19
Proses Kehamilan dan Berkembangnya Embrio Oktaviana Linda Fermina 102013133 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. No Telp ( 021) 5694- 2051 Email: [email protected] Pendahuluan Sel telur dibentuk pada ovaium. Setiap bulan, satu ovarium melepaskan telur. Biasanya hanya satu telur yang dilepaskan setiap 28 hari. Ovarium itu biasanya secara bergantian melepaskan sel telur. Peristiwa pelepasan sel telur dari ovarium disebut ovulasi. Pada saat terlepas dari ovarium, telur bergerak menuju saluran yang disbeut oviduk, yaitu organ berbenuk saluran yang menghubungkan antara ovarium dan rahim (uterus). Pada waktu kontak sesksual (kopulasi) terjadi, sperma akan disuntikkan oleh serangkaian otot-otot yang mengalami kontraksi dari uretra laki-laki menuju vagina perempuan. Meskipun jumlah sperma mencapai jutaan yang dapat masuk ke dalam vagina, tetapi yang sampai ke uterus hanya beberapa ratus saja. Beberapa sperma itu seterusnya akan masuk ke oviduk dan proses fertilisasi akan terjadi jika di dalam oviduk ada sel telur yang sudah siap dibuahi. Meskipun demikian hanya satu sperma yang dapat melakukan fertilisasi. Sperma yang sampai pada sel telur akan melakukan penetrasi. 1

Makalah Proses Hamil Blok 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Proses Hamil Blok 4

Proses Kehamilan dan Berkembangnya Embrio

Oktaviana Linda Fermina

102013133

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. No Telp ( 021) 5694-2051

Email: [email protected]

Pendahuluan

Sel telur dibentuk pada ovaium. Setiap bulan, satu ovarium melepaskan telur.

Biasanya hanya satu telur yang dilepaskan setiap 28 hari. Ovarium itu biasanya secara

bergantian melepaskan sel telur. Peristiwa pelepasan sel telur dari ovarium disebut ovulasi.

Pada saat terlepas dari ovarium, telur bergerak menuju saluran yang disbeut oviduk, yaitu

organ berbenuk saluran yang menghubungkan antara ovarium dan rahim (uterus).

Pada waktu kontak sesksual (kopulasi) terjadi, sperma akan disuntikkan oleh serangkaian

otot-otot yang mengalami kontraksi dari uretra laki-laki menuju vagina perempuan.

Meskipun jumlah sperma mencapai jutaan yang dapat masuk ke dalam vagina, tetapi yang

sampai ke uterus hanya beberapa ratus saja. Beberapa sperma itu seterusnya akan masuk ke

oviduk dan proses fertilisasi akan terjadi jika di dalam oviduk ada sel telur yang sudah siap

dibuahi. Meskipun demikian hanya satu sperma yang dapat melakukan fertilisasi. Sperma

yang sampai pada sel telur akan melakukan penetrasi. Sel sperma dan sel telur yang tadinya

bersifat haploid setelah bergabung (fertilisasi) aka menjadi zigot yag diploid.

Setelah terjadi fertilisasi, telur yang telah dibuahi menjadi embrio. Setelah 5 hari (120 jam)

dari fertilisasi, embrio bergerak dari oviduk menuju ke uterus. Selnjutnya, embrio akan

menempel pada dinding uetrus. Di tempat ini embrio akan berkembang biak selama 40

minggu untuk menjadi bayi.

Pembahasan

Sel telur

Saat ovulasi, telur tertahan pada metafase pembelahan meiosis kedua. Telur tersebut

dikelilingi oleh lingkaran proteinaseosa yang disebut zona pelusida. Sel granulosa yang

menempel pada permukaan zona pelusida dan dikeluarkan bersama sel telur dan ovarium

