6
BAB II PEMBAHASAN Reseptor Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. 1. Nosireceptor kutaneus Berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : a. Reseptor A delta Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6- 30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. b. Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi

Makalah Reseptor Nyeri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan tutorial

Citation preview

Page 1: Makalah Reseptor Nyeri

BAB II

PEMBAHASAN

Reseptor Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.

Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang

berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut

juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada

juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian

tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,

karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang

berbeda.

1. Nosireceptor kutaneus

Berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah

untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam

dua komponen yaitu :

a. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang

memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab

nyeri dihilangkan.

b. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat

pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi

c. Struktur reseptor nyeri somatik dalam

Ini meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot,

dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang

timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

2. Reseptor viseral

Reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan

sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap

pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

Nosiseptor viseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didesain hanya

sebagai reseptor nyeri karena organ internal jarang terpapar pada keadaan yang

Page 2: Makalah Reseptor Nyeri

merusak. Banyak stimulus yang merusak (memotong, membakar, kepitan) tidak

menghasilkan nyeri bila dilakukan pada struktur viseralis. Selain itu, inflamasi,

iskemia, regangan mesenterik, dilatasi, atau spasme viseralis bisa menyebabkan

spasme berat. Stimulus ini biasanya dihubungkan dengan proses patologis, dan nyeri

yang dicetuskan untuk mempertahankan fungsi.

Nosiseptor dibedakan menjadi 3 yaitu:

Nosiseptor mekanis → berespons terhadap kerusakan mekanis, seperti tusukan,

benturan, cubitan.

Nosiseptor termal → berespons terhadap peruban suhu.

Nosiseptor polimodal → berespons terhadap semua jenis ransangan yang

merusak,terutama iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera.

Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung jawab pada kehadiran stimulus noxious yang

berasal dari kimia, suhu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal,

nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang cukup untuk

melampaui ambang batas stimulus (resting). Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak

(skrining fungsi) ke CNS untuk interpretasi nyeri.

Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal interneuron dan

saraf projeksi yang membawa informasi nosiseptif ke pusat yang lebih tinggi pada batang

otak dan thalamus. Berbeda dengan reseptor sensorik lainnya, reseptor nyeri tidak bisa

beradaptasi. Kegagalan reseptor nyeri beradaptasi adalah untuk proteksi karena hal tersebut

bisa menyebabkan individu untuk tetap awas pada kerusakan jaringan yang berkelanjutan.

Setelah kerusakan terjadi, nyeri biasanya menimal. Mula datang nyeri pada jaringan karena

iskemi akut berhubungan dengan kecepatan metabolisme. Sebagai contoh, nyeri terjadi pada

saat beraktifitas kerena iskemia otot skeletal pada 15 sampai 20 detik tapi pada iskemi kulit

20 sampai 30 menit.

Tipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda. Nosiseptor C

tertentu dan nosiseptor A-delta bereaksi hanya pada stimulus panas atau dingin, dimana yang

lainnya bereaksi pada stimulus yang banyak (kimia, panas, dingin). Beberapa reseptor A-beta

mempunyai aktivitas nociceptor-like. Serat – serat sensorik mekanoreseptor bisa diikutkan

untuk transmisi sinyal yang akan menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi

inflamasi dan produk-produknya. Allodynia mekanikal (nyeri atau sensasi terbakar karena

sentuhan ringan) dihasilkan mekanoreseptor A-beta.

Reseptor nyeri juga dapat terbagi menjadi :

Page 3: Makalah Reseptor Nyeri

1. Eksteroreseptor

Reseptor yang berpengaruh terhadap perubahan pada lingkungan eksternal, antara lain :

Corpusculum meisseneri, Corpusculum merkel ( untuk merasakan stimulus

taktil/sentuhan/rabaan )

Corpusculum Krause : untuk merasakan rangsangan dingin.

Corpusculum Ruffini : untuk merasakan rangsangan panas, merupakan ujung

saraf bebas yang terletak di dermis dan sub kutis.

2. Telereseptor

Merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus yang jauh.

3. Propioseptor

Merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus primer dari organ otot, spindel

dan tendon golgi.

4. Interoseptor

Merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ – organ viceral dan

pembuluh darah.

Reseptor Nyeri pada Gigi

Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur gigi yaitu email,

kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan pulpa-dentin, yang mengandung

reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa.

Reseptor nyeri tersebut merupakan nosiseptor yang berasal dari saraf

maksilaris dan mandibularis dan merupakan cabang saraf trigeminal. Rangsang pada serabut

saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh

serabut saraf.

Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi rahang atas:

a. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarakan impuls nyeri dari nyeri gigi

anterior.

b. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri gigi dari gigi

premolar danakar mesiobukal molar pertama.

c. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi molar

kecuali akar mesiobukal molar pertama.

Cabang saraf mandibularis yang menghantarkan impuls nyeri dari gigi rahang bawah

yaitu saraf alveolaris inferior melalui cabang dentalis yang menghantarkan impuls

Page 4: Makalah Reseptor Nyeri

dari seluruh gigi-gigi rahang bawah. Serabut saraf lebih banyak bercabang pada kamar pulpa

dibandingkan saluran akar, dengan perbandingan 1:3. Percabangan serabut saraf semakin

meningkat pada ujung tanduk pulpa. Reseptor sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis

nosiseptor, yaitu ujung saraf bebas bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini terletak di

predentin, hubungan pulpa-dentin dan subodontoblas. Serabut saraf sensorik yang masuk ke

dalam pulpa merupakan sistem serabut saraf trigeminal yaitu berasal dari ganglion

trigeminalis (ganglion semilunaris Gasseri). Serabut saraf ini dibungkus oleh suatu selubung

yang terdiri dari kumpulan sel Schwann yang berfungsi sebagai nerolema.