Upload
bisma-abhiyanda
View
128
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
Nama : Cici Desrina SM. kul : Perpustakaan Digital
PERPUSTAKAAN DIGITAL
A. Latar Belakang
Era Informasi tidak terlepas dari peran teknologi yang dominan di segala
bidang. Teknologi menjadi penting diterapkan untuk mencapai efektifitas dan
efisiensi. Teknologi informasi merubah aktivitas menjadi cepat, akurat dan
fleksibel.Perpustakaan sebagai produsen informasi sangat memungkinkan
memanfaatkan teknologi. Teknologi yang digunakan tentunya berkaitan mengenai
bagaimana informasi itu diciptakan, dimanage dan didistribusikan.
Bukan saatnya lagi perpustakaan menunggu pelanggannya untuk datang.
Kreativitas perlu selalu ditonjolkan dalam menjemput pelanggan. Adanya
teknologi informasi di perpustakaan akan lebih memberikan kepuasan pelanggan
dan lebih dikenal masyarakat.
Saat ini gejala electronic book (e-book) atau buku elektronik mulai
booming dan menjadi sesuatu yang perlu direspon. Mengapa? Karena secara tidak
langsung e-book akan mempengaruhi aktivitas perpustakaan. Khususnya dalam
hal koleksi monograf. Akankah e-book akan mengubah fungsi perpustakaan.
Bagaimana nasib perpustakaan jika e-book mengglobal. Pantaskah dengan
perkembangan teknologi, perpustakaan terus berdiam diri dengan layanan
konvensional. Dan apakah perpustakaan dapat menjamin pelanggan tetap
terpuaskan dengan layanan yang selalu monoton dan kurang terjamah teknologi.
Semua tantangan ini patut dijadikan perhatian untuk melangkah kepada
perpustakaan modern yang mempunyai daya saing berkualitas.
E-book tidak terlepas dari pengaruh teknologi. Dan teknologi dapat
mengubah sesuatu menjadi serbamungkin. Bisa jadi perkembangan e-book akan
semakin sempurna. Sangat memungkinkan e-book berkembang dengan
tersedianya fasilitas audiovisual, 3-dimensi bahkan film.
Mungkin saat ini membaca masih terbatas pada pemahaman (pikiran).
Tetapi di masa depan bisa jadi membaca akan dilengkapi dengan visualisasi yang
sangat berguna dalam membantu pemahaman isi buku. Kenyamanan membaca
menjadi impian pelanggan perpustakaan sebagai seorang konsumen.
Sayangnya, hal yang demikian tidak dapat dirasakan oleh semua lapisan
pelanggan perpustakaan. Karena saat ini (dalam era informasi khususnya) mulai
ada kecenderungan dari free information service kepada fee information service.
Dalam pengertian bahwa telah ada pergeseran dalam mendapatkan informasi.
Yang dulunya informasi dapat diperoleh secara gratis, saat ini mulai ada
kecenderungan bahwa informasi sangat berharga. Bahkan terkesan dibisniskan
(dijualbelikan). Sehingga dalam memperoleh informasi seseorang harus
membayar/ membeli.
Oleh karena itu perpustakaan – dengan pustakawan di dalamnya – dituntut
mampu mengatasi permasalahan ini dengan tetap menyajikan informasi bagi
semua lapisan pelanggan secara mudah dan murah (baca : gratis). Dan salah satu
jalan yaitu pemanfaatan teknologi dengan cara kreatif sehingga menghasilkan
produk (informasi) yang bermanfaat. Akhirnya sasaran di masa depan dapat
tercapai yaitu perpustakaan yang berwawasan teknologi yang memihak kapada
semua lapisan pelanggannya.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuannya :
1. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan dan manfaat dari inovasi
jaringan perpustakaan digital dalam kehidupan manusia.
2. Untuk membuat konsep perpustakaan digital di masa yang akan datang guna
memenuhi kebutuhan informasi.