1

Page 2: Makalah Proses Hamil Blok 4

tetap menempel sebagai kumulus. Sperma yang akhirnya membuahi sel telur terlebih dahulu

harus melewati lapisan-lapisan di sekelilingi telur sebelum dapat berpenetrasi ke dalam

membran sel telur. Oosit akan tetap hidup selama 6-24 jam setelah ovulasi.1

Sperma

Saat koitus, jutaan sperma terdeposit pada vagina bagaian atas. Sebagian besar tidak

pernah sampai tempat fertilisasi. Sperma yang abnormal jarang dapat berhasil melakukan

perjalanan yang panjang ini dan bahkan mayoritas spermatozoa yang sehat justru mati di

tengah jalan. Mayoritas sperma keluar dari vagina setelah pengenceran semen. Hanya

sebagian kecil ssperma yang masuk ke dalam serviks yang akan ditemukan dalam hitungan

menit setelah koitus. Di sini mereka dapat bertahan hidup di dalam kriptus epitel selama

beberapa jam. Sperma tidak dapat melewati serviks menuju rongga uterus bila mukosa

serviks tidak dalam keadaan siap. Keadaan ini biasanya didapatkan pada pertengahan siklus

ketika kadar estrogen tinggi dan kadar progesteron rendah. Estrogen melunakkan stroma

serviks dan membuat sekret serviks menjadi tipis dan encer. Progesteron menimbulkan efek

sebaliknya, yaitu suatu keadaan yang tidak cocok untuk spermatozoa.1

Pada kondisi yang paling baik, sperma membutuhkan 2-7 jam untuk bergerak

melewati uterus menuju fertilisasi di dalam saluran telur. Transpor sperma ini disebabkan

oleh adanya dorongan dari sperma itu sendiri, dibantu oleh cambukan silia pada sel yang

melapisi dinding uterus. Biasanya hanya beberapa ratus sperma yang mencapai saluran telur,

dimana mereka akan tetap hidup dengan tenang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi,

spermatozoa akan mengalami reaktivasi dan mulai bergerak menuju sel telur. Sinyal yang

akan menarik sperma menuju se telur tidak diketahui. Spermatozoa manusia dapat bertahan

hidup selama 24-28 jam di dalam saluran reproduksi wanita.1

Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi belum mampu membuahi sel telur.

Mereka mendapatkan kemampuan untuk menembus lapisan-lapisan sel di sekeliling oosit

melalui suatu proses yang disebut kapasitasi. Walaupun kapasitasi dapat diinduksi secara in

vitro di bawah kondisi kultur yang sesuai, namun proses ini terjadi in vitro di dalam saluran

reproduksi wanita. Kapasitasi sperma memungkinkan terjadinya reaksi akrosom. Pada

keadaan tidak terdapatnya reaksi akrosom, sperma tidak mampu menembus zona pelusida.

Kontak antara sperma yang intak dan telah kapasitasi dengan zona pelusida sel telur

menimbulkan interaksi antara glikoprotein permukaan sel sperma yang spesifik, ZP3, dengan

protein zona spesifik.1

2

Page 3: Makalah Proses Hamil Blok 4

Fertilisasi

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/kotus) dengan ejakulasi sperma

dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan terlepaskan cairan mani berisi sel-

sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita jika sanggama terjadi sekitar masa ovulasi

(disebut “masa subur” wanita), kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita

akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.

Pertemuan/penyatuan sel telur dan sel sperma inilah yang disebut sebagai fertilisasi atau

pembuahan.2

Dalam keaadaan normal, pembuahan terjadi di daerah tuba fallopi, umumnya di

daerah ampula/infundibulum. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim,

masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi

miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Setelah itu, spermatozoa

mengalami peristiwa berikut:

1. Reaksi kapasitasi

adalah suatu masa penyesuaian didalam reproduksi wanita, yang pada manusia

berlangsung sekitar 7 jam. Selama periode ini, selubung glikoprotein dan protein plasma

semen disingkirkan dari membran plasma yang menutupi regio akrosom spermatozoa.

