Upload
edy-sopyan
View
31
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
MATA DIKLAT 5 MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH
OLEH :
DARDIANI INTAN RAHIMA SARY
EDITOR :
MAMAN SUDRAJAT
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN T ENAGA
KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PERTANIAN 2010
i
DAFTAR ISI
Hal
A. Pendahuluan ............................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................ 1
C. Materi Pembelajaran ................................................................. 1
1. Perencanaan Pemeliharaan Benih ...................................... 1
2. Alur Pemeliharaan Benih ..................................................... 3
3. Pemeliharaan Benih............................................................. 3
a. Penebaran benih ............................................................ 3
b. Pengelolaan kualitas air ................................................. 5
c. Pergantian air ................................................................. 10
d. Pemberian pakan ........................................................... 11
e. Pengamatan kesehatan dan pertumbuhan ..................... 12
f. Sortasi dan grading ........................................................ 19
4. Pengecekan Kegiatan Pemeliharaan Larva ......................... 20
D. Tugas ........................................................................................ 21
E. Evaluasi Formatif (on line atau biasa) ....................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
1
A. Pendahuluan
Keberhasilan suatu kegiatan pembenihan dapat diketahui dari output
berupa benih ikan yang dapat dihasilkan dalam satu periode kultur.
Secara teknis, banyak sekali faktor penting yang menentukan
keberhasilan kegiatan pemeliharaan benih. Oleh karena itu,
diperlukan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas benih, salah satunya
adalah dengan meningkatkan kelangsungan hidup melalui
pengelolaan pakan, kesehatan dan kualitas air pemeliharaan.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini diharapkan Anda mampu
mengelola penetasan telur dan pemeliharaan larva dengan tingkat
sintasan 80%.
C. Materi Pembelajaran
1. Perencanaan Pemeliharaan Benih
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada perencanaan
pemeliharaan benih ikan lele adalah :
a. Penyesuaian kondisi suhu air media pemeliharaan larva, mulai
dari pengukuran kondisi suhu awal sampai dengan
pengkondisian penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan
metode pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan
dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan.
b. Penyediaan oksigen terlarut pada air media pemeliharaan larva,
mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan
oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara
penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis
2
peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan.
c. Penentuan padat penebaran benih, hal ini berkaitan erat
dengan : 1) berapa lama dan sampai ukuran berapa benih ikan
lele akan dipelihara; 2) apakah selama pemeliharaan akan
dilakukan sortasi dan grading atau tidak, apabila dilakukan
sortasi dan grading akan berapa kali sortasi dan grading
tersebut dilakukan; dan 3) berapa banyak jumlah dan ukuran
wadah yang diperlukan.
d. Perhitungan kebutuhan pakan, hal ini berkaitan dengan : 1)
jenis dan bentuk pakan apa saja yang akan diberikan; 2) dosis
pakan yang diberikan untuk setiap jenis yang akan diberikan, 3)
cara pemberian pakannya; dan 4) frekuensi pemberian pakan
serta waktunya.
e. Pengelolaan kualitas air, hal ini berkaitan dengan : 1) apa
metode atau cara yang akan digunakan; 2) peralatan dan bahan
apa saja yang diperlukan; dan 3) bagaimana waktu dan
penjadwalan pengelolaan kualitas tersebut.
