35
MAKALAH SWAMEDIKASI DRUG ABUSE DAN DRUG MISUSE Oleh : Kelompok V Kurnia Sari (1731015320053) Rinda Aulia Utami (1731015320066) Wini Liana (1731015320074) Dosen Pengampu: Difa Intannia, M.Farm-Klin., Apt PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2018

Management PIO

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Management PIO

MAKALAH SWAMEDIKASI

DRUG ABUSE DAN DRUG MISUSE

Oleh :

Kelompok V

Kurnia Sari (1731015320053)

Rinda Aulia Utami (1731015320066)

Wini Liana (1731015320074)

Dosen Pengampu:

Difa Intannia, M.Farm-Klin., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018

Page 2: Management PIO

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tujuan utama yang ingin dicapai dari penggunaan obat tertentu adalah

kesembuhan. Tujuan utama itu dapat dicapai terutama oleh derajat kepatuhan

terhadap aturan-aturan yang berkaitan dengan penggunaan obat itu. Upaya

masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri yang dikenal dengan istilah

swamedikasi, biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit

ringan yang banyak dialami masyarakat. Swamedikasi menjadi alternatif yang

diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Namun

dalam pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan

pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan

obat dan penggunaannya (Depkes RI, 2006). Medication error sering terjadi pada

kalangan masyarakat dikarenakan kurangnya informasi tentang penggunaan obat

yang baik dan benar.

Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan, selain dapat

membahayakan kesehatan, juga pemborosan waktu dan biaya karena harus

melanjutkan upaya pengobatan ke pelayanan kesehatan lain, seperti puskesmas

atau dokter swasta (Supardi dan Raharni, 2006). Penyalahgunaan obat ini terkait

dengan masalah toleransi, adiksi atau ketagihan yang selanjutnya bisa

berkembang menjadi ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna

umumnya sadar bahwa mereka melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak

dapat menghindarkan diri dari kebiasaan tersebut (Depkes RI, 2006).

Apabila kita cermati, penyalahgunaan obat di luar tujuan medis tanpa

adanya pengawasan dokter terjadi berulang kali secara teratur dalam jumlah

berlebihan sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, pendidikan,

maupun dalam kehidupan sosial. Penyalahgunaan obat amat sangat berbeda

dengan penggunaan obat dalam penggunaan medis, karena dalam penggunaan

medis terdapat petunjuk yang jelas mengapa obat tersebut digunakan untuk

mengobati penyakit (Joewana, 2000).

Page 3: Management PIO

Beberapa obat-obatan medis yang sering kita jumpai saat ini sudah banyak

disalahgunakan oleh para remaja untuk memberikan efek yang sama seperti

halnya saat menggunakan narkoba. Mereka menyalahgunakan obat-obatan medis

tersebut karena obat tersebut dapat dijumpai dengan mudah di lingkungannya

sendiri dan harganya pun lebih murah jika dibandingkan dengan narkoba itu

sendiri. Untuk itu, berdasarkan latar belakang ini, kami akan mencoba membahas

tentang penyalahgunaan obat-obat medis dan dampak dari penyalahgunaan

tersebut.

Penyalahgunaan obat terkait dengan masalah toleransi, adiksi atau

ketagihan yang selanjutnya bisa berkembang menjadi ketergantungan obat (drug

dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka melakukan

kesalahan,namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri dari kebiasaan

tersebut (Depkes RI, 2006).

A. Definisi

Drug misuse, penggunaan obat secara tidak benar atau salah, juga

berkaitan dengan ketepatan diagnosa penyakit. Untuk mencapai tujuan utama

dalam penggunaan obat ada beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu pasien yang

tepat, obat yang tepat, takaran yang tepat, cara penggunaan yang tepat, pada

waktu yang tepat dan dalam kurun waktu yang tepat. Derajat “kepatuhan”

terhadap hal-hal itu merupakan faktor penentu tercapainya tujuan utama

penggunaan obat.

Drug abuse, penggunaan obat dengan tujuan selain kesembuhan.Misalnya

untuk bunuh diri.Penyalahgunaan obat biasanya berkaitan dengan obat atau zat

psikoaktif dengan tujuan utama mencapai ‘kondisi semu’ yang menyenangkan.

B. CONTOH OBAT DRUG MISUSE

1. Klorfeniramin maleat (CTM)

Klorfeniramin maleat (CTM) adalah turunan alkilamin yang merupakan

antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar

Page 4: Management PIO

dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono,

1995). Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan

tidak lebih dari 100,5% C6H19ClN2C4H4O4, dihitung terhadap zat yang

telah dikeringkan dan memiliki berat molekul 390,67. Klorfeniramin

maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan mempunyai pH

antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform;

sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).

a. Mekanisme Obat

Chlorpheniramin maleat (CTM) merupakan salah satu obat

antihistamin yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk)

yang bekerja secara kompetitif di reseptor histamin H1 sebagai

antagonis reseptor H1 dosis yang sering digunakan dosis 4 mg (Tjay,

2007).

b. Patofisiologi

Definisi Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-

reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang

normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana sistem

kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi

hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi

alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang

merupakan komponen dalam system imun yang berfungsi sebagai

pelindung yang normal pada sistem kekebalan. Reaksi ini terbagi

menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut

serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas

sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan

alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai

kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan

dari sel mast dan basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul ketika

antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk

penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan

ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM. Kompleks imun (kesatuan

antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ditemukan

Page 5: Management PIO

pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe

III. hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya

membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang.

Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit

infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis. Reaksi

tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag.

Istilah reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi

yang melibatkan antibodi IgE( immunoglobulin E). Ig E terikat pada

sel khusus, termasuk basofil yang berada di dalam sirkulasi darah dan

juga sel mast yang ditemukan di dalam jaringan. Jika antibodi IgE

yang terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan antigen(dalam

hal ini disebut alergen), maka sel-sel tersebut didorong untuk

melepaskan zat-zat atau mediator kimia yang dapat merusak atau

melukai jaringan di sekitarnya. Alergen bisa berupa partikel debu,

serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak sebagai antigen

yang merangsang terajdinya respon kekebalan. Kadang istilah penyakit

atopik digunakan untuk menggambarkan sekumpulan penyakit

keturunan yang berhubungan dengan IgE, seperti rinitis alergika dan

asma alergika. Penyakit atopik ditandai dengan kecenderungan untuk

menghasilkan antibodi IgE terhadap inhalan (benda-benda yang

terhirup, seperti serbuk bunga, bulu binatang dan partikel-partikel

debu) yang tidak berbahaya bagi tubuh. Eksim (dermatitis atopik) juga

merupakan suatu penyakit atopik meskipun sampai saat ini peran IgE

dalam penyakit ini masih belum diketahui atau tidak begitu jelas.

Meskipun demikian, seseorang yang menderita penyakit atopik tidak

memiliki resiko membentuk antibodi IgE terhadap alergen yang

disuntikkan (misalnya obat atau racun serangga).

c. Indikasi

Klorfeniramin maleat (CTM) digunakan sebagai antihistamin (anti

alergi)

d. Dosis

Dosis 4 mg untuk (ISO, Vol 47 Hlm 69)

- Dewasa : (Bila Perlu) sehari 3x1 tab

Page 6: Management PIO

- Anak-anak 6-12 thn : (Bila Perlu) sehari 3x1/2 tab

- Anak-anak 2-6 thn : (Bila Perlu) sehari 3x ¼ tab

Dosis 2 mg untuk (ISO, Vol 47 Hlm 69)

- Dewasa : 1 tablet (2 mg) setiap 6-8 jam

- Anak : < 12 tahun ½ tablet (1 mg) setiap 6-8 jam

-

e. Merk Dagang Yang Beredar Dipasaran

Allergin, Allermak, Alleron, dan Aficitom (ISO, Vol 47 Hlm 66)

f. Penyalahgunaan

Klorfeniramin maleat (CTM) digunakan masyarakat sebagai sedatif

(obat tidur) karena salah satu efek samping dari obat ini adalah

menimbulkan kantuk.

2. Deksametason

Merupakan salah satu obat kortikosteroid yang masuk ke

dalam kelompok glukokortikoid sintetik yang memiliki efek antiinflamasi

dan imunosupresif, yang mana hal tersebut mendorong semakin

dikembangkannya berbagai steroid sintetik dengan aktivitas anti inflamasi

dan imunosupresif (Katzung et all, 2013).

Kortikosteroid merupakan obat anti inflamasi yang serupa

dengan kortisol. Kortisol merupakan hormon steroid alami pada

manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek

antiinflamasi dari obat kortikosteroid dapat pula berpengaruh

terhadap sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik,

eosinofil, neutrofil, dan sel mast yang bekerja dengan menghambat

respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis dari berbagai sel tersebut

(Smoak& Cidlowski, 2008).

a. Mekanisme Kerja

Deksametason merupakan golongan kortikosteroid yang apabila

dikonsumsi jangka panjang dapat menyebabkan retensi cairan dalam

tubuh, sehingga terjadi udem (bengkak)

b. Patofisiologi

Page 7: Management PIO

Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dan jaringan atau sel

terhadap suatu rangsang atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi

rangsangan untuk dilepaskan zat kimia tertentu akan yang akan

menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang

tersebut, diantaranya adalah histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin

dan prostaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang

paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang

didahului dengan vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas

kapiler. Hal ini menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah.

Oleh karena aliran darah yang lambat, sel darah merah akan

menggumpal, akibatnya sel darah putih terdesak ke pinggir. Makin

lambat aliran darah maka sel darah putih akan menempel pada dinding

pembuluh darah makin lama makin banyak. Perubahan permeabilitas

yang terjadi menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan

berkumpul dalam jaringan. Bradikinin bereaksi local menimbulkan

rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai

penyebab radang, prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung

dengan mediator lainnya.

c. Indikasi

Anti-inflamasi (antiradang) dan imunosupresan.

d. Dosis

Dosis deksamethason terdiri dari 0,5 dan 0,75 mg (ISO, Vol 47 Hlm

125)

Dewasa : 0,5-9 mg /hari.

