Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    1/24

    1

    ANEURYSMAL SUBARACHNOID HEMORRHAGE

    Yuri Zarita Khairi*, T. Christin**

    *)Residen Ilmu Penyakit Saraf, FK Universitas Sriwijaya/RS. Dr. Moh Hoesin

    **)Staf pengajar Ilmu Penyakit Saraf, FK Universitas Sriwijaya/RS. Dr. Moh

    Hoesin

    ABSTRAK

    Pendahuluan : Perdarahan subarakhnoid terjadi bila ada pembuluh darah yang

    terdapat di dekat permukaan otak yang pecah, yang menyebabkan ekstravasasi

    darah ke ruang subarakhnoid. Perdarahan subarakhnoid memiliki angka

    morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sekitar 80% perdarahan subarakhnoidspontan disebabkan karena rupturnya aneurisma. Aneurisma otak merupakan

    pelebaran pembuluh darah otak yang tidak normal, dan berkaitan dengan adanya

    kelemahan pada dinding pembuluh darah. Berbagai modalitas dapat digunakan

    dalam membantu menegakkan diagnosis aneurisma seperti CT-scan kepala, MRI

    dan MRA, TCD, dan angiografi. Tatalaksana yang komprehensif diperlukan

    dalam mengatasi perdarahan subarakhnoid mulai dari mengatasi komplikasi yang

    terjadi hingga tindakan defenitif untuk mengatasi aneurismanya.

    Laporan kasus : Pria usia 34 tahun mengalami sakit kepala hebat, tidak

    menghilang dengan obat penghilang rasa sakit. Dua hari timbul kejang tonik

    seluruh tubuh frekuensi lebih dari 5 kali dan terjadi kelemahan kedua tungkai.

    Sakit kepala hebat disertai muntah. Pada penderita ditemukan riwayat sakit kepala

    kronis tanpa riwayat hipertensi,diabetes dan tidak ada riwayat trauma medulla

    spinalis. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan paraparesis inferior dengan

    gejala rangsang meningeal positif. Dilakukan CT-scan kepala kontras tampak lesi

    hiperdens tubuler di interhemisfer regio anterior disertai perifokal edema di lobus

    frontal kanan dan kiri sehingga disimpulkan perdarahan subarakhnoid yang

    cenderung karena ruptur aneurisma. Pemeriksaan dilanjutkan dengan MRI dan

    MRA, didapatkan gambaran aneurisma disertai trombus di dalamnya.

    Ditatalaksana konservatif dengan mengendalikan faktor yang dapat mencetuskan

    komplikasi.

    Kesimpulan : Penyebab terbanyak terjadinya perdarahan subarakhnoid spontanadalah aneurisma. Defisit neurologis paraparesis dapat terjadi pada pecah

    aneurisma pada arteri komunikan anterior.

    Kata kunci : perdarahan subarakhnoid, aneurisma, paraparesis, tatalaksana.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    2/24

    2

    ANEURYSMAL SUBARACHNOID BLEEDING

    Yuri Zarita Khairi*, T. Christin**

    *)Resident of Neurology, Medical Faculty of Sriwijaya University/Dr. Moh.

    Hoesin Hospital

    **)Lecture of Neurology, Medical Faculty of Sriwijaya University/Dr. Moh.

    Hoesin Hospital

    ABSTRACT

    Introduction : Ruptur of surface vessels cause extravasation of blood intosubarachnoid space bringing on subarachnoid bleeding. This subarachnoid

    bleeding has high mortality and morbidity. About 80% spontaneous subarachnoid

    bleeding cause of aneurism ruptur. Brain aneurism is an abnormal dilatation

    vessel, its associated with weakness of wall of vessel. Many kind of modality use

    to establish the diagnosis such as CT-scan, MRI, MRA, TCD and angiography.

    Comprehensive management is needed to treat the bleeding, complication and

    also defenitive treatment for the aneurism.

    Case report : Male, 34 years old, had severe headache, continuosly. Two days

    later he had tonic seizure more than 5 times and also weakness both of the lower

    limb. Severe headache and vomite. He felt chronic headache since 6 months ago.

    He didnt have history of hipertension, diabetes, also spinal cord trauma. Inneurological status, we found paraparesis and positive sign of meningeal irritation.

    Result of non-contrast and contrast head ct scan show tubular hiperdens lesion in

    anterior interhemispheric region with perifocal oedema in both side of frontal lobe

    tend to subarachnoidal bleeding cause of aneurism rupture. MRI and MRA result

    show aneurism with thrombus in it. We managed this patient conservatively by

    controlling factors and complication.

    Conclussion : Common cause of subarachnoidal bleeding is aneurism.

    Paraparesis is one of neurological deficit when aneurism in anterior communicant

    artery rupture.

    .

    Key words : subarachnoidal bleeding, aneurism, paraparesis, management.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    3/24

    3

    I. PENDAHULUANPerdarahan subarakhnoid terjadi bila ada pembuluh darah yang terdapat di

    dekat permukaan otak yang pecah, yang menyebabkan ekstravasasi darah ke

    ruang subarakhnoid. Sekitar 80% perdarahan subarakhnoid spontan disebabkan

    karena rupturnya aneurisma.(1,2) Perdarahan subarakhnoid memiliki angka

    morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sekitar 12-33% penderita meninggal

    sebelum sempat mendapatkan penanganan medis; 20-40% dari pasien yang

    dirawat meninggal dalam kurun waktu 1 bulan setelah kejadian; dan lebih dari

    sepertiga yang selamat akan memiliki gejala sisa berupa defisit neurologis.(2)

    Aneurisma otak merupakan kelainan pembuluh darah otak berupa dilatasi

    atau pelebaran setempat yang tidak normal, dan berkaitan dengan adanya

    kelemahan pada dinding pembuluh darah. Mayoritas aneurisma intrakranial yang

    ditemukan berlokasi di daerah sirkulasi anterior. Sekitar 20-30% pasien memiliki

    aneurisma lebih dari satu, dan biasanya memiliki lokasi yang sama di kedua sisi

    otak.(1,2,3,4)

    Berikut dilaporkan suatu kasus perdarahan subarakhnoid yang terjadi

    karena ruptur aneurisma.

    II. ILUSTRASI KASUSSeorang laki-laki, 34 tahun, PNS, beralamat di luar kota Palembang,

    datang ke RS Moh.Hoesin pada tanggal 22 Juli 2010 karena mengalami kejang

    disertai penurunan kesadaran.

    Sekitar 7 hari SMRS penderita mengalami sakit kepala hebat seperti

    dipukul dirasakan terus menerus diseluruh bagian kepala, sehingga pasien sering

    memukul kepalanya dengan tangan. Sakit kepala tidak berkurang meskipun telah

    minum obat anti sakit. Lima hari SMRS, tiba-tiba penderita mengalami kejang

    tonik seluruh tubuh lebih kurang 15 menit lalu tidak sadar sekitar 20 menit lalu

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    4/24

    4

    diikuti kejang lagi. Frekuensi kejang lebih dari 10 kali, lalu diikuti penurunan

    kesadaran (mengantuk) hingga masuk ke RSMH. Sebelum kejang, sakit kepala

    hebat tetap dialami penderita disertai muntah satu kali. Setelah kejang terjadi

    kelemahan kedua tungkai. Penderita masih mengerti isi pembicaraan orang lain

    dan bisa mengungkapkan isi pikirannya secara lisan maupun isyarat. Mulut tidak

    mengot dan bicara tidak pelo. Gangguan rasa raba (sensibilitas) belum bisa

    dinilai. BAB dan BAK belum bisa dinilai. Penderita mengalami demam.

    Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat DM tidak ada. Riwayat sakit kepala kronis

    sejak 6 tahun yang lalu. Riwayat demam tinggi tidak menggigil dalam 1 minggu

    ini. Tidak ada riwayat trauma medulla spinalis. Riwayat batuk lama tidak ada.

    Riwayat pemakaian alkohol sejak 10 tahun yang lalu dan sudah berhenti sejak 2

    tahun yang lalu, jenis minuman bir, dikonsumsi 2-3 kaleng perhari. Riwayat

    merokok sejak 15 tahun yang lalu, 2 bungkus/hari. Tidak ada riwayat pemakaian

    narkoba. Tidak ada riwayat kelurga dengan penyakit yang sama. Penyakit ini

    diderita untuk pertama kalinya.

    Pada pemeriksaan fisik secara umum kesadaran pasien pada saat masuk

    RS somnolen (E3M6V5), dengan tekanan darah sedikit meningkat (140/80), nadi

    (74x/menit) dan suhu tubuh (36,7 oC) dalam batas normal. Pemeriksaan jantung

    dan paru dalam batas normal. Hepar dan lien tidak teraba, serta tidak didapatkan

    ascites pada abdomen. Edema pretibial tidak ada.

    Pada pemeriksaan fisik neurologi didapatkan gejala rangsang meningeal berupa

    kaku kuduk, laseque dan kernig serta defisit motorik berupa paraparese inferior

    flaksid (kekuatan 1 pada kedua tungkai) dengan bangkitan tonik umum disertai

    penurunan kesadaran dan sefalgia kronis. Pada awal pemeriksaan pasien ini

    didiagnosis banding dengan perdarahan subarachnoid dan meningoensefalitis.

    Dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya pemeriksaan laboratorium

    lengkap dengan hasil leukosit yang sedikit meningkat (12.900/mm3) dan

    hiponatremia (128 mmol/l). Pemeriksaan elektrokardiografi normal. Pada

    pemeriksaan CT scan kepala tanpa dan dengan kontras didapatkan gambaran

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    5/24

    5

    perdarahan subarakhnoid disertai perdarahan intraventrikel cenderung disebabkan

    ruptur aneurisma kemungkinan di arteri komunikan anterior. Pemeriksaan

    dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI dan MRA. Dari hasil pemeriksaan tersebut

    didapatkan kesan aneurisma di arteri komunikan anterior dengan trombus di

    dalamnya disertai hidrosefalus post perdarahan.

    Selama perawatan kurang lebih sebulan terdapat perbaikan klinis

    kekuatan kedua tungkai meningkat. Penderita dikonsulkan ke bagian bedah saraf

    dan disarankan untuk di rujuk ke RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk

    penatalaksanaan lebih lanjut karena fasilitas alat yang kurang memadai. Selama di

    RSMH penderita diterapi secara konservatif serta memantau kemungkinan

    munculnya komplikasi.

    III.TINJAUAN PUSTAKAStroke (menurut WHO, 1983) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala

    berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan

    kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain

    selain gangguan vaskular. Stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi

    pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan

    pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah

    otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas

    maupun kualitas darah itu sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta

    komponen lainnya dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun

    degeneratif, atau sekunder akibat proses lain, seperti peradangan, arteriosklerosis,

    hipertensi, dan diabetes mellitus. Karena itu penyebab stroke sangat kompleks.(5,6)

    Stroke merupakan penyebab kematian nomor 3 terbanyak setelah penyakit

    jantung dan keganasan. Di Eropa angka mortalitas berkisar 63,3-73,4 per 100.000

    penduduk dan kasus baru stroke berkisar 100-200 per 100.000 penduduk. Stroke

    penyebab kecacatan nomor satu yang akan mempengaruhi kegiatan hidup sehari-

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    6/24

    6

    hari sampai kira-kira 20% setelah penderita bertahan dari penyakit stroke selama 1

    tahun. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa stroke hemoragik merupakan

    8-13% dari semua stroke di USA, 20-30% stroke di Jepang dan Cina.(5,6)

    Salah satu bentuk stroke hemoragik adalah perdarahan subarakhnoid

    (SAH). Perdarahan subarakhnoid relatif kecil jumlahnya (

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    7/24

    7

    Mayoritas aneurisma intrakranial yang ditemukan (80-85%) berlokasi di

    daerah sirkulasi anterior, dengan lokasi paling sering pada persambungan antara

    arteri karotis interna dengan arteri komunikans posterior, kompleks arteri

    komunikans anterior, atau trifurkasio arteri serebralis media. Aneurisma yang ada

    di sirkulasi posterior paling kerap terdapat di bifurkasio arteri basilaris atau di

    persambungan antara arteri vertebralis dan arteri serebelar posterior inferior

    ipsilateral. Sekitar 20-30% pasien memiliki aneurisma lebih dari satu, dan banyak

    diantaranya yang memiliki lokasi yang sama pada kedua sisi otak.(1,3,4,8)

    Sampai saat ini, angka insiden sebenarnya dari aneurisma intrakranial

    belum dapat disimpulkan secara pasti.

    III.1.2. Patofisiologi

    Anatomi arteri yang ada didalam otak berbeda dengan arteri yang ada di

    tubuh bagian lain. Perbedaannya dalam hal ketebalan dan komposisi dinding

    pembuluh darah. Umumnya, dinding pembuluh darah arteri di tubuh terdiri dari 3

    lapisan yaitu tunika intima, tunika media dan adventisia. Pada pembuluh darah diotak, terdapat lapisan membrana interna elastika yang letaknya antara tunika

    intima dan media. Membrana interna elastika ini merupakan lapisan yang

    menentukan kekuatan dari dinding pembuluh darah arteri, dan dapat menahan

    hingga 600 mmHg tanpa mengalami penonjolan (bulging). Adanya defek dalam

    lapisan inilah yang menyebabkan dapat terjadinya penonjolan setempat dari

    bagian dalam pembuluh darah, yang akhirnya membentuk aneurisma.(2,3,7)

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    8/24

    8

    III.1.3. Klasifikasi(2,3)

    Aneurisma intrakranial dapat diklasifikasikan berdasarkan patologi,

    ukuran dan lokasinya.

    a. Berdasarkan bentuk dan patologi1. Aneurisma sakular2. Aneurisma non sakular (fusiform, disekan, infektif, neoplastik,

    posttraumatik)

    b. Berdasarkan ukuran1. Sangat kecil (< 3mm)2. Kecil (4-6 mm)3. Sedang (7-10 mm)4. Besar (11-24 mm)5. Raksasa/ sangat besar (Giant aneurysm) (> 25 mm)

    c. Berdasarkan lokasi1. Aneurisma intrakranial di sirkulasi anterior

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    9/24

    9

    a. Arteri karotis internab. Arteri serebri anteriorc. Arteri serebri media

    2. Aneurisma intrakranial di sirkulasi posteriora. Arteri vertebralis

    b. Arteri basilarisc. Arteri serebri posterior

    Salah satu aneurisma tersering dijumpai adalah aneurisma sakular

    (aneurima Berry). Pada pemeriksaan mikroskopis dinding aneurisma sakular,

    didapatkan tunika media yang sangat tipis atau bahkan tidak ada. Lapisan tunika

    media yang ada di bagian pembuluh darah sebelumnya umumnya berakhir di

    daerah leher aneurisma. Selain itu, pada dinding aneurisma didapatkan membran

    interna elastika yang terfragmentasi atau bahkan tidak ditemukan. Dengan

    demikian, dinding aneurisma umumnya hanya terdiri dari lapisan tunika intima

    dan adventisia, dengan variasi sejumlah jaringan fibrohyalin di antara kedua

    lapisan tersebut.(1,2,3)

    Penggunaan istilah Berry aneurysm, untuk menyebutkan aneurisma

    sakular didasarkan dengan gambaran aneurisma yang cenderung berbentuk bulat

    seperti buah dan seakan menggantung pada batang arteri. Namun, pada

    kenyataannya gambaran karakterisktik seperti itu tidak selalu didapatkan, karena

    umumnya bentuk aneurisma dipengaruhi struktur organ sekitarnya.(2,3)

    Abnormalitas vaskular biasanya berkembang di bifurkasio arteri intrakranial atau

    didekat sirkulus Willisi. Sekitar 85% aneurisma berlokasi di sirkulasi karotid

    dengan lokasi tersering adalah arteri komunikan anterior, arteri komunikan

    posterior, dan bifurkasio arteri serebri media.(3,8)