f. Pengontrolan kesehatan dan pertumbuhan benih, hal ini
berkaitan dengan: 1) metode atau cara yang akan digunakan;
2) bagaimana waktu dan penjadwalan pengamatan kondisi
kesehatan dan pertumbuhan dilakukan; dan 3) peralatan dan
bahan apa saja yang diperlukan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Benih
No. Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 1. Pengukuran suhu awal 2. Pengkondisian suhu 3. Pengukuran oksigen 4. Penyediaan oksigen 5. Penebaran larva 6. Pengelolaan kualitas air 7. Penggantian/pengisian air 8. Pemberian pakan 9. Pengontrolan kesehatan
dan pertumbuhan
10. Sortasi dan grading
3
2. Alur Pemeliharaan Benih
Alur Kegiatan
• Hasil kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva
• Penyesuaian kondisi suhu • Penyediaan oksigen terlarut
• Perhitungan pada penebaran
• Aklimatisasi • Pelepasan benih
• Pengelolaan kualitas air • Pemberian pakan • Pengamatan kesehatan dan
pertumbuhan • Sortasi dan grading
• Hasil kegiatan pemeliharaan benih
3. Pemeliharaan Benih
a. Penebaran benih
Setelah berumur 15 – 20 hari, maka benih lele dapat dipanen
untuk dijual atau dipelihara kembali di wadah pemeliharaan
benih. Benih dapat dipelihara hingga mencapai ukuran tertentu
yang siap dibesarkan. Lama waktu pemeliharaan benih
tersebut berbeda sesuai dengan tujuannya. Benih dapat
Larva
Menyiapkan media pemeliharaan benih
Pemeliharaan benih
Benih tumbuh sehat
Penebaran benih
4
dipelihara selama 30 – 45 hari untuk mencapai ukuran 1 – 3
cm, atau selama 60 hari untuk mencapai ukuran 5 – 8 cm.
Untuk mencapai ukuran 1 – 3 cm, benih dapat dipelihara
didalam kolam/wadah pemeliharaan benih dengan padat tebar
antara 500 – 1000 ekor/m2. Sedangkan untuk mencapai
ukuran 5 – 8 cm, benih dapat dipelihara dengan padat tebar
300 – 700 ekor/m2. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau
sore hari saat suasana teduh untuk menghindari fluktuasi suhu
yang dapat menyebabkan benih menjadi stress. Sebelum
ditebarkan, benih diadaptasikan perlahan – lahan kepada
lingkungannya yang baru. Proses adaptasi ini disebut dengan
aklimatisasi. Aklimatisasi pada benih dapat dilakukan dengan
cara mengapungkan kantong pengangkutan di permukaan air
selama 3 – 5 menit untuk menyesuaikan suhu air didalam
kantong dengan suhu didalam wadah pemeliharaan. Selain itu,
sebelum dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan, air dari
kolam pemeliharaan sebaiknya dimasukkan sedikit demi
sedikit ke dalam kantong pengangkutan agar kualitas air yang
ada didalam kantong sama dengan yang ada di dalam wadah
pemeliharaan.
Gambar 1. Proses penebaran benih ikan lele
5
b. Pengelolaan kualitas air
Di dalam kegiatan budidaya, memelihara ikan berarti memelihara
air. Pengelolaan air ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan
yang optimal bagi ikan agar tetap bisa hidup dan tumbuh
maksimal. Prinsipnya adalah memasukkan bahan yang bermanfaat
(terutama O2) dan membuang bahan yang tidak bermanfaat atau
bahkan membahayakan (seperti feses, NH3, NO2, CO2) keluar
sistem produksi budidaya. Bentuk pengaturan air lainnya adalah
pengaturan kualitas air yang meliputi kualitas fisik air (suhu,
cahaya, salinitas). Selain itu, pengelolaan air dilakukan dalam
bentuk aerasi air, pergantian air, pemupukan air, pengaturan
ketinggian air atau penutupan pintu air.
Beberapa persyaratan kualitas air ini adalah:
a). Suhu
Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan
mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas tubuh dan syaraf
ikan. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan air tawar
tergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan.
Untuk induk ikan lele yang dipelihara dalam wadah berupa bak,
perubahan suhu yang terjadi dapat distabilkan/dikembalikan
pada kondisi semula dengan melakukan penambahan air baru
untuk menurunkan suhu perairan dan menutup atap dengan
terpal atau plastik yang menyerap panas untuk menaikkan suhu.
Kisaran suhu normal yang optimal bagi pemeliharaan larva
adalah 28 – 30 0 C.
