15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dependent Personality Disorder (DPD) atau gangguan kepribadian dependen atau bergantung merupakan salah satu gangguan kepribadian yang sering dijumpai namun sering tidak disadari hingga akhirnya menimbulkan masalah personal bahkan sosial bagi penderitanya. Mereka dengan gangguan kepribadian ini secara pasif membiarkan orang lain untuk membuat keputusan yang penting dalam hidupnya, karena tidak mempunyai rasa percaya diri dan merasaka bahwa mereka tidak dapat independen. Tidak seperti orang dengan avoidant personality disorder, individu dengan dependent personality disorder sangat tergantung pada orang lain. Mereka merasa yakin bahwa mereka tidak cukup baik, mereka bahkan tidak dapat membuat keputusan yang paling sepele bagi diri mereka sendiri. 1 Orang lain mungkin mencirikan individu dengan gangguan tersebut sebagai seseorang yang sangat bergantung. Tanpa orang lain di sekitar mereka, orang dengan gangguan kepribadian dependen merasa sedih dan terabaikan. Mereka menjadi terjebak dalam ketakutan bahwa orang terdekatnya akan meninggalkan mereka.

makalah psikiatri-dependen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Citation preview

10

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDependent Personality Disorder (DPD) atau gangguan kepribadian dependen atau bergantung merupakan salah satu gangguan kepribadian yang sering dijumpai namun sering tidak disadari hingga akhirnya menimbulkan masalah personal bahkan sosial bagi penderitanya. Mereka dengan gangguan kepribadian ini secara pasif membiarkan orang lain untuk membuat keputusan yang penting dalam hidupnya, karena tidak mempunyai rasa percaya diri dan merasaka bahwa mereka tidak dapat independen. Tidak seperti orang dengan avoidant personality disorder, individu dengan dependent personality disorder sangat tergantung pada orang lain. Mereka merasa yakin bahwa mereka tidak cukup baik, mereka bahkan tidak dapat membuat keputusan yang paling sepele bagi diri mereka sendiri.1Orang lain mungkin mencirikan individu dengan gangguan tersebut sebagai seseorang yang sangat bergantung. Tanpa orang lain di sekitar mereka, orang dengan gangguan kepribadian dependen merasa sedih dan terabaikan. Mereka menjadi terjebak dalam ketakutan bahwa orang terdekatnya akan meninggalkan mereka. Mereka menjadi sangat ekstrem untuk menghindari tidak disukai orang lain, misalnya dnegan menyetujui opini orang lain meskipun ketika mereka percaya bahwa opini tersebut mungkin salah. Terkadang mereka mengambil alih tanggung jawab yang dihindari oleh orang lain, sehingga orang lain akan menyukai dan menerimanya. Jika seseorang mengkritiknya, mereka cenderung merasa hancur. Mereka cenderung melemparkan diri mereka sepenuh hati dalam suatu hubungan, sehingga menjadi hancur ketika hubungan berakhir. ketergantungannya yang ekstrem tersebut menyababkan mereka segera mencari hubungan lain untuk mengisi kekosongan yang mereka rasakan. Hal ini membuat mereka menjadi sangat patuh dan melekat dalam hubungan mereka serta sangat takut akan perpisahan. Orang dengan gangguan ini merasa sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Gangguan kepribadian dependen biasanya kronik, namun dengan penatalaksanaan yang tepat akan diperoleh perbaikan yang signifikan.4 Psikoterapi pada gangguan ini yaitu bentujuan untuk mengembalikan kondisi pasien seperti sedia kala atau mengurangi gejala yang dialami.Berbagai metode psikoterapi dapat digunakan, tergantung dari kondisi pasien sendiri. Terapi farmakologi berguna sebagai pereda simtom yang terjadi.

1.2. Tujuan MakalahAdapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:1. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi, dan prognosis gangguan kepribadian dependen.2. Sebagai tugas makalah untuk melengkapi kepaniteraan klinik di Departemen Psikiatri.

1.3. Manfaat Pembuatan MakalahManfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan mengeanai gangguan kepribadian dependen.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefinisiGangguan kepribadian bergantung atau Dependent Personality Disorder (DPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu sangat tergantung pada orang lain sehingga individu tersebut patuh dan terikat erat perilakunya dan takut akan terpisah dengan orang itu.Orang dengan gambaran kepribadian bergantung menganggap kebutuhan mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orang yang membuat orang lain bertanggung jawab terhadap hal penting dalam kehidupannya, tidak memiliki kepercayaan diri, dan mengalami ketidaknyamanan yang hebat jika sendirian untuk periode lama. Pribadi ini menggambarkan dimensi kepribadian oral-dependen yang ditandai degan ketergantungan, pesimisme, takut akan seksualitas, ragu pada diri sendiri, pasif, mudah tersugesti, dan tidak memiliki kekerasan hati.2