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    10/24

    10

    Gambar 2. Sirkulus Willisi

    Aneurisma jenis non sakular bisa bermacam-macam jenis diantaranya

    adalah :

    1. Aneurisma infektif (mikotik)Infeksi mungkin yang paling sering menyebabkan aneurisma nonsakular.

    Aneurisma ini berkembang pada sisi emboli septik yang tersangkut di distal

    arteri. Suatu proses supuratif lokal terjadi dan mengakibatkan kelemahan

    dinding sehingga berkembang menjadi aneurisma. Sumber infeksi yang

    paling sering menjadi penyebab adalah endokarditis bakterial subakut.

    Aneurisma jenis ini lebih sering pada anak-anak daripada dewasa. Dalam

    penanganannya, diperlukan terapi antibiotik segera dan umumnya diberikan

    sampai 4-6 minggu. Diduga aneurisma infektif ini banyak terjadi pada era

    sebelum antibiotik digunakan. Dengan semakin banyaknya penggunaan

    antibiotik kejadiannya pun ikut menurun.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    11/24

    11

    2. Aneurisma neoplastik (tumor)Aneurisma neoplastik dapat terjadi akibat invasi langsung dari tumor pada

    vaskular atau akibat implantasi emboli metastasis yang kemudian

    menginfiltrasi dan merusak dinding vaskular.

    Aneurisma intrakranial akibat tumor otak primer kasusnya lebih sedikit

    daripada yang disebabkan metastasis. Metastasis tumor yang diketahui dapat

    menyebabkan aneurisma neoplastik antara lain adalah myxoma dan

    koriokarsinoma.

    3. Aneurisma traumatikAneurisma jenis ini umumnya dialami oleh pasien anak atau dewasa muda

    yang mengalami trauma kepala tertutup. Mekanisme formasi aneurisma

    agaknya melibatkan jejas langsung ke dinding arteri sehingga terbentuk suatu

    area kelemahan yang dapat menjadi aneurisma. Aneurisma traumatik dapat

    disebabkan trauma penetratif atau trauma tumpul.

    4. Aneurisma fusiformDikenal juga dengan sebutan aneurisma aterosklerotik. Lesi ini terjadi karenaadanya pelebaran pembuluh darah arteri akibat aterosklerotik yang berat dan

    tidak biasa. Kerusakan pada tunika media menyebabkan peregangan dan

    pemanjangan dinding arteri melampaui batas. Pelebaran pembuluh darah ini

    dapat memiliki fokus area pelebaran berbentuk fusiform atau mungkin juga

    berupa sakular.

    5. Aneurisma disekansAneurisma disekans dapat terjadi secara spontan, namun umumnya karena

    adanya trauma atau vaskulopati yang mendasari. Istilah disekans berasal dari

    bahasa Latin dissecare yang artinya menguraikan atau memisahkan

    jaringan. Akibat diseksi arteri, darah terakumulasi di dalam dinding pembuluh

    darah melalui robekan di tunika intima dan membran interna elastika.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    12/24

    12

    III.1.4. Manifestasi klinis

    Sebagian besar aneurisma tidak memberikan gejala sampai akhirnya

    ruptur. Hal ini disebabkan ukuran aneurisma yang terlalu kecil sehingga tidak

    memberikan efek penekanan yang berarti terhadap struktur di sekililingnya.

    Namun adakalanya sebagian kecil pasien dengan aneurisma yang belum pecah

    datang dengan keluhan sebagai efek massa yang ditimbulkannya.(2,3)

    Perdarahan intrakranial merupakan gambaran umum ruptur aneurisma.

    Perdarahan biasanya terbatas pada ruang subarakhnoid namun dapat juga terjadi

    sekunder perdarahan intraserebral atau intraventrikuler sekitar 15%. Manifestasi

    klinis yang terjadi pada SAH dapat dibagi menjadi kelompok gejala akibat

    peningkatan tekanan intrakranial dan iritasi meningeal; serta kelompok gejala

    fokal akibat efek kompresi terhadap saraf kranial. Adanya darah di dalam ruang

    subarakhnoid akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Selain itu juga

    akan menyebabkan terjadinya gejala iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda

    kernig dan brudzinski yang positif. Namun dalam 4-8 jam pertama, adakalnya

    gejala ini belum muncul.(2,3,4,5,7)

    Simptom yang biasanya muncul adalah sakit kepala yang luar biasa,

    kejang, mual dan muntah, simptom neurologis fokal. Ruptur aneurisma dari arteri

    komunikan anterior dapat terjadi paraparesis sedangkan hemiparesis atau afasia

    dapat menyertai perdarahan pada aneurisma arteri cerebri media. Kebanyakan

    defisit neurologis fokal yang terjadi adalah paralisis n.oculomotorius (dengan

    keterlibatan pupil) sekunder dari ruptur aneurisma arteri komunikan posterior atau

    ujung basilaris. Gejala-gejala tersebut dikenal sebagai petanda perdarahan serius

    dan rata-rata terjadi sekitar 1-3 minggu sebelum aneurisma ruptur.(1,3)