Suhu rendah dibawah normal dapat menyebabkan ikan
mengalami lethargi, kehilangan nafsu makan, dan menjadi lebih
rentan terhadap penyakit. Ikan jangan dibiarkan berada dalam
suhu yang terlalu dingin hanya karena alasan untuk
menghemat listrik. Sebaliknya pada suhu yang terlalu tinggi
ikan dapat mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat
6
menyebabkan kerusakan insang permanen. Peningkatan suhu
kadang-kadang diperlukan untuk meningkatkan laju
metabolisma ikan sehingga perlakuan tersebut diharapkan
dapat menolong mempercepat proses penyembuhan suatu
penyakit, dan atau mempercepat siklus hidup suatu parasit
sehingga parasit tersebut dapat segera dihilangkan. Meskipun
demikian, perlu diperhatikan bahwa semakin hangat air maka
oksigen terlalut akan semakin sedikit, oleh karena itu intensitas
aerasi perlu ditingkatkan.
Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan ikan
mengalami "shock". Hal ini sering terjadi terutama pada saat
memasukan ikan baru kedalam suatu wadah dimana usaha
penyesuaian suhu tidak dilakukan dengan baik, atau pada saat
menambahkan air baru yang memiliki temperatur tidak sama.
Penurunan suhu secara perlahan, seperti terjadi apabila heater
tidak berfungsi, jarang menimbulkan shock, meskipun demikian
temperatur hendaknya dikembalikan ke kondisi semula secara
perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau lebih.
Dalam kasus temperatur terlalu panas, seperti akibat termostat
yang tidak berfungsi dengan baik, maka intentsitas aerasi
hendaknya ditingkatkan untuk mengkompensasi kadar oksigen
terlarut yang rendah, dan biarkan temperatur air dingin secara
alami. Apabila suhu meningkat sampai melebihi 32°C, dan
apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantian air
sebanyak 20% dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian
air hendaknya dilakukan secara perlahan dengan cara
penyiponan dan peningkatan aerasi. Alat ukur yang digunakan
untuk melihat suhu ini adalah dengan menggunakan
termometer.
7
Gambar 2. Termometer air
Suhu dapat diturunkan atau ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhan menggunakan perangkat tertentu. Untuk
meningkatkan suhu dapat digunakan heater. Heater hendaknya
selalu terendam air, Heater yang terekspos ke udara terbuka
secara tidak sengaja seperti pada saat penggantian air dapat
menyebabkan kerusakan fatal pada heater tersebut, dan
bahkan bisa menimbulkan shock listrik. Untuk itu matikan
heater sebelum melakukan penggantian air atau sebelum
melakukan kegiatan apapun yang menyebabkan terjadinya
penurunan ketinggian air.
Untuk menurunkan suhu air dan mempertahankannya pada
suhu rendah, dapat digunakan chiller. Chiller merupakan alat
yang akan menyerap panas dari air dan membebaskannya ke
udara. Prinsip kerjanya kurang lebih sama dengan prinsip kerja
alat pendingin ruangan atau lemari pendingin.
Gambar 3. Chiller
8
b). Derajat keasaman (pH)
Tolok ukur untuk menentukan kondisi suatu perairan adalah pH
(derajat keasaman). Derajat keasaman suatu perairan
menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen perairan
tersebut. Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa
sangat ideal untuk kehidupan ikan lele. Suatu perairan yang ber-
pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan
menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi
penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian.
Nilai pH untuk pemeliharaan ini adalah 7,8 – 8,2. Untuk
mengetahui nilai pH suatu perairan dapat digunakan kertas
lakmus atau pH meter.
Tabel 2. Pengaruh pH terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH Pengaruh Umum 6,0 – 6,5 a. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit
menurun b. Kelimpahan total, biomassa, dan
produktivitas tidak mengalami perubahan 5,5 – 6,0 a. Penurunan nilai keanekaragaman plankton
dan bentos semakin tampak b. Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas
masih belum mengalami perubahan yang berari
c. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,5 – 5,5 a. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan bentos semakin besar
b. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
c. Algae hijau berfilamen semakin banyak d. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 a. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan bentos semakin besar
b. Penurunan kelimpahan totakl dan biomassa zooplankton dan bentos
c. Algae hijau berfilamen semakin banyak d. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber: modifikasi Baker et al., 1990 dalam Novotny dan Olem, 1994
9
Gambar 4. pH digital
c). Oksigen terlarut (DO)
Konsentrasi dan kesediaan oksigen terlarut (DO) dalam air
sangat dibutuhkan ikan dan organisme air lainnya untuk hidup.
Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan konversi pakan serta mengurangi daya
dukung perairan. Kandungan oksigen terlarut yang optimal bagi
ikan lele adalah > 4 ppm.
Tabel 3. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya terhadap
Kelangsungan Hidup Ikan
Kadar Oksigen Terlarut (mg/liter)
Pengaruh terhada p Kelangsungan Hidup Ikan
< 0,3 Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada massa pemaparan singkat (short exposure)
0,3 – 1,0 Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat mengakibatkan kematian ikan
1,0 – 5,0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu
> 5,0 Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini
Sumber: Modifikasi Swingle (1969) dalam Boyd, 1988
Apabila kandungan DO < 5 ppm maka kebutuhan ikan akan
oksigen berkurang sehingga menyebabkan nafsu makan ikan
menurun dan menghambat pertumbuhan ikan. Semakin lama
ikan menjadi mati.
Kandungan oksigen terlarut dalam air wadah pemeliharaan
dapat dilihat/diamati dengan menggunakan alat berupa DO
10
meter. Untuk menambah kandungan oksigen terlarut dalam bak
pemeliharaan dapat dilakukan dengan penambahan aerasi atau
pergantian air baru guna memperbaiki kualitas air.
c. Pergantian air
Pergantian air bertujuan untuk membuang feses, sisa pakan atau
kotoran yang mengendap di dasar perairan. Untuk membuang
bahan yang tidak bermanfaat tersebut dapat dilakukan dengan
cara menyipon kotoran dan membuangnya ke luar wadah.
Berbeda dengan pemasukan air, dalam pergantian air, air dalam
bak pemeliharaan dibuang terlebih dahulu melalui outlet sehingga
diharapkan feses, NH3, NO2, CO2 ikut terbawa. Kemudian air yang
dibuang tersebut diganti dengan air baru yang dimasukkan dalam
inlet. Air yang dibuang adalah yang berada di dasar wadah.
Apabila pemeliharaan ikan dilakukan di dalam bak budidaya,
penyiponan harus dilakukan untuk mempertahankan kualitas air
yang ada dalam wadah. Penyiponan disini dilakukan untuk
membuang kotoran yang tidak terbuang pada saat pergantian air.
Penyiponan merupakan tindakan penyedotan air menggunakan
selang. Penyiponan harus dilakukan secara hati-hati agar larva
tidak ikut tersedot keluar dan kotoran di dasar serta dinding bak
tidak teraduk, karena kotoran yang teraduk dapat menyebabkan
ikan menjadi stress. Air yang ikut terbuang pada saat penyiponan
dapat digantikan dengan air baru yang memiliki kualitas air yang
sama dengan air media pemeliharaan untuk menghindari adanya
fluktuasi kualitas air yang terlalu tinggi, seperti suhu atau pH, yang
dapat menyebabkan larva stress dan kemudian mati.
Bentuk kegiatan pengelolaan kualitas air lainnya adalah
pengaturan ketinggian air, yang dimaksudkan untuk menciptakan
11
kondisi suhu yang sesuai dan stabil bagi ikan yang dipelihara.
Pergantian air dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali sebanyak 50 – 70
% dari volume total. Pergantian air ini dapat dilakukan secara
flowthrough selama beberapa menit/jam atau dilakukan dengan
cara membuang air lama terlebih dahulu hingga tersisa sebanyak
30 – 50% dan kemudian menggantinya dengan air baru.
d. Pemberian pakan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha
pemeliharaan benih ikan lele, karena ikan yang dipelihara harus
tumbuh hingga mencapai ukuran tertentu dengan biomassa yang
baik. Oleh karena itu, ikan yang dipelihara harus diberi pakan
dengan jumlah dan nutrisi yang cukup dan sesuai untuk
menumbuhkan jaringan otot atau daging. Jumlah dan jenis pakan
yang dikonsumsi oleh ikan akan menentukan asupan energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan daging.
Selama masa pemeliharaan, selain pakan alami, benih juga
membutuhkan pakan tambahan berupa pellet apung. Pakan ini
diberikan dengan dosis 3 - 5% dari bobot seluruh benih yang
dipelihara dengan frekuensi pemberian pakan 3 – 4 kali sehari.
