Makalah Sistem Kesehatan Nasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahasan Sistem Kesehatan Nasional

Citation preview

BAB I Pendahuluan

Kesehatansalah satu pilar pembangunan bangsa. Kesehatan juga memainkan peranan strategis dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

WHO pada 2000 mendefinisikan bahwa sistem kesehatan merupakan aktivitas yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan, memperbaiki, atau merawat kesehatan. Dalam perkembangan para ahli mengganti istilahhealth systemdenganhealth care systemkarena lingkupnya yang sangat bergantung kebijakan suatu negara.

Permasalahan kesehatan di Indonesia tentu membutuhkan upaya-upaya untuk berikhtiar dalam melakukan rekonstruksi dalam pembangunan sistem kesehatan nasional dengan tetap berpegang teguh dalam merawat nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan.

Untuk mewujudkan serta menunjang akselerasi pencapaian peran strategis tersebut, diperlukan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan pilar dari sistem ketahanan nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 yang menjadi peta jalan dalam mewujudkan masyarakat sehat dengan derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Namun, kondisi saat ini masih memperlihatkan kurangnyapolitical willpemerintah pusat maupun daerah dalam menjalankan kebijakan kesehatan sesuai yang diamanahkan dalam UUD (hasil amendemen) Pasal 28H ayat (1).

Konstitusi menjamin hak warganya untuk sehat: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan pada Pasal 34 (angka 3) UUD 1945 dikatakan: Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Itu masih belum memenuhi harapan. Kesehatan saat ini belum sepenuhnya dipandang sebagai unsur utama ketahanan nasional.

Kesehatan belum dianggap sebagai modal utama kelangsungan pembangunan nasional. Cara pandang dan kepemimpinan yang masih memahami kesehatan sebagai pengobatan saja (paradigma sakit) dan tanggung jawab sektor kesehatan saja, bukan tanggung jawab semua sektor, tidak menempatkan kesehatan sebagai mainstream pembangunan nasional.

Kesehatan hanya sebagai komoditas politik dengan membawa konsekuensi memanfaatkan sumber daya manusia bidang kesehatan sebagai komponen di dalamnya salah satunya dokter.

Mewujudkan ketahanan nasional perlu konsepsi ketahanan nasional yaitu konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan secara seimbang, serasi, dan selaras, yang dilaksanakan melalui pembangunan nasional dan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional.

Dengan kata lain, pada saat kita menyelesaikan masalah keamanan harus ikut dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya. Termasuk di sini kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam pembangunan sektor kesehatan. Ketahanan sistem kesehatan sebuah negara secara tidak langsung sangat dipengaruhi ketahanan sistem kesehatan di daerah. Indonesia sehat akan tercapai bila terwujud provinsi sehat, provinsi sehat akan tercapai bila kabupaten/ kota sehat terwujud.

Kabupaten/ kota sehat terwujud jika kecamatan/kelurahan/desa sehat tercapai. Dapat dikatakan bahwa fondasi Indonesia sehat adalah masyarakat sehat di desa/kelurahan yang digalakkan melalui aktivitas-aktivitas untuk memberdayakan potensi kedaerahan.

Keberhasilan implementasi konsepsi ketahanan nasional sangat bergantung pada kelancaran pembangunan nasional di seluruh aspek kehidupan normal yang terintegrasi, yang disusun, direncanakan, dan diprogramkan sesuai politik dan strategi nasional.

Konsep itu harus terjabarkan dalam kebijaksanaan dan strategi daerah yang sesuai situasi, kondisi, dan konstelasi geografi masing-masing daerah, baik berupa peraturan daerah (perda) maupun rencana strategi (renstra) daerah.

Persoalan kesehatan sendiri saat ini sebagai suatu faktor utama dan investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang biasa dikenal dengan paradigma sehat yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Dalam kerangka inilah dibutuhkan proses rekonstruksi pembangunan nasional yang menjadikan sistem kesehatan nasional sebagai salah satu pilar utamanya serta menempatkan kesehatan juga sebagai penopang utama ketahanan nasional dalam mewujudkan Indonesia Sehat yang Berdaulat.