    Aneurisma yang besar atau raksasa dapat menekan struktur sekitarnya,

    tersering adalah saraf okulomotor pada aneurisma dari arteri komunikan posterior

    atau bifurkasio basilaris dan penekanan pada saraf kranial multipel ketika

    aneurisma di sinus kavernosus. Trombus dapat muncul di dalam aneurisma

    raksasa dan bagian dari clot tersebut dapat mengembolisasi otak dan

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    13/24

    13

    menyebabkan TIA atau stroke iskemik. Umumnya, CT scan atau MRI dapat

    memperlihatkan aneurisme jika lesi sudah > 5mm.(3,7)

    II.1.5. Resiko ruptur

    Pada umumnya, resiko perdarahan berhubungan dengan ukuran aneurisma

    tersebut. Resiko ruptur relatif rendah jika diameter aneurisma < 5 mm. Rata-rata

    ukuran aneurisma yang ruptur adalah sekitar 6-8 mm. Unruptured aneurysm >10

    mm memiliki resiko tinggi untuk terjadi perdarahan. Aneurisma raksasa

    intrakranial bisa terdapat area kalsifikasi atau plak sklerotik di dindingnya. Karena

    aliran di aneurisma mudah terjadi stagnasi sehingga trombus intramural juga dapat

    ditemukan pada aneurisma raksasa. Bekuan (clot) ini dapat menjadi sumber

    emboli ke otak.(1,3,9)

    Resiko ruptur aneurisma sakular diperkirakan sekitar 0,2-3% tiap

    tahunnya. Wiebers et al menyimpulkan bahwa resiko kumulatif rupturnya

    aneurisma di sirkulasi anterior dalam 5 tahun adalah 0% untuk aneurisma < 7mm,

    2.6% untuk aneurisma 7-12 mm, 14.5% untuk 13-24 mm dan 40% untuk diameteraneurisma >24mm. Untuk pasien dengan aneurisma di sirkulasi vertebrobasiler

    atau arteri komunikan posterior adalah 2.5% untuk diameter aneurisma < 7mm,

    14.5% untuk 7-12mm, 18.4% untuk aneurisma 13-24 mm, dan 50% untuk

    diameter aneurisma >24 mm.(3)

    Beberapa faktor yang berhubungan dengan meningkatnya resiko ruptur

    aneurisma meliputi merokok, hipertensi yang tidak diterapi, penggunaan alkohol

    yang berlebih. Hipertensi biasanya tidak dimasukkan ke dalam faktor resiko SAH

    aneurisma, namun peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dapat menyebabkan

    ruptur. Kenaikan tiba-tiba ini dapat saja terjadi misalnya saat olahraga, coitus,

    defekasi, aktivitas fisik maupun stress emosional.(2,3,9)

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    14/24

    14

    III.1.6. Evaluasi dan prosedur diagnostik(1,2,3)

    Prosedur diagnostik yang umumnya digunakan dalam penegakan

    diagnosis aneurisma dan perdarahan yang disebabkannya adalah CT-scan,

    angiografi dan MRI.

    a. CT scan kepalaPemeriksaan ini merupakan langkah pertama yang umumnya dilakukan

    bila ada kecurigaan perdarahan. CT scan sangat sensitif dalam mendeteksi

    adanya perdarahan akut dengan didapatkannya gambaran hiperdens.

    Sekitar 90-95% pasien yang mengalami perdarahan dapat terdeteksi dalam

    24 jam pertama.

    CT scan yang tidak menunjukkan perdarahan subarakhnoid sesungguhnya

    belum cukup untuk menyingkirkan kemungkinan adanya perdarahan.

    Hasil CT scan yang normal ini dapat saja dijumpai bila perdarahan yang

    terjadi minimal.

    b. AngiografiMerupakan pemeriksaan defenitif terpilih untuk mendeteksi adanya

    aneurisma intrakranial yang belum ruptur., untuk mengetahui lokasi dan

    karakteristiknya.

    c. MRI dan MRAMRI tidak mampu memperlihatkan darah pada jam-jam awal terjadinya

    perdarahan. Namun mempunyai keunggulan dibandingkan dengan CT

    scan adalah kemampuannya membedakan usia perdarahan. Dalam keadaan

    hiperakut (

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    15/24

    15

    hemichrom ekstrasel dengan gambaran isointens pada T1 dan hiperintens

    pada T2, dengan dikelilingi cincin hemosiderin intrasel dengan gambaran

    hipointens pada T1 dan T2.

    Fasilitas yang lebih maju adalah MRA (Magnetic Resonance Angiografi)

    yang umumnya digunakan untuk melakukan skrining adanya aneurisma

    intrakranial. Metode ini tidak memerlukan penggunaan bahan kontras

    seperti halnya angiografi biasa, sehingga relatif tidak memiliki resiko.

    d. Transcranial Doppler

    III.1.7. Prognosis(3)

    Sekitar 80% kematian terjadi selama minggu pertama terjadi perdarahan

    subarakhnoid. Tingkat keparahan perdarahan subarakhnoid seperti tingkat

    kesadaran sangat mempengaruhi outcome. Angka mortalitas 30 hari pada pasien

    yang sadar sekitar 15% dan pada pasien koma, angka mortalitas melebihi 75%.

    Pasien dengan jumlah perdarahan yang banyak yang ditunjukkan CT scan juga

    memiliki prognosis yang jelek. Pasien dengan ruptur aneurisma di sirkulasiposterior memiliki prognosis yang buruk. Sekitar 50% penderita memiliki sekuele

    gangguan neurologis.

