20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman maka semakin meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara di perkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor (Kusminingrum, 2008). Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti Sulfur Dioksida (SO 2 ) dapat menimbulkan efek terhadap pemanasan global. Polutan SO x mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untu merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SO x terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokkan terjadi pada konsentrasi SO 2 sebesar 5 ppm atan lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1 – 2 ppm. SO 2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO 2 , meskipun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih. Salah satu sarana dan prasarana dari transportasi darat adalah jalan raya dan lampu lalu lintas. Menurut UU No. 22/2009 alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL adalah

Makalah p3u Pemantauan Udara Ambien Roadside

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemantauan kualitas udara ambien

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangSemakin berkembangnya zaman maka semakin meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara di perkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor (Kusminingrum, 2008). Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti Sulfur Dioksida (SO2) dapat menimbulkan efek terhadap pemanasan global. Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untu merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokkan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atan lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1 2 ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih.Salah satu sarana dan prasarana dari transportasi darat adalah jalan raya dan lampu lalu lintas. Menurut UU No. 22/2009 alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyebrangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Antrian kendaraan di lampu lalu lintas yang berada di persimpangan jalan kemungkinan dapat meningkatkan konsentrasi pencemar udara. Pasalnya, kondisi terburuk emisi gas buangan kendaraan bermotor terjadi saat kendaraan bermotor tersebut dalam keadaan mesin menyala dan dalam posisi berhenti. Kadar emisi gas buangan pada saat berhenti dapat mencapai dua kali lipat dibandingkan emisi gas buangan pada saat kendaraan berjalan normal. Dari kondisi tersebut maka penulis ingin melakukan suatu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh jumlah kendaraan saat mengantri di lampu lalu lintas pada persimpangan jalan terhadap peningkatan konsentrasi SO2. 1.2Identifikasi MasalahJumlah kendaraan saat lampu lalu lintas menyala merah, kemungkinan dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi gas SO2 menjadi lebih besar, karena saat kendaraan tersebut berhenti tingkat pembakaran menjadi relatif tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan suatu penelitian untuk mengetahui adanya hubungan antara jumlah kendaraan saat lampu lalu lintas di persimpangan jalan menyala merah terhadap kenaikan konsentrasi SO2 di persimpangan Jalan Ngesrep Timur V, Jalan Sukun Raya dan Jalan Karangrejo Raya. 1.3Perumusan MasalahPermasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk-bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan antara jumlah kendaraan terhadap peningkatan konsentrasi gas SO2 ?2. Bagaimana hubungan antara faktor meteorologis terhadap peningkatan konsentrasi gas SO2 ?3. Bagaimana hubungan antara kecepatan kendaraan bermotor terhadap peningkatan konsentrasi gas SO2 ? 1.4TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:1. Memberikan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pencemaran udara, teknologi dan transportasi, sehingga mampu memberikan solusi penanganan yang tepat dan terintegrasi dari berbagai aspek yang terkait untuk mengatasi masalah pencemaran udara.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Sulfur Dioksida (SO2)Sulfur Oksida (SOx) terdiri atas gas Sulfur Dioksida (SO2) dan Sulfur Trioksida (SO3) yang keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam Sulfat ini bersifat sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang mengakinbatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya (Wardhana, 2001).Sulfur Dioksida (SO2) merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas yang lain. Ciri lainnya yaitu tidak berwarna, memiliki bau yang tajam, sangat mengiritasi, tidak terbakar dan tidak meledak. Gas SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernapasan dan kardiovaskular. Penderita tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2 meskipun pada konsentrasi yang relatif rendah (Sunu, 2001). Gas SO2 mempunyai ambang batas rasa 784 g/m3 (0,3 ppm) dan ambang batas bau 1306 g/m3 (0,5 ppm). Sulfur Dioksida dapat larut dalam air (11,3 g/100 ml pada suhu 20C), mempunyai bobol molekular 64,06 atau sekitar 2 kali berat udara, Diperkirakan SO2 berada di udara data-rata selama 2 hingga 4 hari. Selama waktu tersebut kemungkinan SO2 terbawa sejauh 100 km. Oleh karena itu, masalah polusi SO2 dapat menjadi suatu masalah internasional (Peavy, et al., 1985). 2.2Standar Baku Mutu SO2Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, sedangkan baku mutu kualitas udara ambien Provinsi Jawa Tengah ditetapkan seseuai SK Gubernur Provinsi Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001. Baku mutu udara ambien nasional dan provinsi Jawa Tengah ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1Baku Mutu Udara Ambien Nasional dan Provinsi Jawa TengahParameterWaktu PengukuranNasionalProvinsi Jawa Tengah