Anak-anak 6-12 thn : 0,25-2 mg

Anak-anak 1-5 thn : 0,25-1mg

Anak-anak <1 thn : 0,1-0,25 mg

e. Merk Dagang Yang Beredar Dipasaran

Cortidex, lanadexon, dextamine (ISO, Vol 47).

f. Penyalahgunaan

Deksamethason disalah gunakan oleh masyarakat untuk Obat

penambah berat badan.

Page 8: Management PIO

3. Betametason

Betametason adalah glukokortikoid sintetik yang mempunyai efek sebagai

antiinflamasi dan imunosupresan.

a. Mekanisme kerja

Obat ini merupakan antiinflamasi yang sangat kuat. Karena Obat-obat

ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk

asam arakidonat. Betametason merupakan obat golongan

kortikosteroid yang berfungsi untuk mengurangi radang serta efek

inflamasi pada kulit, bekerja pada sintesis protein di target hormon

pada jaringan reseptor steroid (Tjay, 2007).

b. Patofisiologi

Kortikosteroid merupakan obat anti inflamasi yang serupa dengan

kortisol. Kortisol merupakan hormon steroid alami pada manusia

yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek

antiinflamasi dari obat kortikosteroid dapat pula berpengaruh

terhadap sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik,

eosinofil, neutrofil, dan sel mast yang bekerja dengan menghambat

respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis dari berbagai sel

tersebut (Smoak& Cidlowski, 2008). Terjadinya inflamasi adalah

reaksi setempat dan jaringan atau sel terhadap suatu rangsang atau

cedera. Setiap ada cedera, terjadi rangsangan untuk dilepaskan zat

kimia tertentu akan yang akan menstimulasi terjadinya perubahan

jaringan pada reaksi radang tersebut, diantaranya adalah histamin,

serotonin, bradikinin, leukotrin dan prostaglandin. Histamin

bertanggung jawab pada perubahan yang paling awal yaitu

menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang didahului dengan

vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini

menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah. Oleh karena aliran

darah yang lambat, sel darah merah akan menggumpal, akibatnya sel

darah putih terdesak ke pinggir. Makin lambat aliran darah maka sel

darah putih akan menempel pada dinding pembuluh darah makin lama

Page 9: Management PIO

makin banyak. Perubahan permeabilitas yang terjadi menyebabkan

cairan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan.

Bradikinin bereaksi local menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi,

meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai penyebab radang,

prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator

lainnya.

c. Indikasi

Anti-inflamasi (anti radang) dermatitis dan imunosupresan

d. Dosis

Oleskan tipis 2-3x tidak lebih dari 4 minggu (ISO, Vol 47 Hlm 358)

e. Merk Dagang Yang Beredar Dipasaran

Benoson, betodermin, dan alphacort

f. Penyalahgunaan Obat

Masyarakat sering menggunakan krim pemutih baik untuk wajah,

tangan, kaki dan lainnya dimana banyak krim pemutih mengandung

obat betamethason untuk digunakan sebagai pemutih ini merupakan

salah satu penyalahgunaan.

C. CONTOH OBAT DRUG ABUSES

1. Pseudoephedrine

Pseudoephedrine adalah obat yang dapat digunakan untuk mengatasi

gejala hidung tersumbat pada kasus flu atau pilek, serta penyakit pernapasan

lainnya. Obat yang masuk ke dalam golongan dekongestan ini bekerja dengan

cara menyempitkan pembuluh darah melalui peningkatan stimulasi reseptor

adrenergik alfa pada membran saluran pernapasan. Selain itu, pseudoephedrine

juga menstimulasi reseptor andrenergik beta yang dapat melegakan saluran

pernapasan, serta meningkatkan detak dan kontraksi otot jantung.

Pseudoephedrine dapat dibeli secara bebas atau harus dengan resep dokter

untuk beberapa merek dagang tertentu. Meski mampu melegakan pernapasan,

obat ini tidak dapat menyembuhkan penyebab hidung tersumbat.

Page 10: Management PIO

a. Mekanisme Kerja

Pseudoefedrin dapat meningkatkan pelepasan dopamine dan

serotonin dari ujung saraf. Dopamine diketahui merupakan

neurotransmitter yang terlibat dalam system reward di otak yang

menyebabkan rasa senang dan ingin mengulang berkali-kali sehingga

menjadi efek ketagihan. Serotonin juga termasuk neurotransmitter yang

terlibat dalam mood seseorang dan bisa membantu meningkatkan suasana

hati. Dengan strukturnya yang mirip amfetamin dan metamfetamin, diduga

memiliki efek yang mirip stimulant walaupun berbeda kekuatannya.

4. Patofisiologi

Patofisiologi influenza menggambarkan inhalasi droplet virus

influenza, diikuti replikasi virus dan kemudian infeksi virus menyebabkan

inflamasi pada saluran pernafasan.Virus influenza masuk melalui inhalasi

dari droplet yang infeksius, aerosol partikel mikro, maupun inokulasi

langsung lewat sentuhan tangan dari penderita. Virus kemudian mengikat

reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas, khususnya di

trakea dan bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai puncaknya dalam

48 jam pasca infeksi dan jumlah virus berhubungan langsung dengan

derajat keparahan penyakit. Pada kasus yang berat, terdapat perluasan

infeksi virus mencapai bagian paru-paru distal yang sesuai dengan

karakteristik pneumonitis interstisial. Kerusakan pada alveoli yang

disertai pembentukan membran hialin menyebabkan perdarahan dan

eksudat keluar dari kapiler alveolar menuju lumen yang kemudian

mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan disfungsi napas berat.

Respon imun tubuh terhadap virus influenza mencakup

peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang

terinfeksi. Peningkatan sitokin memuncak pada 48 hari kedua

pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala yang dialami pasien. Antibodi

serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan

Page 11: Management PIO

neuraminidase (NA) baru muncul setelah satu minggu pascainfeksi dan

belum berperan dalam proteksi terhadap penyakit akut, namun dapat

memberikan imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe virus yang

sama hingga beberapa tahun.

c. Indikasi : Mengatasi gejala hidung tersumbat

d. Merek dagang yang ada dipasaran

Alco, Devosix, Edorisan, dan Rhinos Neo, flugesic, procold, panadol cold

dan flu, paramex flu dan batuk.

e. Dosis Pseudoephedrine

Berikut ini adalah dosis pseudoephedrine yang biasanya diresepkan oleh

dokter guna mengatasi hidung tersumbat:

Usia Dosis

Anak-anak usia 2-6

tahun 15 mg 3-4 kali sehari.

Anak-anak usia 6-

12 tahun 30 mg 3-4 kali sehari.

Dewasa

60 mg setiap 4-6 jam, jangan melebihi 240 mg

per hari.Untuk pseudoephedrine extended

release: 120 mg 2 kali sehari atau 240 mg 1

kali sehari.

g. Penyalahgunaan : sering disalahkangunakan untuk mendapatkan efek

halusinasi.

2. Dimenhidrinat

Dimenhidrinat (dramamine) adalah senyawa yang khusus

digunakan untuk mabuk perjalanan dan muntah karena kehamilan.

Berdasarkan mekanisme kerjanya senyawa ini dikelompokkan sebagai

Page 12: Management PIO

antikolinergika. Obat-obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan

banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan (Tjay, 2002).

a. Mekasnisme Kerja

Efek sedative ini diakibatkan oleh antihistamin generasi pertama

ini memiliki sifat lipofilik yang dapat menembus sawar darah otak

sehingga dapat menepel pada reseptor H1 di sel-sel otak. Denga tiadanya

histamine yang menempel pada reseptor H1 sel otak, kewaspadaan

menurun dan timbul rasa mengantuk (Simons, 1994).

b. Patofisiologi

Muntah dipicu oleh rangsangan impuls afferent ke pusat muntah,

sel-sel nucleus dimedula. Rangsangan diterima dari pusat sensor seperti

zona pemicu kemoreseptor (ctz), korteks serebri, dan aferen visceral dari

faring dan saluran cerna. Saat terangsang impuls aferen diintegrasi di pusat

pengatur muntah, menghasilkan rangsangan ke pusat saliva, pusat

pernafasan, faringeal, saluran cerna dan otot-otot perutyang menyebabkan

mintah (ISFI, 2008).

c. Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin

(BPOM RI, 2015).

d. Dosis : 50-100 mg, 2-3 kali sehari. Anak: 16 tahun, 12,5-25 mg, 7-12

tahun: 25-50 mg. Motion sickness: dosis pertama: 30 menit

sebelum perjalanan (BPOM RI, 2015).

e. Merek dagang yang ada dipasaran : Antimab, Antimo, Contramo,

Dramamine

f. Penyalahgunaan : dalam jumlah besar menyebabkan rasa mengantuk dan

halusinasi.

3. Dekstromethorpan Hbr

Dekstrometorfan termasuk dalam kategori obat bebas terbatas yang

manfaatnya untuk menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran

Page 13: Management PIO

napas bronkhial terutama padakasus batuk pilek (Tjandra, 2010).