Manfaatnya :
1. Menambah pengetahuan tentang teknologi informasi khususnya penyebaran
informasi lewat perpustakaan digital.
Memahami lebih dalam tentang inovasi perpustakaan digital di masa yang akan
datang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik
itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk _le elektronik dan
mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan
komputer. Istillah perpustakaan digital atau digital library sendiri mengandung
pengertian sama dengan electronic library dan virtual library.
Sedangkan istilah yang sering digunakan dewasa ini adalah digital library, hal ini
bisa kita lihat dengan adanya workshop, simposium, atau konferensi dengan
memakai nama digital library ( Perpustakaan Digital ).
B. Kendala Pembangunan Digital Library
Di Indonesia terdapat hambatan-hambatan untuk pembangunan digital
library, faktor-faktor yang menghambat untuk pembangunan digital library
diantaranya :
Komunikasi masih mahal.
Infrastruktur kurang memadai.
Aspek birokrasi dan politis.
Kondisi sosial masyarakat pengguna informasi.
Aspek HaKI.
Masalah ini sebagian besar terbagi menjadi dua :
1) Hak cipta pada dokumen yang didigitalkan. Yang termasuk di dalamnya
adalah merubah dokumen ke digital dokumen, memasukan digital dokumen ke
database, merubah digital dokumen ke hypertext dokumen
2) Hak cipta pada dokumen di Communication Network. Di dalam hukum hak
cipta masalah transfer dokumen lewat komputer network belum didefinisikan
dengan jelas. Hal yang perlu disempurnakan adalah tentang hal menyebarkan, hak
meminjamkan, hak memperbanyak, hak menyalurkan baik kepada masyarakat
umum atau pribadi, semuanya dengan media jaringan komputer termasuk di
dalamnya internet, intranet dan sebagainya.
Pengaturan hak cipta pada digital dokumen di atas sangat diperlukan terutama
untuk memperlancar pembangunan digital library di dunia. Salah satu wujud
nyata adalah penelitian tentang ECSM (Electronic Copyright Management
System), yang intinya adalah sistem memonitor penggunaan digital dokumen oleh
user secara otomatis
Masalah Mendigitalkan Dokumen.
Pembuatan perpustakaan digital tidak menemui masalah selama dokumen yang
diterima berupa elektronik. Masalah muncul pada saat dokumen yang diterima
berupa non-elektronik, misalnya berupa kertas atau buku. Hal ini merupakan
masalah utama yang dibahas pada proyek-proyek penelitian diatas, khususnya
dalam pembuatan perpustakaan digital dengan dokumen dari perpustakaan umum
atau dari grey literature.
C. Solusi Atas Kendala Pembangunan Digital Lybrary
1. Transformasi dari Perpustakaan Tradisional ke Perpustakaan Digital
Perlu formulasi kebijakan, perencanaan strategis secara holistic termasuk
aspek hokum (copyrights), standarisasi, pengembangan koleksi, infrastruktur
jaringan, metoda akses, pendanaan, kolaborasi, kontrol bibliografi, pelestarian,
dan sebagainya untuk memandu keberhasilan mengintegrasikan tradisional ke
format digital.
Penguatan kapasitas kebijakan harus ditekankan pada pelatihan dan penyegaran
kepada staf perpustakaan dan pemakai dengan adanya layanan perpustakaan
digital seperti : penggunaan dengan konsep aplikasi perangkat lunak, sumber daya
informasi secara online, digitalisasi dan sebagainya.
2. Perkembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi
Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke
depan. Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan
teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai
bidang. Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang
dicoba didekati dengan menggunakan teknologi informasi.
Dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari
perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa
katalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog
(index). Katalog mengalami metamorfosa menjadi katalog elektronik yang lebih
mudah dan cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di
perpustakaan.