BAB II Pembahasan

Derajat Kesehatan

Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/ Kinerja petugas kesehatan untuk mencapai indikator Kesehatan, kemampuan SKPD dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mengacu pada indikator berikut:

a) Umur Harapan HidupUmur harapan hidup adalah tingkat usia rata-rata penduduk dari lahir sampai meninggal dunia. Data yang pasti tingkat umur harapan hidup tidak ada, baik dari BPS maupun laporan dari camat atau puskesmas. Umur harapan hidup akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, perbaikan gaya hidup, meningkatnya ekonomi masyarakat dan dengan adanya program pembinan Usia..

b) Jumlah Kematian

Jumlah Kematian Bayi (JKB) disebabkan oleh beberapa factor salah satu disebabkan banyak program kesehatan ibu anak tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana. Angka Kematian Ibu ( AKI ) terutama ibu hamil yaitu sebagian besar disebabkan karena pendarahan.c) Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kecukupan asupan makanan seseorang yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, keadaan gizi sangat mempenagaruhi daya ketahanan tubuh, bila keadaan kekurangan gizi secara terus menerus dapat mengakibatkan kematian, terutama pada bayi dan Balita.

Lingkungan Sehat

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Lingkungan sehat adalah suatu keadaan yang bersih dan tidak kotor sehingga tidak timbul penyakit.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya menurut UUPL No. 23 Tahun 1997.

Lingkungan hidup merupakan faktor utama dalam kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan lingkungan hidup atau sumber daya alam yang tepat akan mampu memberikan manfaat bagi hidup manusia itu sendiri. Sebaliknya, eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan hidup dapat mendatangkan bencana bagi umat manusia itu sendiri.

Lingkungan Sehat adalah lingkungan yang bebas dari sampah dan lingkungan yang bersih,tanpa adanya polusi atau kotoran lainnya.lingkungan sehat di jakarta ini sudah sulit ditemui,ini akibat penecemaran yang terus terjadi di Jakarta dan tidak bisa di cegah oleh masyarakatnya,kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan sehat masih minim,akibatnya sampah dimana mana,banyak polusi udara,pencemaran,limbah limbah,gas beracun dan timbulnya banyak penyakit serta bencana alam.kesadaran pentinnya lingkungan sehat di jakarta sebaiknya perlu ditiingkatkan karena pentingnya lingkungan sehat untuk warga jakarta sangat lah penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di muka bumi dan untuk mengurangi gas gas beracun dan pemanasan global yang sekarang sekarang ini sedang menjadi problema di dunia.lingkungan sehat dapat dimulai dari tempat tinggal kita dulu,lingkungan sekita kita dan tempat tinggal kita harus dibiasakan bebas dari sampah dan kotoran,agar kesehatan kita juga tak terganggu dan menjaga agar kuman,penyakit tidak masuk ke dalam tubuh kita.

Ciri ciri lingkungan sehat dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari tercermin dari rumah dan gaya hidup seseorang tersebut.lingkungan yang sehat dapat mecegah menyakit dan membuat kita lebih nyaman. Ada 3 syarat pokok lingkungan sehat yaitu kebersihan, kerapihan dan keindahan. Manfaat dari lingkungan sehat yaitu dapat menciptakan keindahan dan kenyamanan, dapat menyehatkan tubuh dan jauh dari penyakit.

Lingkungan sehat dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari hari,yaitu dengan cara membersihkan tempat tinggal kita dan bebas dari sampah,maka kita dan anggota keluarga kita pun akan sehat dan bebas dari penyakit.berikut ini tips yang bisa di ambil untuk menjaga agar lingkungan tetap sehat yaitu menyediakan tempat sampah di bagian bagian tertenntu rumah, membersihkan lantai rumah, membersihkan jendela dan barang barang di rumah secara rutin, tidak membiarkan sampah menumpuk, tidak membiarkan samaph berserakan, pastikan ventilasi rumah berfungsi dengan baik, harus ada sirkulasi atau pergantian udara yang masuk ke dalam rumah\buatlah rumah senyaman mungkin dan tidak membuah limbah rumah tangga ke kali secara sembarangan.