2.2. EpidemiologiGangguan kepribadian bergantung tidak tersebar secara merata pada populsi tertentu. Belum ada penelitian khusus untuk menilai hubungan usia dengan risiko terjadinya gangguan DPD, namun ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi prevalensi terjadinya DPD3,4, yaitu:a. Jenis KelaminWanita lebih lazim didapati DPD dibandingkan dengan laki-laki.b. Kondisi Lebih sering ditemukan pada pasien yang sedang menjalani rehabilitasi dan rawat inap.2 Namun bisa juga dijumpai pada orang dengan penyakit fisik kronik pada masa kanak-kanak mungkin paling rentan terhadap gangguan ini.c. UsiaGangguan ini lebih lazim ditemukan pada anak kecil dibandingan anak yang lebih tua.2d. Ras dan etnikPrevalensinya lebih sedikit pada ras Afrika-Amerika dari pada Kaukasia.3,4

2.3. EtiologiAda tiga hal yang dijadikan landasan perkembangan dan dinamika dari DPD, yaitu:a. Perspektif Psikodinamika Teori psikodinamika biasanya memandang individu dengan gangguan kepribadian dependen mengalami regresi atau fiksasi pada tahap oral karena orang tua yang terlalu terlibat atau orang tua yang melalaikan kebutuhan anak untuk tergantung pada mereka. Para teoritikus relasi objek memandang individu seperti itu merasa tidak aman untuk terlekat, dan merasakan ketakutan akan diabaikan yang permanen.5 Karena rendahnya harga diri mereka, mereka bersandar kepada orang lain untuk mendapatkan arahan dan dukungan. b. Perspektif Kognitif Fleming menyatakan sejumlah distorsi kognitif yang membuat gangguan tetap bertahan. Ada dua yang sepertinya penting: Pertama, individu dependen melihat dirinya sebagai secara alamiah tidak mampu dan tidak berdaya; kedua, kekurangan-kekurangan yang mereka rasa ada pada dirinya (self-perceived shortcomings) mengarahkan mereka untuk menyimpulkan bahwa mereka harus mencari seseorang yang bisa mengatasi kesulitan hidup dalam dunia yang berbahaya.5c. Perspektif Sikap: Yang paling penting dari hal tersebut adalah pemikiran dikotomus. Jika individu dependen tidak diperhatikan, mereka melihat diri mereka sendiri sebagai seseorang yang benar-benar sendirian di dunia ini. Dengan cara yang sama, jika mereka sama sekali tidak yakin bagaimana melakukan sesuatu, tentunya masalah tersebut pasti tidak dapat teratasi, paling tidak bagi mereka. Pemikiran dikotomus tidak dapat dihindari mengarah pada distorsi ketiga yaitu individu dependen cenderung untuk menganggap sesuatu sebagai malapetaka.5

2.4. Gambaran KlinisIndividu dengan gangguan kepribadian dependen cenderung meminta pertolongan orang lain untuk memikul tanggung jawab terhadap diri mereka, tidak percaya diri dan merasa tidak nyaman apabila terus sendirian (walaupun dalam jangka waktu yang singkat). Mereka juga cenderung bersikap submisif atau patuh.Individu dengan gangguan ini tidak mampu membuat suatu keputusan tanpa adanya nasehat, saran, serta dukungan yang sangat banyak dari lingkungannya. Mereka berusaha menghindar dan tidak bersedia mengambil posisi yang sarat dengan tanggung jawab serta menjadi cemas apabila harus berperan sebagai pemimpin. Mereka lebih memilih menjadi individu yang submitif yang patuh dan mengikuti orang lain.Mereka tidak dapat sendirian, dan berusaha untuk mencari tempat bergantung, kemudian hubungan mereka terganggu oleh kebutuhan indvidu ini untuk selalu dekat dengan teman mereka. Pesimis, menyalahkan diri sendiri, pasif, dan rasa takut untuk mengekspresikan dorongan seksual dan perasaan agresif merupakan ciri perilaku gangguan kepribadian bergantung. Pasangan yang menyiksa, tidak setia, atau alkoholik tidak menjadi masalah bagi individu dengan gangguan kepribadian dependen, asalkan selama mereka tetap mendapat perhatian yang mereka butuhkan.2