SO21 jam900 /Nm3632 /Nm3

24 jam365 /Nm3365 /Nm3

1 tahun60 /Nm360 /Nm3

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 dan SK Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001Untuk menyeragamkan satuan, EPA (Environmental Protection Agency) merekomendasikan satuan pengukuran untuk partikel dan polutan gas dinyatakan dalam massa per unit volume dasar, seperti /Nm3. Namun biasanya konsentrasi kontaminan gas dinyatakan dalam part per million (ppm), part per hundred million (pphm), dan part per billion (ppb) terhadap volume. Satuan /Nm3 dapat dikonversikan ke dalam satuan ppm (Peavy, et al., 1985) dengan menggunakan persamaan berikut : Baku mutu udara ambien Provinsi Jawa Tengah untuk parameter SO2 adalah sebesar 632 /Nm3 dalam waktu pengukuran rata-rata 1 jam dan dapat dinyatakan dalam satuan ppm sebesar 0,2 ppm.2.3Sumber Pencemaran SO2Menurut Soemirat (1994), SO2 berasal dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber SO2 alamiah berasal dari gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Sedangkan sumber SO2 secara buatan berasal dari pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu bara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber buatan ini diperkirakan memberikan konstribusi sebanyak sepertiga dari seluruh SO2 di atmosfer. Akan tetapi karena pembakaran bahan bakar fosil ini semakin bertambah, maka dalam waktu singkat sumber SO2 buatan akan dapat memproduksi lebih banyak daripada sumber alamiah. Sumber SO2 salah satunya berasal dari sektor transportasi. Menurut Purwanti (2008), di Indonesia kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Sumber terbesar SO2 adalah pemakaian bahan bakar yang mengandung sulfur. Senyawa-senyawa pencemar seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan, dan senyawa-senyawa fosfor timbal selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin (Sastrawijaya, 2000). 2.4Pembentukan SO2 dalam Pembakaran Bahan Bakar pada KendaraanPembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor (Anonim, 2010). Pada pembakaran di mesin kendaraan, penyebab tingginya konsentrasi polutan adalah mesin yang kurang sempurna dan bahan bakar yang bertimbal dan mengandung sulfur sehingga meninggalkan sisa-sisa pembakaran berbentuk polutan. Proses pembakaran di dalam mesin motor dapat terjadi dengan sempurna dan tidak sempurna. Sistem pembakaran berlangsung sempurna apabila semua atom oksigen yang ada dalam udara bereaksi semua dengan atom bahan bakar (Riyadi, 1982). Mekanisme pembentukan SO2 jauh lebih sederhana dibandingkan dengan zat-zat pencemar lainnya. Hal ini karena SO2 merupakan produk alami dari pembakaran apabila bahan bakar mengandung sulfur. Tetapi jumlah masing-masing senyawa sulfur tersebut tidak tergantung dari jumlah oksigen yang tersedia. Gas SO2 selalu terbentuk lebih besar dari pada SO3, karena pembentukan SO3 dipengaruhi oleh kondisi reaksi, terutama suhu, dan jumlah yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx (Fardiaz, 1992). SO3 hanya diproduksi dalam jumlah relatif kecil selama pembakaran. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan reaksi yang terjadi, dan konsentrasi SO3 dalam campuran ekuilibrium yang dihasilkan dari reaksi pembakaran SOx tersebut. Reaksi pembentukan SO3 berlangsung sangat lambat pada suhu relatif rendah (misal pada suhu 200C), tetapi kecepatan reaksi meningkan dengan kenaikan suhu. Jika produksi SO3 dirangsang pada suhu tinggi, maka reaksi akan berjalan dengan cepat. Tetapi campuran equilibrium yang dihasilkan pada suhu rendah mengandung presentase SO3 lebih tinggi dari pada campuran yang dihasilkan pada suhu tinggi. Jadi kedua faktor tersebut mempunyai kecenderungan untuk menghambat satu sama lain selama pembakaran.

2.5Pengaruh Sulfur Dioksida (SO2)Pencemarana SO2 menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hidup. Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap makhluk hidup dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikutTabel 2.2Kadar SO2 dan Pengaruhnya Terhadap Makhluk HidupKategoriKonsentrasiPengaruh

Baik0 50Luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 setelah 4 jam

Sedang51 99Luka pada beberapa spesies tumbuhan

Tidak sehat100 199Bau dan meningkatnya kerusakan pada tanaman

Sangat tidak sehat200 299Meningkatnya sensitifitas pada pasien berpenyakit astma dan bronchitis

Berbahaya300 lebihTingkat berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : Mursid Raharjo, 20092.6Bahan BakarBahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang biasa diubah menjadi energi berguna lainnya. Contoh yang paling umum adalah energi potensial yang dirubah menjadi energi kinetis. Minyak bumi berasal dari fosil organisme, maka minyak bumi mengandung senyawa-senyawa belerang (0,1 sampai 7%), notrogen (0,01 sampai 0,9%), oksigen (0,4 sampai 0,6%) dan senyawa logam dalam jumlah yang sangat kecil. Sulfur yang dikandung dalam bahan bakar mempunyai akibat merugikan yang sama seperti motor bensin. Gas belerang dioksida dalam gas asap dapat merusak logam-logam terutama bila motor bekerja dingin, terutama bila motor bekerja dingin, dan tampak pada saluran buang, katup-katup dan cincin torak. Kadar belerang tidak boleh dari 2% bahkan jika mungkin harus lebih rendah dari 0,7% (Daryanto, 2007).2.7Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara Polutan akan melalui berbagai proses di atmosfer. Pencampuran antara polutan yang satu dengan yang lain yang pada akhirnya akan meningkatkan komposisi polutan itu sendiri, bahkan memunculkan jenis polutan baru. Alam mempunyai proses sendiri yang secara alamiah dapat mengurangi maupun memindahkan konsentrasi berbagai partikulat tersebut sebagai akibat faktor meteorologi (Neiburger (1995) dalam Paramita (2006). Menurut Soedomo (2001), faktor meteorologi sangat penting dalam memperkirakan dan menilai dampak terhadap kualitas udara dan iklim. Faktor-faktor meteorologi tersebut antara lain : a. Angin Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Angin disebabkan oleh perbedaan tekananan atmosfer antara tempat yang satu dengan yang lain. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan yang lebih rendah (Tjasyono (1990) dalam Paramita (2006)). Keceparan angin dan suhu udara mempengaruhi penyebab dispersi polutan. Faktor tersebut merupakan faktor yang menentukan kecepatan polutan yang terbawa oleh kecepatan angin dan dipengaruhi oleh suhu sekitarnya sehingga polutan tersebut dapat berpindah tempat dan tidak stabil. Ketika kecepatan angin tinggi dan suhu tidak stabilm maka polutan akan lebih cepat hilang dan berpindah sehingga konsentrasi bahan polutan tidak menumpuk di sekitar emisi. Sebaliknya, jika kecepatan angin lemah dan suhu udara rendah, maka polutan akan terhambat dan konsentrasi polutan akan menumpuk di sekitar sumber emisi.b. Suhu udaraPerubahan suhu pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar terhadap pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Pada kondisi suhu normal, suhu akan berkurang dengan semakin meningkatnya ketinggian. Suhu akan berkurang sebesar 6,5C setiap ketinggian meningkat 1000 m dari permukaan air laut. Pada kondisi udara tercemar, dengan adanya penurunan suhu akan mempermudah terjadinya pencemaran udaran dan pendispersian polutan. Pada suatu lokasi dengan suhu lebih hangat dari udara sekitar, maka densitas atau kerapatan udaranya akan berkurang, sehingga polutan akan bergerak ke tempat dengan suhu yang homogeny dan kerapatan udara stabil. Hal ini akan menyebabkan terjadinya dispersi polutan di permukaan. Sebaliknya pada kondisi udara dingin dan kerapatan udara stabil maka polutan akan tetap tinggal (Thorngren (2003) dalam Paramita (2006)). c. Kelembaban udaraKelebaban udara adalah konsentrasi uap air di udara. Kelembaban relatif merupakan jumlah kadar air yang terkandung dalam udara pada suhu tertentu. Kandungan uap air dalam udara dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu. Pada saat suhu meningkat, maka kelembaban akan menurun, begitu pula sebaliknya. Kelembaban udara mempengaruhi reaksi pembentukan suatu polutan ke bentuk yang lain. Misal SO2 akan mudah berubah menjadi SO3 kemudian karena uap air yang tinggi SO3 akan membentuk senyawa H2SO4 (Fardiaz, 1992).

BAB IIIPEMANTAUAN LOKASI DAN TITIK PENGAMBILAN SAMPEL UDARA3.1 Ambien dan RoadsidePemilihan lokasi dan penentuan titik pengambilan contoh uji, harus mewakili daerah yang sedang dipantau, sehingga data hasil pengukuran yang diperoleh menggambarkan kualitas udara di daerah itu (SNI tentang Udara Ambien Bagian 9, 2005). Menurut Hadi (2005), secara umum sampel udara ambien di ambil di daerah pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan industri atau daerah yang dianggap penting. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas udara yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan tertentu. Dalam menentukan lokasi pengambilan sampel udara ambien diperlukan beberapa kriteria, yaitu : 1. Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi2. Daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi3. Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar dari emisi cerobong industri4. Daerah untuk memperoleh dampak pembangunanPengambilan sampel titik dengan sumber pencemar berupa sumber garis seperti di jalan raya dapat pula disebut dengan Roadside. Hadi (2005) mengungkapkan Roadside adalah tepi jalan raya yang secara langsung mempengaruhi pencemaran udara sumber bergerak yang disebabkan relatif tingginya kepadatan lalu lintas. Pengambilan sampel Roadside yang bertujuan mengetahui kualitas udara setelah memperoleh dampak emisi kendaraan bermotor harus memenuhi ketentuan seperti pengambilan sampel udara ambien. Dalam pengambilan contoh uji juga diperlukan langkah-langkah tindakan agar hasil uji yang di dapat terhindar dari kesalahan, langkah-langkah tersebut adalah (SNI 19-7119.6-2005) sebagai berikut :1. Peralatan sampling diletakkan pada lokasi yang mempunyai sumber arus listrik2. Peralatan sampling diletakkan pada daerah yang terbuka, bebas dari gangguan gedung dan pohon3. Penempatan peralatan berjarak 1 5 meter dari pinggir jalan yang akan diuji dan diletakkan setinggo 1,5 3 meter dari permukaan jalanPeta pedoman atau acuan dalam menentukan suatu lokasi pemantauan kualitas udara Roadside ditunjukkan dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1Peta Pedoman Menentukan Lokasi Pemantauan Kualitas Udara RoadsideSumber : SNI Udara Ambien Bagian 9 tentang Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara roadside3.2PersimpanganRuas-ruas jalan hanya dapat berfungsi sebagai pergerakan lalu lintas dalam sistem jaringan jalan, jika satu sama lain dihubungkan dengan persimpangan. Peran dari persimpangan dalam jaringan jalan oleh karenanya sangant esensial. Kapasitas sistem jaringan jalan sangat ditentukan oleh kapasitas persimpangan yang ada. Kekurangan kapasitas persimpangan atau ketidaktepatan pemilihan metoda pengendalian persimpangan akan menyebabkan tundaan lalu lintas dan antrian kendaraan yang berlebihan. Potensi titik konflik lalu lintas yang banyak pada persimpangan, juga menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan menjadi lebih tinggi dibandingkan bagian jaringan jalan lainnya. Persimpangan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu jaringan jalan, hal ini sehubungan dengan pengaruhnya terhadap pergerakan dan keselamatan dari arus lalu lintas kendaraan. Persimpangan jalan merupakan keadaan kritis terhadap kapasitas jalan dan memerlukan biaya pembangunan yang mahal, maka pertemuan jalan perlu dilaksanakan secara efisien. Aplikasi ini tidak hanya melayani arus lalu lintas saja, namun juga berperan dalam pengaturan dan kontrol pergerakan lalu lintas. Kegunaan utama dari dibuatnya persimpangan adalah mengurangi kemungkinan tabrakan antara kendaraan bermotor, pejalan kaki, sepeda dan fasilitas-fasilitas lain yang memberikan kemudahan, kenyamanan dan ketenangan terhadap pemaik jalan lain yang melalui persimpangan. 3.3Persimpangan SebidangSetiap persimpangan mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki persimpangan dan mencakup juga pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan dengan berbagai cara, harus dikendalikan dengan baik dimana erat hubungannya dengan kondisi lokal persimpangan tersebut. Pada prinsipnya persimpangan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menampung volume kendaraan tiap jam pada jalan tersebut. Kecepatan menjelang persimpangan, pada prinsipnya sama dengan kecepatan bagian jalan/kaki persimpangan. Bila perlu kecepatan rencana dari lalu lintas menerus dapat dikurangi sampai 20 km/jam sehubungan dengan adanya jalur-jalur pembantu atau median. Jalan yang menyebar pada suatu persimpangan merupakan bagian dari persimpangan yang disebut dengan kaki persimpangan. Pada umumnya persimpangan dari 2 (dua) jalan mempunyai 4 (empat) kaki, pada persimpangan sebidang banyaknya kaki persimpangan jangan sampai lebih dari 5 (lima).

