23
i MATA DIKLAT 5 MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH OLEH : DARDIANI INTAN RAHIMA SARY EDITOR : MAMAN SUDRAJAT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN 2010

MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

i

MATA DIKLAT 5 MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH

OLEH :

DARDIANI INTAN RAHIMA SARY

EDITOR :

MAMAN SUDRAJAT

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN T ENAGA

KEPENDIDIKAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERTANIAN 2010

Page 2: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

i

DAFTAR ISI

Hal

A. Pendahuluan ............................................................................. 1

B. Tujuan Pembelajaran ................................................................ 1

C. Materi Pembelajaran ................................................................. 1

1. Perencanaan Pemeliharaan Benih ...................................... 1

2. Alur Pemeliharaan Benih ..................................................... 3

3. Pemeliharaan Benih............................................................. 3

a. Penebaran benih ............................................................ 3

b. Pengelolaan kualitas air ................................................. 5

c. Pergantian air ................................................................. 10

d. Pemberian pakan ........................................................... 11

e. Pengamatan kesehatan dan pertumbuhan ..................... 12

f. Sortasi dan grading ........................................................ 19

4. Pengecekan Kegiatan Pemeliharaan Larva ......................... 20

D. Tugas ........................................................................................ 21

E. Evaluasi Formatif (on line atau biasa) ....................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

1

A. Pendahuluan

Keberhasilan suatu kegiatan pembenihan dapat diketahui dari output

berupa benih ikan yang dapat dihasilkan dalam satu periode kultur.

Secara teknis, banyak sekali faktor penting yang menentukan

keberhasilan kegiatan pemeliharaan benih. Oleh karena itu,

diperlukan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan produksi dan produktivitas benih, salah satunya

adalah dengan meningkatkan kelangsungan hidup melalui

pengelolaan pakan, kesehatan dan kualitas air pemeliharaan.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bahan ajar ini diharapkan Anda mampu

mengelola penetasan telur dan pemeliharaan larva dengan tingkat

sintasan 80%.

C. Materi Pembelajaran

1. Perencanaan Pemeliharaan Benih

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada perencanaan

pemeliharaan benih ikan lele adalah :

a. Penyesuaian kondisi suhu air media pemeliharaan larva, mulai

dari pengukuran kondisi suhu awal sampai dengan

pengkondisian penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan

metode pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan

dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi

dan kemampuan.

b. Penyediaan oksigen terlarut pada air media pemeliharaan larva,

mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan

oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara

penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis

Page 4: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

2

peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan

kemampuan.

c. Penentuan padat penebaran benih, hal ini berkaitan erat

dengan : 1) berapa lama dan sampai ukuran berapa benih ikan

lele akan dipelihara; 2) apakah selama pemeliharaan akan

dilakukan sortasi dan grading atau tidak, apabila dilakukan

sortasi dan grading akan berapa kali sortasi dan grading

tersebut dilakukan; dan 3) berapa banyak jumlah dan ukuran

wadah yang diperlukan.

d. Perhitungan kebutuhan pakan, hal ini berkaitan dengan : 1)

jenis dan bentuk pakan apa saja yang akan diberikan; 2) dosis

pakan yang diberikan untuk setiap jenis yang akan diberikan, 3)

cara pemberian pakannya; dan 4) frekuensi pemberian pakan

serta waktunya.

e. Pengelolaan kualitas air, hal ini berkaitan dengan : 1) apa

metode atau cara yang akan digunakan; 2) peralatan dan bahan

apa saja yang diperlukan; dan 3) bagaimana waktu dan

penjadwalan pengelolaan kualitas tersebut.

f. Pengontrolan kesehatan dan pertumbuhan benih, hal ini

berkaitan dengan: 1) metode atau cara yang akan digunakan;

2) bagaimana waktu dan penjadwalan pengamatan kondisi

kesehatan dan pertumbuhan dilakukan; dan 3) peralatan dan

bahan apa saja yang diperlukan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Benih

No. Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 1. Pengukuran suhu awal 2. Pengkondisian suhu 3. Pengukuran oksigen 4. Penyediaan oksigen 5. Penebaran larva 6. Pengelolaan kualitas air 7. Penggantian/pengisian air 8. Pemberian pakan 9. Pengontrolan kesehatan

dan pertumbuhan

10. Sortasi dan grading

Page 5: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

3

2. Alur Pemeliharaan Benih

Alur Kegiatan

• Hasil kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva

• Penyesuaian kondisi suhu • Penyediaan oksigen terlarut

• Perhitungan pada penebaran

• Aklimatisasi • Pelepasan benih

• Pengelolaan kualitas air • Pemberian pakan • Pengamatan kesehatan dan

pertumbuhan • Sortasi dan grading

• Hasil kegiatan pemeliharaan benih

3. Pemeliharaan Benih

a. Penebaran benih

Setelah berumur 15 – 20 hari, maka benih lele dapat dipanen

untuk dijual atau dipelihara kembali di wadah pemeliharaan

benih. Benih dapat dipelihara hingga mencapai ukuran tertentu

yang siap dibesarkan. Lama waktu pemeliharaan benih

tersebut berbeda sesuai dengan tujuannya. Benih dapat

Larva

Menyiapkan media pemeliharaan benih

Pemeliharaan benih

Benih tumbuh sehat

Penebaran benih

Page 6: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

4

dipelihara selama 30 – 45 hari untuk mencapai ukuran 1 – 3

cm, atau selama 60 hari untuk mencapai ukuran 5 – 8 cm.

Untuk mencapai ukuran 1 – 3 cm, benih dapat dipelihara

didalam kolam/wadah pemeliharaan benih dengan padat tebar

antara 500 – 1000 ekor/m2. Sedangkan untuk mencapai

ukuran 5 – 8 cm, benih dapat dipelihara dengan padat tebar

300 – 700 ekor/m2. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau

sore hari saat suasana teduh untuk menghindari fluktuasi suhu

yang dapat menyebabkan benih menjadi stress. Sebelum

ditebarkan, benih diadaptasikan perlahan – lahan kepada

lingkungannya yang baru. Proses adaptasi ini disebut dengan

aklimatisasi. Aklimatisasi pada benih dapat dilakukan dengan

cara mengapungkan kantong pengangkutan di permukaan air

selama 3 – 5 menit untuk menyesuaikan suhu air didalam

kantong dengan suhu didalam wadah pemeliharaan. Selain itu,

sebelum dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan, air dari

kolam pemeliharaan sebaiknya dimasukkan sedikit demi

sedikit ke dalam kantong pengangkutan agar kualitas air yang

ada didalam kantong sama dengan yang ada di dalam wadah

pemeliharaan.

Gambar 1. Proses penebaran benih ikan lele

Page 7: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

5

b. Pengelolaan kualitas air

Di dalam kegiatan budidaya, memelihara ikan berarti memelihara

air. Pengelolaan air ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan

yang optimal bagi ikan agar tetap bisa hidup dan tumbuh

maksimal. Prinsipnya adalah memasukkan bahan yang bermanfaat

(terutama O2) dan membuang bahan yang tidak bermanfaat atau

bahkan membahayakan (seperti feses, NH3, NO2, CO2) keluar

sistem produksi budidaya. Bentuk pengaturan air lainnya adalah

pengaturan kualitas air yang meliputi kualitas fisik air (suhu,

cahaya, salinitas). Selain itu, pengelolaan air dilakukan dalam

bentuk aerasi air, pergantian air, pemupukan air, pengaturan

ketinggian air atau penutupan pintu air.

Beberapa persyaratan kualitas air ini adalah:

a). Suhu

Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan

mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas tubuh dan syaraf

ikan. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan air tawar

tergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan.

Untuk induk ikan lele yang dipelihara dalam wadah berupa bak,

perubahan suhu yang terjadi dapat distabilkan/dikembalikan

pada kondisi semula dengan melakukan penambahan air baru

untuk menurunkan suhu perairan dan menutup atap dengan

terpal atau plastik yang menyerap panas untuk menaikkan suhu.

Kisaran suhu normal yang optimal bagi pemeliharaan larva

adalah 28 – 30 0 C.