Pakan ditebarkan disalah satu sudut kolam supaya lebih efektif
dan efisien, karena pakan yang berlebihan akan menumpuk di
dasar kolam dan bisa menjadi sumber penyakit bagi ikan lele.
Secara berkala, jumlah pakan harian yang diberikan disesuaikan
dengan pertambahan bobot ikan dan populasi. Penyesuaian ini
dilakukan dengan sampling untuk memantau populasi dan
pertumbuhan ikan lele.
12
Tabel 4. Penentuan Jumlah Pakan Harian Pada Setiap Bulan
setelah Sampling
Bulan Panjang
(cm) Bobot
Rata–rata (g) Populasi
(ekor) Bobot biomassa
(kg) Feeding rate
(%) Jumlah pakan
harian (kg) a b c d = b x c e f = d x e
I 1 – 3 1 1.250 1,250 20 0,25 II 3 – 5 2,5 1.100 2,750 10 0,275 III 5 – 8 5 1.050 5,250 5 0,263 IV 8 – 12 10 1.000 10,000 3 0,3
e. Pengamatan kesehatan dan pertumbuhan
Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat
budidaya ikan lele adalah munculnya serangan penyakit. Penyakit
pada lele akan muncul setelah dua minggu lele ditebar. Lele
mudah terserang penyakit karena lele merupakan ikan yang tidak
bersisik, sehingga kulitnya tidak dapat terlindungi apabila terkena
gangguan lingkungan. Apabila terluka, maka lele dapat
mengeluarkan lendir yang berlebihan, sehingga memberikan
kesempatan bagi bakteri untuk hidup dan berkembangbiak.
Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah dari jenis jamur,
bakteri dan parasit. Penyakit ini akan menyerang apabila kualitas
air pemeliharaan ikan memburuk, misalnya rendahnya kandungan
oksigen terlarut, pH yang terlalu asam, terjadinya fluktuasi suhu
yang mendadak. Selain itu, kekurangan vitamin dan mineral,
malnutrisi, serta pakan yang membusuk juga menjadi penyebab
serangan penyakit pada larva ikan.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan
dengan pengobatan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
untuk mencegah adanya serangan penyakit tersebut adalah:
• Melakukan pergantian air secara teratur
• Pemberian pakan yang cukup, tepat ukuran, dan bergizi baik,
sehingga daya tahan tubuh lele meningkat dan lele tidak mudah
terserang penyakit
13
• Menghindarkan lele dari kondisi stress, seperti pada saat
pergantian air atau kondisi lingkungan yang tidak mendukung,
seperti fluktuasi suhu air yang mendadak
• Melakukan pemisahan antara lele yang sehat dengan lele yang
lemah/sakit agar tidak terjadi penularan penyakit dari satu lele
ke ikan lele yang lainnya
• Mengontrol kondisi kualitas air media, terutama pada air media
yang akan digunakan untuk melakukan pemeliharaan ikan lele
Ikan lele yang telah terserang penyakit dapat dideteksi secara dini
melalui gejala – gejala yang timbul, seperti:
• Lele cenderung berdiam diri dan mengapung didasar perairan
• Gerakannya lambat dan tidak responsive terhadap rangsangan
lingkungan
• Lele sering menggosok – gosokkan badannya di dinding bak
atau ke benda lain
• Nafsu makan menurun atau tidak mau makan sama sekali
• Kulit melepuh dan timbul pendarahan di bagian tubuh tertentu
• Lendir yang melapisi tubuh berkurang sehingga tidak terasa
licin
Berdasarkan jenisnya, maka penyakit yang menyerang ikan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu penyakit non-infeksi dan infeksi. Penyakit
non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan
faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi tidak menular,
sementara penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena
gangguan organisme patogen.
1). Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan
dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh
pemberian pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran
14
lingkungan perairan. Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari
tingkah laku ikan. Biasanya ikan yang mengalami keracunan
terlihat lemah dan berenang tidak normal dipermukaan air.
Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik kemudian
mati. Sedangkan pada penyakit karena kurang gizi, ikan akan
tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang
dengan ukuran tubuh. Ikan juga akan terlihat kurang lincah.
Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan
secara selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila
tingkat keracunan tidak terlalu parah atau masih dalam taraf
dini, ikan-ikan yang stress dan berenang tidak normal harus
segera diangkat dan ditempatkan pada wadah yang berisi air
bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai oksigen.
Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus
terjadwal dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus
dipastikan mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi
lemak, vitamin A, dan mineral. Selain itu, kualitas air tetap
dijaga agar selalu mengalir lancar dan parameter kimia maupun
biologi mencukupi standar budidaya.
2). Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa
parasit, jamur, bakteri atau virus.
• Penyakit disebabkan parasit
Penyakit tersebut disebabkan oleh parasit dari golongan
protozoa dari jenis Ichtyhyopthirius multifilis. Penyakit ini
sering disebut sebagai “white spot” . Gejala yang timbul
berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan insang.
Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara
bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan
15
terlihat seperti bintik putih. Tempat yang disukainya dibawah
selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak
berganti (air tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit ini
jaring terjadi. Bila perairan mengalami perubahan suhu
mendadak, serangannya akan semakin meningkat. Pada
tahap awal serangan, penyakit ini biasanya menyerang
daerah pangkal sirip ikan. Bila keadaan mendukung, daerah
serangan akan semakin meluas hingga ke insang.
Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan
berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau
mulut. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak
akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit
tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa
mencapai 0,5 -1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah
dikenali.
Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-
gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah
sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka.
Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami
kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan
osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat
infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dapat mengalami
kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.
Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku
abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka
akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan
cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai
akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang
16
terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau
terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan
mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compang -
camping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya
kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan
mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres
pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang
yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di
permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen
lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat
disembuhkan akan relatif sangat kecil.
Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit
bintik putih adalah:
� Formalin. Ikan yang sakit direndam setiap hari dalam
larutan formalin 30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya
perendaman 1 jam.
� Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per
liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan
setiap hari, selama 3 – 5 hari berturut-turut. Cara ini juga
dapat menyembuhkan penyakit bintik putih.
� Methilene blue. Caranya, dibuat larutan methyl biru
dengan konsentrasi 1 % (satu gram metal biru dalam 100
cc air). Ikan yang sakit kemudian dimasukkan dalam
wadah yang berisi air bersih. Kemudian didalamnya diberi
larutan baku yang sudah dibuat tadi. Ikan dibiarkan di
dalam larutan selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benar-
benar sembuh dan terbebas dari parasit, pengobatan
dilakukan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang
waktu sehari.
17
• Penyakit disebabkan jamur
Penyakit lain yang dapat menyerang ikan lele adalah
penyakit jamur. Penyakit jamur biasanya terjadi akibat
adanya luka pada badan ikan. Luka tersebut dapat berupa
goresan maupun luka akibat serangan penyakit (penyakit
lain). Penyebab penyakit jamur ini adalah Saprolegnia sp
dan Achyla sp. Pada kondisi perairan yang jelek,
kemungkinan ikan terserang jamur lebih besar. Tanda
adanya jamur ini terlihat sebagai serabut putih seperti kapas
yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang terluka.
Gambar 5. Achyla sp
Cara mudah untuk mengetahui ikan yang terserang jamur
adalah dengan mengamati keadaan tubuhnya. Ikan yang
terserang penyakit jamur, pada bagian tubuhnya (terutama
daerah kepala, tutup insang, sirip dan bagian punggung)
tampak ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas
berwarna putih hingga kecoklatan. Benang-benang halus
tersebut biasanya lebih banyak tumbuh pada bagian tubuh
yang terluka.
Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati
dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium
permanganat atau larutan garam dapur. Ikan direndam
dalam larutan kalium permanganat 1 gram per 100 liter,
18
selama 60 – 90 menit atau direndam dalam larutan garam
dapur dengan dosis 10 ppt, selama 1 menit. Pengobatan
diulang sampai tiga hari berturut-turut.
• Penyakit disebabkan bakteri
Penyakit disebabkan bakteri juga menjadi ancaman bagi
ikan lele. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan
adalah Aeromonas sp dan Pseudomonas sp.
