Upload
emriardi
View
952
Download
143
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teknologi Pendidikan
Citation preview
1
Makalah
PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan semakin mengalami perkembangan. Hal ini terlihat dari semakin
tingginya kebutuhan manusia akan pengetahuan. Sejalan dengan kebutuhan ini, dunia
pendidikan mengembangkan pusat-pusat sumber belajar yang dapat dikunjungi oleh
masyarakat akademisi.
Secara singkat, Sitepu (2014: 18) mengungkapkan bahwa sumber belajar dirumuskan
sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya
proses belajar (Edgar Dale, 1969). Sitepu (2014 : 19) juga mengungkapkan bahwa pendapat
lain tentang sumber belajar dikemukakan oleh AECT dimana AECT mendefinisikan sumber
belajar yaitu berbagai atau semua sumber berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Menurut Tucker (1979) sebagaimana dikutip oleh Arif Wicaksono (2008) yang kembali
dikutip oleh Mukhtar (2012) bahwa pusat sumber belajar didefinisikan dengan istilah media
center, dengan pengertian bahwa suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan,
latihan, dan pengenalan melalui produksi bahan media (transparansi overhead, slide, filmstrip,
videotape, dan sebagainya) serta memberikan pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan
audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan catalog, dan pemanfaatan
pelayanan sumber-sumber belajar pada ruang kuliah). Pusat sumber belajar bertugas untuk
menyediakan sarana dan media pendukung bagi kegiatan belajar mengajar (perkuliahan)
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Mukhtar (2012 : 214) mengungkapkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik yang meliputi banyak komponen antara
lain: tujuan, bahan pelajaran, metode, alat dan sumber belajar serta evaluasi. Dari definisi ini
2
terlihat kaitan antara instruksional dengan sumber belajar. Oleh karena itu, pemakalah akan
membahas pengembangan instruksional dalam kaitannya dengan sumber belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan sumber belajar, pusat sumber belajar dan
pengembangan instruksional?
2. Bagaimana pola-pola instruksional?
3. Apa yang menjadi Tujuan dan Fungsi pengembangan Instruksional?
4. Bagaimana model pengembangan instruksional J.E Kemp?
5. Bagaimana kaitan pengembangan instruksional dengan sumber belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada
bagian rumusan masalah. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk mendalami
hubungan pengembangan instruksional dan sumber belajar melalui tugas yang diberikan Prof.
Dr. Mukhtar, M. Pd.
1.4 Batasan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini hanya pada pengembangan instruksional
secara umum dan model pengembangan instruksional J.E Kemp dalam kaitannya dengan Pusat
Sumber Belajar.
3
BAB II
PUSAT SUMBER BELAJAR DAN PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
2.1 Pengertian Sumber Belajar, Pusat Sumber Belajar dan Pengembangan Instruksional
Menurut Mukhtar (2012 : 214) sumber belajar (learning center) adalah semua sumber
baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar dapat
berupa buku-buku rujukan, referensi, atau literature, baik untuk menyusun silabus maupun
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Mukhtar juga mengutip sumber belajar menurut
Dirjen Dikti (1983 : 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang
mempelajari sesuatu.
Mukhtar (2012 : 222) juga memberi definisi Pusat Sumber Belajar sebagai sebuah
institusi yang “secara konseptual” bertugas mengelola dan mengoptimalkan berbagai bentuk
dan jenis sumber belajar di atas untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Ada beberapa definisi tentang pengembangan instruksional. Menurut Harjanto (2010 :
110) pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan
masalah-masalah instruksional atau setidak-tidaknya dalam mengoptimalkan pemanfaatan
sumber belajar yang telah ada untuk memperbaiki pendidikan. Pengembangan instruksional ini
terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan dan evaluasi
terhadap system instruksional yang sedang dikembangkan tersebut sehingga setelah
mengalami beberapa kali revisi, system instruksional dapat memuaskan hati
pengembangannya.
4
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, terlihat sekali hubungan yang relevan antara
pengembangan instruksional dengan sumber belajar.
2.2 Pola-pola Instruksional
Harjanto (2010 : 102 – 105) mengungkapkan bahwa pada umumnya kita kenal pola
instruksional di mana dosen atau guru pada umumnya mempunyai kedudukan sebagai satu-
satunya sumber belajar dalam system instruksional. Pada pola instruksional ini, guru atau dosen
memegang kendali dan control sepenuhnya. Inilah yang disebut dengan pola instruksional
tradisional.
Namun sejalan perjalanan waktu, berbagai perkembangan mempengaruhi pola
instruksional. Di satu pihak ada kecendrungan standarisasi terhadap segi masukan (input)
dalam system instruksional. Dan di lain pihak terdapat pengaruh perkembangan teknologi yang
pada awalnya diwarnai dengan adanya peralatan atau instrumentasi.