Suhu rendah dibawah normal dapat menyebabkan ikan

mengalami lethargi, kehilangan nafsu makan, dan menjadi lebih

rentan terhadap penyakit. Ikan jangan dibiarkan berada dalam

suhu yang terlalu dingin hanya karena alasan untuk

menghemat listrik. Sebaliknya pada suhu yang terlalu tinggi

ikan dapat mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat

Page 8: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

6

menyebabkan kerusakan insang permanen. Peningkatan suhu

kadang-kadang diperlukan untuk meningkatkan laju

metabolisma ikan sehingga perlakuan tersebut diharapkan

dapat menolong mempercepat proses penyembuhan suatu

penyakit, dan atau mempercepat siklus hidup suatu parasit

sehingga parasit tersebut dapat segera dihilangkan. Meskipun

demikian, perlu diperhatikan bahwa semakin hangat air maka

oksigen terlalut akan semakin sedikit, oleh karena itu intensitas

aerasi perlu ditingkatkan.

Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan ikan

mengalami "shock". Hal ini sering terjadi terutama pada saat

memasukan ikan baru kedalam suatu wadah dimana usaha

penyesuaian suhu tidak dilakukan dengan baik, atau pada saat

menambahkan air baru yang memiliki temperatur tidak sama.

Penurunan suhu secara perlahan, seperti terjadi apabila heater

tidak berfungsi, jarang menimbulkan shock, meskipun demikian

temperatur hendaknya dikembalikan ke kondisi semula secara

perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau lebih.

Dalam kasus temperatur terlalu panas, seperti akibat termostat

yang tidak berfungsi dengan baik, maka intentsitas aerasi

hendaknya ditingkatkan untuk mengkompensasi kadar oksigen

terlarut yang rendah, dan biarkan temperatur air dingin secara

alami. Apabila suhu meningkat sampai melebihi 32°C, dan

apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantian air

sebanyak 20% dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian

air hendaknya dilakukan secara perlahan dengan cara

penyiponan dan peningkatan aerasi. Alat ukur yang digunakan

untuk melihat suhu ini adalah dengan menggunakan

termometer.

Page 9: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

7

Gambar 2. Termometer air

Suhu dapat diturunkan atau ditingkatkan sesuai dengan

kebutuhan menggunakan perangkat tertentu. Untuk

meningkatkan suhu dapat digunakan heater. Heater hendaknya

selalu terendam air, Heater yang terekspos ke udara terbuka

secara tidak sengaja seperti pada saat penggantian air dapat

menyebabkan kerusakan fatal pada heater tersebut, dan

bahkan bisa menimbulkan shock listrik. Untuk itu matikan

heater sebelum melakukan penggantian air atau sebelum

melakukan kegiatan apapun yang menyebabkan terjadinya

penurunan ketinggian air.

Untuk menurunkan suhu air dan mempertahankannya pada

suhu rendah, dapat digunakan chiller. Chiller merupakan alat

yang akan menyerap panas dari air dan membebaskannya ke

udara. Prinsip kerjanya kurang lebih sama dengan prinsip kerja

alat pendingin ruangan atau lemari pendingin.

Gambar 3. Chiller

Page 10: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

8

b). Derajat keasaman (pH)

Tolok ukur untuk menentukan kondisi suatu perairan adalah pH

(derajat keasaman). Derajat keasaman suatu perairan

menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen perairan

tersebut. Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa

sangat ideal untuk kehidupan ikan lele. Suatu perairan yang ber-

pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan

menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi

penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian.

Nilai pH untuk pemeliharaan ini adalah 7,8 – 8,2. Untuk

mengetahui nilai pH suatu perairan dapat digunakan kertas

lakmus atau pH meter.

Tabel 2. Pengaruh pH terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum 6,0 – 6,5 a. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit

menurun b. Kelimpahan total, biomassa, dan

produktivitas tidak mengalami perubahan 5,5 – 6,0 a. Penurunan nilai keanekaragaman plankton

dan bentos semakin tampak b. Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas

masih belum mengalami perubahan yang berari

c. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral

5,5 – 5,5 a. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan bentos semakin besar

b. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

c. Algae hijau berfilamen semakin banyak d. Proses nitrifikasi terhambat

4,5 – 5,0 a. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan bentos semakin besar

b. Penurunan kelimpahan totakl dan biomassa zooplankton dan bentos

c. Algae hijau berfilamen semakin banyak d. Proses nitrifikasi terhambat

Sumber: modifikasi Baker et al., 1990 dalam Novotny dan Olem, 1994

Page 11: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

9

Gambar 4. pH digital

c). Oksigen terlarut (DO)

Konsentrasi dan kesediaan oksigen terlarut (DO) dalam air

sangat dibutuhkan ikan dan organisme air lainnya untuk hidup.

Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan konversi pakan serta mengurangi daya

dukung perairan. Kandungan oksigen terlarut yang optimal bagi

ikan lele adalah > 4 ppm.

Tabel 3. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya terhadap

Kelangsungan Hidup Ikan

Kadar Oksigen Terlarut (mg/liter)

Pengaruh terhada p Kelangsungan Hidup Ikan

< 0,3 Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada massa pemaparan singkat (short exposure)

0,3 – 1,0 Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat mengakibatkan kematian ikan

1,0 – 5,0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu

> 5,0 Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini

Sumber: Modifikasi Swingle (1969) dalam Boyd, 1988

Apabila kandungan DO < 5 ppm maka kebutuhan ikan akan

oksigen berkurang sehingga menyebabkan nafsu makan ikan

menurun dan menghambat pertumbuhan ikan. Semakin lama

ikan menjadi mati.

Kandungan oksigen terlarut dalam air wadah pemeliharaan

dapat dilihat/diamati dengan menggunakan alat berupa DO

Page 12: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

10

meter. Untuk menambah kandungan oksigen terlarut dalam bak

pemeliharaan dapat dilakukan dengan penambahan aerasi atau

pergantian air baru guna memperbaiki kualitas air.

c. Pergantian air

Pergantian air bertujuan untuk membuang feses, sisa pakan atau

kotoran yang mengendap di dasar perairan. Untuk membuang

bahan yang tidak bermanfaat tersebut dapat dilakukan dengan

cara menyipon kotoran dan membuangnya ke luar wadah.

Berbeda dengan pemasukan air, dalam pergantian air, air dalam

bak pemeliharaan dibuang terlebih dahulu melalui outlet sehingga

diharapkan feses, NH3, NO2, CO2 ikut terbawa. Kemudian air yang

dibuang tersebut diganti dengan air baru yang dimasukkan dalam

inlet. Air yang dibuang adalah yang berada di dasar wadah.

Apabila pemeliharaan ikan dilakukan di dalam bak budidaya,

penyiponan harus dilakukan untuk mempertahankan kualitas air

yang ada dalam wadah. Penyiponan disini dilakukan untuk

membuang kotoran yang tidak terbuang pada saat pergantian air.

Penyiponan merupakan tindakan penyedotan air menggunakan

selang. Penyiponan harus dilakukan secara hati-hati agar larva

tidak ikut tersedot keluar dan kotoran di dasar serta dinding bak

tidak teraduk, karena kotoran yang teraduk dapat menyebabkan

ikan menjadi stress. Air yang ikut terbuang pada saat penyiponan

dapat digantikan dengan air baru yang memiliki kualitas air yang

sama dengan air media pemeliharaan untuk menghindari adanya

fluktuasi kualitas air yang terlalu tinggi, seperti suhu atau pH, yang

dapat menyebabkan larva stress dan kemudian mati.

Bentuk kegiatan pengelolaan kualitas air lainnya adalah

pengaturan ketinggian air, yang dimaksudkan untuk menciptakan

Page 13: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

11

kondisi suhu yang sesuai dan stabil bagi ikan yang dipelihara.

Pergantian air dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali sebanyak 50 – 70

% dari volume total. Pergantian air ini dapat dilakukan secara

flowthrough selama beberapa menit/jam atau dilakukan dengan

cara membuang air lama terlebih dahulu hingga tersisa sebanyak

30 – 50% dan kemudian menggantinya dengan air baru.

d. Pemberian pakan

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha

pemeliharaan benih ikan lele, karena ikan yang dipelihara harus

tumbuh hingga mencapai ukuran tertentu dengan biomassa yang

baik. Oleh karena itu, ikan yang dipelihara harus diberi pakan

dengan jumlah dan nutrisi yang cukup dan sesuai untuk

menumbuhkan jaringan otot atau daging. Jumlah dan jenis pakan

yang dikonsumsi oleh ikan akan menentukan asupan energi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan daging.

Selama masa pemeliharaan, selain pakan alami, benih juga

membutuhkan pakan tambahan berupa pellet apung. Pakan ini

diberikan dengan dosis 3 - 5% dari bobot seluruh benih yang

dipelihara dengan frekuensi pemberian pakan 3 – 4 kali sehari.