Dekstrometorfan sering disalahgunakan dengan dosis yang berlebihan

sehingga memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan

pendengaran. Intoksi kasi atau overdosis dekstrometorfan dapat

menyebabkan hipereksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau,

hipertensi, serta dapat menyebabkan depresi sistem pernapasan. Jika

digunakan bersama dengan alkohol, efeknya bisa menjadi lebih berbahaya

yaitu menyebabkan kematian (BPOM, 2012)

a. Mekanisme Kerja

Efek farmakologi DMP ( reseptor NMDA (N-Methyl D-aspartat )

jika pada dosis yang tinggi akan menyerupai PCP (phencyclidine) atau

ketamine yang merupakan antagonis reseptor NMDA. Antagonisme

terhadap reseptor NMDA menyebabkan efek euphoria, antidepresan,

dan efek psikosis seperti halusinasi penglihatan maupun pendengaran.

b. Patofisiologi

Patofisiologi Batuk adalah bentuk refleks pertahanan tubuh yang

penting untuk meningkatkan pengeluaran sekresi mukus dan partikel

lain dari jalan pernafasan serta melindungi terjadinya aspirasi terhadap

masuknya benda asing. Setiap batuk terjadi melalui stimulasi refleks

arkus yang kompleks. Hal ini diprakarsai oleh reseptor batuk yang

berada pada trakea, carina, titik percabangan saluran udara besar, dan

saluran udara yang lebih kecil di bagian distal, serta dalam faring.

Laring dan reseptor tracheobronchial memiliki respon yang baik

terhadap rangsangan mekanis dan kimia. Reseptor kimia yang peka

terhadap panas, asam dan senyawa capsaicin akan memicu refleks

batuk melalui aktivasi reseptor tipe 1 vanilloid (capsaicin). Impuls dari

reseptor batuk yang telah dirangsang akan melintasi jalur aferen

melalui saraf vagus ke „pusat batuk‟ di medula. Pusat batuk akan

menghasilkan sinyal eferen yang bergerak menuruni vugus, saraf

frenikus dan saraf motorik tulang belakang untuk mengaktifkan otot-

Page 14: Management PIO

otot ekspirasi yang berguna membantu batuk. Mekanisme batuk dapat

dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

- Fase inspirasi: fase inhalasi yang menghasilkan volume yang

diperlukan untuk batuk efektif

- Fase kompresi: penutupan laring dikombinasikan dengan kontraksi

otot-otot dinding dada,diagframa sehingga menghasilkan dinding

perut menegang akibat tekanan intratoraks.

- Fase ekspirasi: glotis akan terbuka, mengakibatkan aliran udara

ekspirasi yang tinggi dan mengeluarkan suara batuk (Yahya, 2007).

c. Indikasi

Antitusif (batuk kering).

d. Dosis

- Dosis pemakaian dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika

perlu (jika batuk).

- Dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10 mg 3 kali sehari

- Dalam bentuk sirup 5-10 ml jika perlu 3x sehari

- Dosis anak-anak sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok takar)

-

e. Merk dagang yang ada dipasaran

Benadryl, lapifed, lapisiv, lodecon

f. Penyalahgunaan

Dekstrometorfan sering disalahgunakan dengan dosis yang berlebihan

sehingga memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan

dan pendengaran.

D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN OBAT

a. Faktor Individu

1) Penyakit jasmaniah

2) Kepribadian dengan resiko tinggi

Page 15: Management PIO

Seperti mudah kecewa, cenderung agresif, kurang percaya diri, selalu

menuntut, sifat antisocial, memiliki gangguan jiwa (cemas, depresi,

apatis), kurang religious, penilaian diri negatif.

3) Motivasi tertentu

Seperti menyatakan diri bebas, memuaskan rasa ingin tahu, dan

mendapat pengalaman baru, agar diterima kelompok tertentu,

melarikan diri dari sesuatu, sebagai lambang kemoderan

b. Faktor Zat

1) Ketersediaan zat pada peredaran gelap

2) Kemudahan memperoleh zat

c. Faktor lingkungan

1) Lingkungan keluarga

Seperti tidak harmonis, komunikasi antara orangtua dan anak kurang

efektif, orangtua otoriter.

2) Lingkungan sekolah

Sekolah kurang disiplin, adanya murid pengguna.

3) Lingkungan teman sebaya

Tekanan kelompok sebaya sangat kuat, ancaman fisik sangat kuat,

ancaman fisik dari teman pengedar.

4) Lingkungan masyarakat luas

Situasi politik, ekonomi, sosial yang kurang mendukung.

E. TINGKAT PEMAKAIAN

1) Eksperimen use

Seperti ingin sekedar mencoba - coba dan memenuhi rasa ingin tahu.

Sebagian akan berhenti tapi ada juga yang meneruskan.

2) Recreation use

Seperti hanya untuk bersenang - senang, rekreasi atau santai.

3) Situasional use

Page 16: Management PIO

Seperti memakai zat pada saat tertentu saja ( saat sedih, kecewa, tegang)

dan bertujuan menghilangkan perasaan.

4) Abuse

Seperti pemakai sebagai pola penggunaan bersifat patologik yang ditandai

untuk mengendalikan, terus menggunakan walaupaun sakit fisiknya

kambuh, yang akan menimbulkan gangguan fungsional / okupasional.

5) Dependence use

Telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan

atau dikurangi dosisnya.