Gbr. 1. Pola Instruksional di mana terdapat tanggung jawab bersama
antara dosen dan media
Tujuan Penetapan isi dan
metode
Dosen Media
Dosen dengan alat
audio visual
Mahasiswa
Tujuan Dosen
Media
Penetapan
isi dan
metode
Mahasiswa
5
Gbr. 2. Pola Instruksional dengan Media
Jadi ada tiga pola instruksional yakni : pertama, pola tradisional yang lebih
menitikberatkan pada peran guru. Kedua, pola instruksional yang lebih menitikberatkan pada
media. Dan ketiga, pola instruksional yang lebih menitikberatkan pada guru dan media. Dari
antara ketiga pola tersebut, pengembangan instruksional lebih pada pola yang menitikberatkan
pada peran guru dan media.
2.3 Tujuan dan Fungsi Pengembangan Instruksional
Harjanto (2010 : 137 – 139) mengungkapkan bahwa pada umumnya setiap kegiatan
memiliki tujuan dan fungsi. Demikian pula pengembangan instruksional. Sesuai definisi
pengembangan instruksional, tujuan utama pengembangan instruksional adalah untuk
menghasilkan system instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan
pendidikan.
Sedangkan secara lebih khusus tujuan pengembangan instruksional adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah instruksional dan mengorganisasi alat pemecahan
masalah tersebut.
b. Untuk menghasilkan strategi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
c. Untuk menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
d. Untuk menghasilkan evaluasi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
e. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
f. Untuk mengidentifikasi alat dan media yang cocok untuk sesuatu tujuan instruksional
tertentu dalam proses belajar-mengajar.
g. Untuk menentukan dan mengidentifikasi materi pengajaran yang cocok agar belajar-
mengajar dapat efektif.
Sedangkan fungsi dari pengembangan instruksional dalam belajar-mengajar adalah:
6
a. Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar dalam rangka
perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
b. Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instruksional, yang meliputi:
mengidentifikasi kebutuhan dan karekteristik peserta didik, menentukan tujuan instruksional,
menentukan strategi belajar-mengajar, menentukan materi pelajaran, menentukan media dan
alat peraga, menentukan evaluasi pengajaran, dan lain-lain.
c. Sebagai alat pengontrol / evaluasi, kesesuaian antara perencanaan instruksional dengan
pelaksanaan belajar-mengajar.
d. Sebagai balikan / feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajar-mengajar
dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
Agar pengembangan instruksional mampu mencapai tujuan dan fungsinya secara baik,
pengembangan instruksional hendaknya memenuhi criteria sebagai berikut: 1) kualitas
pengembangan, 2) efektifitas pengembangan, 3) efisiensi pengembangan dan 4) relevansi
pengembangan.
2.4 Model Pengembangan Instruksional Kemp
Menurut Kemp (1977) seperti yang dikutip Harjanto (2010 : 78), pengembangan
instruksional atau desain instruksional terdiri dari delapan langkah yaitu:
a. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU)
TIU merupakan tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing pokok bahasan.
b. Menganalisis karakteristik peserta didik
Analisis ini digunakan untuk mengetahui latar belakang pendidikan, social, budaya
peserta didik serta untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil.
c. Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK)
TIK ini bagi peserta didik antara lain berguna untuk mengetahui apa yang harus
dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan criteria keberhasilannya.
d. Menentukan materi pelajaran
7
Dalam menentukan materi pelajaran ini harus disesuaikan dengan TIK
e. Menetapkan penjajagan awal
Tes awal ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memenuhi
persyaratan belajar yang diperlukan untuk mengikuti program pengajaran.
f. Menentukan strategi belajar-mengajar
Dalam memilih strategi belajar-mengajar ini harus sesuai TIK, selain itu juga harus
memperhatikan factor: a) efisiensi, b) efektifitas, c) ekonomis dan d) praktis.
g. Mengkoordinasi sarana penunjang yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga
h. Mengadakan evaluasi
Evaluasi ini digunakan untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara
system.
Secara visual model pengembangan instruksional dari J.E Kemp dapat digambarkan
sebagai berikut:
Topic and general purposes
Student Characteristic
Learning Objectives
Student Content
Pretest
Evaluation
Support Service
Teaching / learning
Activities + resources
8
Gbr. 3. Model Pengembangan Instruksional J.E Kemp
Dalam Model pengembangan instruksional Kemp ini, penentuan pembentukan pusat
sumber belajar terdapat pada langkah f (menentukan strategi belajar-mengajar) atau langkah g
(Mengkoordinasi sarana penunjang yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga)
apabila pusat sumber belajar dianggap perlu untuk menjawab kebutuhan peserta didik.
Selanjutnya Pusat Sumber Belajar tersebut akan memiliki umpan balik bagi pengembangan
instruksional.