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

4.1Waktu dan Lokasi PenelitianUntuk mengukur kualitas udara ambien, lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah di persimpangan Jalan Ngesrep Timur V, Jalan Sukun Raya dan Jalan Karangrejo Raya, Semarang. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 hari, dimana setiap persimpangan jalan memerlukan waktu 3 hari sampling. Setiap harinya sample yang diperoleh sebanyak 72 sample.

Gambar 3.1 Lokasi Sampling pada Persimpangan4.2Jenis PenelitianUntuk mengumpulkan data primer penelitian ini menggunakan metode observasi dan survei. Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode survei, informasi diperoleh melalui permintaan keterangan kepada pihak yang memberikan keterangan. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran kualitas udara ambien dengan menggunakan alat impinger dan metoda pararosanilin untuk parametes gas SO2.4.2.1Variabel Penelitian 1. Variabel BebasMerupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. a. Kecepatan Kendaraan Bermotorb. Faktor Meteorologisc. Jumlah Kendaraan

2. Variabel TerikatMerupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu gas SO2 yang diperoleh melalui pengukuran langsung menggunakan Impinger dengan metode pararosanilin.

4.3Tahapan PenelitianPenelitian dilakukan dengan cara observasi lapangan, dimana penelitian tersebut dimulai dengan tahap persiapan lalu dilanjutkan ke tahap pelaksanaan penelitian. 4.3.1Tahap Persiapan 1. Mencari dan mempelajari literatur, jurnul dan buku yang terkait mengenai pencemaran udara yang berguna sebagai pedoman.2. Menyiapkan alat dan bahan yang nantinya akan digunakaan pada tahap pelaksanaan.4.3.2Tahap Pelaksanaan1. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian berada di persimpangan Jalan Ngesrep Timur V, Jalan Sukun Raya dan Jalan Karangrejo Raya, Semarang.2. Mengukur faktor meteorologis yang meliputi temperatur, kelembaban, arah dan kecepatan angin pada lokasi penelitian. 3. Mencatat jumlah kendaraan yang melintas pada area penelitian4. Persiapan alat udara ambien Impinger, yaitu : a. Peralatan pengambilan sampel disusun seperti pada Gambar 3.2

