac.id/
risaliarahmah/2012/12/07/29/ (Diakses : 2 Maret 2013).
Goenawan, K. Izin Beres Bisnis Sukses. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Grhatama.
Rufiati, E. 2011. Kaleng Makanan yang Penyok. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/
Kalengmakananyang_EtnaRufiati_12357.pdf (Diakses : 2 Maret 2013).
Winarno, F.G. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Jakarta : Penerbit Gramedia.