Upload
amorrita-puspita-ratu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 Mandiri Edema Blok Cairan
1/4
Amorrita Puspita Ratu 1102013023
Blok Cairan Skenario Edema
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah
LO 1.1 Struktur dan Fungsi Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah terkecil dalam sistem sirkulasi. Kapiler merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas serta berbagai zat lainnya antara pembuluh darah dan sel jaringan.
Fungsi pembuluh kapiler sebagai tempat pertukaran zat didukung oleh struktur pembuluh
tersebut, yakni sangat tipis dan hanya tersusun atas satu lapis sel endotelial, serta total luas
permukaannya sangat besar.
(Isnaeni, Wiwi. 2006.Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)
LO 1.2 Sirkulasi Kapiler
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri,
arteriola, dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena disebut peredaran darah besar
atau sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah
peredaran kecil atau sirkulasi pulmonal.
(Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia)
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologis Kelebihan Cairan Tubuh
LO 2.1 Hubungan Tekanan Koloid Plasma dengan Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan dari jantung dan
jumlah cairan di intravaskuler. Sedangkan tekanan osmotik koloid ditentukan oleh albumin.
Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler. Sifat
tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Tekanan hidrostatik intravaskuler dan
tekanan osmotik koloid interstisial cenderung menggerakkan cairan keluar melalui dinding
kapiler, sedangkan tekanan hidrostatik interstisial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler
cenderung menggerakkan cairan masuk ke dalam. Pada kondisi normal, tekanan hidrostatik
di kapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut di dalamnya keluar
melalui pori-pori kapiler masuk ke dalam ruang interstisial. Tetapi sebaliknya, tekanan
osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan dengan osmosis dari ruang
interstisial ke dalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya volume
cairan secara terus-menerus dari darah ke dalam ruang interstisial.
(Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika)
LO 2.2 Mekanisme Tubuh dalam Mengkoreksi Kelebihan Cairan
LO 2.3 Penyebab Kelainan Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara garis besar, gangguan
keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni edema (hipervolemik) dan dehidrasi
(hipovolemik).
8/11/2019 Mandiri Edema Blok Cairan
2/4
1. Edema (hipervolemik)
Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari
intravaskuler ke interstisial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hukum
Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik di dalam dan di luar
vaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg,
sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg. Tekanan osmotik koloid plasmasebesar 20-25 mmHg.
2. Dehidrasi (hipovolemik)
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat kehilangan air abnormal. Terdapat banyak sebab kehilangan cairan
tubuh dan kandungan elektrolit di antaranya kehilangan melalui kulit seperti
diaforesis, luka bakar.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Kelebihan Cairan Tubuh
LO 3.1 Definisi Edema dan Asites
Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai
rongga tubuh. (Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika)
Asites adalah penimbunan cairan serosa di rongga peritoneum. Rongga peritoneum
mencakup rongga abdomen dan daerah panggul sampai ke permukaan bawah diafragma,
tidak termasuk ginjal. (Corwin, Elizabeth J. 2007. Handbook of Pathophysiology, 3rd Ed.
Jakarta: EGC)
LO 3.2 Etiologi Edema
Penyebab edema dapat dikelompokkan menjadi empat kategori umum:
1. Berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan tekanan osmotik koloid
plasma.
2. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memungkinkan lebih banyak protein
plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan interstisium sekitar-sebagai contoh,
melalui pelebaran pori kapiler yang dipicu oleh histamin sewaktu cedera jaringan atau
reaksi alergi.
3. Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung di vena, menyebabkan
peningkatan tekanan darah kapiler karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena.
4. Sumbatan pembuluh limfa menyebabkan edema karena kelebihan cairan filtrasi
tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melaluipembuluh limfe.
(Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC)
LO 3.3 Manifestasi Klinis Edema
LO 3.4 Klasifikasi Edema
1.
Edema generalisata
Terjadi bila lebih dari 3 L cairan interstisial berkumpul dan selalu berkaitan dengan
retensi natrium dari ginjal. Tempat predominan dari pengumpulan cairan bervariasi
sesuai dengan penyakit yang mendasari: edema pulmoner dan mata kaki merupakan
8/11/2019 Mandiri Edema Blok Cairan
3/4
ciri khas dari gagal jantung, edema preorbital dalam gagal ginjal dan asites pada
sirosis hati.
2. Edema lokalisata
Contoh yang paling umum adalah edema ekstremitas bawah unilateral yang
merupakan komplikasi dari trombolis vena profunda. Penghambatan vena besar
dimanapun dapat menimbulkan edema. Peradangan lokal dapat menimbulkanpengumpulan cairan lokal dalam ruangan potensial di dekatnya, misalnya efusi pleura
dan asites. (Diagnosis & Terapi: 2000)
Selain edema generalisata dan lokalisata, edema dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Edema putting
Mengacu pada perpindahan air interstisial oleh tekanan jari pada kulit, yang
meninggalkan cekungan. Setelah tekanan dilepas, memerlukan beberapa menit bagi
cekungan untuk kembali pada keadaan semula.
2. Edema non putting
Terlihat pada area lipatan kulit yang longgar seperti ruang preorbital pada wajah.Edema non putting dapat terjadi setelah trombosis vena, khususnya vena superfisial.
(Pataofisiologi Keperawatan: 2000)
LO 3.5 Mekanisme Edema
Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler meningkat, tekanan osmotik
koloid plasma menurun, dan gangguan aliran limfe. Ketiga keadaan tersebut merupakan
penyebab primer edema yang bukan disebabkan oleh reaksi radang.
Meningkatnya tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk ke dalam ruang
interstisial. Penyebab peningkatan tersebut di antaranya adalah kegagalan jantung, penurunan
perfusi ginjal, aliran darah yang lambat misalnya karena ada sumbatan, dan lain-lain.
Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan menurunnya kadar albumin plasma.
Penurunan kadar albumin plasma diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang
berlebihan atau pengurangan sintesis albumin serum. Kondisi ini misalnya dapat ditemukan
pada penyakit nefrotik sindrom, penyakit hati dan pankreas, serta kekurangan protein yang
berat dan lain-lain.
Terjadinya obstruksi aliran limfe menyebabkan cairan jaringan akan tertimbun, dinamai
limfedema. Penyebab terjadinya obstruksi aliran limfe di antaranya dapat disebabkan oleh
tindakan operasi (misalnya, mastektomi radikal), tumor ganas yang menginfiltrasi kelenjar
dan saluran limfe, serta penyakit dilariasis.
(Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika)
LO 3.6 Pemeriksaan Fisik Edema
LO 3.7 Penatalaksanaan Edema
Prinsip terapi edema:
1. Penanganan penyakit yang mendasari
2.
Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena3.
Meningkatkan pengeluaran natrium dan air
8/11/2019 Mandiri Edema Blok Cairan
4/4
a. Diuretik
b.
Tirah bening, local pressure
4. Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar: diuresis yang berlebihan
menyebabkan pengurangan volume plasma, hipotensi, perfusi yang inadekuat,
sehingga diuretik harus diberikan dengan hati-hati
Terapi edema harus mencangkup penyebab yang mendasarinya yang reversibel, pengurangan
asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi retensi air. Tidak semua pasien edema
memerlukan terapi farmakologis, pada beberapa pasien terapi non-farmakologis sangat
efektif seperti pengurangan asupan natrium dan menaikkan kaki di atas liver dari atrium kiri.
Pada kondisi tertentu diuretik harus diberikan bersamaan dengan terapi non-farmakologis.
(Ilmu Penyakit Dalam: 2007)