Gambar 6. Aeromonas sp
Ikan yang terserang bakteri mengalami perdarahan pada
bagian tubuh terutama di bagian dada, perut dan pangkal
sirip. Selaput lendir rusak dan lendir pada tubuh berkurang.
Penyakit ini juga menimbulkan kerusakan pada organ dalam
(hati, limpa), daging dan menimbulkan gejala bisul-bisul
yang menyebabkan borok-borok.
Gejala ini dapat diketahui bila ikan diraba tubuhnya akan
terasa kasar atau kasap. Ikan yang terserang bakteri
menjadi lemah dan sering muncul kepermukaan air. Karena
penyakit ini mudah menular maka bila ada ikan yang sudah
terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan.
19
Untuk ikan yang sakit, dapat diobati dengan beberapa obat,
misalnya merendam ikan dalam larutan kalium permanganat
(PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit.
Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit
bakteri adalah melalui makanan. Makanan ikan yang akan
diberikan dicampur dulu dengan chloromycetin 1 – 2 gram
untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus diperhatikan adalah
tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai dengan
kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan.
Perlu diketahui bahwa apabila pemakaian antibiotika tidak
sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau
perhitungannya kurang cermat, maka lama kelamaan
bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat
tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri
tertentu.
f. Sortasi dan grading
Selama masa pemeliharaan, perlu dilakukan pemantauan
pertumbuhan bobot, panjang dan populasi ikan lele yang
dipelihara, sehingga asset dalam kolam dapat ditentukan dan
jumlah pakan yang harus diberikan secara harian dapat dihitung.
Beberapa tujuan dilakukannya pemantauan populasi dan
pertumbuhan ikan yang kita pelihara adalah untuk mengetahui
informasi mengenai laju pertumbuhan ikan, karena laju
pertumbuhan ikan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu
makan ikan dan waktu panen, sedangkan informasi kesehatan ikan
digunakan untuk menentukan teknik penanganan ikan selanjutnya.
Dengan melihat nafsu makan ikan, maka akan diketahui mengenai
20
kondisi lingkungan pemeliharaan, sehingga dapat diambil langkah
antisipasi untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan tersebut.
Salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan pemantauan ikan
adalah melalui kegiatan sampling. Sampling dilakukan dengan
mengambil beberapa contoh ikan untuk selanjutnya diukur atau
dihitung. Data yang didapat kemudian digunakan untuk menduga
bobot rata – rata dan jumlah ikan lele yang dipelihara. Sampling
dapat dilakukan setiap 2 – 4 minggu sekali atau sesuai dengan
tujuan sampling. Dari data sampling tersebut dapat diketahui nilai
FCR.
4. Pengecekan Kegiatan Pemeliharaan Larva
No. Kegiatan Kesesuaian
Keterangan Ya Tidak
1. Pengukuran suhu 2. Pengkondisian suhu 3. Pengukuran oksigen 4. Penyediaan oksigen 5. Penebaran
• Perhitungan padat penebaran
• Aklimatisasi • Pelepasan larva
6. Pengelolaan kualitas air • Suhu • Oksigen • Amoniak
7. Pemberian pakan 8. Pengamatan kesehatan dan
pertumbuhan benih
9. Sortasi dan grading 10. Perhitungan mortalitas
21
DAFTAR PUSTAKA
. 2002. Fishery Science, The Unique Contributions of Early Life Stages. Blackwell Science Ltd, USA.
Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro
Media Pustaka, Jakarta. Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty. Teknik Pembuatan Tambak Udang.
2001. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Jakarta. Effendi, Mohamad Ichsan MI, Prof, DR, M.Sc. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pusaka Nusatama. Jakarta. Effendi,I. 2004. Pengantar Akuakultur, Penebar Swadaya, Jakarta. Gufron, H. Kordi dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air
dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Jangkaru, Z. 1994. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan. Penebar Swadaya, Jakarta. Lesmana. D.S, 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta. Murhananto, Ir. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Agro
Media Pustaka, Jakarta. Najiyati, Sri. 2004. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar
Swadaya, Jakarta. Susanto Heru, 1996. Teknik Pemijahan Ikan Ekonomis. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta