Upload
ushagi-chan
View
52
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
stroke
Citation preview
Manajemen Stroke
Pendahuluan
Penderita stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses rawat
jalan di luar RS, memerlukan perawatan dan pengobatan terus-menerus sampai
optimal dan mencapai keadaan fisik yang maksimal. Jadi strategi manajemen
mempunyai tujuan utama untuk:
Memperbaiki keadaan penderita sehingga kesempatan hidup maksimum.
Merupakan usaha terapeutik / medik terutama dalam fase akut hingga optimal.
Terhadap penderita diukur bukan status neurologis tetapi kemampuan fungsional
yang dapat dicapai.
Memperkecil pengaruh stroke terhadap penderita dan keluarga.
Menurut WHO, konsekuensi stroke dilihat dari 4 aspek:
Aspek patologi: membicarakan tentang anatomi, etiologi , dan
patofisiologi stroke secara klinis dan intervensi medik (surgical) dilakukan
berdasarkan proses patologi ini.
“impairment”: menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis,
psikiologis, anatomis yang disebabkan oleh stroke. Tindakan psikoterapi,
fisioterapi, terapi okupational, EMG / Evoked Potential ditujukan untuk
menetapkan kelainan ini.
“disability”: setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk
berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat seperti
tidak bisa jalan, menelan dan melihat akibat pengaruh stroke.
Handcap: halangan atau gangguan pada seseorang penderita
stroke akibat “impairment” atau “disability” tersebut.
Biasanya manajemen stroke terdiri dari beberapa fase yang saling berkaitan
dan berurutan, yaitu:
Umum pada fase akut
Spesifik pada fase akut, surgical maupun medik
Rehabilitasi dan perawatan lanjutan.
Manajemen Stroke Iskemik Fase Akut
Manajemen stroke iskemik fase akut, dilakukan ABC sesuai kedaruratan.
“airways dan Breathing” pembebasan jalan nafas bagian atas
merupakan prioritas yang pertama supaya bersih dan bebas
hambatan, setelah itu dilakukan asesmen tingkat kesadaran,
kemampuan bicara dan kontrol pernafasan dengan cepat hanya
dengan menyakan “nama dan alamat” penderita. Pemeriksaan
orofarinx dan mulut dilakukan untuk melihat sisa makanan, gigi palsu
yang lepas, atau benda asing di mulut. Kesulitan untuk memperoleh
udara dan “upper respiratory airways” umumnya karena kesadaran
menurun, mungkin diperlukan gudel atau jalan nafas hidung (nasal
trumpet). Perlu diperhatikan bahwa pemasangan gudel dapat
merangsang “gag-reflex” yang agak sulit ditoleransi penderita, kecuali
bila kesadaran sudah sangat menurun. Jika penderita dengan
kesadaran sangat menurun dan tidak mampu mengendalikan secret
oralm pertimbangkan untuk intubasi dan ventilasi mekanik. Setelah
potensi jalan nafas terkendali, observasi terus-menerus terhadap
irama dan frekuensi pernagasan harus dilakukan. Tujuannya ialah
untuk mendeteksi tanda-tanda awal gagal nafas misalnya pernafasan
paradoksal dimana terjadi pengembangan rongga dadapada inspirasi
sedangkan abdomen berkontraksi. Keadaan ini menunjukkan bahwa
diafragma tidak berfungsi lagi dan tertarik ke atas.