Koleksi perpustakaan juga mulai dialihmediakan ke bentuk elektronik
yang lebih tidak memakan tempat dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah
perkembangan mutakhir dari perpustakaan, yaitu dengan munculnya perpustakaan
digital ( digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan
karena berorientasi ke data digital dan media jaringan computer (internet).
Di sisi lain, dari segi manajemen (teknik pengelolaan), dengan semakin
kompleksnya koleksi perpustakaan, data peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi
perpustakaan, saat ini muncul kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi
untuk otomatisasi business process di perpustakaan. Sistem yang dikembangkan
dengan pemikiran dasar bagaimana kita melakukan otomatisasi terhadap berbagai
business process di perpustakaan, kemudian terkenal dengan sebutan sistem
otomasi perpustakaan ( library automation system).
3. Pengelolaan Dokumen Elektronik
Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang
memiliki perbedaan dengan pengelolaan dokumen tercetak. Proses pengelolaan
dokumen elektronik melewati beberapa tahapan, yang dapat kita rangkumkan
dalam proses digitalisasi, penyimpanan dan pengaksesan/temu kembali dokumen.
Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur adalah bekal penting
dalam pembangunan sistem perpustakaan digital (digital library).
a) Proses Digitalisasi Dokumen
Proses perubahan dari dokumen tercetak ( printed document) menjadi dokumen
elektronik sering disebut dengan proses digitalisasi dokumen. Dokumen mentah
(jurnal, prosiding, buku, majalah, dsb) diproses dengan sebuah alat (scanner)
untuk menghasilkan doumen elektronik. Proses digitalisasi dokumen ini tentu
tidak diperlukan lagi apabila dokumen elektronik sudah menjadi standar dalam
proses dokumentasi sebuah organisasi.
b) Proses Penyimpanan
Pada tahap ini dilakukan proses penyimpanan dimana termasuk didalamnya
adalah pemasukan data (data entry), editing, pembuatan indeks dan klasifikasi
berdasarkan subjek dari dokumen. Klasifikasi bisa menggunakan UDC (Universal
Decimal Classification) atau DDC (Dewey Decimal Classfication) yang banyak
digunakan di perpustakaanperpustakaan di Indonesia.
Ada dua pendekatan dalam proses penyimpanan, yaitu pendekatan basis file (file
base approach) dan pendekatan basis data (database approach). Masing-masing
pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan, dan kita dapat memilih
pendekatan mana yang akan kita gunakan berdasarkan kebutuhan.
c) Proses Pengaksesan dan Pencarian Kembali Dokumen
Inti dari proses ini adalah bagaimana kita dapat melakukan pencarian kembali
terhadap dokumen yang telah kita simpan. Metode pengaksesan dan pencarian
kembali dokumen akan mengikuti pendekatan proses penyimpanan yang kita
pilih. Pendekatan database membuat proses ini lebih fleksibel dan efektif
dilakukan, terutama untuk penyimpanan data sekala besar. Disisi lain,
kelemahannya adalah relatif lebih rumitnya sistem dan proses yang harus kita
lakukan.
4. Pengembangan Sistem Otomasi Perpustakaan
Sistem otomasi perpustakaan yang baik adalah yang terintegrasi, mulai
dari system pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, sistem
pencarian kembali bahan pustaka, sistem sirkulasi, membership, pengaturan denda
keterlambatan pengembalian, dan sistem reporting aktifitas perpustakaan dengan
berbagai parameter pilihan. Lebih sempurna lagi apabila sistem otomasi
perpustakaan dilengkapi dengan barcoding, dan mekanisme pengaksesan data
berbasis web dan internet. Berikut adalah salah satu contoh sistem otomasi
perpustakaan dengan fitur-fitur yang mengakomodasi kebutuhan perpustakaan
secara lengkap, dari pengadaan, pengolahan, penelusuran, serta manajemen
anggota dan sirkulasi. Diharapkan contoh sistem yang ditampilkan dapat dijadikan
studi kasus dalam pengembangan sistem otomasi perpustakaan lebih lanjut.