Pakan ditebarkan disalah satu sudut kolam supaya lebih efektif

dan efisien, karena pakan yang berlebihan akan menumpuk di

dasar kolam dan bisa menjadi sumber penyakit bagi ikan lele.

Secara berkala, jumlah pakan harian yang diberikan disesuaikan

dengan pertambahan bobot ikan dan populasi. Penyesuaian ini

dilakukan dengan sampling untuk memantau populasi dan

pertumbuhan ikan lele.

Page 14: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

12

Tabel 4. Penentuan Jumlah Pakan Harian Pada Setiap Bulan

setelah Sampling

Bulan Panjang

(cm) Bobot

Rata–rata (g) Populasi

(ekor) Bobot biomassa

(kg) Feeding rate

(%) Jumlah pakan

harian (kg) a b c d = b x c e f = d x e

I 1 – 3 1 1.250 1,250 20 0,25 II 3 – 5 2,5 1.100 2,750 10 0,275 III 5 – 8 5 1.050 5,250 5 0,263 IV 8 – 12 10 1.000 10,000 3 0,3

e. Pengamatan kesehatan dan pertumbuhan

Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat

budidaya ikan lele adalah munculnya serangan penyakit. Penyakit

pada lele akan muncul setelah dua minggu lele ditebar. Lele

mudah terserang penyakit karena lele merupakan ikan yang tidak

bersisik, sehingga kulitnya tidak dapat terlindungi apabila terkena

gangguan lingkungan. Apabila terluka, maka lele dapat

mengeluarkan lendir yang berlebihan, sehingga memberikan

kesempatan bagi bakteri untuk hidup dan berkembangbiak.

Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah dari jenis jamur,

bakteri dan parasit. Penyakit ini akan menyerang apabila kualitas

air pemeliharaan ikan memburuk, misalnya rendahnya kandungan

oksigen terlarut, pH yang terlalu asam, terjadinya fluktuasi suhu

yang mendadak. Selain itu, kekurangan vitamin dan mineral,

malnutrisi, serta pakan yang membusuk juga menjadi penyebab

serangan penyakit pada larva ikan.

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan

dengan pengobatan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan

untuk mencegah adanya serangan penyakit tersebut adalah:

• Melakukan pergantian air secara teratur

• Pemberian pakan yang cukup, tepat ukuran, dan bergizi baik,

sehingga daya tahan tubuh lele meningkat dan lele tidak mudah

terserang penyakit

Page 15: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

13

• Menghindarkan lele dari kondisi stress, seperti pada saat

pergantian air atau kondisi lingkungan yang tidak mendukung,

seperti fluktuasi suhu air yang mendadak

• Melakukan pemisahan antara lele yang sehat dengan lele yang

lemah/sakit agar tidak terjadi penularan penyakit dari satu lele

ke ikan lele yang lainnya

• Mengontrol kondisi kualitas air media, terutama pada air media

yang akan digunakan untuk melakukan pemeliharaan ikan lele

Ikan lele yang telah terserang penyakit dapat dideteksi secara dini

melalui gejala – gejala yang timbul, seperti:

• Lele cenderung berdiam diri dan mengapung didasar perairan

• Gerakannya lambat dan tidak responsive terhadap rangsangan

lingkungan

• Lele sering menggosok – gosokkan badannya di dinding bak

atau ke benda lain

• Nafsu makan menurun atau tidak mau makan sama sekali

• Kulit melepuh dan timbul pendarahan di bagian tubuh tertentu

• Lendir yang melapisi tubuh berkurang sehingga tidak terasa

licin

Berdasarkan jenisnya, maka penyakit yang menyerang ikan dapat

dibagi menjadi dua, yaitu penyakit non-infeksi dan infeksi. Penyakit

non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan

faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi tidak menular,

sementara penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena

gangguan organisme patogen.

1). Penyakit non-infeksi

Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan

dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh

pemberian pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran

Page 16: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

14

lingkungan perairan. Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari

tingkah laku ikan. Biasanya ikan yang mengalami keracunan

terlihat lemah dan berenang tidak normal dipermukaan air.

Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik kemudian

mati. Sedangkan pada penyakit karena kurang gizi, ikan akan

tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang

dengan ukuran tubuh. Ikan juga akan terlihat kurang lincah.

Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan

secara selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila

tingkat keracunan tidak terlalu parah atau masih dalam taraf

dini, ikan-ikan yang stress dan berenang tidak normal harus

segera diangkat dan ditempatkan pada wadah yang berisi air

bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai oksigen.

Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus

terjadwal dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus

dipastikan mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi

lemak, vitamin A, dan mineral. Selain itu, kualitas air tetap

dijaga agar selalu mengalir lancar dan parameter kimia maupun

biologi mencukupi standar budidaya.

2). Penyakit akibat infeksi

Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa

parasit, jamur, bakteri atau virus.

• Penyakit disebabkan parasit

Penyakit tersebut disebabkan oleh parasit dari golongan

protozoa dari jenis Ichtyhyopthirius multifilis. Penyakit ini

sering disebut sebagai “white spot” . Gejala yang timbul

berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan insang.

Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara

bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan

Page 17: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

15

terlihat seperti bintik putih. Tempat yang disukainya dibawah

selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.

Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak

berganti (air tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit ini

jaring terjadi. Bila perairan mengalami perubahan suhu

mendadak, serangannya akan semakin meningkat. Pada

tahap awal serangan, penyakit ini biasanya menyerang

daerah pangkal sirip ikan. Bila keadaan mendukung, daerah

serangan akan semakin meluas hingga ke insang.

Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan

berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau

mulut. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak

akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit

tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa

mencapai 0,5 -1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah

dikenali.

Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-

gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah

sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka.

Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami

kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan

osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat

infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dapat mengalami

kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.

Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku

abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka

akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan

cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai

akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang

Page 18: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

16

terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau

terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan

mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compang -

camping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya

kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan

mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres

pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang

yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di

permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen

lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat

disembuhkan akan relatif sangat kecil.

Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit

bintik putih adalah:

� Formalin. Ikan yang sakit direndam setiap hari dalam

larutan formalin 30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya

perendaman 1 jam.

� Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per

liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan

setiap hari, selama 3 – 5 hari berturut-turut. Cara ini juga

dapat menyembuhkan penyakit bintik putih.

� Methilene blue. Caranya, dibuat larutan methyl biru

dengan konsentrasi 1 % (satu gram metal biru dalam 100

cc air). Ikan yang sakit kemudian dimasukkan dalam

wadah yang berisi air bersih. Kemudian didalamnya diberi

larutan baku yang sudah dibuat tadi. Ikan dibiarkan di

dalam larutan selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benar-

benar sembuh dan terbebas dari parasit, pengobatan

dilakukan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang

waktu sehari.

Page 19: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

17

• Penyakit disebabkan jamur

Penyakit lain yang dapat menyerang ikan lele adalah

penyakit jamur. Penyakit jamur biasanya terjadi akibat

adanya luka pada badan ikan. Luka tersebut dapat berupa

goresan maupun luka akibat serangan penyakit (penyakit

lain). Penyebab penyakit jamur ini adalah Saprolegnia sp

dan Achyla sp. Pada kondisi perairan yang jelek,

kemungkinan ikan terserang jamur lebih besar. Tanda

adanya jamur ini terlihat sebagai serabut putih seperti kapas

yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang terluka.

Gambar 5. Achyla sp

Cara mudah untuk mengetahui ikan yang terserang jamur

adalah dengan mengamati keadaan tubuhnya. Ikan yang

terserang penyakit jamur, pada bagian tubuhnya (terutama

daerah kepala, tutup insang, sirip dan bagian punggung)

tampak ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas

berwarna putih hingga kecoklatan. Benang-benang halus

tersebut biasanya lebih banyak tumbuh pada bagian tubuh

yang terluka.

Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati

dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium

permanganat atau larutan garam dapur. Ikan direndam

dalam larutan kalium permanganat 1 gram per 100 liter,

Page 20: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

18

selama 60 – 90 menit atau direndam dalam larutan garam

dapur dengan dosis 10 ppt, selama 1 menit. Pengobatan

diulang sampai tiga hari berturut-turut.

• Penyakit disebabkan bakteri

Penyakit disebabkan bakteri juga menjadi ancaman bagi

ikan lele. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan

adalah Aeromonas sp dan Pseudomonas sp.

Gambar 6. Aeromonas sp

Ikan yang terserang bakteri mengalami perdarahan pada

bagian tubuh terutama di bagian dada, perut dan pangkal

sirip. Selaput lendir rusak dan lendir pada tubuh berkurang.