Sirkulasi: stabilisasi sirkulasi penting untuk perfusi organ-organ
tubuh yang adekuat. Termasuk komponen sirkulasi adalah denyut
nadi, frekuensi detak jantung, dan tekanan darah. Jadi pemeriksaan
tekanan darah harus dilakukan pada kedua sisim jika terjadi
perbedaan nyata maka kemungkinan terdapat diseksi aorta atau
karoits. Keadaan itu seterusnya bermanifestasi terhadap kedaruratan
neurologi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan denyut nadi pada 4
ekstremitas secara simetrik. Jika mungkin, monitor kardiak dan
tekanan darah serta pulse oksimetri dapat dipasang dan dilakukan
deteksi EKG. Perubahan EKG dapat terjadi misalnya berupa inversi
gelombang T pada 15-70% kasus stroke akut. Disaritmia jantung
terjadi jika terjadi pelepasan katekolamin otak yang bukan saja
mempengaruhi hantaran listrik jantung tetapi juga menimbulkan
dekompensasi kordis (gagal jantung kongestif) atau infark miokard
akut. Jika sirkulasi telah stabil maka esesmen setiap 15 menit
diperlukan untuk menilai kondisi di atas. Selain itu, pada penderita
stroke akut harus segera dipasang IVFD (intre venous fluid drip), dan
cairan yang diberikan tidak boleh mengandung glukosa, karena
hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi neurologis dan
keluaran. Setelah itu perlu tindak lanjut karena beberapa penyakit
dapat menyerupai serangan stroke akut, misanya hipo dan
hiperglikemia, hiponatremia, paralisis Todd pasca kejang, migren
komplikata, dan keadaan infeksi akut (meningitis / ensefalitis).
Pemeriksaan tambahan untuk memeriksa diagnostik tersebut
dilakukan setelah tindakan ABC selesai dengan baik.
Perawatan Umum Pada Penderita Stroke Akut
Prinsip perawatan dan pengobatan umum pada stroke akut adalah
mempertahankan kondisi agar dapat menjaga tekanan perfusi dan oksigenasi serta
makanan yang cukup agar metabolisme sistemik otak terjamin, serta makanan yang
cukup agar metabolisme otak terjamin. Secara klinis, ini dilakukan
Stabilisasi fungsi kardiologis malalui ABC.
Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus
respiratorius dan urinarius.
Menjamin nutrisi, cairan, dan elektrolit yang stabil dan
optimal.
Mencegah dekubitus dengan trombosis vena dalam (deep vein
trombosis)
Mencegah timbulnya “stress ulcer” dengan pemberian obat
antasida / pump inhibitor.
Menilai kemampuan menelan penderita, untuk menentukan apakah dapat
diberikan makan per oral atau dengan NGT (Naso Gastric Tube). Penentuan ini
tidak sulit jika penderita sadar, tetapi menjadi sukar bila kesadaran penderita
menurun, karena melakukan test aspirasi mempunyai risiko terjainya pneumonia
aspirasi. Menurut Warlow (1995) pemeriksaan video fluoroskopi akam
memperlihatkan visualisasi refleks menelan. Apabila alat ini tidak ada maka “gag-
reflex” dapat menjadi indicator fungsi menelan, walaupun sulit dipercaya.
Kemungkinan gangguan menelan harus diperhitungkan pada keadaan-
keadaan:
Stroke berat: kesadaran menurun
Kelumpuhan berat dan ataksia trunkal
Disfasia hemineglect dan hemianopia
Usia tua
Kegelisahan
Paresis diafragma
Kontrol batuk yang jelas terganggu
Suara serak, bicara berat
Adanya infeksi paru
Sensasi farinx berkurang
Gangguan Metabolik Pada StrokeGangguan metabolik yang timbul pada fase
akut stroke dapat memperburuk kesadaran penderita stroke terutama stroke berat.