2.5 Pengembangan Instruksional dan Sumber Belajar
Rusmanto dalam https://ojonx.wordpress.com/2013/05/08/pusat-sumber-belajar/
mengungkapkan bahwa pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses yang
sistematis dan terus menerus, yang akan membantu pengajaran dalam mengembangkan
pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan partisipasi aktif siswa di dalam proses
belajar-mengajar. Di sinilah letak hubungan yang penting antara pusat sumber belajar dengan
pengembangan sistem instruksional. Segala sumber dan bahan serta personil yang ada di dalam
pusat sumber belajar dimaksudkan untuk membantu efektifitas dan efisiensi interaksi siswa
dan pengajar dalam proses pembelajaran.
Secara umum, tujuan dari Pusat sumber belajar adalah untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi kegiatan proses belajar mengajar melalui pengembangan sistem pembelajaran.
Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan
kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru (non-tradisional), yang
paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban institusional
yang direncanakan lainnya.
Selain itu, secara khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk :
(1) menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas
tradisional. (2) Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk
9
mencapai tujuan program akademis dan kewajiban institusional lainnya. (3) Memberikan
pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindak lanjut untuk pengembangan
sistem pembelajaran yang ada. (4) Melaksanakan latihan untuk para tenaga pengajar mengenai
pengembangan sistem pembelajaran dan integrasi teknologi dalam proses pembelajaran. (5)
Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang penggunaan media pendidikan. (6)
Menyebarkan informasi yang akan membantu memajukan penggunaan berbagai macam
sumber belajar dengan lebih efektif dan efesien (7) Menyediakan pelayanan produksi bahan
ajar. (8) Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain fasilitas sumber belajar. (9)
Membantu mengembangkan standar penggunaan sumber-sumber belajar. (10) Menyediakan
pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan. (11) Membantu dalam pemilihan dan
pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya. (12) Menyediakan pelayanan evaluasi untuk
membantu menentukan efektifitas berbagai cara pengajaran.
Dari uraian tujuan khusus di atas, jelaslah bahwa pusat sumber belajar mempunyai
peranan yang cukup menentukan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
instruksional. Dengan demikian dari awal hendaklah selalu kita sadari bahwa pusat sumber
belajar bukan semata-mata suatu tempat ataupun gudang penyimpanan berbagai macam
peralatan dan bahan pengajaran.
Misi yang pertama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem instruksional
terpadu yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
belajar dan mengajar. Segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar,
termasuk pengadaan, pelayanan perpustakaan bahan pengajaran, dimaksudkan untuk mencapai
keberhasilan pelaksanaan misi tersebut.
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus di atas, pusat sumber belajar mempunyai
fungsi dan kegiatan sebagai berikut :
1. Fungsi pengembangan sistem intruksional
Fungsi ini menolong jurusan atau departemen dan staf tenaga pengajar secara individual
di dalam membuat rancangan (desain) dan pemilihan options (pilihan) untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar dan mengajar, yang meliputi : (1) Perencanaan
kurikulum, (2) Identifikasi pilihan program pembelajaran, (3) Seleksi peralatan dan bahan,
10
(4) Perkiraan biaya, (5) Pelatihan bagi tenaga pengajar, (6) Perencanaan program,
(7) Prosedur evaluasi, dan (8) Revisi program.
2. Fungsi informasi
Dalam kehidupan sehari-hari orang sering memerlukan informasi, baik untuk keperluan
pribadi maupun untuk keperluan usahanya. Ada beberapa macam sumber informasi, seperti
pusat komputer (puskom), bahan bacaan, radio, televisi, perorangan, lembaga, dan sebagainya.
Jika informasi yang diperlukan hanya sedikit dan yang memerlukannya juga sedikit, maka
bahan informasinya dapat disimpan dalam satu file. Jika yang memerlukannnya lebih banyak,
maka perlu dibentuk perpustakaan lengkap dengan katalognya. Bahkan jika lebih banyak lagi,
harus menggunakan data base computer.
3. Fungsi pelayanan media
Fungsi ini berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan
pendukung yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan pelajar, yang meliputi : (1) Sistem
penggunaan media untuk kelompok besar. (2) Sistem penggnaan media untuk kelompok kecil.
(3) Fasilitas dan program belajar sendiri (individual). (4) Pelayanan perpustakaan media/bahan
pengajaran. (5) Pelayanan pemeliharaan dan peminjaman/sirkulasi. (6) Pelayanan pembelian
bahan-bahan dan peralatan
4. Fungsi produksi
Fungsi ini berhubungan dengan penyediaan materi dan bahan pelajaran yang tidak
dapat diperoleh melalui sumber komersial, yang meliputi : (1) Penyimpanan karya seni asli
(original atwork) untuk tujuan pembelajaran. (2) Produksi transparansi untuk OHP. (3)
Produksi fotografi (slide, filmstrip, foto, dan lain-lain) untuk presentasi. (4) Pelayanan
reproduksi fotografi. (5) Pemrograman, pengeditan, dan reproduksi rekaman. (6)
Pemrogaraman, pemeliharaan, dan pengembangan system radio dan televisi di kampus.