Perilaku Hidup Sehat

Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010). Perilaku hidup sehat sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah Tangga ber-PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.

Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab setiap anggota rumah tangga, yang juga menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/ kota beserta jajaran sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga agar dapat dijalankan secara efektif

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.Strategi PHBSStrategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

a) Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. b) Bina Suasana (Social Support)Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.c) Pendekatan Pimpinan (Advocacy)Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.Tatanan PHBSAda lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.Akses dan Mutu Pelayanan

Akses ke pelayanan kesehatan merupakan pusat dari penyelenggaraan sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Hal ini penting karena pengukuran kegunaan dan akses dalam pemberian pelayanan merupakan bagian dari sistem kebijakan kesehatan yang ada. Meskipun demikian, akses masih dianggap gagasan yang kompleks dimana ada beragam interpretasi dari banyak ahli.

Dalam pelayanan kesehatan, akses biasanya didefinisikan sebagai akses ke pelayanan,providerdan institusi. Menurut beberapa ahl,i akses lebih daripada pelengkap dari pelayanan kesehatan karena pelayanan dapat dijangkau apabila tersedia akses pelayanan yang baik. Sementara umumnya para ahli menyadari bahwa karakteristik pengguna mempengaruhi karakteristikproviderdalam memberikan pelayanan. Atau dengan kata lain, akses ke pelayanan terbentuk dari hubungan antara pengguna dan sumber daya pelayanan kesehatan.

Akses bisa dilihat dari sumber daya dan karakteristik pengguna. Namun, dalam rangka meningkatkan pelayanan jangka pendek, sumber daya yang memegang peranan penting. Pada umumnya, permasalahan harga, waktu transportasi dan waktu tunggu lebih direspon secara spesifik daripada permasalahan karakteristik sosial ekonomi masyarakat seperti pendapatan, sarana transportasi dan waktu luang. Akses merupakan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Akses bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan, mencari dan mendapatkan sumber daya dan menawarkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dari sisiprovider, terdapat lima dimensi dari akses yaitu: (1) Kedekatan, pengguna mendapatkan pelayanan kesehatan yang bisa diidentifikasi dalam bentuk keberadaan pelayanan, bisa dijangkau dan berdampak pada kesehatan pengguna. (2) Kemampuan menerima, berhubungan dengan faktor sosial budaya yang memungkinkan masyarakat menerima pelayanan yang ditawarkan. (3) Ketersediaan, mengacu pada pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kapanpun dan dimanapun. Ketersediaan tidak hanya secara fisik, namun secara sumber daya mampu memberikan pelayanan sesuai kemampuan. (4) Kesangguapan pengguna, mengacu pada kemampuan dari pengguna untuk menggunakan fasilitas kesehatan secara ekonomi maupun sosial. (5) Kesesuaian, mengacu pada kesesuaian antara pelayanan yang diberikan dan kebutuhan dari pengguna.

Selain itu, akses ke pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh kemampuan pengguna diantaranya kemampuan menerima (kepercayaan dan harapan), kemampuan mencari (nilai sosial, budaya dangender), kemampuan menjangkau (lingkungan tempat tinggal, transportasi dan dukungan sosial), kemampuan membayar (pendapatan, asset dan asuransi), kemampuan ikut serta (ketaatan,support).

Penilaian mutu pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sisi, yaitu sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Dari sisi pemakai, pelayanan kesehatan yang bermutu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan, diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembang atau meluasnya penyakit. Masyarakat menganggap kemudahan mengakses pelayanan, baik itu akses jarak maupun akses bahasa, serta hubungan interpersonal dengan petugas sebagai suatu dimensi mutu yang sangat penting.Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan Adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:

a) Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

b) Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:

a) Pelayanan kedokteran: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.Sumber Daya KesehatanSumber Daya Kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan).Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.a) Tenaga Kesehatan dan Standar ProfesiJenis tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996, yaitu Tenaga medis (dokter,dokter gigi), tenaga keperawatan (perawat, bidan, perawat gigi), tenaga kefarmasian (apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker), tenaga kesehatan masyarakat (epidemiologi kesehatan, etomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian), tenaga gizi (nutrisionis,dietisien), tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara), dan tenaga keteknisan medis (radiografer, radio terapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisis kesehatan, refraksionis optifsien, otorik prostetik, teknisi tranfusi, perekam medis).