Keadaan ini harus segera diatasi karena mempengaruhi prognosis kembalinya
fungsi neurologik. Gangguan metabolik ini antara lain:Dehidrasi: dapat dikenal
dengan pemeriksaan "bedside" dan pemeriksaan tambahan lain.Hiponatremia:
sering terjadi pada stroke hemoragik dan SAH. Salah satu penyebabnya adalah
kehilangan garam yang berlebih oleh karena penggunaan diuretika, atau karena
faktor dilusi seperti SIADH. Keadaan hiponatremia memperburuk kondisi neurologi
penderita stroke. Pengobatan, selain tambahan NaCl baik oral / parenteral (NaCl
3%) diberikan pelan-pelan untuk mencegah komplikasi central pontine
myelinolysis (Machiaya Bignami Disease)Hiperglikemia dan hipoglikemi: kenaikan
kadar glukosa darah ditemuksn pada 43% penderita stroke akut, dan 25%
diantaranya adalah penderita DM dan dalam jumlah yang sama (25%) ditemukan
Hb A12 pada serum. Setengahnya lagi (50%) yaitu penderita non DM dengan respon
hiperglikemia akibat stroke. Mungkin sekali kenaikan ini akibat dari "cathecolamic
release" atau kenaikan steroid yang disekresikan berlebihan sebagai akibat stress
(stress response). Implikasi klinik dan hiperglikemia pada stroke kurang baik
karena ini mencerminkan respons terhadap stress berat (stroke yang parah) dan
bahwa keadaan hiperglikemia menghambat restorasi neuro penumbra.Keadaan
hiperglikemia jelas memperburuk stroke. Biasanya akibat intake yang kurang atau
pengobatan terhadap pengobatan hiperglikemianya terlalu banyak. Keadaan
hipoglikemia dan segera diatasi dengan pemberian glukosa 40% atau pemberian
gula.
Manajemen Stroke EmboliInfark serebrap, merupakan jenis terbanyak dari
stroke (70-80%). Diantara jumlah ini, 80% akibat kelainan patologi pembuluh darah
serebro vaskular baik perubahan arterio-trombotik pada pembuluh darah besar,
maupun karena penyakit pada pembuluh darah kecil (small vessels disease) dengan
manifestasi infark lacunar. Diantaranya 15% dari infark serebral terjadi karena
emboli kardiak, akibat atrial fibrilasi atau penyakit jantung iskemik. Sisanya
diperkirakan akibat aorta dissecans, hiperkoagulasi, dan vaskulitis serebral (5%).
Sedangkan 20% tidak jelas.Thomson dan Furlan juga mengutip pernyataan Terant
1993, 75% serangan pertama, 20% stroke ulang, dan 5% stroke multiple. Gangguan
fungsi jantung akan meningkatkan risiko stroke misal penyakit jantung koroner,
penyakit jantung kongestif, penyakit jantung valvular, thrombus intra kardiak dan
atrial fibrilasi kronik. Merupakan faktor risiko terendah 3% setahun dan akan
meningkat jika terjadi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Terapi Stroke Emboli Akut
Pengobatan stroke akut, baik karena apapun sebabnya, terdiri atas:
Pengobatan umum meliputi:
Tindakan ABC dan resusitasi kardiopulmoner
Pemberian makanan, cairan, dan elektrolit
Pencegahan infark sekunder
Mencegah edema serebralMencegah hipertermi dan kejang-kejang
Menilai fungsi menelanMencegah DVT, emboli pulmonal dan
dekubitus akibat immobilisasi
Pengobatan Spesifik
Pengobatan spesifik pada emboli serebri pada prinsipnya sama seperti
stroke lainnya, yaitu:
Reperfusi: memperbaiki aliran darah otak dengan menghancurkan
bekuan (trombolitik) dengan syarat-syarat dan waktu yang khusus
yaitu <3jam dengan Recombinant Tissue Plasminogen Activator
(TPA). Obat-obat lain yang tidak jelas dibuktikan manfaatnya seperti
heparin (antikoagulan). Akan tetapi dalam hal stroke kardio-embolik
ada beberapa hal yang perlu ditonjolkan yang akan diuraikan secara
umum.
Obat-obat neuroprotektif: obat-obat ini dipakai berdasarkan
pemakaian eksperimental yang membuktikan bahwa proses
perubahan patologik dan metabolik pada sel neuron yang mengalami
iskemia dipengaruhi oleh banyak faktor. Terutama yang menonjol
adalah Ca-ion influx intraseluler serta perubahan permeabilitas
membran sel terhadap K/Na-ion (Na/K pump) serta bertambahnya
radikal bebas di daerah iskemi. Dengan menggunakan obat-obat yang
memblokade perubahan patologik dan metabolisme ini diharapkan
"kematian sel-sel neuron" di cegah. Obat-obat yang pernah dicoba
seperti nomidipin (Calsium Channel Blocker), aminosteroid, dan
NMDA reseptor antagonis. Sayangnya, sampai sekarang obat-obat
tersebut hasilnya kontroversial.