Otentikasi Sistem
Sistem akan melakukan pengecekan apakah username dan password yang
dimasukkan adalah sesuai dengan yang ada di database. Kemudian juga mengatur
tampilan berdasarkan previlege pemilik account, apakah dia sebagai pengguna
atau admin dari sistem.
Menu Utama
Menampilkan berbagai menu pengadaan, pengolahan, penelusuran, anggota dan
sirkulasi, katalog peraturan, administrasi dan security. Menu ini dapat di setting
untuk menampilkan menu sesuai dengan hak akses user (previlege), misal kita
bisa hanya mengaktifkan menu penelusuran untuk pengguna umum, dsb.
Administrasi, Security dan Pembatasan Akses
Fitur ini mengakomodasi fungsi untuk menangani pembatasan dan wewenang
user, mengelompokkan user, dan memberi user id serta password. Juga mengelola
dan mengembangkan serta mengatur sendiri akses menu yang diinginkan.
Pengadaan Bahan Pustaka
Fitur ini mengakomodasi fungsi untuk pencatatan permintaan, pemesanan dan
pembayaran bahan pustaka, serta penerimaan dan laporan (reporting) proses
pengadaan.
Pengolahan Bahan Pustaka
Fitur ini mengakomodasi proses pemasukkan data buku/majalah ke database,
penelusuran status buku yang diproses, pemasukkan cover buku/nomer barcode,
pencetakan kartu katalog, label barcode, dan nomor punggung buku (call
number).
Penelusuran Bahan Pustaka
Penelusuran atau pencarian kembali koleksi yang telah disimpan adalah suatu hal
yang penting dalam dunia perpustakaan. Fitur ini harus mengakomidasi
penelusuran melalui pengarang, judul, penerbit, subyek, tahun terbit, dsb.
Manajemen Anggota dan Sirkulasi
Ini termasuk jantungnya sistem otomasi perpustakaan, karena sesungguhnya
disinilah banyak kegiatan manual yang digantikan oleh komputer dengan jalan
mengotomasinya. Didalamnya terdapat berbagai fitur diantaranya: pemasukkan
dan pencarian data anggota perpustakaan, pencatatan peminjaman dan
pengembalian buku (dengan teknologi barcoding), penghitungan denda
keterlambatan pengembalian buku, dan pemesanan peminjaman buku.
Pelaporan (Reporting)
Sistem reporting yang memudahkan pengelola perpustakaan untuk bekerja lebih
cepat, dimana laporan dan rekap dapat dibuat secara otomatis, sesuai dengan
parameterparameter yang dapat kita atur. Sangat membantu dalam proses analisa
aktifitas perpustakaan, misalnya kita tidak perlu lagi membuka ribuan transaksi
secara manual untuk melihat transaksi peminjaman koleksi dalam satu kategori,
atau mengecek aktifitas seorang pengguna perpustakaan dalam 1 tahun.
5. Transformasi Pustakawan
Sebetulnya yang paling memerlukan dan yang harus pertama kali
melakukan transformasi di era pengetahuan ini adalah para pustakawan.
Menambah nilai pada informasi dan pengetahuan, manajemen pengetahuan,
information literacy training, multi-fungsi, dsb.; semuanya ini memerlukan
kemampuan yang lebih dari sekedar pengetahuan dan ketrampilan di bidang TI
dan bidang-bidang pengetahuan yang digeluti pengguna. Yang terlebih diperlukan
adalah kemampuan untuk melihat dan bekerja seperti ’kupu-kupu di padang
bunga pengetahuan” atau ’petani di kebunnya’.
Ini adalah kemampuan untuk melihat dan memanfaatkan (tepatnya
mensinergikan) pelbagai potensi TI dan pengetahuan untuk sebanyak mungkin
peningkatan kuantitas dan kualitas siklus pengetahuan. Ini merupakan
kemampuan melihat ’di atas rata-rata pengguna’ dan kreativitas. Karena itu
sebetulnya daftar pekerjaan baru perpustakaan tidak pernah berakhir, dan
semuanya berpusat pada memfasilitasi pemanfaatan dan pengembangan
pengetahuan.