F. DAMPAK PENYALAHGUNAAN

1) Komplikasi medik

Seperti akibat zat itu sendiri, akibat bahan campuran atau pelarut akibat

cara pemakaian jarum suntik yang tidak steril, akibat pertolongan yang

salah, akibat cara hidup kurang bersih.

2) Gangguan mental emosional

3) Memburuknya kehidupan sosial

G. SIFAT KHAS YANG BERBAHAYA

1. Toleransi adalah peristiwa dimana dosis obat perlu ditingkatkan terus menerus

untuk mencapai efek terapeutik yang sama.Macam macam Toleransi Obat :

Toleransi Primer ( bawaan ), terdapat pada sebagian orang dan binatang

tertentu, misalnya kelinci sangat toleran untuk antropin.

Toleransi Sekunder, yang bisa timbul setelah menggunakan suatu obat

selama beberapa waktu.

Toleransi Silang, dapat terjadi antara zat zat dengan struktur kimia serupa

(misalnya : fenobarbital dan butobarbital), atau kadang kadang antara zat

zat yang berlainan misalnya alkohol dan barbital.

achyphylaxis adalah toleransi yang timbul dengan pesat sekali, bila obat

diulangi dalam waktu singkat.

Page 17: Management PIO

2. Adiksi atau ketagihan obat ditandai dengan adanya dorongan, keinginan

untuk menggunakan obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obat-obat yang

bersifat adiktif umumnya menghasilkan perasaan euphoria yang kuat dan

reward,yang membuat orang ingin menggunakan dan menggunakan obat lagi.

Adiksi obat lama kelamaan akan membawa orang pada ketergantungan fisik juga.

3. Habituasi : Habituasi / kebiasaan adalah kebiasaan dalam mengkonsumssi

suatu obat. Habituasi dapat terjadi melalui beberapa cara yaiti dengan induksi

enzim, reseptor seunder, dan penghambatan resorpsi.

4. Intoksikasi : Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi,

menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif

kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun

merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam

dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan

kematian.

H. UPAYA PENCEGAHAN

1) Melalui keluarga ; luangkan waktu bersama, ciptakan suasan yang hangat,

menjadi contoh yang baik, beri informasi yang benar, memperkuat

kehidupan agama, sikap positif orang tua.

2) Melalui sekolah : lokasi sekolah tidak berada pada tempat rawan,

hubungan guru murid baik, disiplin, proses belajar mengajar bentuk siswa

mandiri, konseling bagi mahasiswa bermasalah, libatkan partisipasi siswa

dalam program pencegahan melalui

a) Lembaga keagamaan

b) LSM

c) Kawan bukan pengguna

d) Media massa

I. PERAN FARMASIS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN OBAT

1. Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya

penyalahgunaan obat.

Page 18: Management PIO

2. Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil,

terutama resep-resep yang mengandung obat psikotropika/narkotika.

3. Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien

dengan tidak memberikan kemudahan akses terhadap obat-obat yang

mudah disalah gunakan.

Page 19: Management PIO

DAFTAR PUSTAKA

Berardi, R. R., & Welage, L. S. 2008. Peptic Ulcer Disease. In J. T. Dipiro, R. L.

Tabert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, & L. M. Posey (Eds.),

Pharmacotheraphy A Pathopshyologic Approach (7th ed., 569–578). New

York: Mc. Graw Hill. http://doi.org/10.1036/007147899X

BPOM RI. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional. Badan Pengawas Obat dan

Makanan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI). Pedoman

Penggunaan Misoprostol Di Bidang Obstetric dan Ginekologi. 2008.

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Bebas Terbatas. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

Gitawati, Retno. 2014. Bahan Aktif Dalam Kombinasi Obat Flu DanBatuk-Pilek,

Dan Pemilihan Obat Flu Yang Rasional. Media Litbangkes Vol. 24 No. 1.

Hayden FG, Fritz R, Lobo MC, Alvord W, Strober W, Straus SE. Local and

systemic cytokine responses during experimental human influenza A virus

infection. Relation to symptom formation and host defense. J Clin Invest

[Internet]. 1998 Feb 1 [cited 2017 Aug 1];101(3):643–9. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9449698

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. Iso Farmakoterapi. PT. ISFI. Jakarta.

Joewana, S. 2000. Penyalahgunaan NAPZA, Lokakarya dan Pelatihan

Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NAKOBA. Mei,

Cipanas.

Roringpandey, Brigitha. Wullur, Adeanne. Citraningtyas, Gayatri. 2013. Profil

Penyalahgunaan Obat Dekstrometorfan Pada Masyarakat Di Kecamatan

Tombariri Timur Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT

Vol. 2 No. 04

Supardi, Sudibyo & Raharni. 2006. Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan

dalam pengobatan sendiri keluhan demam, sakit kepala, batuk dan flu

(HasH analisis lanjut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

2001. Jurnal Kedokteran Yarsi. (1): 06/-069.

Taubenberger JK, Morens DM. The pathology of influenza virus infections. Annu

Rev Pathol [Internet]. 2008 [cited 2017 Aug 1];3:499–522. Available

from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2504709

&tool=pmcentrez&rendertype=abstract

Page 20: Management PIO

Tjay, H & Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Gramedia. Jakarta.

van Riel D, Munster VJ, de Wit E, Rimmelzwaan GF, Fouchier RAM, Osterhaus

ADME, et al. H5N1 Virus Attachment to Lower Respiratory Tract.