Hanya sperma yang telah berkapasitas dapat menembus sel-sel korona radiata dan

mengalami reaksi akrosom.2

2. Reaksi akrosom

Setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah mengalami kapasitasi akan terpengaruh

oleh zat-zat korona radiata ovum sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan

terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata, tripsine-like agent dan lysine-zone

yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai

ovum. Begitu spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan

penembusan yang sangat cepat. Setelah penembusan zona oleh satu sperma, terjadi reaksi

khusus di zona pelusida yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma

lainnya. Dengan demikian sangat jarang sekali penembusan zona lebih dari satu sperma.2

Pada proses fertilisasi, bebarapa sperma berusaha masuk melewati tiga lapisan

pelindung sel telur menuju inti sel telur. Ketiga lapisan pelindung tersebut adalah korona

radiata (berupa selubung dari sel-sel sertoli), zona pelusida (larutan jeli), dan membran

3

Page 4: Makalah Proses Hamil Blok 4

plasma sel telur. Untuk menembus ketiga lapisan pelindung sel telur, sperma mengeluarkan

enzim-enzim yang tersimpan pada akrosom. Misalnya, hialuronidase, enzim untuk

melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata dan akrosin, enzim untuk melarutkan dan

membuat lubang pada zona pelusida sehingga spermatozoa dapat menerobos masuk.3

Ketika satu sperma berhasil membuahi sel telur (fertilisasi), maka bagian permukaan

sel telur segera melepaskan senyawa kimia ke dalam zona pelusida. Senyawa kimia tersebut

berfungsi untuk mencegah sperma lainnya masuk ke dalam sel telur. Selanjutnya, sel telur

melanjutkan proses pembelahan meiosis II untk menghasilkan sel telur yang haploid. Setelah

pembelahan meiosis II terjadi secara sempurna, inti sperma (haploid) segera bersatu dengan

inti sel telur (haploid) membentuk zigot (diploid) yang mengandung 23 pasang kromosom.2

Zigot berkembang menjadi embrio. Perkembangan menjadi embrio dimulai pada saat

telur yang dibuahi berada di dalam oviduk sambil mengalami pembelahan mitosis secara

berulang kali, telur bergerak menuju uterus dalam tiga atau empat hari sebagai blastosis.

Blastosis merupakan tingkatan blastula pada mamalia, yaitu tingkatan pada perkembangan

embrio berupa struktur bola berongga. Selanjutnya, blastosis tertanam dalam dinding uterus

(endometrium) melalui suatu proses yang disebut implantasi. Jika implantasi berhasil

terjadilah kehamilan.2

Setelah sel sperma mencapai oosit, terjadi hal-hal berikut:2

1. Reaksi zona/reaksi ortikal pada selaput zona pelusida.

2. Oosit menyelesaikan embelahan meiosis keduanya, menghasilkan oosit definitf yang

kemudian menjadi pronukleus wanita

3. Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria

4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi

5. Pronukleus pria dan wanita, masing-masing haploid bersatu dan membentuk zigot yang

memiliki jumlah DNA genap/diploid.

Hasil utama pembuahan adalah sebagai berikut:2

1. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid ayah dan

ibu menjadi suatu bakal individu baru dengan jumlah kromosom diploid.

2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, bergantung pada kromosom X atau Y yang

dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut

4

Page 5: Makalah Proses Hamil Blok 4

3. Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan perkembangan embrio

(embriogenesis).

Perkembangan awal embrio

Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang

dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya disebut

blastomer. Setelah 3-4 kali pembelahan, zigot memasuki tingkat 16 sel disebut stadium

morula (kira-kira pada hari ke 3-4 pasca fertilisasi). Morula terdiri atas inner cell mass

(kumpulan sel-sel di sebelah dalam yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio

sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi

trofoblas sampai plasenta). Kira-kira pada hari ke 5-6, di rongga sela-sela inner cell mass,

merembes cairan menembus zona pelusida, dan membentuk ruang antarsel. Ruang antarsel

ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagaian besar massa zigot membentuk rongga

blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan

sel luar. Pada stadium ini, zigot disebut berda dalam stadium blastula atau pembentukan

blastokista. Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mas

kemudian disebut trofoblas.2

Implantasi atau nidasi

Pada akhir minggu pertama (hari ke 5-7), zigot mencapai kavum uteri. Ketika itu,

uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dalam pengaruh progesteron dari korpus

luteum yang masih aktif. Oleh karena itu, lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya

pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif.