    Penyebab kematian dan disabilitas merupakan efek inisial perdarahan,

    vasospasme dapat menyebabkan infark, dan perdarahan ulang. Penyebab

    morbiditas lain meliputi hidrosefalus, kejang, dan komplikasi dari intervensi

    medis atau bedah.

    III.1.8. Komplikasi(1,2,4)

    Ruptur aneurisma yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dapat

    memberikan komplikasi yang bermacam-macam, diantaranya adalah :

    1. Perdarahan ulangMerupakan komplikasi yang sangat dikhawatirkan karena memiliki angka

    mortalitas yang tinggi. Dua puluh persen perdarahan ulang akan terjadi

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    16/24

    16

    dalam 2 minggu pertama, 30% dalam bulan oertama, dan 40% pada akhir

    bulan ke enam. Secara umum, resiko terjadinya perdarahan ulang paling

    besar adalah dalam 24 jam pertama.

    Untuk mengurangi kemungkinan tersebut, maka penanganan diarahkan

    untuk menurunkan faktor yang dapat mencetuskan perdarahan ulang.

    Pasien diistirahatkan tirah baring dengan stimulasi seminimal

    mungkin.keluhan nyeri diberikan analgesik. Pasien dijaga agar tidak

    mengejan saat buang air besar. Tekanan darah diupayakan tidak

    meningkat. Selain itu, dapat dicegah dengan memberikan bahan interfensi

    aktifasi plasminogen seperti asam traneksamat.

    2. Vasospasme arteri serebralVasospasme umumnya terjadi 3-5 hari setelah perdarahan, dengan

    puncaknya 5-9, dan umumnya menghilang pada minggu kedua sampai

    kelima. Vasospasme dapat tidak memberikan gejala apa-apa, namun ada

    juga yang memberikan gejal takikardi,hipertensi, perubahan gambaran

    elektrokardiografi, dan penurunan tingkat kesadaran.

    Nimodipin oral diindikasikan untuk menurunkan luaran yang buruk pada

    perdarahan subarakhnoid yang disebabkan aneurisma ini.

    3. HidrosefalusDilatasi ruang ventrikel dalam hitungan jam atau beberapa hari setelah

    terjadi SAH merupakan hal yang kerap ditemukan. Tanda terjadinya

    hidrosefalus ini penting untuk segera dideteksi, sebab perburukan klinis

    dapat segera dihentikan atau bahkan diperbaiki dengan pengendalian

    tekanan intrakranial, melalui pemasangan drainase ventrikular.

    4. Komplikasi pada jantungHal yang sering terjadi adalah gangguan irama jantung. Gagal jantung dan

    infarkmiokard walaupun jarang namun dapat terjadi. Diduga hal ini

    berkaitan dengan peningkatan secara masif kadar katekolamin yang

    bersirkulasi pada saat perdarahan.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    17/24

    17

    5. Komplikasi pada paruDapat terjadi dalam hitungan jam atau hari setelah SAH terjadi.

    Komplikasi berupa disfungsi pulmoner karena hipoventilasi (sekunder

    terhadap penurunan kesadaran), pneumonia aspirasi, atau edema paru

    neurogenik.

    6. Komplikasi lainHiponatremia dapat terjadi pada sekitar sepertiga pasien. Gangguan

    kesadaran, kejang dan edema otak dapat semakin terprovokasi dengan

    konsentrasi natrium yang rendah. Kelainan ini disebabkan karena adanya

    hormon natriuretik atrial. Penatalaksanaannya perlu dilakukan ekspansi

    volume dengan cairan saline isotonik atau hipertonik.

    III.1.9. Penatalaksanaan(2,3,4,9,10)

    Aneurisma yang belum ruptur dan menimbulkan gejala dapat dilakukan

    tindakan operatif. Sedangkan aneurisma asimptomatik, tidak jarang menjadi

    kontroversi mengenai perlu tidaknya dilakukan tindakan operatif.

    Rupturnya aneurisma merupakan kasus gawat darurat yang memerlukan

    penanganan segera. Penanganan darurat untuk aneurisma serebral yang ruptur

    secara umum mencakup upaya menstabilkan kondisi klinis, menjaga fungsi

    pernapasan dan kardiovaskular, dan juga menurunkan tekanan intrakranial.

    Perdarahan yang terjadi ditangani sesuai dengan jenis, lokasi dan luasnya.

    Pencegahan terjadinya perdarahan ulang merupakan kunci tatalaksana pada pasien

    dengan SAH karena ruptur aneurisma. Biasanya perdarahan ulang terjadi sekitar

    20% selama 10 hari pertama dan resiko selama 24 jam adalah sekitar 4%.

    Operasi merupakan tindakan defenitif dalam mengatasi aneurisma

    intrakranial. Operasi umumnya dilakukan sedapat mungkin dalam tiga hari

    pertama, untuk memasang clip pada leher aneurisma. Pemasangan clip yang

    sempurna berarti tidak ada aliran darah dari arteri induk ke dalam rongga

    aneurisma sehingga tidak memungkinkan terjadinya perdarahan.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    18/24

    18

    Dalam dekade belakangan ini, telah dikembangkan teknik operasi baru

    yang disebut bedah endovaskular. Prinsip dari terapi bedah endovaskular adalah

    memasukkan kumparan metalik yang sangat kecil (microcoil) ke dalam lumen

    aneurisma, yang kemudian dilepaskan setelah berada pada posisi yang tepat dan

    diinginkan. Selanjutnya, melalui proses elektrotrombosis, terbentuklah trombus

    lokal mengelilingi microcoildi dalam aneurisma yang selanjutnya menyebabkan

    terjadinya obliterasi kantung aneurisma.

    IV. ANALISA KASUSPenderita masuk ke RSMH, rujukan dari RS daerah dengan riwayat kejang

    tonik seluruh tubuh disertai penurunan kesadaran. Sebelum masuk RS penderita

    mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dialami sebelum ini lalu diikuti

    dengan kejang tonik seluruh tubuh dan penurunan kesadaran (mengantuk). Setelah

    sadar didapatkan penderita mengalami kelemahan kedua tungkai. Sakit kepala

    sering dialami penderita dalam 6 bulan terakhir namun hilang timbul dan

    berkurang dengan minum obat anti sakit. Dua hari sebelum kejadian penderita

    mengalami sakit kepala hebat terus menrus yang tidak hilang dengan obat anti

    sakit disertai muntah. Saat itu penderita mengalami demam. Dari pemeriksaan

    fisik didapatkan paraparese inferior dengan kekuatan 1. Dijumpai gejala rangsang

    meningeal berupa kaku kuduk, laseque dan kernig. Sehingga pada awalnya pasien

    ini didiagnosis banding dengan perdarahan subarakhnoid dan meningoensefalitis.

    Adanya gejala rangsang meningeal yang positif dan riwayat demam serta adanya

    kejang mengarah ke suatu kondisi meningoensefalitis. Namun, dengan melihatklinis paraparesis yang paling memungkinkan untuk kasus ini adalah suatu

    perdarahan subarakhnoid. Adanya riwayat sakit kepala kronis dan usia muda

    mengarah kepada suatu aneurisma atau malformasi vaskular.

    Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukosit yang

    sedikit meningkat. Dari pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan adanya lesi

    hiperdens tubuler di interhemisfer regio anterior setelah pemberian kontras

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    19/24

    19

    tampak pooling kontras disertai perifokal edema di lobus frontal kanan dan kiri

    sehingga disimpulkan perdarahan subarachnoid disertai perdarahan intraventrikel

    yang cenderung disebabkan ruptur aneurisma kemungkinan di arteri komunikan

    anterior. Kecurigaan tersebut dikonfirmasi dengan pemeriksaan MRI dan MRA

    dan didapatkan kesan adanya suatu malformasi vaskular berupa aneurisma di

    arteri komunikan anterior dengan trombus di dalamnya disertai hidrosefalus post

    perdarahan. Gejala klinis sesuai dengan letak lesi aneurisma yaitu arteri

    komunikan anterior paling sering menyebabkan paraparesis. Pada gambaran MRI

    (1 minggu perawatan) menunjukkan lesi hiperintens terhadap white matter pada

    T1 dan tetap hiperintens pada T2 menunjukkan perdarahan yang terjadi dalam

    kondisi subakut (7-14 hari). Gambaran FLAIR di regio falks anterior disertai

    perifocal edema minimal yang mulai berkurang di lobus frontal kiri dan kanan.

    Dari hasil MRI dan MRA terlihat adanya aneurisma yang disertai adanya trombus

    di dalamnya. Hal ini dapat saja terjadi karena adanya stagnasi aliran darah di

    daerah aneurisma sehingga menimbulkan clot/trombus. Selain itu, ditemukan juga

    hidrosefalus yang merupakan komplikasi dari perdarahan tersebut.

    Komplikasi yang harus diperhatikan pada pasien dengan perdarahan

    subarakhnoid diantaranya adalah resiko perdarahan ulang, vasospasme arteri

    serebral yang dapat menyebabkan iskemia atau infark jaringan sekitar,

    hidrosefalus serta komplikasi pada jantung. Resiko terjadinya perdarahan ulang

    paling sering terjadi dalam 24 jam pertama. Namun, harus tetap dipantau karena

    bagaimanapun penderita memiliki kemungkinan 40% perdarahan ulang pada akhir

    bulan keenam, dan sekitar 3% tiap tahunnya. Vasospasme yang kerap terjadi pada

    3-5 hari pertama. Baik perdarahan ulang maupun vasospasme sama-sama

    memberika efek yang tidak baik. Perdarahan ulang dan vasospasme simptomatik

    dapat memberikan tanda klinis yang semakin memburuk. Pada pasien didapatkan

    kondisi yang stabil dan relatif mambaik. Pada penderita dengan perdarahan

    subarakhnoid kadang mengalami gangguan irama jantung yang terjadi akibat

    peningkatan secara masif kadar katekolamin yang bersirkulasi saat perdarahan,

    sehingga memonitor kondisi jantung (misal dengan EKG) harus dilakukan. Pada

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    20/24

    20

    penderita didapatkan gambaran EKG yang normal. Penatalaksanaan hidrosefalus

    dilakukan secara konservatif karena hidrosefalus yang terjadi tidak memperburuk

    klinis pasien.