b. Larutan penjerap SO2 dimasukkan ke masing-masing botol penjerap sebanyak 10 ml. Kemudian botol penjerap diatur agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. c. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan alirnya sebesar 0,5 L/menit sampai 1 L/menit, setelah stabil laju alir awal F1 (L/menit) dicatat.d. Pengambilan sampel dilakukan selama 1 jam, lalu temperatur dan tekanan udara dicatat.e. Setelah 1 jam, laju alir akhir F2 (L/menit) dicatat, kemudian pompa penghisap dimatikan.f. Diamkan selama 20 menit setelah sampel diambil untuk menghilangkan pengganggu.

4.3.3Analisa DataTahap ini dilakukan setelah tahap pelaksanaan atau penelitian di lokasi sampling berakhir. Pada tahap ini dilakukan analisis dan pembahasan, dimana data-data yang diperoleh selama tahap pelaksanaan penelitian dianalisa dengan literatur yang terkait. Data primer dan data sekunder yang diperoleh pada tahap persiapan dan pelaksanaan kemudian dianalisis dengan menggunakan program software Microsoft Office Excel 2010 dan SPSS 16 untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat pada penelitian ini. 4.4Diagram Metode PenelitianMULAISTUDI LITERATURRUMUSAN MASALAHSURVEY LOKASI : Lokasi di Jalanan Traffic Light Jalan Ngesrpep Timur V, Jalan Sukun Raya, Jalan Karangrejo Raya Sampling pendahuluan untuk melihat ada atau tidaknya SO2 di lokasi Jumlah titik sampling 2 titik, di titik dekat traffic light dan 150 meter dari traffic light

Persiapan Perizinan : Lokasi ruko/bangunan untuk peminjaman listrikTUJUAN 1Menganalisa hubungan antara jumlah kendaraan terhadap konsentrasi SO2TUJUAN 2Menganalisa hubungan antara faktor meteorologis terhadap konsentrasi SO2TUJUAN 3Menganalisa hubungan jenis kendaraan terhadap konsentrasi SO2METODOLOGI PENELITIAN Pengukuran di lokasi sampling Hasil dicatat pada lembar hasilMETODOLOGI PENELITIAN Pengukuran di lokasi sampling Hasil dicatat pada lembar hasilMETODOLOGI PENELITIAN Pengukuran di lokasi sampling Hasil dicatat pada lembar hasilPENGUKURAN DATA PRIMER Konsentrasi SO2 Jumlah kendaraan Arah dan Kecepatan Angin Kelembaban dan temperatur udara Waktu PengukuranPENGUKURAN DATA PRIMER Konsentrasi SO2 Curah hujan, radiasi sinar matahari Arah dan Kecepatan Angin Kelembaban dan temperatur udara Waktu PengukuranPENGUKURAN DATA PRIMER Konsentrasi SO2 Jenis kendaraan Arah dan Kecepatan Angin Kelembaban dan temperatur udara Waktu PengukuranANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Data Variabel Uji Korelasi1. Korelasi jumlah kendaraan terhadap konsentrasi SO22. Korelasi faktor meteorologis terhadap konsentrasi SO23. Korelasi jenis kendaraan terhadap konsentrasi SO2KESIMPULAN DAN SARANSELESAISTUDI PUSTAKA PENDAHULUANSTUDI PUSTAKA PENDAHULUANPELAKSANAAN PENELITIANANALISIS DATA