Penyakit ini juga menimbulkan kerusakan pada organ dalam

(hati, limpa), daging dan menimbulkan gejala bisul-bisul

yang menyebabkan borok-borok.

Gejala ini dapat diketahui bila ikan diraba tubuhnya akan

terasa kasar atau kasap. Ikan yang terserang bakteri

menjadi lemah dan sering muncul kepermukaan air. Karena

penyakit ini mudah menular maka bila ada ikan yang sudah

terserang dan keadaannya cukup parah harus segera

dimusnahkan.

Page 21: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

19

Untuk ikan yang sakit, dapat diobati dengan beberapa obat,

misalnya merendam ikan dalam larutan kalium permanganat

(PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit.

Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit

bakteri adalah melalui makanan. Makanan ikan yang akan

diberikan dicampur dulu dengan chloromycetin 1 – 2 gram

untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus diperhatikan adalah

tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai dengan

kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan.

Perlu diketahui bahwa apabila pemakaian antibiotika tidak

sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau

perhitungannya kurang cermat, maka lama kelamaan

bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat

tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri

tertentu.

f. Sortasi dan grading

Selama masa pemeliharaan, perlu dilakukan pemantauan

pertumbuhan bobot, panjang dan populasi ikan lele yang

dipelihara, sehingga asset dalam kolam dapat ditentukan dan

jumlah pakan yang harus diberikan secara harian dapat dihitung.

Beberapa tujuan dilakukannya pemantauan populasi dan

pertumbuhan ikan yang kita pelihara adalah untuk mengetahui

informasi mengenai laju pertumbuhan ikan, karena laju

pertumbuhan ikan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu

makan ikan dan waktu panen, sedangkan informasi kesehatan ikan

digunakan untuk menentukan teknik penanganan ikan selanjutnya.

Dengan melihat nafsu makan ikan, maka akan diketahui mengenai

Page 22: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

20

kondisi lingkungan pemeliharaan, sehingga dapat diambil langkah

antisipasi untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan tersebut.

Salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan pemantauan ikan

adalah melalui kegiatan sampling. Sampling dilakukan dengan

mengambil beberapa contoh ikan untuk selanjutnya diukur atau

dihitung. Data yang didapat kemudian digunakan untuk menduga

bobot rata – rata dan jumlah ikan lele yang dipelihara. Sampling

dapat dilakukan setiap 2 – 4 minggu sekali atau sesuai dengan

tujuan sampling. Dari data sampling tersebut dapat diketahui nilai

FCR.

4. Pengecekan Kegiatan Pemeliharaan Larva

No. Kegiatan Kesesuaian

Keterangan Ya Tidak

1. Pengukuran suhu 2. Pengkondisian suhu 3. Pengukuran oksigen 4. Penyediaan oksigen 5. Penebaran

• Perhitungan padat penebaran

• Aklimatisasi • Pelepasan larva

6. Pengelolaan kualitas air • Suhu • Oksigen • Amoniak

7. Pemberian pakan 8. Pengamatan kesehatan dan

pertumbuhan benih

9. Sortasi dan grading 10. Perhitungan mortalitas

Page 23: MANAJEMEN_PEMELIHARAAN_BENIH

21

DAFTAR PUSTAKA

. 2002. Fishery Science, The Unique Contributions of Early Life Stages. Blackwell Science Ltd, USA.

Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro

Media Pustaka, Jakarta. Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty. Teknik Pembuatan Tambak Udang.

2001. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya

dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Jakarta. Effendi, Mohamad Ichsan MI, Prof, DR, M.Sc. 1997. Biologi Perikanan.

Yayasan Pusaka Nusatama. Jakarta. Effendi,I. 2004. Pengantar Akuakultur, Penebar Swadaya, Jakarta. Gufron, H. Kordi dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air

dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Jangkaru, Z. 1994. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan

Pemeliharaan. Penebar Swadaya, Jakarta. Lesmana. D.S, 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar

Swadaya. Jakarta. Murhananto, Ir. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Agro

Media Pustaka, Jakarta. Najiyati, Sri. 2004. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar

Swadaya, Jakarta. Susanto Heru, 1996. Teknik Pemijahan Ikan Ekonomis. Penerbit Penebar

Swadaya, Jakarta