D. Konsep Perpustakaan Modern ( Digital Lybrary )
Perpustakaan modern di masa depan mempunyai 5 syarat yang perlu
diperhatikan. Lima kriteria ini patut dijadikan perhatian untuk melangkah kepada
eksistensi perpustakaan yang mampu bersaing di era informasi.
1. Pemanfaatan teknologi informasi secara efektif dan efisien
Perubahan jaman menuntut perpustakaan untuk melakukan perubahan
juga. Tidak terkecuali layanan yang diberikan. Tidak mustahil jika sekarang
beberapa jenis perpustakaan sudah mulai merintis kliping elektronik, katalog
online, pembuatan situs perpustakaan dan berbagai aktivitas lainnya.
Aktivitas ini diharapkan akan terus berkembang dengan aktivitas-aktivitas
kreatif lainnya. Karena dengan pemanfaatan teknologi informasi, aktivitas akan
semakin efektif dan efisien. Efektif, karena dengan teknologi informasi maka
informasi akan dihasilkan secara benar dan akurat. Efisien, karena dengan
teknologi informasi masalah waktu dalam menghasilkan, mengemas dan
“menjual” informasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah.
2. Pelayanan 24 jam
Perlu diketahui bahwa dunia perbankan telah menerapkan strategi ini.
Bagaimana dengan perpustakaan yang sebenarnya mempunyai kesamaan aspek
layanan dengan bank yaitu pelayanan jasa. Bukankah keduanya juga tempat
menanamkan “investasi”? Kalau bank berupa uang, bukankah perpustakaan
merupakan investasi pengetahuan. Tetapi mengapa bank lebih memasyarakat dan
lebih banyak dimanfaatkan pelanggan. Walaupun secara fisik, pelayanan
(transaksi/ pengambilan uang) tidak dilakukan, namun bank menerapkan strategi
dengan layanan ATM (Anjungan Tunai Mandiri). Karena memang sudah menjadi
filosofi dunia jasa – khususnya perbankan – adalah siapa yang memberikan
layanan secara terus menerus dan berkesinambungan, maka dia akan menjadi
pemenang. Jadi kapan dan di mana saja pelanggan yang membutuhkan jasa bank
akan siap dilayani dengan ATM, walaupun tidak dengan cara face to face.
Bisakah hal ini diterapkan di perpustakaan.
Perpustakaan sebenarnya dapat mengadopsinya dalam bentuk layanan siap
antar. Pemesanan koleksi melalui e-mail ataupun surat dapat segera dipenuhi
dengan layanan ini. Dengan cara mempekerjakan staf menurut pembagian waktu
kerja, maka aktivitas (layanan) ini akan lebih ringan dan dapat dilaksanakan
secara kontinyu
3. Adanya pustakawan plus ( kreativ )
Penulis berpendapat bahwa pustakawan plus adalah pustakawan yang
dapat menciptakan, mengemas dan “menjual” informasi. Pustakawan tidak cukup
dengan berbekal pendidikan dasar ilmu perpustakaan saja. Namun keahlian dan
keterampilan teknologi informasi menjadi salah satu syarat utama untuk
melangkah kepada perpustakaan modern yang tetap memelihara kepuasan
pelanggan.
Pustakawan plus juga selayaknya mampu membawa perpustakaan untuk
lebih dikenal masyarakat. Karena tanpa usaha “menjual diri” dan kreativitas maka
selamanya perpustakaan akan tenggelam tak dikenal masyarakat.
4. Jaringan perpustakaan yang luas dan terorganisasi
Pemanfaatan e-mail dan mailing-list sangat mendukung aktivitas ini.
Selain hemat dan cepat, teknologi ini menghadirkan informasi terkini
antaranggotanya.