Obat-obat lain seperti Ancord (bisa ular) pernah dicoba sebagai anti
koagulan tetapi hasilnya pada manusia tak bermanfaat.
Pengobatan Kardio-embolik Stroke yang Lebih Spesifik adalah dengan Anti
koagulan
Pada fase akut stroke, heparin meupakan antikoagulan yang paling sering
dipakai. Alasan memakainya adalah:
Heparin mengurangi frekuensi DVT dan emboli pulmonal (di USA
frekuensi DVT pada stroke 75% dan emboli pulmonal 5%)
mencegah dan memperkecil pembentukan trombosis intra-arterial
pada penderita stroke dengan demikian mencegah perburukan stroke
(karena propagasi trombus). Dalam hal ini sampai sekarang, heparin
belum terbukti memperbaiki keluaran stroke iskemik (embolik) dan
masih kontroversial.Pemberian heparin diberikan secara
intravenadimulai dengan bolus 5000 unit dan selanjutnya diberikan
10000-15000 unit per hari dengan mempertahankan APPT 1,5-2,5
kali normal selama 2-3 hari dan kemudian diberikan orsl
antikoagulan (warfarin) dengan target INR 2-3. Biasa dalam 2-3 hari
setelah optimalisasi dosis warfarin, pemberian heparin dihentikan
dan pengobatan diteruskan dengan oral antikoagulan.
Terapi Medik Stroke Iskemik Akut
Terapi medik stroke iskemik akut dapat dibagi menjadi 2 bagian seperti pada
penderita kedaruratan medik. Perlu ditekankan bahwa penanganan stroke akut,
harus disamakan dengan keadaan darurat pada jantung, karena baik pada
kedaruratan kardiogenik maupun neurologik, faktor waktu adalah sangatlah
penting (time is brain), akhirnya otak dan sel-sel neuron harus diselamatkan secara
cepat, karena kondisi otak tidak mempunyai "anaerob glycolisis" sehingga survival
time hanya beberapa menit pada iskemik otak fokal dan lebih lama (mendekati 60
menit) pada iskemia global (misalnya karena infark miokard akut). Terapi medik
stroke merupakan intervensi medik dengan tujuan mencegah meluasnya proses
sekunder dengan menyelamatkan neuron-neuron di daerah penumbra serta
merestorasikan fungsi neurologik yang hilang.
Pengobatan medik yang spesifik dilakukan dengan dua prinsip dasar yaitu:
Pengobatan medik untuk memulihkan sirkulasi otak di daerah yang
terkena stroke, kalau mungkin sampai ke keadaan sebelum sakit.
Tindakan pemulihan sirkulasi dan perfusi jaringan otak disebut
sebagai terapi reperfusi.
Untuk tujuan khusus ini digunakan obat-obat yang dapat
menghancurkan emboli atau trombus pada pembuluh darah.
1. Terapi Trombolisis
Satu-satunya yang diakui oleh FDA sebagai standart ini adalah pemakaian r-
TPA (recombinant-tissue plasminogen activator) yang diberikan pada penderita
stroke akut dengan syarat-syarat tertentu diberika IV atau intra-arterial dalam
waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke. Diharapkan dengan pengobatan ini,
terapi penghancuran trombus dan reperfusi jaringan otak terjadi sebelum ada
perubahan reversibel pada otak yang terkena terutama daerah penumbra.
Terapi reperfusi lainnya adalah pemberisn antikoagulan pada stroke iskemik
akut. Obat-obatan yang diberikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine).
Obat ini diharapkan akan memperkecil trombus yang terjadi dan mencegah
pembentukan trombus baru. Efek antikoagulan heparin adalah inhibisi terhadsp
faktor koagulasi dan mencegah / memperkecil pembentukan fibrin dan propagasi
trombus. Binding heparin dengan AT III menginaktivasi enzim-enzim, sehingga
koagulasi meningkat. Yang bekerja terhadap thrombin (IIa), faktor X a dan faktor IX
a. Pada saat ini para ahli bepum merekomendasikan terapi antikoagulan pada
stroke dan sepakat memberikan untuk mengobati thrombus vena dalam yang
merupakan komplikasi / penyulit stroke akut.