    Berdasarkan klasifikasi perdarahan subarakhnoid dapat disimpulkan kasus

    ini sesuai dengan grade 4 (SAH dengan IVH atau perluasan ke parenkim)

    berdasarkanFisher grade tentang gambaran dari SAH pada CT-scan kepala, kelas

    3 (GCS 13-14 dengan defisit neurologis fokal) berdasarkan The World Federation

    of Neurosurgeons classification. Dan grade 3 (drowsy, dengan defisit neurologis

    minimal) berdasarkanHunt dan Hess scale.

    Tatalaksana yang dilakukan pada kasus ini merupakan terapi konservatif

    karena keterbatasan fasilitas. Terapi konservatif dapat dilakukan dengan

    mengendalikan faktor yang dapat mencetuskan terjadinya komplikasi. Pada

    penderita diistirahatkan tirah baring, keluhan nyeri diberikan analgetik. Untuk

    tatalaksana kejang diberikan fenitoin oral. Dari beberapa sumber disebutkan

    pemberian antikonvulsan jangka panjang tidak dianjurkan. Diberikan laksatif agar

    pasien tidak mengejan saat buang air besar. Selain itu diberikan pula bahan yang

    menginterfensi aktivasi plasminogen seperti asam traneksamat untuk mengurangi

    kemungkinan terjadinya perdarahan ulang. Selain itu, untuk mencegah terjadinya

    vasospasme diberikan terapi nimodipin oral. Hiponatremia ringan ditatalaksana

    dengan pemberian saline isotonik pada kasus ini. Tindakan operatif memerlukan

    persiapan yang matang dan harus didukung oleh fasilitas alat dan ahli bedah saraf.

    Pelaksanaan operasi yang tidak dipersiapkan dengan baik, dan tidak didukung

    dengan keterampilan dan fasilitas yang optimal bisa memperburuk keadaan

    pasien.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    21/24

    21

    V. KESIMPULANSalah satu penyebab perdarahan subarakhnoid spontan adalah aneurisma

    intrakranial. Sekitar 80 % aneurisma yang pecah menyebabkan perdarahan di

    ruang subarakhnoid. Aneurisma dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya,

    ukuran, dan lokasinya.

    Untuk mengetahui adanya suatu aneurisma sangat dibutuhkan pemeriksaan

    penunjang seperti arteriografi atau MRA yang dewasa ini lebih banyak digunakan

    karena relatif lebih aman. Dengan MRA, akan terlihat jelas kondisi pembuluh

    darah otak.

    Penatalaksanaan pada aneurisma dapat berupa konservatif maupun

    operatif. Tindakan operatif harus dipersiapkan dengan matang meliputi fasilitas

    alat dan tenaga ahli bedah saraf.

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    22/24

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Caplan LR, Subarachnoid Hemorrhage, Aneurysm, and VascularMalformations in Caplans Stroke a Clinical Approach. 4th ed. Saunders

    Elsevier. Philadelphia. 2009. 446-486.

    2. Wahjoepramono EJ, Aneurisma Otak. FK-UPN Lippo Karawaci.3. Adam HP Jr, Intracranial aneurysm and vascular malformations in

    Principles of Cerebrovascular Disease. McGraw-Hill Companies. 2007.

    281-301.

    4. Subarachnoid Hemorrhage-Wikipedia available inhttp://www.en.wikipedia.org/wiki/subarachnoid_hemorrhage

    5. Jusuf Misbach, Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen, BalaiPenerbit FK-UI, Jakarta, 1999

    6. Al Rasyid, Lyna Soertidewi, Unit Stroke - Manajemen Stroke SecaraKomprehensif, Balai Penerbit FK-UI, Jakarta, 2007

    7. Hector, Batjer HH, Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage :Patophysiology and sequele in Cerebrovascular Disease. Lippincott-Raven

    Publishers. 1997. 889-897.

    8. Biller J, Subarachnoid Hemorrhage in Young Adults in Stroke in Childrenand Young Adults. 2nd ed. Saunders Elsebier. Philadelphia. 2009. 289-

    314.

    9. Perdossi, Penatalaksanaan Perdarahan Subarakhnoid dalam GuidelineStroke 2007 (edisi revisi). Perdossi (kelompokstudi). 2007. Hal 37-45.

    10.Bederson JB et al, Guideline for the Management of AneurysmalSubarachnoid Hemorrhage : A Statement for Healthcare Professionals

    From a Special Writing Group of the Stroke Council, American Heart

    Association available in

    http://www.stroke.ahajournals.org/cgi/reprint/STROKEAHA.108.19139

    http://www.en.wikipedia.org/wiki/subarachnoid_hemorrhagehttp://www.en.wikipedia.org/wiki/subarachnoid_hemorrhagehttp://www.stroke.ahajournals.org/cgi/reprint/STROKEAHA.108.19139http://www.stroke.ahajournals.org/cgi/reprint/STROKEAHA.108.19139http://www.stroke.ahajournals.org/cgi/reprint/STROKEAHA.108.19139http://www.en.wikipedia.org/wiki/subarachnoid_hemorrhage
  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    23/24

    23

    Lampiran

    CT scan kepala kontras dan nonkontras

    Kesan : Subarachnoid hemoragik disertai intraventrikel hemoragik

    cenderung disebabkan ruptur aneurisma kemungkinan di arteri komunikan

    anterior. Saran : MRI +MRA

    MRI dan MRA

  • 7/28/2019 Manado-Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage.doc.docx

    24/24

    Kesan : aneurisma di arteri komunikan anterior dengan trombus

    didalamnya disertai post hemoragic hidrosefalus.