Upload
fatimatuz-zahroh
View
88
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan tutorial
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian
tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.
1. Nosireceptor kutaneus
Berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah
untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam
dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat
pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
c. Struktur reseptor nyeri somatik dalam
Ini meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot,
dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang
timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
2. Reseptor viseral
Reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan
sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap
pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Nosiseptor viseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didesain hanya
sebagai reseptor nyeri karena organ internal jarang terpapar pada keadaan yang
merusak. Banyak stimulus yang merusak (memotong, membakar, kepitan) tidak
menghasilkan nyeri bila dilakukan pada struktur viseralis. Selain itu, inflamasi,
iskemia, regangan mesenterik, dilatasi, atau spasme viseralis bisa menyebabkan
spasme berat. Stimulus ini biasanya dihubungkan dengan proses patologis, dan nyeri
yang dicetuskan untuk mempertahankan fungsi.
Nosiseptor dibedakan menjadi 3 yaitu:
Nosiseptor mekanis → berespons terhadap kerusakan mekanis, seperti tusukan,
benturan, cubitan.
Nosiseptor termal → berespons terhadap peruban suhu.
Nosiseptor polimodal → berespons terhadap semua jenis ransangan yang
merusak,terutama iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera.
Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung jawab pada kehadiran stimulus noxious yang
berasal dari kimia, suhu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal,
nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang cukup untuk
melampaui ambang batas stimulus (resting). Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak
(skrining fungsi) ke CNS untuk interpretasi nyeri.
Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal interneuron dan
saraf projeksi yang membawa informasi nosiseptif ke pusat yang lebih tinggi pada batang
otak dan thalamus. Berbeda dengan reseptor sensorik lainnya, reseptor nyeri tidak bisa
beradaptasi. Kegagalan reseptor nyeri beradaptasi adalah untuk proteksi karena hal tersebut
bisa menyebabkan individu untuk tetap awas pada kerusakan jaringan yang berkelanjutan.
Setelah kerusakan terjadi, nyeri biasanya menimal. Mula datang nyeri pada jaringan karena
iskemi akut berhubungan dengan kecepatan metabolisme. Sebagai contoh, nyeri terjadi pada
saat beraktifitas kerena iskemia otot skeletal pada 15 sampai 20 detik tapi pada iskemi kulit
20 sampai 30 menit.
Tipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda. Nosiseptor C
tertentu dan nosiseptor A-delta bereaksi hanya pada stimulus panas atau dingin, dimana yang
lainnya bereaksi pada stimulus yang banyak (kimia, panas, dingin). Beberapa reseptor A-beta
mempunyai aktivitas nociceptor-like. Serat – serat sensorik mekanoreseptor bisa diikutkan
untuk transmisi sinyal yang akan menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi
inflamasi dan produk-produknya. Allodynia mekanikal (nyeri atau sensasi terbakar karena
sentuhan ringan) dihasilkan mekanoreseptor A-beta.
Reseptor nyeri juga dapat terbagi menjadi :
1. Eksteroreseptor
Reseptor yang berpengaruh terhadap perubahan pada lingkungan eksternal, antara lain :
Corpusculum meisseneri, Corpusculum merkel ( untuk merasakan stimulus
taktil/sentuhan/rabaan )
Corpusculum Krause : untuk merasakan rangsangan dingin.
Corpusculum Ruffini : untuk merasakan rangsangan panas, merupakan ujung
saraf bebas yang terletak di dermis dan sub kutis.
2. Telereseptor
Merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus yang jauh.
3. Propioseptor
Merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus primer dari organ otot, spindel
dan tendon golgi.
4. Interoseptor
Merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ – organ viceral dan
pembuluh darah.
Reseptor Nyeri pada Gigi
Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur gigi yaitu email,
kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan pulpa-dentin, yang mengandung
reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa.
Reseptor nyeri tersebut merupakan nosiseptor yang berasal dari saraf
maksilaris dan mandibularis dan merupakan cabang saraf trigeminal. Rangsang pada serabut
saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh
serabut saraf.
Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi rahang atas:
a. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarakan impuls nyeri dari nyeri gigi
anterior.
b. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri gigi dari gigi
premolar danakar mesiobukal molar pertama.
c. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi molar
kecuali akar mesiobukal molar pertama.
Cabang saraf mandibularis yang menghantarkan impuls nyeri dari gigi rahang bawah
yaitu saraf alveolaris inferior melalui cabang dentalis yang menghantarkan impuls
dari seluruh gigi-gigi rahang bawah. Serabut saraf lebih banyak bercabang pada kamar pulpa
dibandingkan saluran akar, dengan perbandingan 1:3. Percabangan serabut saraf semakin
meningkat pada ujung tanduk pulpa. Reseptor sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis
nosiseptor, yaitu ujung saraf bebas bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini terletak di
predentin, hubungan pulpa-dentin dan subodontoblas. Serabut saraf sensorik yang masuk ke
dalam pulpa merupakan sistem serabut saraf trigeminal yaitu berasal dari ganglion
trigeminalis (ganglion semilunaris Gasseri). Serabut saraf ini dibungkus oleh suatu selubung
yang terdiri dari kumpulan sel Schwann yang berfungsi sebagai nerolema.