Terorganisasi mempunyai arti bahwa antarperpustakaan mempunyai keselarasan
komitmen untuk selalu menjaga komunikasi serta menjalankan dan menaati
kesepakatan yang telah ditentukan bersama. Sehingga setiap perpustakaan
memperoleh hak dan kewajibannya sebagai anggota jaringan.
5. Menghasilkan produk yang bermanfaat dan dapat meningkatkan taraf hidup
pelanggannya
Perpustakaan modern selayaknya mampu menghasilkan produk sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Yaitu informasi yang dapat memberikan manfaat
dan meningkatkan taraf hidup pelanggannya. Dalam arti bahwa setelah
memanfaatkan (jasa dan produk) perpustakaan, akan ada perubahan sikap dari
pelanggan. Produk yang dihasilkan juga berpotensi dalam pengembangan
aktivitas perpustakaan. Karena secara tidak langsung produk perpustakaan tidak
terlepas dari masalah hak cipta. Jadi perpustakaan modern tidak sebatas
mengurusi koleksi, namun juga mengurusi kontrak-kontrak, kerjasama dengan
penulis buku dan penerbit, pembagian royalti dan kegiatan manajemen lainnya.
Sehingga kegiatan yang dilakukan semakin luas dan bervariasi.
E. Pustakawan Kreatif Vs Kepuasan Pelanggan
Kemajuan perpustakaan tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia
(SDM). Oleh karenanya kreativitas perlu disalurkan. Kreativitas dikategorikan
menjadi. Pertama, person (pribadi kreatif), menjadi motor sekaligus pondasi bagi
tumbuhnya aktivitas-aktivitas kreatif. Kedua, process (proses kreatif)
menghasilkan atmosfir kerja untuk selalu menghasilkan ide-ide dalam mendukung
aktivitas kreatif. Ketiga, press (dorongan/ dukungan lingkungan), mempengaruhi
variasi/ aneka ragam aktivitas kreatif. Keempat, product (produk kreatif), menjadi
andalan bagi aktivitas kreatif untuk selalu dimanfaatkan pelanggan perpustakaan.
Empat motivasi itu adalah kesenangan, cerahkan hari-hari pelanggan, siap
melayani dan tentukan sikap.
Pertama, kesenangan, bahwa pustakawan perlu menanamkan rasa senang
akan pekerjaannya. Sehingga akan tercipta profesionalitas dan rasa enjoy dalam
bekerja. Kedua, cerahkan hari-hari pelanggan. Pustakawan semestinya mampu
mengubah sikap pelanggan untuk selalu berguna dan bermanfaat.
Ketiga, siap melayani. Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melayani secara
ikhlas dan tanpa beban. Tentunya melayani dengan memberikan yang terbaik
kepada pelanggannya. Keempat, tentukan sikap sebagai pustakawan. Pustakawan
harus disiplin, jujur dan ramah. Pustakawan juga harus mempunyai komitmen
serta visi dan misi untuk selalu mengembangkan perpustakaan.
Perpustakaan tidak cukup dengan menghasilkan produk yang baik saja,
tetapi suguhan menarik juga diperlukan. Dengan kreativitas akan memunculkan
aktivitas-aktivitas yang selalu menguntungkan pelanggan. Dengan harapan
melalui kreativitas, pelanggan akan merasa betah dan tertarik untuk selalu
memanfaatkan serta datang kembali ke perpustakaan.
Namun demikian kepuasan pelanggan jangan sampai dilupakan. Karena
kepuasan pelanggan merupakan tolak ukur untuk kesuksesan sebuah layanan,
setidaknya ada 3 hal yang patut diperhatikan, yaitu :
1. Produk.
Produk perpustakaan sebisa mungkin benar-benar memberikan manfaat, aman
dikonsumsi dan ditampilkan dengan menarik. Dalam arti bahwa informasi yang
dihasilkan akan mengubah pola pikir, gaya hidup bahkan perilaku pelanggan yang
dulunya kurang baik menjadi baik.