2.5. DiagnosisDiagnosis gangguan kepribadian bergantung dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder IV TR (DSM-IV-TR) dinyatakan bahwa individu dengan gangguan kepribadian ini memiliki kebutuhan yang mendalam dan berlebihan untuk diurus yang mengarh pada tingkah laku patuh dan bergantung serta takut akan pemisahan, dimulai pada awal masa dewasa dan muncul dalam berbagai konteks, seperti yang diindikasikan oleh 5 atau lebih hal-hal berikut ini:1. Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan jaminan yang berlebihan dari orang lain.2. Membutuhkan orang lain untuk mengambil alih tanggung jawab akan sebagian besar area penting dari hidupnya.3. Memiliki kesulitan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain karena ketakutan kehilangan dukungan atau persetujuan. Catatan: tidak termasuk ketakutan realistis akan pembalsan.4. Memilki kesulitan untuk memulai rencana atau melakukan hal-hal sendiri (karena kurangya kepercayaan diri dalam hal penilaian atau kemampuan karena kurangnya motivasi atau energi).5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari orang lain sampai pada titik mau mengajukan diri secara sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan.6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya saat sendirian karena ketakutan yang berlebihan akan ketidakmampuan untuk mengurus dirinya sendiri.7. Dengan cepat mencari hubungan lainnya sebagai sumber perhatian dan dukungan ketika suatu hubungan dekat berakhir.8. Terpreokupasi secara tidak realistis pada rasa takut ditinggalkan supaya ia mengurus dirinya sendiri.1Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi ke III (PPDGJ-III), gangguan kepribadian bargantung ditandai dengan paling sedikit dibutuhkan 3 dari hal-hal berikut ini:1. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagain besar keputusan penting bagi dirinya.2. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari pada orang lain pada siapa ia bergantung, dan kerelaan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka.3. Keengganan untuk mengajukan tuntutan yang layak kepada orang pada siapa ia bergantung.4. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri.5. Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan ditinggalkan agar mengurus diri sendiri.6. Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain.6

2.6. Diagnosis BandingDiagnosis banding gangguan kepribadian dependen dapat ditemukan pada berbagai gangguan psikiatri sehingga sulit untuk menentukan diagnosis bandingnya. Kecenderungan dependen merupakan faktor yang menonjol pula pada gangguan kepribadian histrionic dan ambang, namun individu dengan kepribadian dependen biasanya mampu berelasi dengan orang lain dalam waktu yang lebih panjang dibandingkan individu dari kedua gangguan tersebut. Tingkah laku dependenpun terkadang muncul pada individu dengan agoraphobia, namun individu tersebut memilki level kecemasan yang tinggi bahkan disertai panik.2

2.7. Terapi2.7.1. PsikoterapiTerapi berorientasi tilikan memungkinkan pasien memahami akibat perilaku mereka, dan dengan bantuan dari terapis, pasien dapat menjadi mandiri, asertif, dan dapat mengendalikan diri sendiri. Terapi perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok telah digunakan semua, dengan hasil yang baik pada banyak kasus.2

2.7.2. FarmakoterapiObat-obat antidepresan, ansiolitik, dan antipsikotik digunakan untuk mengurangi gejala cemas dan deprsi yang lazim ditemukan pada pasien.Pasien yang mengalami serangan panik yang tinggi dapat dibantu dengan imipramine (Tofranil). Benzodiazepine dan serotonergik dapat digunakan pada pasien depresi.2

2.8. PrognosisIndividu dengan kepribadian dependen cenderung mengalami kesulitan dalam fungsi pekerjaan apabila mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan tidak disertai adanya pengawasan atau supervisi yang intensif. Hubungan social yang meraka jalani terbatas hanya pada orang-orang dengan dimana mereka dapat bergantung. Mereka banyak mendapatkan penyiksaan baik secara fisik dan mental karena mereka tidak dapat membela diri sendiri. Mereka cukup rentan terkena major depressive disorder apabila mereka kehilangan seseorang tempat mereka bergantung. Namun prognosis untuk gangguan kepribadian ini cukup positif.2

BAB 3KESIMPULAN

Gangguan kepribadian bergantung atau Dependent Personality Disorder (DPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu sangat tergantung pada orang lain sehingga individu tersebut patuh dan terikat erat perilakunya dan takut akan terpisah dengan orang itu.Diagnosis gangguan kepribadian dependen berdasarkan DSM-IV-TR dapat di tegakkan jika terdapat lima atau lebih gejala dari delapan gejala atau berdasarkan PPDGJ-III berdasarkan minimal tiga atau lebih dari enam gejala yang terpenuhi.Terapi gangguan kepribadian dependen yaitu psikoterapi dan farmakoterapi. Psikoterapi dan farmakoterapi bertujuan untuk mengurangi sensitivitas terhadap gejala klinis agar pasien dapat melakukan fungsi sosialnya dengan baik.Individu dengan gangguan kepribadian dependen mampu berfungsi dengan baik dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Dependent Personality Disorder. In: Diagnostic and Stastical Manual of Mental Disorders. 4th ed, Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric Association, 2000.2. Sadock B., Sadock V. Gangguan Kepribadian Menghindar. In: Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC, 2012. p. 380-381.3. Bornstein RF, Languirand MA. Healthy Dependency: learning on others without loving yourself. New York, NY: Newmarket Press; 2003.4. Bornstein RF. The dependent personality. New York, NY: Guilford Press; 1993.5. Bornstein RF. Dependent personality disorder. Current Psychiatry. 2007; 6(1): 39.6. Maslim R. Gangguan kepribadian dependen. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Edisi 1. Jakarta.; Nuh Jaya, 2001. p.106.