b) Sarana kesehatan Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus (RS paru, RS mata, RS kusta, RS jiwa), praktik dokter,praktik dokter gigi, praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium sekolah dan akademi kesehatan,balai pelatihan kesehatan dan sarana kesehatan lainnya.

Pedagang besar farmasi adalah sarana pelayanan kesehatan penunjang yang berfungsi menyalurkan sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada sarana pelayanan kesehatan yang membutuhkannya.

Pemberian izin penyelenggaraan sarana kesehatan harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan, jumlah dan jenis perbekalan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.

c) Perbekalan KesehatanPerbekalan kesehatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya (adalah peralatan yang tidak secara langsung digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan seperti ambulan,tempat tidur).

Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar dapat terpenuhinya kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang terjangkau oleh masyarakat. Perbekalan kesehatan merupakan unsusr penting dalam upaya kesehatan khususnya obat, bahan obat dan alat kesehatan. Oleh karena itu, jumlahnya harus memadai, mudah didapat, mutunya baik, harganya terjangkau.d) Peran serta MasyarakatMasyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya. Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi sekaligus merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya mulai dari inventarisasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penilaian, sedangkan peran serta dapat berbentuk sumbangan pemikiran, tenaga atau sumber daya lainnya seperti kelembagaan,sarana serta dana.

Kontribusi Sektor Terkait

Kontribusi sektor yang terkait dengan pelayanan kesehatan terdiri dari persentase keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih : 85%, persentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana : 70%, angka kecelakaan lalu-lintas per-100.000 penduduk : 10%, persentase penduduk yang melek huruf : 95%.

Kegunaan Indikator Kesehatan

Indikator kesehatan adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukkan status kesehatan sekelompok orang dalam populasi tertentu, misalnya angka kematian kasar. Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai indikator kesehatan, yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok, kelompok pertama berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu.Kelompok kedua berisikan berbagai indikator kesehatan yang memperlihatkan jumlah orang yang menyandang cacat akibat penyakit tertentu, misalnya polio, AIDS, Tuberkulosis (TB), dan sakit mental.Kegunaan indikator kesehatan merupakan suatu acuan bagi Daerah untuk mendapatkan kesamaan tolok ukur. Daerah tentu saja dapat menambahkan hal-hal yang belum tercantum di dalamnya. Khususnya yang berkaitan dengan keadaan, kebutuhan dan aspirasi setempat, termasuk kontribusi sektor-sektor terkait. Apa lagi bila diingat bahwa pengorganisasian sektor-sektor pembangunan di Daerah, khususnya Kabupaten/Kota dewasa ini masih sangat bervariasi. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan sektor-sektor yang berkontribusi dalam pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan Provinsi Sehat dapat diciutkan atau dikembangkan sesuai dengan tatanan organisasi setempat. Demikian pun peran mereka dalam mengupayakan tercapainya Visi Pembangunan Kesehatan.

Formula Indikator

Agar dapat dijamin kesamaan persepsi dan pengertian terhadap indikator- indikator yang telah ditetapkan dan cara-cara menghitungnya, diperlukan keseragaman dalam formula indikator dan definisi operasional.1. Derajat Kesehatan

a. Mortalitas

1. Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup

2. Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup

3. Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup

4. Angka kelahiran hidup waktu lahir

b. Morbiditas

1. Angka kesakitan malaria per penduduk

2. Angka kesembuhan penderita TB paru BTA+

3. Prev. Pnderita HIV AIDS thdp penduduk beresiko

4. Angka Acute Flaccid Paralisis (AFP) pd anak usia