Kontak antara zigot stadium blastokista dan dinding rahim pada keadaan tersebut akan

mencetuskan berbagai reaksi selular sehingga sel-sel trofoblas zigot tersebut dapat menempel

dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus (terjadi implantasi).3

Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus

berkembang dan membentuk jaringan bersama sistem pembuluh darah maternal untuk

menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi

jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin. Setelah minggu pertama (hari ke 7-8),

sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplantasi di endometrium dinding

uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda anata lain

sitotrofoblas yan terdiri atas selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, dan terletak di

sebelah dalam (dekat embrioblas) dan sinsitiotrofoblas yang meliputi selapis sel tanpa batas

5

Page 6: Makalah Proses Hamil Blok 4

jelas, teretak di sebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini

akan berkembang menjadi plasenta. Di antara masa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas,

terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar yang nantinya akan menajdi rongga

amnion. Sel-sel embrioblas juga berdeferensiasi menjadi dua lapisan yang berbeda, yaitu

epiblas yang terdiri atas selapis atas selapis sel kolumnar tinggi, terletak di bagian dalam, dan

berbatasan dengan bakal rongga amnion dan hipoblas yang meliputi selapis sel kuboid kecil

terletak di bagian luar, berbatasan denga rongga blastokista (bakal rongga kuning telur). Unit

sel-sel blas ini akan berkembang menjadi janin.3

Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi

bagian dalam sitotrofoblas (selaput heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas mebentuk

dinding yolk sac (kandungan kuning telur). Rongga yang terjadi disebut rongga eksoselom

(exocoelomic) atau kandung kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur tersebut,

kemudiaan terbentuk kandung kuning telur, lempeng korion dan rongaa korion. Pada lokasi

bekas implantasi blastokista di permukaan dinding uterus, terbentuk lapisan fibrin sebgai

bagian dari proses penyembuhan luka.

Jaringan endometrium di sekitar blastokista yang berimplantasi mengalami reaksi

desidua, berupa hipersekresi, peningatan lemak, dan glikogen serta edema. Selanjutnya,

endometrium yang berubah di daerah-daerah sekitar implantasi blastokista disebut desidua.

Peruahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dala kavum uteri. Pada

stadium ini, zigot disebut ebrada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis dua).3

Uterus saat Implantasi

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan : a. Endometrium atau lapisan mukosa di dinding

bagian dalam, b. Miometrium, lapisan tebal otot polos, dan c. Perimetrium, lapisan

peritoneum yang menutupi dinding sebelah luar (lihat gambar 11). Dari pubertas hingga

menopause, endometrium mengalami perubahan dalam siklus sekitar 28 hari di bawah

pengaruh hormon ovarium. Selama siklus haid ini, endometrium melewati tiga stadium, fase

folikular atau proliferasi, fase sekretorik atau progestasional dan fase haid (lihat gambar 11

sampai 13). Fase proliferasi, berada di bawah pengaruh estrogen dan sejajar dengan

pertumbuhan folikel ovarium. Fase sekretorik dimulai sekitar 2 sampai 3 hari setelah ovulasi

sebagai respons terhadap progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Jika tidak terjadi

pembuahan, pelepasan endometrium akan menandai dimulainya fase haid. Jika terjadi

pembuahan endometrium akan membantu implantasi dan ikut membentuk plasenta.4

6

Page 7: Makalah Proses Hamil Blok 4

Gambar 11. Proses

selama minggu pertama pembentukan manusia. 1. Oosit setelah ovulasi; 2, pembuahan sekitar 12-24 jam setelah ovulasi; 3, stadium pronukleus pria dan wanita;

4, gelendong pada pembelahan mitotik pertama; 5, stadium dua-sel (usia sekitar 30 jam).; 6, morula yang mengandung12-16 blastomer (usia sekitar 3 hari); 7,

stadium morula lanjut yang tiba di lumen uterus (usia 4 hari); 8, stadium blastoksita dini (usia 4,5 hari, zona pelusida telah lenyap); dan 9, fase awal implantasi

(usia blastokista sekitar 6 hari). Ovarium memperlihatkan stadium-stadium transformasi antara folikel primer dan folikel pre-ovulasi serta korpus luteum.