2. Pengobatan anti platelet pada stroke akut
Pengobatan dengan obat antiplatelet pada fase akut stroke, baru-baru ini
sangat dianjurkan. Uji klinis aspirin pada IST (International Stroke Trial) dan
(Chinese Aspirin Stroke Trial) memberitakan bahwa aspirin pada fase akut
menurunkan frekuensi stroke berulang dan menurunkan mortalitas penderita
stroke akut.
3. Obat-obat defibrinasi
Obat-obat ini bisa berasal dari racun ular Anchord (purified fraction)
mempunyai efek terhadap defibrinasi cepat, mengurangi viskositas darah dan efek
antikoagulasi.
Obat ini pernah dicoba pada sejumlah kecil penderita tetapi hasilnya tidak
signifikan. Efek samping berupa perdarahan otak merupakan hal-hal yang
menghalangi penggunaa obat ini, tetapi sampai sekaranag masih diteliti.
4. Terapi Neuroproteksi
Pengobatan spesifik Iskemik Stroke akut yang kedua adalah dengan obat-
obat neuroprotektor yaitu obat yang mencegah dan memblok proses yang
menyebabkan kematian sel-sel terutama di daerah penumbra. Obat-obat ini
berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal yqng
terganggu akibat ischemic cascade. Termasuk dalam kaskade ini adalah: kegagalan
hemostasis Calsium, produksi berlebih radikal bebas disfungsi neurotransmitter,
edema serebral, reaksi inflamasi oleh leukosit, dan obstruksi mikrosirkulasi. Proses
"delayed neuronal injury" ini berkembang penuh setelah 24-72 jam dan dapat
berlangsung sampai 10 hari.
Banyak obat yang dianggap mempunyai efek neuroprotektor antara lain:Ca-
Channel Blocker, nimodipin: manfaat pada stroke iskemik kurang meyakinkan.
Obat-obat antagonis pre sinaptik dari Excitatory Amino Acid (EAA) seperti
phenytoin, lubeluzole dan propentofylline kesemuanya ternyata kurang efektif pada
uji klinik. Sedangkan obat antagonis post-synaptik terhadap EAA seperti Cerestat,
Dizecilpime, dextorphan, dextromethorphan, selfotel dan eliprodril telah
ditinggalkan karena kurang efektif dan mempunyai potensi efek samping yang
serius.Obat-obat yang mensupresi pelepasan asam arakhidonat dan membran sel
seperti protasiklin, ternyata tidak bermanfaat sebagai vasodilator (efek hipotensif)
maupun sebagai antiplatelet pada stroke iskemik akut. Obat-obat anti radikal bebas
seperti lazaroid tyrilazad mesylat dan propentofyllin, keduanya tidak dapat
digunakan karena tisak efektif. Secara umum dapat dikatakan, saat ini belum ada
obat-obat yang dapat dipakai pada stroke iskemik akut meskipun pada binatang
percobaan jelas mempengaruhi dan memperbaiki sel-sel penumbra. Disamping
obat-obatan di atas, telah pula dilaporkan usaha pengobatan dengan tujuan
memperbaiki aliran darah otak serta metabolisme regional di daerah iskemik otak.
Obat-obat ini misalnya: Citicoline, Pentoxyfilline, Piracetam. Penggunaan obat ini
melalui percobaan klinik dianggap bermanfaat, dalam skala kecil. Seperti halnya
dengan obat-obat lain pada stroke akut, variasi penderita dan sulitnya memperoleh
sampel yang identik dan kecilnya jumlah penderita yang diselidiki menyebabkan
hasil-hasil terapi yamg kontroversial. Di masa yang akan datang diperlukan metode
penelitian lebih seksama dan percobaan dalam skala besar / multi sentra, akan
dapat membantu menentukan efek obat-obat ini secara lebih teliti.