Science (80- ) [Internet]. 2006 Apr 21 [cited 2017 Aug 1];312(5772):399–

399. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16556800

Page 21: Management PIO

KELOMPOK V :

Kurnia Sari (1731015320053)

Rinda Aulia Utami (1731015320066)

Wini Liana (1731015320074)

DRUG ABUSE DAN DRUG MISUSE

Page 22: Management PIO

Definisi

• penggunaan obat dengan tujuan selain kesembuhan.Misalnya untuk bunuh diri.Penyalahgunaan obat biasanya berkaitan dengan obat atau zat psikoaktif dengan tujuan utama mencapai ‘kondisi semu’ yang menyenangkan.

Drug abuse

• penggunaan obat secara tidak benar atau salah, juga berkaitan dengan ketepatan diagnosa penyakit. Untuk mencapai tujuan utama dalam penggunaan obat ada beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu pasien yang tepat, obat yang tepat, takaran yang tepat, cara penggunaan yang tepat, pada waktu yang tepat dan dalam kurun waktu yang tepat.

Drug misuse

Page 23: Management PIO

Contoh Drug Misuse Nama Obat Indikasi Mekanisme Dosis Penyalahgunaan

CTM antihistamin (anti

alergi)

Chlorpheniramin maleat (CTM) merupakan salah

satu obat antihistamin yang memiliki

efek sedative (menimbulkan rasa kantuk) yang

bekerja secara kompetitif di reseptor histamin

H1 sebagai antagonis reseptor H1 dosis yang

sering digunakan dosis 4 mg

Dosis

•Dosis 4 mg untuk

Dewasa : (Bila Perlu)

sehari 3x1 tab

•Anak-anak 6-12 thn:

(Bila Perlu) sehari

3x1/2 tab

•Anak-anak 2-6 thn:

(Bila Perlu) sehari 3x

¼ tab

•Dosis 2 mg untuk)

Dewasa : 1 tablet (2

mg) setiap 6-8 jam

•Anak : < 12 tahun

½ tablet (1 mg)

setiap 6-8 jam

digunakan masyarakat

sebagai sedatif (obat

tidur) karena salah satu

efek samping dari obat

ini adalah menimbulkan

kantuk.

Page 24: Management PIO

Nama Obat Indikasi Mekanisme Dosis Penyalahgunaan

Deksametason Anti-inflamasi

(antiradang) dan

imunosupresan.

Deksametason merupakan

golongan kortikosteroid yang

apabila dikonsumsi jangka

panjang dapat menyebabkan

retensi cairan dalam tubuh,

sehingga terjadi udem (bengkak)

Dosis deksamethason

terdiri dari 0,5 dan

0,75 mg

•Dewasa : 0,5-9 mg

/hari.

•Anak-anak 6-12 thn:

0,25-2 mg

•Anak-anak 1-5 thn :

0,25-1mg

•Anak-anak <1 thn :

0,1-0,25 mg

Obat penambah berat

badan.

Page 25: Management PIO

Nama Obat Indikasi Mekanisme Dosis Penyalahgunaan

Betametason Anti-inflamasi (anti

radang) dermatitis dan

imunosupresan

Obat ini merupakan

antiinflamasi yang sangat

kuat. Karena Obat-obat ini

menghambat enzim

phospholipase A2 sehingga

tidak terbentuk asam

arakidonat. Betametason

merupakan obat golongan

kortikosteroid yang

berfungsi untuk mengurangi

radang serta efek inflamasi

pada kulit, bekerja pada

sintesis protein di target

hormon pada jaringan

reseptor steroid

Oleskan tipis 2-3x

tidak lebih dari 4

minggu

Masyarakat sering

menggunakan krim

pemutih baik untuk

wajah, tangan, kaki

dan lainnya dimana

banyak krim pemutih

mengandung obat

betamethason untuk

digunakan sebagai

pemutih

Page 26: Management PIO

Contoh Drug Abuse Nama Obat Indikasi Mekanisme Dosis Penyalahgunaan

Pseudoephedrine

Mengatasi gejala

hidung tersumbat . Pseudoefedrin dapat

meningkatkan pelepasan

dopamine dan serotonin dari

ujung saraf. Dopamine diketahui

merupakan neurotransmitter

yang terlibat dalam system

reward di otak yang

menyebabkan rasa senang dan

ingin mengulang berkali-kali

sehingga menjadi efek

ketagihan. Serotonin juga

termasuk neurotransmitter yang

terlibat dalam mood seseorang

dan bisa membantu

meningkatkan suasana hati.

Dengan strukturnya yang mirip

amfetamin dan metamfetamin,

diduga memiliki efek yang mirip

stimulant walaupun berbeda

kekuatannya.