Endometrium diperlihatkan dalam stadium progestasional.

Gambar 12. Perubahan pada mukosa uterus yang berkorelasi dengan perubahan di ovarium. Implantasi blastokista telah menyebabkan terbentuknya korpus

luteum kehamilan yang berukuran besar. Aktivitas sekretorik endometrium meningkat bertahap akibat banyaknya progesteron yang dihasilkan oleh korpus

luteum kehamilan.

7

Page 8: Makalah Proses Hamil Blok 4

Gambar 13.

Perubahan pada mukosa uterus (endometrium) dan perubahan setara di ovarium selama siklus haid biasa tanpa pembuahan.

Pada saat implantasi mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat kelenjar-

kelenjar dan arteri-arteri uterus bergelung-bergelung dan jaringan menjadi tebal-basah.

Akibatnya dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium yaitu : lapisan

kompaktum  dibagian superfisial dan lapisan basale yang tipis.4 Dalam keadaan normal,

blastokista manusia tertanam di endometrium di sepanjang dinding anterior atau posterior

korpus uteri, tempat blastokista itu terbenam di antara lubang-lubang kelenjar (lihat gambar

12).4

Jika oosit tidak dibuahi, venula dan ruang sinusoid secara bertahap dipenuhi oleh sel

darah, dan tampak diapedesis darah yang ekstensif ke dalam jaringan. Satu fase haid dimulai,

darah keluar dari arteri-arteri superfisial, dan kepingan-kepingan kecil stroma dan kelenjar

terlepas. Selama 2 sampai 4 hari ke depan lapisan kompaktium dan spongiosum dikeluarkan

dari uterus, dan lapisan basale menjadi satu-satunya bagian endometrium yang tersisa (lihat

gambar 13). Lapisan ini yang memeiliki pasokan arteri sendiri yaitu arteri basalis, yang

8

Page 9: Makalah Proses Hamil Blok 4

berfungsi sebagai lapisan regeneratif dalam membentuk kembali kelenjar dan arteri pada fase

proliferasi.4

Pembentukan kehamilan

Setelah terjadi fertilisasi, kehamilan yang berhasil harus berimplantasi di dalam

dinding uterus dan memberikan informasi kepada ibu terhadap terjadinya berbagai adaptasi

akibat kehamilan. Tanpa kedua hal ini, zigot dengan mudah akan keluar dari uterus bersama

dengan menstruasi berikutnya.5

Zigot yang sedang membelah mengapung di dalam saluran telur sekitar 1 minggu,

berkembang dari tahap 16 sel melalui tahap morula yang padat menjadi tahap blastokista

yang memiliki 32-64 sel. Tahap yang terakhir ini memerlukan pembentukan rongga

blastokista yang berisi cairan. Blastokista mengandung dua jenis sel embrionik yang telah

berdeferensiasi: trofektoderm di bagian luar dan massa sel dalam. Sel trofektoderm nantinya

akan membentuk plasenta. Massa sel dalam akan membentuk janin dan membran janin. Pada

tahap blastokista inila hasil konsepsi akan masuk ke dalam uterus.5

Selama di dalam saluran telur, hasil konsepsi tetap dikelilingi oleh zona pelusida.

Setelah 2 hari di dalam uterus, blastokista akan lepas atau menetas dari zona pelusida.

Dengan penetasan ini, sel trofektoderm blastokista mulai berdiferensiasi menjadi sel

trofoblas. Proses yang simultan ini memungkinkan sel trofoblas berhubungan langsung

dengan sel epitel lumen uterus. Blastokista menempel dan menginvasi dinding uterus. Dalam

hitungan jam, epitel permukaan yang berada tepat di bawah hasil konsepsi menjadi terkikis

dan sel yang di dekatnya menjadi lisis, melepaskan substrat-substrat metabolik primer untuk

digunakan oleh blastokista. Endometrium mengalami perubahan biokimia dan morfologis

yang hebat yang disebut desidualisasi, suatu proses yang dimulai saaat terjadinya penempelan

dan menyebar dalam bentuk gelombang konsentris dari tempat implantasi. Endometrium

akan menjadi pulih di sekitar hasil konsepsi sehingga seluruh implantasi akan tertanam di

dalam endometrium.5

Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan ibu, sel trofoblas kemudian

berdiferensiasi menjadi dua jenis sel : sel sitotrofoblas dan sel sinsitiotrifoblas. Sel

sinsitiotrifoblas merupakan sel yang berukuran besar dan multinuklear yang berkembang dari

lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta dan mentranspor zat

makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotrofoblas memiliki sifat invasif, melewati