5. Fungsi administratif
Fungsi ini berhubungan dengan cara-cara bagaimana tujuan dan prioritas program dapat
tercapai. Fungsi ini berhubungan dengan semua segi program yang dilaksanakan dan akan
melibatkan semua staf dan pemakai dengan cara-cara yang sesuai. Hal ini meliputi beberapa
11
kegiatan sebagai berikut : (1) Supervisi personalia untuk media; (2) Pengembangan koleksi
media untuk program pembelajaran; (3) Pengembangan spesifikasi pendidikan untuk fasilitas
baru; (4) Pengembagan sistem peminjaman/sirkulasi; (5) Pemeliharaan kelangsungan
pelayanan produksi bahan pembelajaran; (6) Penyediaan pelayanan untuk pemeliharaan bahan,
peralatan, dan fasilitas.
Kelima fungsi pusat sumber belajar dengan kegiatan-kegiatan di atas merupakan fungsi
dan kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilaksanakan oleh
pusat sumber belajar, akan sangat bergantung pada tujuan program instruksional, fasilitas,
peralatan yang dimiliki, staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber belajar yang
bersangkutan. Namun demikian dapatlah dipastikan bahwa kelima fungsi di atas akan selalu
dijumpai dalam setiap pusat sumber belajar sebagai suatu lembaga yang berusaha untuk
memajukan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran. Yang berbeda hanyalah kegiatan-
kegiatan nyata yang berhubungan dengan keempat fungsi di atas, sesuai dengan adanya
pembatasan-pembatasan yang terdapat pada masing-masing pusat sumber belajar.
Oleh karena itu, Pengembang instruksional yang bekerja di PSB hendaknya memiliki
kompetensi dalam bidang pengelolaan dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus,
memiliki pengalaman yang cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang meyakinkan dan
menguasai bidang evaluasi. Apabila dirinci, secara garis besar kompetensi yang harus dimiliki
oleh pengembang instruksional antara lain adalah : memilih proyek pengembangan
instruksional, menggali analisis kebutuhan, merncanakan, menspesifikasi strategi
instruksional, sampai memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan pengembangan
instruksional.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber belajar merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran (instruksional).
Sumber belajar yang dimaksudkan di sini adalah berbagai atau semua sumber berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah
maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Dalam
perjalanan waktu diperlukan satu lembaga yang khusus yang menangani sumber belajar ini.
Lembaga / institusi ini disebut dengan Pusat Sumber belajar yang bertugas untuk menyediakan
sarana dan media pendukung bagi kegiatan belajar mengajar (perkuliahan).
Dalam melakukan pengembangan instruksional terdapat pola-pola yang lazim
digunakan yakni pola tradisional yang lebih menitikberatkan pada guru dan pola media yang
lebih menitikberatkan pada media yang digunakan serta kombinasi dari kedua pola tersebut.
Pengembangan instruksional bertujuan untuk menghasilkan system instruksional yang
efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan. Dalam mencapai tujuan ini, pusat
sumber belajar memiliki peranan yang penting sebab salah satu fungsi dari pusat sumber belajar
adalah pengembangan system instruksional. Fungsi ini menolong jurusan atau departemen dan
staf tenaga pengajar secara individual di dalam membuat rancangan (desain) dan pemilihan
options (pilihan) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar dan mengajar,
yang meliputi :(1) Perencanaan kurikulum, (2) Identifikasi pilihan program pembelajaran,
(3) Seleksi peralatan dan bahan, (4) Perkiraan biaya, (5) Pelatihan bagi tenaga pengajar,
(6) Perencanaan program, (7) Prosedur evaluasi, dan (8) Revisi program.
13
Maka tampak jelas sekali ada kaitan antara pusat sumber belajar dan pengembangan
instruksional dimana Pusat Sumber Belajar dapat membantu dalam pengembangan
instruksional sesuai dengan tujuan dan fungsinya yakni untuk menghasilkan system
instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.
3.2 Saran
Demikianlah pemaparan kami tentang pengembangan instruksional dalam kaitannya
dengan Pusat Sumber Belajar. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca
tentang analisis fungsi. Apabila ada kekurangan dari makalah ini, mohon kami dimaafkan.
Segala masukan yang dapat membangun makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Mukhtar, dan Iskandar. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta : Referensi
Rusmanto. Pusat Sumber Belajar. https://ojonx.wordpress.com/2013/05/08/pusat-sumber-
belajar/ diakses pada tanggal 18 September 2015 pukul 21.24 WIB
Sitepu, B. P. 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : Rajawali Press