•Anak-anak usia 2-6

tahun : 15 mg 3-4 kali

sehari

•Anak-anak usia 6-12

tahun : 30 mg 3-4 kali

sehari.

•Dewasa : 60 mg setiap

4-6 jam, jangan melebihi

240 mg per hari.Untuk

pseudoephedrine

extended release: 120

mg 2 kali sehari atau 240

mg 1 kali sehari.

Sering

disalahkangunakan

untuk mendapatkan efek

halusinasi

Page 27: Management PIO

Nama

Obat

Indikasi Mekanisme Dosis Penyalahgunaan

Dimenhidrinat mual, muntah, vertigo,

mabuk perjalanan dan

kelainan labirin

Efek sedative ini diakibatkan oleh

antihistamin generasi pertama ini

memiliki sifat lipofilik yang dapat

menembus sawar darah otak sehingga

dapat menepel pada reseptor H1 di sel-

sel otak. Denga tiadanya histamine yang

menempel pada reseptor H1 sel otak,

kewaspadaan menurun dan timbul rasa

mengantuk

50-100 mg, 2-

3 kali sehari.

Anak: 16

tahun, 12,5-

25 mg, 7-12

tahun: 25-50

mg. Motion

sickness:

dosis

pertama: 30

menit

sebelum

perjalanan

dalam jumlah besar

menyebabkan rasa

mengantuk dan

halusinasi.

Page 28: Management PIO

Nama Obat Indikasi Mekanisme Dosis Penyalahgunaan

Dekstrometrophan Antitusif (batuk kering).

Efek farmakologi DMP (

reseptor NMDA (N-

Methyl D-aspartat ) jika

pada dosis yang tinggi

akan menyerupai PCP

(phencyclidine) atau

ketamine yang

merupakan antagonis

reseptor NMDA.

Antagonisme terhadap

reseptor NMDA

menyebabkan efek

euphoria, antidepresan,

dan efek psikosis

seperti halusinasi

penglihatan maupun

pendengaran.

•Dosis pemakaian

dewasa 10-20 mg,

3 kali sehari 1 tablet

jika perlu (jika batuk).

•Dosis anak-anak (usia

6-12 tahun) 5-10 mg 3

kali sehari

Dalam bentuk sirup 5-

10 ml jika perlu 3x

sehari

•Dosis anak-anak sirup

2,5-5 ml (1/2-1 sendok

takar)

Dekstrometorfan sering

disalahgunakan dengan

dosis yang berlebihan

sehingga memberikan

efek euforia, rasa

tenang, halusinasi

penglihatan dan

pendengaran

Page 29: Management PIO

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan

. 1. Faktor Individu :

Penyakit jasmani, Kepribadian dengan

resiko tinggi dan motivasi tertentu

2. Faktor Zat :

Ketersediaan zat pada peredaran

gelap dan Kemudahan

memperoleh zat

3. Faktor Lingkungan :

Lingkungan Keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat luas.

Page 30: Management PIO

Tingkat Pemakaian

Eksperimen use

Recreation use

Situasional use

Abuse Dependence

use

Page 31: Management PIO

Komplikasi medik

Gangguan mental emosional

Memburuknya kehidupan sosial

Dampak Penyalahgunaan

Page 32: Management PIO

SIFAT KHAS YANG DAPAT BERBAHAYA

1. Toleransi : peristiwa dimana dosis obat perlu ditingkatkan terus menerus untuk mencapai efek terapeutik yang sama

2. Adiksi atau ketagihan obat ditandai dengan adanya dorongan, keinginan untuk menggunakan obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obat-obat yang bersifat adiktif umumnya menghasilkan perasaan euphoria yang kuat dan reward,yang membuat orang ingin menggunakan dan menggunakan obat lagi. Adiksi obat lama kelamaan akan membawa orang pada ketergantungan fisik juga.

3. Habituasi : Habituasi / kebiasaan adalah kebiasaan dalam mengkonsumssi suatu obat. Habituasi dapat terjadi melalui beberapa cara yaiti dengan induksi enzim, reseptor seunder, dan penghambatan resorpsi

4. Intoksikasi : Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.

Page 33: Management PIO

• luangkan waktu bersama, ciptakan suasan yang hangat, menjadi contoh yang baik, beri informasi yang benar, memperkuat kehidupan agama, sikap positif orang tua.

Melalui keluarga

• lokasi sekolah tidak berada pada tempat rawan, hubungan guru murid baik, disiplin, proses belajar mengajar bentuk siswa mandiri, konseling bagi mahasiswa bermasalah

Melalui sekolah

Upaya Pencegahan

Page 34: Management PIO

PERAN FARMASIS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN OBAT

1.

Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya penyalahgunaan obat

2.

Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil, terutama resep-resep yang mengandung obat psikotropika/narkotika

3.

Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien dengan tidak memberikan kemudahan akses terhadap obat-obat yang mudah disalah gunakan.

Page 35: Management PIO