9

Page 10: Makalah Proses Hamil Blok 4

stroma endometrium untuk mencapai pembuluh darah ibu, termasuk arteri spiralis

endometrium. Invasi yang baik pada arteri spirais merupakan kunci pembentukan kehamilan

yang normal implantasi terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Jika hsil konsepsi bertahan

hidup lebih dari 14 hari steleah ovulasi, korpus luteum ovarium akan terus mensekresi

progesteron, HCG yang dihasilakn oleh trofoblas yang berkembang dan disekresi ke dalam

aliran darah ibu bekerja menyerupai hormon luteinisasi, yaitu meunjang korpus luteum

dengan menghambat regresi luteum.5

Perkembangan embrio

Merupakan pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang

diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk

betina. 3 tahapan fase embrionik yaitu:6,7

A.  Morula

Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel

terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.

B.  Blastula

Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami

pembelahan.Ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan

pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut

denganblastosoel.

C. Gastrula

Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya

sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga

tubuh.Organ yang dibentuk ini berasal dari  masing-masing lapisan dinding tubuh

embrio pada fase gastrula. Yaitu:

Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak  (sistem

saraf), integumen (kulit),  rambut dan alat indera.

 Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon),

alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi

seperti ren.

Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar

pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.

10

Page 11: Makalah Proses Hamil Blok 4

Perkembangan embrio

Secara singkat hal-hal utama dalam perkembangan organ dan fisiologi janin adalaha

sebagai berikut:6,7

8 minggu : Sudah mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.

Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.

9 minggu : Kepala meliputi separuh besar fetus, terbentuk muka, kelopak mata

namun tak akan membuka sampai 28 minggu.

13 -16 minggu : Fetus berukuran 15 cm. Merupakan awal trimester kedua. Kulit janin

masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin).

Janin/fetus bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban.

Telah terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120-

150/menit.

17 -24 minggu : Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh

diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin telah mempunyai refleks.

25 -28 minggu : Saat ini disebut permulaan trimester ketiga, dimana terdapat

perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan

dan fungsi tubuh, mata sudah terbuka. Kelangsungan hidup pada

periode ini sangat sulit bila lahir.

29 -32 minggu  : Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%). Tulang

telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah reguler, suhu relatif

stabil.

33 -36 minggu : Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai

berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat

hidup tanpa kesulitan.

38 -40 minggu : Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi

seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas

normal.

11

Page 12: Makalah Proses Hamil Blok 4

Penutup

Tahap perkembangan mahluk hidup di awali dengan adanya proses Fertilisasi yaitu

peleburan antara sperma dan ovum. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi. Setelah terjadi fertilisasi,

telur yang telah dibuahi menjadi embrio. Setelah 5 hari (120 jam) dari fertilisasi, embrio

bergerak dari oviduk menuju ke uterus. Selnjutnya, embrio akan menempel pada dinding

uetrus. Di tempat ini embrio akan berkembang biak selama 40 minggu untuk menjadi bayi.

Daftar Pustaka

1. Heffner L, Schust D. At a glance sistem reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga;

2003.h.42-3.

2. Yulaikhah L. Kehamilan seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2006.h.29.

3. Sudjadi B, Laila S. Biologi sains dalam kehidupan. Jakarta: Yudhistira; 2006.h.146.

4. Sadler.t.w. embriologi kedokteran langman. Ed.10. Jakarta: EGC; 2009

5. Priastini R, Hartono B. Buku Ajar Biologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta : Fakultas

Kedokteran UKRIDA; 2010.

6. Sloance E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 1995.h.345.

7. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2000

12