2. Pelayanan.
Pelayanan perpustakaan disajikan dengan baik dan benar. Baik, karena pelayanan
sesuai dengan keinginan pelanggan. Benar, bahwa pelayanan tepat kepada sasaran
yang membutuhkan.
3. Penyampaian.
Pemesanan produk dikirim dalam waktu yang singkat, tidak merugikan pelanggan
dan disampaikan dengan sopan dan hormat.
Demikianlah mengapa pustakawan dituntut untuk kreatif demi tercapainya
kepuasan pelanggan. Karena pada dasarnya pelanggan menyukai sesuatu yang
baru, serbainstan dan penuh kejutan. Kiranya perpustakaan dapat melakukannya
sebagai aktivitas untuk menjadikan (suasana/ kondisi) perpustakaan semakin
“hidup”. Bahwa perubahan tidak selalu membawa kemajuan. Tetapi kemajuan
selalu membutuhkan perubahan karena dengan teknologi informasi kiranya
impian ini dapat menjadi kenyataan dalam merubah konsep perpustakaan
konvensional menuju perpustakaan yang berwawasan teknologi.
F. Harapan Perpustakaan Di Masa Depan
Banjir informasi semakin terasa dampaknya. Oleh karenanya penyeleksian
informasi perlu dilakukan. Teknologi informasi dapat membantu melakukannya
menuju kehidupan yang lebih baik. Ada kemungkinan di masa depan koleksi
perpustakaan bisa jadi bukan lagi berwujud buku-buku (tercetak). Melainkan
sudah direproduksi menjadi kumpulan compact disc (CD) sebagai alih bentuk
tercetak ke digital. Dan ruang perpustakaan tidak lagi diisi oleh kursi dan meja
baca. Tetapi berwujud kumpulan PC (Personal Computer) – sebagai alat bantu
membaca – dengan fasilitas LAN (Local Area Network) dan terkoneksi ke
jaringan.
Layanan pun semakin berkembang. Perpustakaan dituntut untuk selalu
memposisikan sebagai “operator informasi”. Artinya informasi tidak begitu saja
tersimpan/ berhenti di perpustakaan. Tetapi bagaimana mendistribusikan
informasi kepada seluruh pelanggan yang membutuhkan.
Sungguh indah bila kelak perpustakaan mampu mewujudkan seluruh aktivitasnya
berbasis teknologi informasi secara terus menerus dan berkesinambungan.
Layanan siap antar dan layanan online (interaktif) menjadi penting
diimplementasikan untuk selalu menemani pelanggannya. Sehingga kenikmatan
pelanggan tidak hanya dari produk (informasi) digital saja, tetapi juga layanan
kemudahan akses informasi yang cepat dan akurat.
Di sisi lain, talenta dan potensi pustakawan perlu dioptimalkan. Kebebasan
mengekspresikan ide/ gagasan perlu disalurkan dalam menciptakan kreativitas.
Sehingga aktivitas perpustakaan semakin semarak dan penuh keceriaan.
G. Kelebihan Dan Kekurangan Perpustakaan Digital
1. Kelebihan Perpustakaan Digital
Tidak dibatasi ruang: setiap pengguna dapat mengakses perpustakaan
digital tanpa harus datang ke perpustakaan, selama pengguna mempunyai
koneksi dengan internet;
Tidak dibatasi waktu: akses ke perpustakaan digital dapat dilakukan 24
jam dalam sehari, dapat diakses kapan saja, tanpa batas waktu, selama
pengguna terhubung dengan internet;
Penggunaan informasi lebih efisien: informasi yang ada dapat diakses oleh
pengguna secara bersamaan dalam waktu yang sama dengan jumlah orang
yang banyak;
Pendekatan bersturktur: pengguna dapat mencari informasi secara
bersturktur, misalnya dimulai dari menelusur katalog on line , kemudian
masuk ke full text, selanjutnya bisa mencari per bab bahkan per kata;
Lebih akurat: pengguna dapat menggunakan kata kunci dalam
pencariannya. Kata kunci yang tepat, akan membantu pengguna
mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kata kunci yang
dicantumkannya;
Keaslian dokumen tetap terjamin: Selama proses digitalisasi menggunakan
bentuk image/format PDF, keaslian dokumen akan tetap terjamin;
Jaringan perpustakaan yang lebih luas: kemudahan dalam melakukan
kerjasama/link antar perpustakaan digital, dimana ada kesepakatan antar
pengelola perpustakaan untuk melakukan resource sharing melalui
jaringan internet;
Secara teori, biaya pengadaan dan pemeliharaan koleksi menjadi lebih
murah
2. Kekurangan Perpustakaan Digital
Undang-Undang Hak cipta (Copy Right) : dalam hukum hak cipta masalah
transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan
jelas, masalah ini masih jadi perdebatan dalam proses pengembangan
perpustakaan digital;
Pengguna masih banyak yang lebih menyukai membaca teks tercetak
daripada teks elektronik;
Proses digitasi dokumen, membutuhkan waktu yang cukup lama,
dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan dalam mengembangkan dan
memelihara koleksi digital;
Jika terjadi pemadaman listrik, perpustakaan digital yang tidak
mempunyai jenset, tidak dapat beroperasi.
Pengunjung perpustakaan menjadi berkurang. Jika semua pengguna
mengakses perpustakaan digital dari rumah masing-masing ataupun dari
warnet, maka pengunjung perpustakaan akan berkurang karena dengan
mengunjungi perpustakaan digital, pengguna tidak merasa perlu
mengunjungi perpustakaan secara fisik, tapi dapat mengunjungi
perpustakaan dengan cara on line.
Kekurangan dari perpustakaan digital merupakan konsekuensi logis, dari
pergeseran paradigma yang kini berkembang di masyarakat. Namun kekurangan-
kekurangan yang ada harus disikapi dengan arif bijaksana. Walaupun masih ada
kekurangan dan kelemahan, namun perkembangan perpustakaan digital harus
terus dilanjutkan, demi kemajuan bangsa dan pembelajaran masyarakat sepanjang
hayat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sudah saatnya perpustakaan menyambut masa depan yang serbadigital.
Segala aktivitas selayaknya mengarah kepada penerapaan teknologi. Teknologi
bukan untuk ditakuti. Namun teknologi tercipta untuk dimanfaatkan dan
didayagunakan. Bukan saatnya lagi teknologi menjadi sebuah hambatan untuk
melangkah lebih maju dalam menatap masa depan. Terciptanya teknologi akan
merangsang dalam menghasilkan produk (informasi) secara akurat, terkini dan
terseleksi. Tentunya dengan tetap memperhatikan faktor kemanfaatan.
Perpustakaan sebagai penghasil, pengolah dan pendistribusi informasi sudah
selayaknya memanfaatkan teknologi informasi untuk didayagunakan secara
maksimal. Perpustakaan akan lebih dikenal oleh masyarakat apabila dalam setiap
layanan dan aktivitasnya dapat memberikan kepuasan untuk selalu
memanfaatkannya. Penerapan teknologi informasi di perpustakaan akan
membawa kepada layanan informasi yang berkualitas. Tentunya yang diimpikan
adalah layanan informasi yang tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Kapan dan di
mana saja perpustakaan siap menemani serta memuaskan pelanggannya.
B. Saran
Saran yang dapat disarankan adalah diharapkan perpustakaan dapat
memperluas akses penggunanya. Selain itu kerjasama pertukaran data adalah
langkah awal menuju kerjasama layanan yang lebih luas dan lebih baik lagi yang
akhirnya dapat meningkatkan penetrasi ilmu pengetahuan dan budaya ke
masyarakat luas.